BERKEMBANG
Disusun oleh:
FAKULTAS KESEHATAN
2018
BAB I
PEDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di negara berkembang seperti kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan
mereka untuk mendapatkan akses pelayanan publik seperti pelayanan ekonomi, pelayanan
kesehatan dan sebagainya. Akan tetapi karena permintaan melebihi kemampuan pemerintah
untuk memenuhi maka timbul situasi "kekurangan" sehingga diperlukan suatu pengalokasian
pusat-pusat pelayanan publik pada masyarakat yang benar-benar optimal dalam
pemerataannya, baik dalam dimensi spasial maupun struktur sosial.Pada saat ini masalah
kesehatan lingkungan banyak muncul di wilayah-wilayah perkotaan. Masalah kesehatan ini
dapat ditinjau dari dua segi, yaitu berbagai jenis penyakit yang timbul serta penyelenggaraan
pelayanan kesehatan baik untuk kegiatan pencegahan penyakit maupun pengobatan dan
pemulihan kesehatan (Dr. Dainur, 1995). Pengenalan yang baik terhadap jenis penyakit serta
perimbangan jumlah penduduk dengan fasilitas pelayanan masyarakat merupakan hal yang
penting. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional tentang upaya kesehatan masyarakat, yaitu
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu ditingkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, lembaga pemulihan kesehatan, pusat kesehatan masyarakat serta lembaga kesehatan
lainnya. Selanjutnya perlu ditingkatkan pula penyediaan dan pemerataan tenaga medis dan
tenaga kesehatan lainnya, serta penyediaan obat yang terjangkau oleh rakyat. Di samping itu
perlu terus ditingkatkan pengadaan, pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan lainnya
(Dep artemen Kesehatan R.I., 1985 di dalam Santun Putika, 2002). Salah satu tindakan yang
dilakukan pemerintah sebagai penjabaran dari kebijakan nasional di bidang kesehatan
tersebut adalah dengan memperbanyak jumlah Puskesmas. Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok (Departemen Kesehatan RI, 1992). Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan
(Health Care System) yang berlaku di Indonesia, maka puskesmas adalah tulang
punggungnya. Disebutkan bahwa sistem pelayana3kesehatan di Indonesia dilaksanakan
melalui kerjasama timbal balik antara masyarakat dengan puskesmas beserta rujukannya.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Mahasiswa dapat mengetahui sistem kesehatan negara berkembang.
2) Mahasiswa dapat mengetahui sistem kesehatan dinegara maju.
3) Mahasiswa dapat mengetahui pelayanan sistem kesehatan negara berkembang dan
negara maju.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sistem kesehatan negara berkembang
“Sistem Kesehatan” istilah mencakup personel, lembaga, komoditas, informasi,
pembiayaan dan strategi tata pemerintahan yang mendukung pemberian layanan pencegahan
dan pengobatan. Tujuan Utama dari sistem kesehatan untuk merespon kebutuhan
masyarakat dan harapan dengan memberikan pelayanan secara adil dan merata.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan system kesehatan sebagai
“semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan, memulihkan, atau
menjaga kesehatan”. Bank Dunia mendefinisikan sistem kesehatan yang lebih luas untuk
memasukkan faktor yang saling berhubungan untuk kesehatan, seperti kemiskinan,
pendidikan, infrastruktur dan lingkungan social dan politik yang lebih luas.
Sistem kesehatan yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk mencapai
Milenium Development Goals (MDGs) oleh 2.015,5 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
telah mengidentifikasi enam komponen yang diperlukan untuk menetapkan, mempertahankan
dan memperkuat sistem kesehatan, sedangkan yang memungkinkan untuk memberikan
layanan yang diperlukan, akses universal ke layanan, dan cakupan universal manfaat
perawatan kesehatan.
Negara-negara berkembang, bagaimanapun menghadapi banyak tantangan untuk
membangun yang kuat, kesehatan yang handal systems.Tantangan-tantangan ini termasuk
pembiayaan tidak memadai, kurangnya koordinasi antar-lembaga, buruk-fungsi sistem
informasi, kekurangan kesehatan pekerja dan gangguan pasokan.
