SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2018 RESUME
Pada dasarnya desain instruksional dirancang untuk membantu guru,
dosen, atau pengajar untuk memberikan kualitas pengajaran yang profesional. Hal ini dikarenakan guru, dosen mempunyai posisi yang strategis dalam pendidikan, guru, dosen merupakan ujung tombak yang akan memberikan perubahan pada peserta didik setelah dilakukannya pembelajaran, secara sederhananya dari awalnya yang tidak bisa menjadi bisa. Maka kualitas peserta didik tentu akan bergantung dari kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen. Menurut (Munthe, 2010) ada beberapa hal yang menyebabkan desain instuksional harus dikuasai oleh guru dan/atau dosen, antara lain; pertama, kualitas dalam pembelajaran tidak terjadi dengan begitu saja namun harus dengan perencanaan, kerja keras, kerja tim, dan komitmen. Kedua, dalam kurikulum berbasis kompetensi, maka guru harus memahami keterampilan secara holistik yang diawali metode desain materi, desain kompetensi, desain strategi pembelajaran, dan desain assesment. Ketiga, kecakapan dalam melayani pembelajaran adalah satu seni yang menuntut penguasaan kerangka teori, konsep, metode, strategi, atau teknik pembelajaran. Maka guru dan/ atau dosen bukan jadi begitu saja namun mengalami proses perkembangan untuk menjadi profesional. Dalam penyusunan desain pembelajaran didasarkan atas beberapa asumnsi, pokok-pokok pikiran atau proposisi. (Gagne, Briggs, & Wager, Principles Of Instructional Design - 4th ed., 1992) mengidentifikasi adanya empat pokok-pokok pikiran atau asumsi dasar penyusunan desain pembelajaran. Pertama diterima asumsi (anggapan) bahwa desain pembelajaran harus ditujukan untuk membantu belajar individual siswa. Desain pembelajaran tidak memusatkan perhatian terhadap perubahan pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang bersifat massal. Kedua, desain pembelajaran mempunyai dua fase, yaitu fase jangka pendek dan fase jangka panjang. Desain jangka pendek (disebut juga desain mikro) berupa persiapan mengajar guru untuk menyajikan beberapa topik dalam waktu beberapa jam pelajaran. Desain jangka panjang (desain makro), berupa desain untuk mengajarkan keseluruhan matapelajaran dalam suatu satuan pendidikan. Hasilnya berupa silabus dan kurikulum sekolah. Ketiga, desain pembelajaran yang disusun secara sistematis akan berpengaruh terhadaap pencapaian tujuan pembelajaran siswa. Dengan kata lain pembelajaran yang direncanakan dengan baik, hasilnya akan lebih optimal daripada tanpa perencanan yang sistematis. Keempat, desain pembelajaran harus disusun dengan menggunakan pendekatan sistem (sistem approach). Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan sistem dalam desain pembelajaran meliputi sejumlah langkah mulai dari analisis kebutuhan dan tujuan belajar, berakhir dengan evaluasi terhadap pencapaian tujuan belajar. Desain pembelajaran didasarkan atas asumsi, pokok-pokok pikiran, yaitu: 1. Bahwa kompetensi atau tujuan pembelajaran sebagai hasil analisis kebutuhan belajar, apa pun bidang studi yang diajarkan perlu dirumuskan dengan jelas, dalam arti proses dan hasil pembelajaran dapat diamati dan diukur (observable and measurable). 2. Tanpa memandang bidang studi yang dikembangkan, materi pembelajaran dapat diklasifikasikan dengan cara tertentu. Klasifikasi materi pembelajaran dimaksud dapat berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan, dapat pula diklasifikasikan menjadi fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Bahwa setiap jenis materi tersebut memerlukan strategi, media, dan evaluasi yang berbeda dalam mengajarkannya. Hasil pembelajaran dievaluasi atau dinilai dengan menggunakan acuan kriteria (bukan acuan norma), penilaian didasarkan atas kriteria tercapai tidaknya tujuan atau kompetensi pembelajaran (criterion measurement). 3. Tugas penyusun desain pembelajaran (instructional designer) adalah mencari alternatif strategi, alat, dan media yang optimal untuk membantu individu siswa menguasai materi (p.283; 3). Berdasarkan jenis materi pembelajaran dikenal adanya conceptual learning principles (p.233) dan problem based learning principles. (Gagne & Driscoll, Essentials of learning for instructional, 1989) menyatakan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar peserta didik, proses belajar tersebut memiliki tahapan saat ini dan tahapan jangka panjang. Dari pendapat Gagne dapat dilihat bahwa fokus dari desain pembelajaran yang disusun adalah untuk peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dan juga dapat berguna bagi peserta didik implementasikan di masyarakat. Kelebihan dari pendapat Gagne adalah telah dilakukannya analisis mendalam dalam pemilihan materi dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang dipelajari akan berguna bagi dirinya saat mempelajari dan berguna untuk masa depannya beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Namun kelemahannya tidak terlalu memfokuskan perhatian pada tugas dari guru untuk melakukan pembelajaran, apakah strategi, metode, atau model yang dilakukan dalam implementasi pembelajaran. Shambaugh dalam (Sanjaya, 2009) menjelaskan tentang desain pembelajaran sebagai “An intellectual process to help teachers systematically learners needs and construct structures possibilities to responsively addres those needs”. (Sebuah proses intelektual untuk membantu pendidik menganalisis kebutuhan peserta didik dan membangun berbagai kemungkinan untuk merespon kebutuhan tersebut). Berdasarkan konsep dari Shambaugh jelas bahwa dalam pendidikan harus dianalisis terlebih dahulu apa kebutuhan dari peserta didik yang harus diajarkan, hal ini akan memberikan dampak bahwa materi yang diajarkan akan sangat berguna bagi kehidupan peserta didik. Kelemahan dari konsep ini juga tidak detail menjelaskan tahapan demi tahapan dalam pembelajaran untuk tujuan penting dari pendidikan karena fokus pada analisis kebutuhan saja. Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh (Gentry, 1985), bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk keefektifan pencapaian tujuan. Hal ini sesuai juga yang disampaikan (Dick, Carey, & Carey, 2003) mendefenisikan desain pembelajaran adalah mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem yang terdiri dari analisis, desain , pengembangan, implementasi dan evaluasi. Lebih lengkap Dick, Carey & Carey menjabarkan bahwa dalam mendesain pembelajaran harus melewati tahapan-tahapan; a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran. b. Melakukan analisis instruksional. c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran. d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus. e. Mengembangkan instrumen penilaian. f. Mengembangkan strategi pembelajaran. g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar. h. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif. i. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran. j. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa desain
pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran secara sistematis untuk memaksimalkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran diawali dengan menganalisis kebutuhan peserta didik, menentukan tujuan pembelajaran, mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya mencakup penentuan sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian (evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan produktivitas proses pembelajaran. Referensi
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2003). The Systematic Design Of Instruction. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Addison: Welswey Educational.
Gagne, R. M., & Driscoll, M. P. ( 1989). Essentials of learning for instructional.
Florida: State University.
Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles Of Instructional
Design - 4th ed. United States of America: Ted Buchholtz.
Munthe, B. (2010). Desain Pembelajaran (cetakan ke-10). Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.
Sanjaya, W. ( 2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: