Uraian Materi
A. Konsep dasar
Pada konsep dasar ini akan dijelaskan mengenai pengertian, anatomi dan
fisiologi, etiologi , ciri-ciri tumor ganas, penyebaran tumor ganas, derajat keganasan
tumor, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengertian:
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Sutisna himawan (1996, hal: 77).
Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan
hanya penyakit tunggal. Doengoes (2000, hal 997).
Cancer Mastoid adalah: kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh terjadi pada tulang mastoid.
2. Anatomi dan Fisiologi
Tulang adalah suatu bentuk khusus jaringan ikat, ditandai dengan adanya
sel bercabang panjang-panjang dan berkeluk-keluk (osteosit) yang mengisi
rongga-rongga (lakuna) dan celah yang kecil (kanalikulus) di dalam matrix yang
keras terdiri atas serabut kalogen pada jaringan amorf yang mengandung gugusan
fosfat kalsium. Tulang merupakan tempat penyimpanan kalsium dan fosfat, yaitu
99% daripada seluruh kalsium tubuh dan 90% daripada fosfat tubuh. Epifisis dan
metafisis ialah bagian tulang yang tumbuh. Sumusum tulang berwarna merah
pada umur muda dan kuning pada dewasa, kecuali tulang gepeng (tengkorak, iga,
vertebra, pelvis). Tulang mastoid merupakan bagian dari tulang tengkorak.
2
Gambar 2.1
Tulang panjang :
a. Diafisis
Terdiri dari tulang kompakta dengan rongga sumsum tulang, medulla.
b. Epifisis
Terdiri dari tulang spongiosa dengan kortexnya tulang kompakta.
Pada orang dewasa rongga tulang spongiosa pada epifisis berhubungan
dengan rongga sumsum tulang diafisis. Tetapi pada anak-anak yang masih
tumbuh, epifisis dan diafisis dipisahkan oleh lempeng tulang rawan epifisis, yang
bersatu dengan diafisis melalui suatu tulang spongiosa yang disebut metafisis.
Lempeng tulang rawan epifisis merupakan tempat tulang panjang menjadi
panjang. Semua permukaan tulang diliputi oleh jaringan ikat khusus yang disebut
periosteum, kecuali pada bagian yang membentuk sendi.
Cara pembentukan tulang
a. Ossifikasi intramembranosa, ialah perubahan dari
jaringan ikat, misalnya pada tulang tengkorak, mandibula dan clavicula.
b. Ossifikasi intrakartilaginosa atau endochondral, ialah
perubahan dari tulang rawan, misalnya pada tulang panjang.
3
Unsur-unsur tulang
1. Unsur tetap: Osteosit, matrix (jaringan interseluler) yang mengandung
mineral (calcium phosphate, hydroxapatitecystal)
2. Unsur sementara: Osteoblas,
Osteoklas
Selain ini terdapat pula : sumsum tulang berisi derivat sel retikuloendotel.
Osteosit
Sel tulang menunjukan gambaran sbb : Sel besar bercabang ke bagian arah
dan banyak cabang dbersatu dengan osteosit lain-lain. Badan osteosit terletak di
dalam lakuna dan cabang-cabangnya terletak di dalam kanalikulus. Slah satu ciri
khas osteosit ialah tidak dapat mengadakan mitosis.
Osteoblas
Sel osteogen yang belum berdiferensiasi sempurna. Osteoblas membentuk
dan mengadakan klasifikasi jaringan interseluler. Osteoblas-osteoblas saling
berhubungan melalui jembatan-jembatan interseluler. Pada pembentukan tulang,
beberapa osteoblas aka dikelilingi jaringan intrerseluler yang telah dibentuknya
sendiri dan menjadi cabang daripada osteosit. Osteoblas bila memperbanyak
diri/aktif menghasilkan enzim fosfate alkalik, yang berfungsi mengadakan
klasifikasi pada matrix.
Osteoklas
Sebuah sel raksasa berinti banyak: suatu fagosit tulang, dijumpai pada
permukaan tulang yang mengalami resorpsi. Perubahan vital pada tulang terjadi
oleh karena adanya keseimbangan antar pembentukan dan kerusakan tulang.