1. Kekurangan pekerja kesehatan membatasi kemampuan banyak negara untuk mencapai
MDG. kekurangan yang ada ini melemahkan sistem penyampaian layanan kesehatan dan
menghambat ekspansi services.Sebagai contoh, di 15 negara di Sub-Sahara Afrika ada lima
atau kurang dokter per 100.000 orang.
2. Kedua sektor publik dan swasta memiliki peran untuk bermain dalam mengatasi tantangan
yang kompleks dan unik yang dihadapi oleh negara-negara berkembang untuk
mengembangkan dan memelihara sistem kesehatan masalah yang efektif. Di banyak negara,
kurang dari setengah dari penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat.
3. Sistem kesehatan diperkuat tujuan untuk meningkatkan kesehatan dengan menanggapi
kebutuhan masyarakat dan harapan, dan dengan menyediakan layanan secara adil dan merata.
Intervensi termasuk meningkatkan kepemimpinan dan pemerintahan, memastikan pasokan
produk medis dan menciptakan sistem pelayanan yang lebih efektif dan efisien.
4. Kesehatan sistem penelitian mengidentifikasi tantangan dalam menyediakan perawatan dan
memberikan intervensi di semua tingkat sistem kesehatan dan menyediakan solusi inovatif
untuk meningkatkan penyampaian pelayanan. Menghadapi tantangan ini dalam pengaturan di
mana infrastruktur kesehatan runtuh di berbagai bidang membutuhkan ditargetkan penelitian
tentang sistem kesehatan dan kebijakan kesehatan.
1. Strata 1: Puskesmas, Praktik tenaga kesehatan, klinik, apotik, laboratorium, toko obat, optik,
dan lain-lain
2. Strata 2: Praktik tenaga kesehatan spesialis, RS tipe C dan B, apotik, laboratorium, toko obat,
optik, balai-balai kesehatan
3. Strata 3: Praktik tenaga kesehatan spesialis konsultan, RS tipe A dan B, apotik, laboratorium,
toko obat, optik, pusat-pusat unggulan nasional.
3. Pelayanan Farmasi
1. Pemerintah pusat: Dana APBN untuk Jamkesmas, Jampersal, Subsidi ke RS, dan lain-lain
2. Pemerintah Daerah: APBD, termasuk Jamkesda
3. Masyarakat: Membayar langsung
4. Swasta: Memberikan sumbangan
Alasan pemerintah mendanai pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
d. Fungsi regulator, perizinan dan akreditasi sesuai dengan peraturan yang berlaku; misalnya
untuk Biro Pangan dan Obat, perizinan rumahsakit, rumahsakit daerah, dan lain lain.
e. Memilih wakil Departemen Kesehatan untuk melaksanakan kebijakan dan program
Departemen
Kesehatan di tingkat LGUs
Perbandingan pola sistem kesehatan Filipina dan Indonesia menunjukkan bahwa
meskipun terjadi sentralisasi dalam jaminan pembiayaan kesehatan, Filipina tetap
memberikan keleluasaan bagi daerah agar secara dinamis dapat memasukan kepentingannya
dalam sistem jaminan nasional. Hal tersebut selayaknya menjadi catatan penting bagi
Indonesia. Pola JKN dirasakan belum memberi ruang memadai bagi daerah untuk berperan
serta.
Setelah pada tahun 2010 Amerika melakukan reformasi terhadap sistem pelayanan kesehatan
yang bagi masyarakat dirasakan cukup mahal. Reformasi khususnya dalam masalah asuransi
kesehatan tersebut ditandai dengan penandatanganan “Affordable Health Care for America
Act” oleh Presiden Barack Obama pada tanggal 23 Maret 20I0. Dengan adanya Reformasi
Sistem Pelayanan Kesehatan di Amerika Serikat tersebut, diharapkan dapat menekan biaya
asuransi kesehatan yang ditanggung oleh warga di masa mendatang.
