Anda di halaman 1dari 7

DOMINASI DAN PEMERTAHANAN BAHASA PADA NAMA MENU

DI RESTORAN-RESTORAN KHAS TIMUR TENGAH DI SURAKARTA:


METODE PENYEDIAAN DATA, MODEL ANALISIS, DAN PENYAJIAN HASIL ANALISIS
Dosen Pembimbing: Dr. Sailal Arimi, M.Hum.

Muflihana Dwi Faiqoh


17/419269/PSA/08231
mdwifaiqoh@ymail.com

Program Studi S2 Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Latar Belakang
Pemakaian bahasa dewasa ini dipengaruhi oleh tren yang sedang berkembang
di kalangan masyarakat. Bahasa Indonesia misalnya, kedudukannya dalam undang-
undang Republik Indonesia berada di atas bahasa daerah dan bahasa asing. Namun,
dalam praktiknya, peranan sejumlah bahasa asing, khususnya bahasa Inggris
mendominasi penggunaan bahasa Indonesia (Wijana, 2014). Meskipun demikian,
tren ini tidak sepenuhnya berlaku bagi pemilik restoran-restoran khas Timur Tengah
di Surakarta. Pada menu-menu yang disajikan, bervariasi antara pemakaian bahasa
Arab, Indonesia, Inggris, dan bahasa Jawa.
Semakin lama dominasi pemakaian bahasa asing semakin besar dan meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek
kebudayaan dan gaya hidup yang modern (Wijana, 2014:57). Salah satu aspek
kebudayaan yang didominasi oleh pemakaian bahasa asing adalah makanan.
Makanan merupakan simbol identitas suatu komunitas atau kebudayaan.
Sebagaimana Kittler dkk (2008:1) mengemukakan bahwa makanan bervariasi di
antara etnis-etnis yang berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, Shortridges (1998:6)
menyatakan bahwa makanan sebagai simbol identitas, baik regional maupun
kebudayaan, berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Contoh yang
paling signifikan dari budaya makanan adalah menu. Menu oleh beberapa ahli
didefinisikan sebagai sebuah daftar makanan dengan tujuan mengiklankan (Saleh,
2011:9). Namun, beberapa ahli yang lain, misalnya Zwicky dan Zwicky (1980:88)
menekankan pentingnya desain yang menambah daya tarik konsumen dalam
mengiklankan makanan. Mereka mendefinisikan menu sebagai sebuah daftar yang
biasanya dibedakan berdasarkan bagian-bagian makanan, disertai deskripsi yang
memberi informasi makanan tersebut demi menarik pelanggan.

Penamaan menu merupakan salah satu refleksi yang menunjukkan bahwa


bahasa mengekspresikan realitas kebudayaan (Kramsch, 1998:3). Penamaan sendiri
merupakan proses penggunaan lambang bahasa untuk menggambarkan obyek,
konsep, proses, dsb.; biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada;
antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan
penciptaan kata atau kelompok kata (Kridalaksana, 2008:179). Topik mengenai
penamaan menu telah banyak diteliti, dari kajian preskriptif hingga deskriptif. Kajian
2 | Dominasi dan Resistansi Bahasa pada Nama Menu di Restoran..

preskriptif mengenai penamaan menu dilakukan oleh Aji (2014), Suharsono (2014),
dan Setiapani (2015). Sementara kajian deskriptif pernah dilakukan oleh Kiswari
(2012), Charette, Hooker, dan Stanton (2015), serta Indrasari (2017).

Wijana mengemukakan bahwa secara teoretis, setiap terjadi dominasi suatu


budaya, terjadi pula resistansi-resistansi dari budaya yang terdominasi sebagai
bentuk perlawanan terhadap budaya yang mendominasinya (2014:58). Penelitian-
penelitian yang telah dilakukan mengungkap bahwa penamaan belakangan ini
didominasi oleh unsur asing, khususnya bahasa Inggris (Sundari, 2008; Wijana,
2014; Riani, 2014; Khasanah dkk, 2015; Putri dkk, 2015; Indrasari, 2017). Namun,
di samping itu, kajian penamaan juga dikaitkan dengan usaha pemertahanan bahasa
(Muljani, 2006; Wijana, 2014, 2016; Istiqomah, 2015; Aribowo, 2017; Rahmat,
2017).