Matrix
Mengandung gugusan kalsium-fosfat-karbonat yang memberikan siafat
keras/kukuh daripada tulang. Gugusan ini diendapkan pada jaringan intraseluler
akibat pengaruh enzim fosfatase alkalik. Jaringan intraseluler (matrix) yang
mengandung mineral diseut osteoid.
Untuk kebutuhan tulang dibutuhkan :
a. Diet dengan mineral dan
vitamin yang memadai.
b. Proses biologik dan
biosintetik.
Fungsi tulang :
a. Alat penunjang :
Melindungi alat tubuh vital di kepala dan rongga dada dan mengandung
sumsum tulang didalamnya.
b. Tempat cadangan kalsium
dan fosfor.
4
c. Hematopoiesis.
Kadar kalsium darah kira-kira 8-11 mg% atau 4,5-5,5 mEq dan kadar
fosfor darah adalah 3-5 mg% (1,7-2,3 mEq). Kalsium dalam serum
mempunyai peranan penting dalam fungsi tubuh, yaitu berpengaruh pada
aktivitas enzim, permeabilitas membran sel, irama jantung dan aktivitas
neuromuskuler.
Penurunan kadar kalsium dalam darah akan mengakibatkan tetani dan
kematian, sedangkan kadar yang meninggi akan mengakibatkan gangguan
fungsionil dan efek pada jantung. Bila kadar kalsium serum tinggi, maka
kadar fosfor serum akan menurun.
Kalsium diserap dari bagian atas usus halus. Penyerapan ini terjadi bila
terdapat vitamin D. Kadar kalsium dalam darah bergantung kepada
keseimbangan antara kalsium yang diserap dari usus dan tlang serta kalsium
yang dikeluarkan oleh tubuh melalui air kemih dan tinja dan penimbunan
dalam bentuk garam-garam tulang.
Absorpsi fosfor dari usus dirangsang oleh banyaknya kalsium dan
lemak dalam makanan, dan dipengaruhi sedikit oleh vitamin D.
Metabolisme kalsium dan fosfor dipengaruhi terutama oleh hormon
parathyroid dan vitamin D. Hormon lain-lain juga berpengaruh yaitu estrogen,
androgen, thyroxin, calcitonin (dari thyroid), hormon hipofisis anterior.
3. Etiologi :
Menurut jenisnya kanker/korsinogen dapat berupa:
a. bahan kimia
b. virus
c. konsinogen fisik
d. hormon
Jenis-Jenis Neoplasma :
a. Jinak/non kanker
Adalah suatu perbedaan lokal semata. Peoliferisi sel-sel yang
merupakan neoplasma sangat kohesif,sehingga waktu massa sel neoplasma itu
tumbuh, terjadi perluasan massa secara sentifugal dengan batas yang sangat
nyata. Karena sel-sel yang berpeoliferisi tidak saling meninggalkan maka
pinggir neoplasma kurang lebih cenderung bergerak ke luar dengan lancar
sambil mendesak jarimngan yang berdekatan. Dengan demikian neoplasma
jinak mempunyai kapsul jaringan penyambung yang memisahkan neoplasma
dengan sekelilingnya.
b. Ganas/kanker
Umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara
progesif tanpa belas kasihan, jika tidak di buang sel neoplasma ganas tidak
5
sekohesif sel jinak. Akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas sering kali
tidak teratur. Neoplasma ganas cenderung tidak berkapsul, dan biasanya
mereka mudah dipisahkan dari sekitarnya. Bersifat invasif ke sekitar bukan
mendesak ke samping. Sifat lain adalah kemampuan berpeoliferisi sel kanker
untuk melepaskan diri dari tumor induk dan memasuki sirlkulasi untuk
menyebar ke tempat lain. Jadi sifat bahaya neoplasma ganas adalah
kemampuan menginvasi jaringan normal dan kemampuan membentuk
metastasis.