Dalam UU Kesehatan tersebut, maka Amerika Serikat telah mengakui prinsip dasar bahwa
setiap orang harus memiliki perlindungan mendasar dalam layanan kesehatan. Berdasarkan
UU tersebut maka dalam tahun ini sektor layanan kesehatan di AS akan mengalami berbagai
perubahan, yang diantaranya adalah:
Warga Amerika yang belum memiliki asuransi dan telah memiliki penyakit
sebelumnya (pre-existing conditions ) akan memperoleh asuransi kesehatan melalui
bantuan subsidi sementara yang disediakan oleh pemerintah;
Perusahaan asuransi dilarang memutuskan pertanggungan ketika pemilik premi
asuransi kesehatan terkena penyakit;
Perusahaan asuransi dilarang memberlakukan batasan maksimal nilai pertanggungan
seumur hidup bagi pengguna asuransi yang menderita kesehatan tertentu;
Seorang anak dibenarkan untuk ikut dalam asuransi kesehatan orang tuanya sampai
anak tersebut berumur 26 tahun;
Setiap pertanggungan baru wajib meng-cover layanan pencegahan (preventive cares
dan perawatan kebugaran ( wellness care )
Dan yang terakhir adalah seorang pengguna asuransi dapat mengajukan banding
kepada satu badan yang independen berkenaan dengan sengketa yang dihadapinya
dengan perusahaan asuransi;
Selain UU Sistem Pelayanan Kesehatan di Amerika Serikat yang disahkan tahun 2010
tersebut, pada tanggal 1 Januari 2011 telah disetujui peraturan sebagai berikut:
Penduduk dengan tingkat pendapatan maksimum 350% – 400% dan garis kemiskinan hanya
akan menggunakan 9,8% dari pendapatannya untuk membiayai asuransi kesehatan (catatan:
dalam paket amendemen, angka ini akan dirubah menjadi hanya 9.5%), dan yang terakhir
adalah perusahaan keciI memperoleh peningkatan subsidi untuk membiayai asuransi
kesehatan karyawannya
Negara-negara Skandinavia yang dikenal dengan catatan kependudukannya yang lengkap dan
terpadu menjadi salah satu rujukan oleh PBB dalam hal pengembangan statistik
pemerintahan, kependudukan, sistem informasi kesehatan dan lain lain. Data yang didapatkan
dari sistem terebut menjadi ladang bagi penelitian di seluruh dunia yang berujung pada
peningkatan sistem dan kualitas hidup warganya.
Masyarakat di Swedia asuransi kesehatan warganya adalah gratis dan dibebankan
pada pajak yang didapat dari warganya. Setiap warga memiliki akses yang sama terhadap
pelayanan kesehatan. Sistemnya juga mirip di Indonesia dimana pelayanan dimulai di unit
kecil puskesmas (ward central). Saat kita berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas di
Swedia yang diperlukan adalah Personal Identity Number/Personnummer atau kalau di
Indonesia mirip dengan Nomor Induk Kependudukan yang ada di KTP kita. Dengan PIN ini
data kita akan otomatis tercatat dan dapat langsung tergabung dengan data lainnya. Resep
obat pun berupa elektronik resep dan diambil di apotik dengan sekali lagi menggunakan PIN
kita.
Sistem kesehatan ini adalah bagian dari banyak database yang terintegrasi seluruh
Swedia. Semua sistem tersebut didukung pemerintah dengan memberikan hamper 10% dari
GPD untuk pelayanan kesehatan dan medis warganya. Dengan adanya sistem yang
terintegrasi dan “well connected”, pengumpulan data statistik dasar sebagai bahan
perencanaan pembangunan pemerintah menjadi lebih mudah. Penelitian-penelitian dengan
menggunakan data tersebut atau yang dikenal dengan istilah register-based research dapat
dilakukan oleh berbagai pihak seperti universitas atau lembaga riset lainnya, baik berkenaan
dengan kesehatan, kependudukan maupun social ekonomi.
Di Swedia penelitian semacam itu sudah banyak sekali dilakukan dan berdampak
besar pada kebijakan publik. Seperti hasil riset terakhir menyimpulkan bahwa memberikan
bantuan kepada miskin memberikan efek negatif mereka akan miskin terus ini salah satunya
karena yang diberi bantuan cenderung menjadi pasif. Berdasarkan riset ini pemerintah
mencari solusi lain untuk pengentasan kemiskinan.
