Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


JURUSAN AGROTEKNOLOGI

Semester:
Ganjil 2015/ 2016

Oleh
Gilang Aji Nusantara
NIM A1D015109/Romb 5

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA PERTANIAN

ACARA 1
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Semester:
Genap 2015/ 2016

Oleh
Gilang Aji Nusantara
NIM A1D015109/Romb 15

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
ACARA I. PENYIAPAN CONTOH TANAH

Tanggal praktikum : 4 April 2016

Nama : Gilang Aji Nusantara

NIM : A1D015109

Nama partner : Aprilianti

Zia Khaidil Suffi

Vivi Restu R.

Muhammad ‘Ariq Naufal

Rombongan : 15

Asisten : - Arigi Desinta

- Hafidz Andalas Putra


I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanah adalah benda alam yang terdapat di permukaan bumi yang memiliki

panjang, lebar, dan kedalaman. Tanah merupakan habitat bagi mikroorganisme.

Bagi manusia dan hewan darat, tanah menjadi tempat untuk hidup dan bergerak.

Tanah juga memiliki pernanan penting bagi tumbuhan sebagai media tanam,

media unsur hara, dan air serta sebagai penopang akar untuk bertumbuh.

Tanah berasal dari pelapukan batuan bahan organik. Pembentukan tanah

memakan waktu yang lama, bahkan bisa mencapai ribuan hingga jutaan tahun.

Proses pelapukan dibedakan menjadi tiga, yaitu pelapukan mekanik, kimiawi, dan

organik.

Pelapukan mekanik adalah peluruhan yang menghasilkan partikel yang

lebih halus. Pelapukan ini meliputi pemanasan, pengendapan dan penekanan.

Pelapukan kimiawi terjadi karena peristiwa hancurnya dan terlepasnya material

dari batuan induk disertai perubahan unsur kimia. Sedangkan pelapukan organik

terjadi karena peristiwa hancurnya atau terlepasnya material dari batuan induk

yang disebabkan oleh kegiatan makhluk hidup.

Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah, faktor-faktor

pembentuknya, klasifikasi tanah, survey tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di

lapang disebut pedologi. Apabila tanah dipelajari dan memiliki hubungan dengan

pertumbuhan tanaman disebut edapologi.


B. Tujuan

Untuk menyiapkan contoh tanah yang digunakan dalam acara penetapan

kadar air, derajat kerut tanah, dan pengenalan contoh tanah dengan indra.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data

karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan

lapangan.Lokasi pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa

sehingga dapat mewakili areal yang diambil contoh tanahnya.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan

sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat tanah di

laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah

di lapangan (Suganda et al, 2002).

Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup

berat volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah,

permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk

ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air

tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau

perngerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility) dan ketahanan geser

tanah (Suganda et al, 2002).

Ada beberapa jenis contoh tanah, diantaranya:

1. Contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari

lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya

hampir menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan


untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi

pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2) dan

permbeabilitas.

2. Agregat utuh (Undisturbed soil agregate)

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan

alami yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan

bagi analisis indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil

menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm.

3. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (Disturbed soil sample)

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-

sifat kimia tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan

keadaan di lapangan, karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan

contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas mengunakan kantong plastik tebal

atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang lokasi,

tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam

atau di luar kantong plastik (Suganda et al, 2002).

Entisol merupakan ordo tanah yang umumnya masih muda, hampir belum

mengalami perkembangan horizon pedogenik. Beberapa ada yang memiliki

horizon epipedonochrik dan sedikit pada Psaments memiliki horizon albik

(horizon B) (Fanning dan Fanning, 1989). Bahan penyusun tanah ini kebanyakan

berupa bahan tanah yang masih lepas dengan perkembangan tanah yang sangat

lemah dan daya menahan air sedikit (Notohadiprawiro, 1991).


Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.

Inceptisol menduduki golongan tanah terluas kedua di dunia. Ciri khas Inceptisol

ini adalah tanah mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochric (pucat),

meskipun masih sedikit memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan iluviasi.

Golongan tanah ini dapat terjadi hampir dalam semua zone iklim yang

memungkinkan terjadinya proses pencucian. Inceptisol merupakan tanah yang

mempunyai horizon alterisasi yang telah kehilangan basa-basa atau besi dan

aluminium tetapi mengandung mineral-mineral terlapuk, tampa horizon iluviasi

yang diperkaya dengan liat silikat yang mengandung aluminium dan bahan

organik amorf (Sevindrajuta, 2013).

Ultisol didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai penciri horison

argilik atau kandik dan kejenuhan basa < 35%. Ultisol merupakan salah satu jenis

tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau

sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, 2004).

Vertisols adalah tanah-tanah yang telah mempunyai perkembangan profil,

yang dicirikan oleh terbentuknya bidang kilir (slickenside) di lapisan bawah,

kandungan liat cukup tinggi (> 30%) dan terdapat rekahan-rekahan di permukaan

tanah selebar > 1 cm dan dalam > 50 cm pada musim kemarau (Soil Survey Staff,

1998). Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium yang kaya akan basa-basa dan

batuan sedimen pada fisiografi dataran aluvial dan dataran. Umumnya solum

tanah dalam, warna tanah kelabu, tekstur halus, reaksi tanah netral sampai basa,

dan kandungan bahan organik rendah. Faktor pembatas utama adalah sifat

mengembang dan mengkerut sehingga terjadi rekahan yang cukup dalam dan
lebar terutama pada musim kemarau panjang (Susanto A.N. dan Marthen P. S.,

2007).

Andisol adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur, namun

mempunyai tingkat jerapan P yang tinggi. Hal ini dikarenakan adanya mineral

amorf seperti alofan, imogolit, ferihidrit, dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe

dengan permukaan spesifik yang luas (Munir, 1996).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum Penyiapan Contoh Tanah meliputi

contoh tanah yang terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah di

keringkan kurang lebih satu minggu.

Alat yang digunakan adalah mortir dan penumbuknya, saringan (2 mm, 1

mm, dan 0.5 mm) tambir untuk peranginan, kantong plastic, spidol.

B. Prosedur Kerja

1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati,

kemudian di ayak dengan saringan berturut-turut dari yang diameter 2 mm, 1

mm, dan 0.5 mm. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah

contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang lolos seringan 0.5 mm

adalah contoh tanah halus (<0.5 mm).

2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastic atau wadah

yang dapat menyimpan tanah dan diberi label seperlunya (nama tanah dan

diameter tanah).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Karena pada praktikum acara satu ini kita tidka melakukannya, dan hanya

sebatas pengenalan dan pengantar saja, jadi praktikan tidak diwajibkan untuk

menulis dari hasil acara satu ini.

B. Pembahasan

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan

sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat tanah di

laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah

di lapangan (Suganda et al, 2002).

Tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dai

bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam,

sehingga membentuk regolit. Definisi tanah dari setiap orang isa bereda beda

tergantung oleh profesinya. Bagi petani misalnya, petani mengartikan tanah

sebagai media tumbuhnya tanaman darat, sedangkan sedangkan teknik sipil

mendefinisikan tanah sebagai media untuk mendukung/menopang suatu

bangunan.
Definisi yang dikemukakan oleh jooffe dan marbuat yang merupakan dua

ahli tanah yang ternama dari amerika serikat “tanah itu adalah tubuh alam (natural

body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam

(natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi.

Tanah alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral

maupun organik yang kedalamnannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya

dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi

kimia, sifat-sifat fisis maupun kehidupan biologisnya.”

Schoeder (1972) menyatakan bahwa tanah itu sebagai suatu sistem fase yang

mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad jasad hidup,

yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan

kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri

morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-

macam tanaman.

Contoh tanah tanah dibagi menjadi beberapa jeis contoh tanah,

diantaranya:

1. Contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan

tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir

menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk

penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada

berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2) dan permbeabilitas.


2. Agregat utuh (Undisturbed soil agregate)

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami

yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi

analisis indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan

cangkul pada kedalaman 0-20 cm.

3. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (Disturbed soil sample)

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat

kimia tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di

lapangan, karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh

tanah ini dapat dikemas mengunakan kantong plastik tebal atau tipis.

Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal

pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar

kantong plastik (Suganda et al, 2002).