4. Ciri-ciri Tumor Ganas :
1. Tumbuh secara infiltrat
2. Residif
3. Metastasis
4. Tumbuhnya cepat
5. Perubahan pada inti sel/membesar
6. Anoplasia
7. Kehilangan polaritas
8. Menyebabkan kematian
5. Penyebaran Tumor Ganas
a. Penyebaran setempat
Merupakan penjajaran sel-sel tumor dari tumor induk ke jaringan sehat
sekitarnya. Massa sel tumor ini berhubungan dengan tumor induknya.
b. Penyebaran jauh/Metastasis
Merupakan pelepasan sel-sel tumor induk yang kemudian diangkut oleh
aliran darah atau cairan getah bening ke tempat yang jauh, membentuk
pertumbuhan baru yang disebut anak sebar. Massa tumor anak sebar tidak
berhubungan pada penyebaran tumor ganas :
1) danya pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup
outonom.
2) Adanya jalan penyebaran.
3) Adanya lingkungan yang memberikan
kemungkinan untuk hidupnya sel-sel tumor pada tempat yang baru.
6. Derajat Keganasan tumor
Cara membedakan derajat keganasan telah dikembangkan dalam usaha
untuk menghubungkan sifat morfologik tumor dengan sifat-sifat pertumbuhan
yang akan datang sehingga dapat meramalkan pregrosisnya.
a. Melihat gambaran makroshopis, apakah tumor tumbuh exophytic kurang
keganasannya bila dibandingkan dengan tumor yang tumbuh infiltrat.
b. Dibagi atas tingkatan berdasar mikroshopik, melihat derajat deferensiasinya,
kelainan-kelainan pada inti dan tampaknya mitosis.
6
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian:
Menurut Lismidar, H, dkk (1990) bahwa pengkajian adalah suatu
pendekatan sistematis untku mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga
dapat di ketahui kebutuuhan perawatan pasien.
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan, Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, Mulgravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, Herpes genital.
k. Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau bibi dengan kanker
payudara, sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan/didiagnosis,
penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat: bila tidak ada, riwayatt
alamiah dari primer kan memberikan informasi penting untuk mencari
metastatik, riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker
dan pengobatan yang diberikan.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat :
tergantung pada sistem khusus yang terkena dan kebutuhan. Rujuk pada
sumber-sumber yang tepat. Memerlukan bantuan dalam keuangan, obat-
obatan/pengobatan, yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Gordon (1978) dan Lismidar, H (1990) diagnosa keperawatan
adalah suatu masalah kesehatan yang aktual dan potensial yang mana perawat
dengan keahliannya yang diperoleh dari pendidikan dan pengalamannya mampu
dan diberi ijin untuk menanganinya.
Menurut Doengoes, E. Marylin (2000), diagnosa keperawatan pada Ca.
Mastoid adalah sebagai berikut:
a. Ketakutan/Ansietas (Uraikan Tingkatan)
Dapat dihubungkan dengan : Krisis situasi (kanker),
ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola
interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga (hospitalisasi,
pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
9
pasien tidak sendiri atau ditolak: berikan respek dan penerimaan individu,
mengembangkan kepercayaan.
5) Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk
imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian
pasien/masker isolasi bila mungkin. Rasional Penyimpangan sensori
dapat terjadi nilai stimulan yang cukup tidak tersedia dan dapat
memperberat perasaan ansietas/takut.
6) Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi rasa takut ini. Rasional : keterampilan koping
rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda.
Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu
mengenal dan menghadapi rasa takut dan untuk menyakini bahwa strategi
kontrol/koping tersedia.
7) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prodnosis,
hindari memperdebatkantentang persepsi pasien terhadap situasi. Rasional
: Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
8) Ijinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi, berikan
nformasi dimana perasaan adalah normal dan dekspresikan secara tepat.
Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan pasien mulai meghadapi
situasi.
9) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan
potensial efek samping, membantu pasien menyiapkan pengobatan.
Rasional : Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel
maglinan sambil meminimasi kerusakan pada sel yang normal.
Pengobatan dapat meliputi pembedahan (kuratif, preventif, paliatif) serta
kemoterapi, radiasi (internal, eksternal) atau pengobatan lebih
baru/spesifek seperti hipertemia seluruh tubuh atau bioterapi.
Transplantasi sumsum tulang mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe
kanker.
10) Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan
jawaban jujur, tinggal dengan pasien selama prosedur yang menimbulkan
ansietas dan konsultasi. Rasional : Informasi akurat memungkinkan
pasien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karenanya
menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.
11) Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun
mungkin. Rasional : Membantu menurunkan ansietas dengan
12
Mandiri
1) Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi. Rasional : Mengidentifikasi
kekuatan/defisiemsi nutrisi.
2) Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep (atau
pengukuran antropometrik lain sesuai indikasi). Pastikan jumlah
penurunan berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi. Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein-kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antrometrik
kurang dari normal.
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan
kasukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari. Rasional :
Kebutuhanjaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4) Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan misal makanan
bening, cairan dingin, saring, kerkers sering, roti panggang, minuman
berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan.
Rasional : Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam
penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk
menemukan solusi/kombinasi ter baik.
5) Kontrol faktor lingkungan (misal bau kuat/tidak sedap atau kebisingan),
hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas. Rasional : Dapat
mentriger respons mual/muntah.
6) Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong pasien
untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman. Rasional : Membuat
waktu makan lebih menyenagkan yang dapat meningkatkan masukan.
7) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan sedang sebelum makan. Rasional : Dapat mencegah awitan atau
penurunan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan
pasien meningkatkan masukan oral.
8) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai
secara umum tidak berespons terhadap obat antiemetik. Perubahan
lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan
mungkin efektif.
9) Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. Rasional :
Sering sebagai sumber distres emosi khususnya untuk orang terdekat
15
3) Dorongan pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin misal, mandi
duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai
kemampuan. Rasional : Meningkatkan kekuatan/stamina dan
memampukan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
4) Pantau respons fisiologi terhadap aktivitas misal,perubahan pada TD atau
frekuensi jantung/pernafasan. Rasional : Toleransi sangat bervariasi
tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
5) Dorongan masukan nutrisi (rujuk pada DK: nutrisi, perubahan: kurang
dari kebutuhan tubuh). Rasional : Masukan/penggunaan nutrisi adekuat
perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas.
Kolaborasi
6) Berikan O2 suplemen sesuai indikasi. Rasional : Adanya
anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular
dan memperberat keletihan.
7) Rujuk pada terapi fisik/okupasi. Rasional : Latihan yang terprogram
setiap hari dan aktivitas membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan
rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat
energi.
f. Infeksi, Risiko tinggi terhadap
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada
isolasi sesuai indikasi. Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber
infeksi seperti, pengunjung dan staf yang mengalami ISK.
2) Tekan higiene personal. Rasional : Membantu potensial sumber infeksi
dan/atau pertumbuhan sekunder.
3) Pantau suhu. Rasional : Peningkatan suhu terjadi (bila tidak tertutup oleh
obat kortikosteroid dan anti inflamasi) karena berbagai faktor misal efek
samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini proses
infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.
4) Kaji semua sistem (misal, kulit, pernafasan, genitourinaria) terhadap
tanda/gejala infeksi secara kontinu. Rasional : Pengenalan diri dan
intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih
serius.
19
5) Ubah posisi dengan sering: pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah
kerusakan kulit (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri).
6) Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan. Rasional : Membatasi
keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi
statis misal, pneumonia, dekubitus dan pembentukan trombus.
7) Tekankan pentingnya higiene oral yang baik. Rasional : Terjadinya
stomatitis meningkatkan risiko terhadap infeksi/pertumbuhan sekunder.
8) Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptik. Rasional :
Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen
infeksius.
Kolaborasi
9) Pantau JDL dengan ADP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit
sesuai indikasi. Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek
kemoterapi, status penyakit, atau terapi radiasi. Pemantauan status
melosupresi penting, untuk mencegah komplikasi lanjut (misal, infeksi,
anemia atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat, catatan: Nadir (titik
terendah penurunan jumlah darah) terlihat 7-10 hari setelah pe,mberian
kemoterapi.
10) Dapatkan kultur sesuai indikasi. Rasional : Mengidentifikasi organisme
penyebab dan terapi yang tepat.
Berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasional : Mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik pada pasien
imunosupresi.