Di saat terjadi dominasi bahasa asing dalam berbagai sistem penamaan baik
menu maupun badan usaha, dari sisi kebahasaan, nama yang dimanfaatkan oleh para
pemilik restoran-restoran khas Timur Tengah di Surakarta dalam menu-menu yang
disajikan menunjukkan fenomena yang menarik. Nama-nama menu yang terdapat
pada daftar menu ditampilkan dalam dua bahasa, yang mayoritas salah satunya
adalah bahasa Arab, atau satu bahasa yaitu bahasa Arab. Beberapa menu disajikan
dalam bahasa Inggris, namun, dalam keterangannya, ditampilkan nama berbahasa
Arab dari menu-menu tersebut. Beberapa menu lain yang tidak menggunakan nama
berbahasa Arab merupakan menu yang dianggap oleh masyarakat umum berasal dari
budaya Arab. Model penamaan yang sering dimanfaatkan adalah dengan
menambahkan nama tempat atau nama kota di Timur Tengah dan nama bahan yang
digunakan. Pemilihan nama-nama tersebut tentu terjadi bukan tanpa sengaja, tetapi
terdapat alasan mengapa dipilih penamaan yang demikian, mengingat nama suatu
produk tidak hanya bertujuan sebagai daya tarik untuk konsumen, tetapi juga
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing (Nouvry, 2014:2).
Masalah penelitian yang dapat diidentifikasi berdasar pada latar belakang
tersebut adalah:
1) Bagaimana sistem penamaan nama menu di restoran-restoran khas Timur
Tengah di Surakarta?
2) Apa saja acuan makna yang digunakan pada nama-nama menu di restoran-
restoran khas Timur Tengah di Surakarta?
3) Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi penamaan menu di restoran-
restoran khas Timur Tengah di Surakarta?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini


bertujuan untuk:
1) Mendeskripsikan sistem penamaan nama menu di restoran-restoran khas
Timur Tengah di Surakarta.
2) Memaparkan acuan-acuan makna yang digunakan pada nama-nama menu
di restoran-restoran khas Timur Tengah di Surakarta.
Muflihana Dwi Faiqoh | 3

3) Menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi penamaan menu di


restoran-restoran khas Timur Tengah di Surakarta.

Metode Penelitian
Menurut Sudaryanto (2015:6), dalam kegiatan penelitian bahasa, tahap penyelesaian
masalah dibagi menjadi tiga tahap yang saling berurutan, yaitu penyediaan data,
penganalisisan data yang telah disediakan, dan penyajian hasil analisis data. Pemilihan
metode secara langsung berkaitan dengan objek penelitian, data, dan sumber data.

1. Objek Penelitian
Objek penelitian dibagi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material
adalah bahan utuh (umum) suatu disiplin ilmu, sedangkan objek formal adalah bentuk
bahannya (khusus) (Krisanjaya, 2011). Dalam kaitannya dengan penelitian yang
dilakukan, dapat disebutkan bahwa objek material penelitian ini adalah nama-nama menu
di restoran-restoran khas Timur Tengah di Surakarta, sedangkan sistem penamaan, acuan
makna, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi penamaan menu menjadi objek formal
penelitian ini.

2. Data dan Sumber Data


Data penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini berupa data tulis, yaitu nama-nama menu yang disajikan
di enam restoran khas Timur Tengah dan data sekunder berupa data lisan yang diperoleh
dari wawancara informan terkait penelitian ini, yaitu pemilik restoran dan beberapa
pegawai restoran. Sebagaimana data, sumber data juga dibagi dua yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
restoran-restoran khas Timur Tengah di Surakarta, sementara sumber data sekunder
adalah pemilik dan beberapa pegawai restoran. Restoran-restoran tersebut adalah Ayla
Sisha & Arabic Resto, Iskandaria Cafe, Marakez Cafe, Nasi Kebuli Mbah Soleh, The
Halal Bro, dan Zam-zam Kebab dan Syawarma. Penentuan lokasi penelitian
mempertimbangkan lokasi restoran yang hanya berada di kota Surakarta, atau lebih
dikenal dengan ‘kota Solo’, mengingat kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten
Karanganyar (sebelah Timur), Kabupaten Sukoharjo (sebelah Barat dan Selatan), dan
Kabupaten Boyolali (sebelah Utara) yang sering juga disebut Solo Raya. Jadi, pemilihan
restoran yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah restoran-restoran khas
Timur Tengah yang ada di Surakarta (kota Solo).