Di Negara Swedia, pelayanan kesehatan masyarakat dijalankan dengan menggunakan
sistem desentralisasi yang dikoordinasi oleh pemerintah pusat, dewan kota (county council)
dan pemerintah kotamadya (municipal government/Sveriges kommuner). Pemerintah pusat
bertanggungjawab dalam menentukan prinsip dasar dan panduan umum serta menetapkan
kebijakan politik di bidang kesehatan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari
dewan kota dan pemerintah kotamadya. Sementara itu, dewan kota dan pemerintah
kotamadya sendiri bertanggungjawab dalam menyediakan pelayanan kesehatan langsung ke
masyarakat dengan kualitas yang baik, termasuk didalamnya perawatan gigi gratis kepada
anak-anak sampai mereka berusia 20 tahun. Sistem pelayanan kesehatan masyarakat ini
utamanya didanai dari pajak nasional dan pajak daerah (lebih dari 80%).
Terkait dengan pajak, standar biaya hidup di Swedia termasuk dalam kategori
“mahal” dalam jajaran negara-negara di Eropa, bahkan di negara-negara maju. Namun
demikian, negara Viking yang berada dibelahan bumi bagian utara ini mampu menyediakan
pelayanan masyarakat yang baik (bahkan saya sebagai pendatang disini dapat mengatakan
yang terbaik), tidak hanya dibidang kesehatan tetapi juga bidang-bidang lainnya seperti
pendidikan, sanitasi, transportasi umum, jaminan sosial dan sebagainya.
Masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari pembayaran pajak yang tinggi.
Setinggi apa? Contoh, pajak penghasilan suami sekitar 32%. Dari sisi pemerintah sendiri,
terutama pemerintah kota, benar-benar mengelola pajak dengan baik agar manfaatnya dapat
kembali/dirasakan kepada masyarakat. Ada ungkapan yang menyatakan, “orang kaya bak
dimiskinkan, orang miskin bak dikayakan”. Kesenjangan sosial hampir tidak kentara. Dengan
memiliki nomor identitas penduduk (personal number), masyarakat di Swedia mendapatkan
akses yang baik terhadap pelayanan publik, termasuk didalamnya terdaftar didalam sistem
asuransi sosial (försäkringskassan) sehingga orang umum beranggapan mereka mendapatkan
pelayanan kesehatan secara gratis (adapun biaya yang dikeluarkan hanyalah seperti biaya
administrasi yang tidak bisa dibanding dengan kualitas pelayanan yang diberikan, sangat
kecil!).
Masyarakat sendiri merasakan manfaatnya, seperti hampir tidak sepeser pun uang
pribadi keluar dari kantong suami ketika saya melahirkan Ghaisa, anak saya yang pertama,
mulai dari konsultasi kesehatan kehamilan sampai dengan proses kelahiran anak (normal dan
operasi caesar). Biaya yang saya keluarkan hanyalah biaya administrasi rawat inap sekitar 80
SEK – 100 SEK per hari (setara dengan Rp 144.000 – Rp 180.000, dengan kurs 1 SEK = Rp
1800), padahal pelayanannya sangatlah baik tanpa mengenal kasta VVIP, VIP dan bangsal.
Tak ada puskesmas dan rumah sakit di daerah kota dan “desa” dengan embel-embel “bertaraf
internasional”. Memang semua sudah memenuhi standar internasional. Mau pejabat, rektor,
ekspat, imigran sampai pengangguran, semua pelayanan kesehatan disini SAMA, sesuai
standar kesehatan yang berlaku di Swedia.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Negara-negara berkembang, bagaimanapun menghadapi banyak tantangan untuk
membangun yang kuat, kesehatan yang handal systems.Tantangan-tantangan ini termasuk
pembiayaan tidak memadai, kurangnya koordinasi antar-lembaga, buruk-fungsi sistem
informasi, kekurangan tenaga kesehatan dan gangguan pasokan.
Sistem kesehatan dinegara maju lebih memadai dari sistem kesehatan dinegara
berkembang dan lebih terkoordinasi antar-lembaga,tenaga kesehatannyaa pun sangat
memadai.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://citramokolomban.blogspot.com/2016/11/sistem-ekonomi-kesehatan-negaramaju.html
http://ipina10.blogspot.com/2013/03/paper-sistem-kesehatan-di-negara.html
http://akoepoenya94.blogspot.com/2014/04/sistem-kesehatan-di-negara-swedia.htm
http://yulitabasik1995.blogspot.com/2016/11/makalah-sistem-ekonomi-kesehatan-
negara.html