Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM INTRENSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT


GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG TUMBUH
KEMBANG BALITA UMUR 0-12 BULAN DI POSYANDU WILAYAH
PUSKESMAS KATOBU TAHUN 2018

Disusun oleh:
dr. Santi

Pembimbing:
dr. Veri Ismiyati

UPT PUSKESMAS KECAMTAN KATOBU


DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUNA
2018

i
DAFTAR ISI

Halamat Judul...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Katobu .......... 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ........................... 10
C. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perekembangan ............................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 13
B. Waktu dan Tempat ............................................................................ 13
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 13
D. Definisi Oprasional............................................................................ 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 15
A. Hasil Penelitian.................................................................................. 15
B. Pembahasan ....................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 22
A. Kesimpulan ........................................................................................ 22
B. Saran .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan gejala yang berlangsung
secara bersamaan. Keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat, dengan kata
lain idealnya setiap proses pertumbuhan bayi dan balita harusdiiringi dengan
proses perkembanganya.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
atau ukuran yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram atau kilogram) dan
ukuran panjang (sentimeter atau meter). Adapun perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dari fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya.
Banyak factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi. Menurut Hidayat (2008), beberapa faktor tersebut adalah faktor
herediter, faktor lingkungan serta faktor hormonal.
Setiap bayi mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda baik
menyangkut kecepatan dan percepatan proses tumbuh kembangnya. Namun
secara umum aspek kesehatan setiap bayi sangat menentukan proses tumbuh
kembangnya. Kesehatan yang prima akan menunjang munculnya potensi-potensi
kecerdasaan bayi. Pada usia bayi 0-1 tahun merupakan masa emas untuk
pertumbuh dan perkembangan tercepat seorang bayi sehingga dengan
pemantauan tumbuh kembang pada usia ini, kelainan dapat diketahui secara lebih
dini dan dapat dilakukan intervensi untuk menghindari kelainan yang lebih parah.
Pemantauan tumbuh kembang dapat dilakukan dengan baik jika orang tua
mengetahui ciri-ciri dan prinsip tumbuh kembang bayi, seperti pada usia berapa
muncul gerakan, kata-kata dan perilaku tertentu dan pada usia berapa
kemampuan tersebut menjadi lebih matang.

1
Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat di tentukan oleh peran
orang tua. Dalam hal ini pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak
sangat penting untuk meningkatkan kesehatan anak. Sebaiknya para orangtua
harus menyiapkan diri untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap
perkembangan bayi sehingga dapat mengantisipasi terjadinya gangguan
perkembangan selama proses pemantauan.

B. Rumusan Masalah
Adakah pengetahuan orangtua tentang tumbuh kembang bayi umur 0-12
bulan?

C. Tujuan
Mengetahui pengetahuan orangtua tentang tumbuh kembang bayi umur 0-
12 bulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Katobu

a. Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Katobu terletak di Ibu kota Kabupaten Muna
dengan luas wilayah ±12,88 Km². Adapun batasan-batasan wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Batalaiworu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Duruka
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Selat Buton
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Watopute
Berdasarkan sistim administratif pemerintahan, wilayah kerja Puskesmas
Katobu terdiri dari delapan Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Laende
2. Kelurahan Raha I
3. Kelurahan Raha II
4. Kelurahan Butung-Butung
5. Kelurahan Mangga Kuning
6. Kelurahan Watonea
7. Wamponiki
8. Raha III
Berikut adalah tabel Jarak dan Waktu Tempuh Puskesmas Katobu :
Waktu
Jarak
No. Dari/ Ke Tempuh Sarana Tempuh
( Km. )
( Menit )
1. Ibu Kota Kabupaten 0 10 Kendaraan laut
2. Ibu Kota Kecamatan 0 10 Kendaraan darat
3. Kelurahan Raha I 3 15 Kendaraan darat
4. Kelurahan Raha II 1,5 10 Kendaraan darat

3
5. Kelurahan Laende 2,5 15 Kendaraan darat
Kelurahan Butung-
6. 1 10 Kendaraan darat
Butung
Kelurahan Mangga
7. 2,5 15 Kendaraan darat
Kuning
8. Kelurahan Watonea 2 10 Kendaraan darat
9. Wamponiki 0,5 10 Kendaraan darat
10 Raha III 0 5 Kendaraan darat

Wilayah Kecamatan Katobu mayoritas dihuni oleh penduduk pribumi dan


sebahagian lainnya adalah pendatang yang sudah lama menetap. Berdasarkan
data terakhir jumlah penduduk Kecamatan Katobu tahun 2015 berjumlah
30.174 jiwa. Berikut adalah komposisi penduduk Kecamatan Katobu Tahun
2015 :
Jumlah
No. Kelurahan/Kelurahan
Laki-Laki Perempuan
1. Raha I 1.143 2.433
2. Raha II 2.372 2.573
3. Laende 1.697 1.635
4. Butung-Butung 1.308 1.414
5. Mangga Kuning 1.464 1.666
6. Watonea 2.625 2.900
7. Wamponiki 2.143 2.375
8. Raha III 1.647 1.882
Total 14.399 15.735

4
b. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari ”tahu” dan ini terjadi


setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang(overt behavior). Berdasarkan pengalaman
dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai menginggat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di
ketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek (Notoatmodjo,2007).

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Soekanto (2003)
adalahsosial ekonomi, kultur (budaya, agama), pendidikan, pengalaman,
kepribadian dan informasi, dengan penjelasan sebagai berikut:

c. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,
sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika ekonomi baik maka
tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan juga akan
tinggi (Soekanto, 2003).
Faktor pekerjaan juga berpengaruh terhadap keadaan sosial ekonomi
seseorang. Pekerjaan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, terbukti
bahwa suatu pekerjaan di sektor formal maupun informal menuntut
kualifikasi tertentu dari suatu disiplin ilmu. Sehingga klasifikasi pekerjaan
berhubungan dengan inggi rendahnyatingkat pendidikan dan tinggi
rendahnya pengetahuan seseorang (Badan Pusat Statistik, 2000).
d. Kultur (budaya, agama)
Sikap dan kepercayaan budaya yang ada di masyarakat dan kondisi
politik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang(Soekanto,
2003).
e. Pendidikan
Upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perbaikan
perilaku positif yang meningkat. Pendidikan dapat membawa wawasan atau
pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan
mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut(Soekanto, 2003).
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka

6
seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi (Marpaung,
1999).Berdasarkan hasil Statistik Kesejahteraan Rakyat (SKR) tahun 2000,
proporsi penduduk wanita yang berpendidikan rendah adalah sebesar 52,7%,
berpendidikan sedang sebesar 12,8%, dan berpendidikan tinggi sebesar 2,6%
(Badan Pusat Statistik, 2000).
f. Pengalaman
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya dan semakin tua
seseorang maka akan semakin banyak pengalamannya (Soekanto, 2003).
Pada usia tertentu, orang akan memiliki pengalaman yang berkaitan dengan
kondisinya pada saat itu. Sebagai contoh berdasarkan penelitian Lubis yang
mendapatkan hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu tentang imunisasi dengan usia ibu. Usia reproduktif sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan tentang perkembangan anak dan praktek-praktek
pengasuhan anak (Lubis, 1990).
g. Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku(Soekanto, 2003).
h. Informasi
Dengan banyaknya informasi yang diperoleh, maka semakin
bertambah pula pengetahuan seseorang (Depkes RI, 2009). Sedangkan
informasi itu sendiri tidak harus diperoleh dari bangku sekolah atau kuliah
saja, tetapi informasi juga dapat diperoleh melalui kenyataan (dari
mendengar atau melihat sendiri), serta melalui surat kabar, radio dan televisi
(Soekanto, 2003).

i. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

7
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu adanya proses yang
kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/ dewasa, dalam periode
tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, pola
perkembangan anak sama antara anak yang satu dengan anak yang lain akan
tetapi kecepatanya berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya,
hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Terdapat 3 periode
pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa
pubertas.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks mengikuti pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,
sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi,
sosial,dan bahasa. Perkembangan awal lebih kritis dibanding perkembangan
selanjutnya. Tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara
umum yaitu: perubahan yang terus menerus dari konsepsi sampai dewasa,
pola tumbuh kembang pada dasarnya sama hanya saja kecepatannya dapat
berbeda dari tiap-tiap anak. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya sehingga perkembangan
awal lebih kritis dibandingkan perkembangan selanjutnya. Apa yang

8
dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimana orangtua memenuhi
kebutuhan anak.
Perkembangan anak adalah bertahap terungkapnya kemampuan. Anak-
anak menjadi lebih dan lebih mampu, dan belajar untuk berbicara, berjalan,
berlari, memecahkan masalah, menerima kasih sayang dan mengekspresikan
emosi. Perkembangan anak yang sehat merupakan interaksi antara biologi
dan gen, pengalamananak dari dunia di sekelilingnya/ lingkungan mereka.
Dengan kata lain, anak-anak membutuhkan kesehatan yang baik fisik,
mental dan gizi, kesempatan untuk menjelajahi dunia, dan lingkungan
pengasuhan yang aman dan memelihara.

Yusuf dalam Andriyani (2009) mengemukakan, perkembangan seorang


individu meliputi empat aspek, yaitu:
1) Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
2) Otot-otot yang memepengaruhi kekuatan dan kemampuan motorik;
3) Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru contohnya pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif
dalam suatu kegiatan;
4) Struktur fisik yang meliputi tinggi, berat dan propors.
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak,
dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi, kognitif, dan
psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya). Salah
satu perkembangan adalah perkembangan motorik, secara umum
perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan
motorik halus.

1. Perkembangan motorik kasar

9
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan
sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebagainya (Rusmil dalam Susanti, 2013), kemampuan kontrol
ini berasal dari berkembngnya reflek-reflek dan aktivitas otot yang
telah muncul sejak bayi dilahirkan.
Menurut parenting islam dalam Andryani (2009) motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang membutuhkan bantuan dari otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2. Perkembangan motorik halus
Disebut motorik halus bila hanya melibatkan bagian tubuh
tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil, sehingga tidak begitu
memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi
yang cermat, contohnya: gerakan mengambil benda dengan hanya ibu
jari dan telunjuk, gerakan memasukan benda kecil kedalam lubang
dan membuat prakarya
Perkembangan motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang suatu
benda.
Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang
melibatkan gerakan otot-otot kecil, seperti menggambar,menulis,
meronce manik-manik, menyulam, makan dll. Perkembangan
kemampuan motorik halus anak usia dini merupakan suatu hal yang
perlu diperhatikan, karena perkembangan motorik halus ini
merupakan penunjang bagi semua yang akan dilakukan oleh anak.

10
Perkembangnya motorik halus anak, menumbuhkan rasa percaya diri
anak untuk melaksanakan kegiatan dan meningkatkan rasa ingin
tahuanak pada suatu kegiatan.
Faktor kebutuhan stimulasi atau rangsangan terhadap anak
untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan
baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak.
Salah satu bentuk kecerdasan yang harus dikembangkan ialah
stimulasi motorik, alasannya perkembangan motorik anak usia
prasekolah sangat pesat. Apabila pada usia tertentu anak belum bisa
melakukan motorik halus, maka anak telah mengalami
keterlambatan. Oleh sebab itu stimulasi motorik harus dikembangkan
karena anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak/kurang
mendapatkan stimulasi.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2012) factor utamayang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum digolongkan menjadi dua
yaitu:
1. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghabatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-

11
sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya.

C. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan


Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin
sejak Anak baru dilahirkan hal ini perlu dilakukan untuk menentukan apakah
tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak. Deteksi dini
merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan adanya penyimpangan tumbuh kembangbayi dan balita serta
mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini.
Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak
secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta
pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anakdan dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan,
posyandu, sekolah ataupun lingkungan rumah tangga. Penilaian pertumbuhan
danperkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan
penilaianperkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai
parameter danalat ukur tersendiri
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan
alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian
harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun
waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.

12
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisik adalah:
1. Berat badan,
2. Tinggi badan,
3. Lingkar kepala,
4. Lingkar lengan atas,
5. Lipatan kulit.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penilitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. dimana melakukan observasi atau pengukuran
variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Dan berdasarkan sumber
datanya menggunakan data primer. Data primer yaitu data diperoleh dari
responden langsung dengan membagikan kuesioner.

B. Waktu dan Tempat


o Waktu pengambilan sampel tanggal 13-16 oktober 2018.
o Tempat penelitian di posyandu kelurahan Raha II, kelurahan Raha III, dan
Kelurahan LaEnde di Wilayah kerja Puskesmas Katobu.

C. Populasi dan sampel


Semua ibu yang memiliki bayi umur 0-12 bulan. Adapun jumlah populasi
dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu, dengan tekhnik pengambilan sampel secara
total sampling yaitu semua populasi di jadikan sampel dalam penelitian.

D. Definisi Oprasional
Tentang Pertumbuhan
Dengan kriteria objektif :
1. Baik : Berat badan sesuai umur
2. Kurang : Berat Badan tidak sesuai umur
Tentang Perkembangan
Dengan kriteria objektif:
1. Baik : kemampuan motorik halus, motorik kasar, verbal dan sosial
sesuai umur.

14
2. Kurang : kemampuan motorik halus, motorik kasar, verbal dan sosial
tidak sesuai umur.
Pengetahuan
1. Baik : jika pengetahuan ibu lebih sama dengan 60%
2. Kurang : jika pengetahuan ibu kurang dari 60%

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

penelitian dilakukan di posyandu kelurahan Raha II, kelurahan Raha III, dan
Kelurahan LaEnde di Wilayah kerja Puskesmas Katobu , dilakukan dengan cara
menggunakan kuesioner dan mewawancarai responden berdasarkan pertanyaan
pada kuesioner penelitian.
1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden adalah ciri khas yang melekat pada

responden yang diperoleh melalui kuesioner. Adapun uraiannya sebagai

berikut:

1.1 Umur Bayi

NO POSYTANDU TEMPAT PENELITIAN

Kelurahan Raha II Kelurahan Raha III Kelurahan Laende

3 12 4 2 5 10 9 8 7 Total

bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan

4 3 1. 4 3 5 2 4 5 5 35

16
Tabel 1.2
Distribusi menurut Umur bayi di Posyandu penelitian di posyandu kelurahan
Raha II, kelurahan Raha III, dan Kelurahan LaEnde di Wilayah kerja Puskesmas
Katobu Tahun2018
Umur Bayi
Cumulati
Umur Frequen Valid
No Percent ve
Bayi cy Percent
Percent
1 2 bulan 3 8.6 8.6 8.6
2 3bulan 4 11.4 11.4 20
3 4bulan 4 11.4 11.4 31.4
4 5bulan 5 14.3 14.3 45.7
5 7bulan 5 14.3 14.3 60
6 8bulan 5 14.3 14.3 74.3
7 9bulan 4 11.4 11.4 85.7
8 10bulan 2 5.7 5.7 91.4
9 12bulan 3 8.6 8.6 100
Total 35 100 100
Tabel 4.2menunjukkan bahwa kelompok umur bayi dari yang

paling rendah adalah 10 bulan (5,7%) sedangkan yang paling banyak

kelompok umur 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan masing-masing sebanyak 5

orang (14,3%).

1.2 Pekerjaan Ibu


Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu disajikan pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.3
Distribusi Responden menurut PekerjaanIbu di Posyandu Kelurahan
Raha II, Raha III dan Laende di wilayah kerja Puskesmas katobu
Tahun 2018
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 15 42.9 42.9 42.9

17
PNS 4 11.4 11.4 54.3
Wiraswasta 16 45.7 45.7 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai Ibu


Rumah Tangga (IRT) sebanyak 15 responden (42,9%), Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 4 responden (11,4%), Wiraswasta sebanyak 16
responden (45,7%).

1.3 Pendidikan Ibu


Tabel 1.4
Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu di Posyandu
Kelurahan Raha II, Raha III dan kelurahan Laende wilayah kerja
Puskesmas Karobu Tahun 2018
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 4 11.4 11.4 11.4
SD 4 11.4 11.4 22.9
SLTP 12 34.3 34.3 57.1
SMA 15 42.9 42.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan responden dengan

pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 4 (11,4%) responden, SLTP sebanyak

12 (34,3%) responden, SMA sebanyak 15 (42,9%) responden dan S1

sebanyak 4 (11,4%) responden.

18
2. Analisis Univariat
2.1 Distribusi Responden menurut Pertumbuhan Balita

Tabel 1.5
Distribusi Responden menurut Pertumbuhan Balitadi Posyandu
Kelurahan Raha II, Raha III dan Laende di wilayah kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2018
Tumbuh Kembang Bayi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 14 40.0 40.0 40.0
Kurang 21 60.0 60.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 35 responden,jumlah responden

dengan tumbuh dan kembang yang baik sebanyak 14 orang (40,0%)

responden dan bayi dengan tumbuh dan kembang yang kurang sebanyak

21 orang (60%) responden.

2.2 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu

Tabel 1.6
Distribusi Responden menurut Pengetahuan Gizi Ibudi Posyandu
Kelurahan Raha II, Raha III dan Laende wilayah kerja puskesmas
Katobu Tahun 2018
Pengetahuan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 14 40.0 40.0 40.0
Kurang 21 60.0 60.0 100.0
Total 35 100.0 100.0

19
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 35 responden,jumlah responden

dengan pengetahuanibu yang baik sebanyak 14 (40%) responden dan

responden dengan pengetahuanibu yang kurang baik sebanyak 21 (60%)

responden.

B. Pembahasan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan

peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk

berbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku yang

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 35 responden,jumlah

responden dengan pengetahuan ibu yang baik sebanyak 14 (40%) responden dan

responden dengan pengetahuan ibu yang kurang baik sebanyak 21 (60%)

responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyaknya responden yang

mempunyai pengetahuan kurang mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan pada anak balita sehingga masih banyak balita yang mempunyai

pertumbuhan dan perkembangan yang kurang. Kurangnya tingkat pendidikan

20
ibu dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing

ibu bayi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan distribusi responden berdasarkan

tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan responden dengan

pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 4 (11,4%) responden, SLTP sebanyak 12

(34,3%) responden, SMA sebanyak 15 (42,9%) responden dan S1 sebanyak 4

(11,4%) responden.

Pada umumnya setiap orang sebelum bersikap dan bertindak terhadap

suatu obyek, terlebih dahulu ia mengetahui apa obyek yang hendak disikapi dan

ditindaki. Meski demikian, sering seseorang menyikapi bahkan langsung

bertindak terhadap suatu obyek tanpa lebih dahulu mengetahui tentang obyek

yang hendak disikapi dan ditindakinya (Notoatmodjo. 2010).

Hal ini disebabkan karena kurangnya para ibu untuk menggali informasi-

informasi yang berhubungan dengan tumbuh kembang balita sehingga para ibu

kurang mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan pertumbuhan balita khususnyadi posyandu Kelurahan Raha II, Raha III

dan LaEnde wilayah kerja Puskesmas Katobu. Walaupun para ibu sudah

diberikan pemahaman oleh petugas kesehatan akan pentingnya informasi

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan balita namun masih

kurangnya kepedulian para ibu mengenai informasi tersebut menyebabkan

kurangnya pengetahuan ibu tentang pertumbuhan balita, serta kurangnya

pengetahuan ibu mengenai pertumbuhan balita didukung oleh latar belakang para

ibu yang mayoritas pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di simpulkam oleh peneliti adalah

1. Banyaknya orangtua yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai hal-hal

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak balita sehingga masih

banyak balita yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang

kurang

2. Kurangnya para orangtua untuk menggali informasi-informasi yang

berhubungan dengan tumbuh kembang balita sehingga para ibu kurang

mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan pertumbuhan balita.

3. Pengetahuan orangtua yang baik sebanyak 14 (40%) responden dan

responden dengan pengetahuan orangtua yang kurang baik sebanyak 21

(60%) responden.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi masyarakat terutama bagi ibu untuk
lebih proaktif dalam memperoleh informasi mengenai tumbuh kembang bayi usia
0-12 Bulan melalui diskusi dengan tenaga kesehatan.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Adriany. V. 2013. Optmalisasi Perkembangan Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Penyuluhan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.
2. Eveline, Djamaludin N. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:
Wahyu Media; 2010.
3. Hariweni T. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja dan tidak bekerja
tentang stimulasi pada pengasuhan anak balita. Universitas Sumatera Utara
Digital Library [Internet]. 2003. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6267/1/anak-tri hariweni.pdf.
4. Maritalia, D. 2009. Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita dan Anak Pra Sekolah Di
Puskesmas Kota Semarang. Tesis. Semarang
5. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2012.8.
6. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010.
7. Ronald HS. Pedoman dan Perawatan Balita agar TUmbuh Sehat dan Cerdas.
Bandung: CV NUansa Aulia; 2010.
8. Sandjaja. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Bayi
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.
9. Suhandoko. Fase Balita. 2009. Available from:
http://personal.nusa.net.id/suhandoko/suhandoko/buku/fasebalita.php.htm.
10. Widagdo, dkk. 2009. Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader Posyandu : Studi
Pada Kader Posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Makara Kesehatan Vol 13 No 1. Semarang.

23

Anda mungkin juga menyukai