3. Metode Penyediaan Data


Sudaryanto (2015:201) menjelaskan bahwa tahap penyediaan data merupakan
kegiatan penyediaan data yang benar-benar terjamin keasliannya. Dalam tahap
penyediaan data, sekurang-kurangnya ada tiga kegiatan: (a) mengumpulkan yang ditandai
dengan pencatatan; (b) pemilihan dan pemilah-milahan dengan membuang yang tidak
diperlukan; (c) penataan menurut tipe atau jenis terhadap apa yang telah dicatat, dipilih,
dan dipilah-pilahkan itu.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa penyediaan data adalah penyediaan data
yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya, penelitian ini berpedoman pada konsep
4 | Dominasi dan Resistansi Bahasa pada Nama Menu di Restoran..

triangulasi yang meliputi triangulasi data dan metode. Triangulasi pada hakikatnya
merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan
dan menganalisis data. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-
beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebernaran yang handal (Rahardjo, 2010).
Denzin dalam beberapa karyanya mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan beberapa
metode yang digunakan untuk mengkaji suatu fenomena atau objek yang sama (Denzin,
1978:294; 2012:82). Gabungan metode yang dimaksud bukan metode kualitatif dan
kuantitatif, namun metode penyediaan data yang digunakan. Hal ini ditegaskan oleh Flick
(via Denzin, 2012:82) bahwa triangulasi bukan sebuah alat atau strategi dalam
memvalidasi, melainkan sebuah alternatif atau usaha untuk memvalidasi. Karena itu,
triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data yang diperoleh peneliti dari berbagai
sudut pandang untuk mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data (Rahardjo, 2010). Denzin membagi triangulasi menjadi (1)
triangulasi data, (2) triangulasi peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3)
triangulasi teori, dan (4) triangulasi metode. Dalam makalah ini, akan diterapkan
triangulasi data (meliputi sumber data) dan metode (meliputi teknik-tekniknya),
mengingat penelitian ini dilakukan oleh 1 orang dan tidak dipaparkan landasan teori yang
digunakan.

Tahap penyediaan data tulis dilakukan dengan teknik membaca dan mencatat
secara cermat, yang pada prinsipnya sama dengan metode simak, dikemukakan oleh
Sudaryanto (2015:203). Metode ini diwujudkan dengan teknik dasar sadap serta teknik
lanjutan simak bebas libat cakap, rekam, dan catat. Pada tahap ini, dilakukan screenshot
menu atau pengambilan gambar dari ponsel untuk merekam tampilan menu-menu yang
disajikan di restoran terkait di layar ponsel pada layanan Go-Food aplikasi Go-Jek. Demi
mendapatkan kevalidannya, dilakukan juga penyimakan dengan kunjungan langsung ke
satu per satu restoran dan memotret/ mengambil gambar daftar menu yang disediakan di
masing-masing restoran. Selain itu, dilakukan juga penyimakan terhadap beberapa
literatur pendukung, yaitu artikel dan brosur resep makanan Timur Tengah Middle
Eastern Food dan Saudi Arabian Recipes. Data yang didapatkan, yaitu nama-nama menu
kemudian dicatat melalui kartu data. Kartu data dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1)
kelompok nama menu berdasarkan variasi bahasa yang digunakan dan (2) kelompok
nama menu berdasarkan acuannya. Jumlah data dalam penelitian ini adalah 147 nama
menu, terdiri dari 86 nama makanan dan 61 nama minuman.

Pada tahap penyediaan data lisan sebagai data penunjang penelitian ini, dilakukan
wawancara kepada beberapa informan terkait penelitian ini, yaitu pemilik restoran dan
beberapa pegawai restoran. Metode wawancara disebut juga metode cakap atau
percakapan (Sudaryanto, 2015:208). Data dari metode cakap dikumpulkan dengan teknik
pancing, teknik cakap semuka (CS), teknik rekam, dan teknik catat. Informan terlebih
dahulu diberi tahu tentang informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
Setelah itu, informan diberi pertanyaan-pertanyaan langsung terkait nama-nama menu
yang disajikan di restoran tempatnya bekerja (informan: pegawai). Pertanyaan-pertanyaan
tersebut meliputi pertanyaan tentang asal kata nama menu dalam bahasa Arab, asal-usul
menu, dan alasan penggunaan nama-nama tersebut. Kegiatan pelaksanaan teknik CS
Muflihana Dwi Faiqoh | 5

disertai dengan perekaman audio. Teknik catat kemudian dilakukan setelah kegiatan
wawancara selesai dan dilanjutkan dengan klasifikasi data.