Entisol merupakan ordo tanah yang umumnya masih muda, hampir belum

mengalami perkembangan horizon pedogenik. Beberapa ada yang memiliki

horizon epipedonochrik dan sedikit pada Psaments memiliki horizon albik

(horizon B) (Fanning dan Fanning, 1989). Bahan penyusun tanah ini kebanyakan

berupa bahan tanah yang masih lepas dengan perkembangan tanah yang sangat

lemah dan daya menahan air sedikit (Notohadiprawiro, 1991).

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan

baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini

mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi


tanah dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu

vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila

terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik.

Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi seperti di

Karawang, Indramayu dan Delta Brantas. Palawija, tebu di Surabaya. Entisol yang

berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi

berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili.

Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya

diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Karawang. Entisol merupakan

tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan

asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan tanah

yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha

pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah

banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial ini.

Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral

sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai

nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan

organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur

lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan

oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan

alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus.

Meskipun tidak ada pencucian Universitas Sumatera Utara hara tanaman dan
relatip subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya

membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).

Entisol dapat juga dibagi berdasarkan great groupnya, beberapa

diantaranya adalah Hydraquent, Tropaquent dan Fluvaquents. Ketiga great group

ini merupakann subordo Aquent yaitu Entisol yang mempunyai bahan sulfidik

pada kedalaman ≤ 50 cm dari permukaan tanah mineral atau selalu jenuh air dan

pada semua horizon dibawah 25 cm terdapat hue dominan netral atau biru dari 10

Y dan warna-warna yang berubah karena teroksidasi oleh udara. Kadar jenuh air

selama beberapa waktu setiap tahun atau didrainase secara buatan (Hardjowigeno,

1993).

Hydraquent adalah great group dari ordo tanah Entisol dengan subordo

Aquent yang pada seluruh horison di antara kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah

permukaan tanah mineral, mempunyai nilai-n sebesar lebih dari 0,7 dan

mengandung liat sebesar 8 persen atau lebih pada fraksi tanah halus (Soil survey

staff, 1998). Tropaquent adalah great group dari ordo tanah Entisol dengan

subordo Aquent. Tanah ini dibedakan karena memiliki regim suhu tanah iso

(perbedaan suhu musim panas dan dingin kurang dari 50. Tanah ini terbentuk

karena selalu basah atau basah pada musim tertentu. Jika dilakukan perbaikan

drainase akan berwarna kelabu kebiruan (gley) atau banyak ditemukan karatan

(Hardjowigeno, 1993). Fluvaquents adalah great group dari ordo tanah Entisol

dengan subordo Aquent yang mengandung karbon organik berumur Holosen

sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah

mineral, atau memiliki penurunan kandungan karbon organik secara tidak teratur
dari kedalaman 25 cm sampai 125 cm atau mencapai kontak densik, litik, atau

paralitik apabila lebih dangkal (Soil survey staff, 1998).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah ,yaitu contoh tanah utuh

(undisturbed soil sample), agregat utuh (undisturbed soil aggregate), dan

contoh tanah tidak utuh atau terganggu (disturbed soil sample).

2. Entisol merupakan ordo tanah yang umumnya masih muda. Bahan penyusun

tanah ini kebanyakan berupa bahan tanah yang masih lepas dengan

perkembangan tanah yang sangat lemah dan daya menahan air sedikit.

3. Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik

sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah.

B. Saran

Sebaiknya ada praktikum acara ini praktikan dapat melakukan praktikum

secara langsung sehingga dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang

sesuai dengan pengaplikasian di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Redogenesis. Akedemika

Presindo. Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan

Pemanfatannya. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Sevindrajuta. 2012. Efek Pemberian Beberapa Pupuk Kandang Sapi Terhadap

Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut

(Amaranthus tricolor L).Sumatra Barat: Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatra Barat

Saridevi, G.A.A.R., I Wayan D Atmaja., dan I Made Mega. 2013. Perbedaan

Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah

Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.

Vol 2 No 4: 215-217.

Suganda H., Achmad R., dan Sutono. 2002. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah

untuk Penanaman Tanamamn Anggrek Bulan, Trubus Action. Artikel.

Hlm 3-12. PT Grassindo Pustaka. Jakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai