Anda di halaman 1dari 2

Umdatul Khoerot (NIM:17/419294/PSA/08256)

Review Konteks
Buku Text, Context, Pretext; Critical Issues in Discourse Analysis
H.G Widdowson

 KONTEKS
Di dalam buku ini, Widdowson beranggapan bahwa makna setiap kata sangat bergantung
pada konteksnya. Sebuah pernyataan yang terucap di dalam kehidupan nyata tidak pernah
terlepas dari situasi di mana hal itu terucap. Setiap pernyataan verbal yang diucapkan oleh
manusia memiliki tujuan dan fungsi untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang
dirasakan saat itu dan di situasi itu, dan perlu untuk diketahui oleh orang lain. Tanpa dorongan
tersebut, pernyataan tidak akan terucap. Ia beranggapan bahwa tuturan dan situasi terikat tidak
bisa dipisahkan satu sama lain dan tuturan tidak memiliki makna kecuali di dalam konteks
situasi. Hal ini menyiratkan bahwa makna tidak hanya bergantung pada konteks tetapi makna
juga dibatasi oleh konteks.
Dalam buku ini, terdapat pula gagasan Firth mengenai konteks situasi dan membuat
konstruksi skematis sebagai perangkat analisis. Fith tidak menyatakan dengan jelas perbedaan
antara konteks dan situasi. Berbeda dengan Mey, ia mengatakan bahwa konteks adalah konsep
yang dinamis, bukan statis. Konteks merupakan setting situasional yang konkret sedangkan
bahasa atau tata bahasa sepenuhnya abstrak. Hymes menyatakan bahwa setting merujuk pada
waktu dan tempat dari sebuah tindak tutur dan secara umum pada physical circumstances. Scene
merupakan lokasi internal dan abstrak untuk komunikasi, dan menandakan setting psikologi.
Lebih lanjut, schemata bersifat interpersonal dan berkaitan dengan cara orang-orang
dalam komunitas tertentu saling berinteraksi satu sama lain, yaitu berupa kaidah atau ketentuan-
ketentuan yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Contoh, si B adalah seorang pemain
tenis yang tergabung dalam suatu klub pemain. Akhir-akhir ini, ia mulai bermain dengan
pasangan baru, yaitu si C. Ketika si B bertemu dengan si A, terjadilah percakapan berikut.
A: “Seperti apa pasanganmu?”
B: “Dia memiliki banyak kesamaan (kemiripan) dengan John McEnroe.”
Untuk bisa memahami makna ungkapan atau ujaran si B, diperlukan pemahaman
kontekstual. Dikarenakan si A sudah tahu tentang John McEnroe yang merupakan seorang
dengan tempramen yang buruk saat bermain di lapangan, iapun dapat mengerti bahwa pasangan
si B adalah orang yang juga memiliki tempramen yang buruk saat bermain di lapangan.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa si A dapat memahami ungkapan si B? karena percakapan
di atas merupakan percakapan yang mengandung relevansi antara teks dengan konteks tuturan
sebagaimana teori relevansi yang dikemukakan oleh Sperber dan Wilson. Berbeda halnya jika si
A memiliki asumsi atau pemikiran konteks yang berbeda dengan si B.
A: “Bagaimana rekan tenis baru Anda?”
B: “Dia memiliki banyak kesamaan dengan John McEnroe.”
A: “Server (pemukul utama) yang baik?”
B: “Watak yang buruk.”
Pada percakapan di atas, asumsi konteks si A adalah tentang kemampuan bermain John
McEnroe sedangkan konteks yang dimaksud si B adalah tentang watak John McEnroe di atas
lapangan. Dikarenakan maksud si B tidak dipahami oleh si A maka si B melakukan kegiatan
yang disebut sebagai shared contextual, yaitu proses menyamakan asumsi kontekstual.
Berdasarkan proses shared contextual ini, dapat disimpulkan bahwa konteks itu bersifat dinamis
bukan statis. Konteks dapat diciptakan sesuai dengan kebutuhan si pembicara. Konteks juga bisa
dinegosiasikan melalui proses interaksi terbuka.
Untuk menilai percakapan 1 dengan percakapan 2, Wilson (1994:46) dalam Widdowson
(2004:47) mengatakan bahwa semakin besar efek kontekstual, semakin besar relevansinya.
Sebaliknya, semakin besar usaha pengolahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek ini,
semakin rendah relevansinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa percakapan 1 memiliki
relevansi yang lebih besar sedangkan percakapan 2 yang memiliki relevansi lebih rendah.
 REVIEW
Ulasan seputar konteks di Buku Widdowson ini cukup baik karena memaparkan
pendapat-pendapat dari para ahli sehingga memberikan pandangan yang luas bagi
pembaca. Namun, terdapat kekurangan, yaitu Widdowson sendiri tidak menyebutkan
pendapatnya sendiri mengenai Konteks dan Ko-teks sehingga tidak ditemukan
kesimpulan tentang seperti apa sudut pandang Widdowson mengenai hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Widdowson, HG, 1996. Text, Context, Pretext; Critical Issues in Discourse Analysis.
Australia : Blackwell Publishing Ltd

Anda mungkin juga menyukai