4. Metode Analisis Data


Data yang telah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi data dan
analisis. Untuk merumuskan sistem penamaan, dimanfaatkan metode padan translasional
yang dilakukan dengan pengelompokan data nama-nama menu berdasarkan bentuk dan
struktur penulisan, yaitu berupa kata atau frase, dan berdasarkan variasi bahasa yang
digunakan meliputi bahasa Arab, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, kombinasi bahasa
Inggris-bahasa Arab, bahasa Indonesia-Arab, bahasa Inggris-Indonesia. Teknik lanjutan
yang digunakan adalah teknik HBB (hubung-banding memperbedakan) untuk
mendeskripsikan bahasa yang digunakan pada nama-nama menu, mengarah pada bahasa
Arab atau kombinasi bahasa Arab-non Arab atau bahasa non Arab-non Arab.

Pada penelusuran referen nama menu, dimanfaatkan metode padan referensial.


Metode ini digunakan untuk mengetahui referen atau sosok yang diacu (Sudaryanto,
2015:26). Nama-nama menu dikelompokkan berdasarkan referennya meliputi tempat dan
bahan makanan yang digunakan. Selanjutnya, digunakan teknik HBS (hubung-banding
menyamakan) untuk memadankan nama menu dengan acuannya, apakah mengandung
nama tempat atau bahan makanan yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi referen makna yang digunakan dalam nama-nama menu.

Data lisan yang berasal dari hasil wawancara dianalisis dengan metode padan
pragmatis, yaitu metode padan dengan alat penentu mitra tutur (Sudaryanto, 2015:18).
Metode ini dilakukan untuk menggali informasi mengenai faktor penyebab sistem
penamaan nama-nama menu yang menonjolkan bahasa asing (Inggris, Indonesia, dan
Jawa) tetapi tetap menyertakan bahasa Arab, apakah karena keterbukaan bangsa Arab
masa ini, sekedar untuk menarik minat masyarakat dan meningkatkan daya saing, atau
sebagai usaha mempertahankan bahasa etnik.
5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian hasil analisis pada penelitian ini menggunakan metode informal
dan metode formal. Metode informal dilakukan dengan perumusan kata-kata biasa,
sedangkan metode formal disajikan dengan tanda dan lambang-lambang, seperti tabel
atau bagan.

Daftar Pustaka
Aji, Rizky Prasetyo. 2014. “analisis Morfo-Semantis Nama-nama Camilan
Tradisional Berkorelasi dengan Sifat dan Bagian Tubuh di Daerah Istimewa
Yogyakarta.” Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Aribowo, Eric Kunto. 2017. “Linking Arabic, Islam, and Economy: Onomastics on
Business Name of People of Arab Descent in Indonesia”. KARSA 25 (2):284-
306
6 | Dominasi dan Resistansi Bahasa pada Nama Menu di Restoran..

Charette, Peter, Neal H. Hooker, dan John L. Stanton. 2015. “Framing and Naming:
A Process to Define a Novel Food Category.” Food Quality and Preference 40:
147-151.

Denzin, Norman K. 1978. The Research Act: A Theoretical Introduction to


Sociological Methods. Edisi Kedua. New York: McGraw Hill.

_________________. 2012. “Triangulation 2.0.” Journal of Mixed Methods


Research 6 (2): 80-88.

Indrasari, Noviastuti Putri. 2017. “Nama Menu Berbahasa Inggris di Restoran-


restoran di Yogyakarta”. Tesis tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Istiqomah, Hidayatul. 2015. “Kajian Semantik Penamaan Rumah Makan di


Sepanjang Jalan Buntu-Kebumen dan Menu Spesial yang disajikannya Tahun
2014.” Skripsi tidak diterbitkan. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Khasanah Ismatul dkk. 2015. “Fenomena Penggunaan Bahasa asing dalam Penamaan
Bisnis Kuliner di Kawasan Soekarno Hatta Kota Malang.” Jurnal Lingkar
Widyaiswara 2 (1): 1-11

Kiswari, Titis Sari Anggri. 2012. “Nama Makanan Kecil dalam Bahasa Jawa: sebuah
Kajian Etnolinguistik.” Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Kittler, Pamela.Goyan. dan Kathryn P. Sucher. 2008. Food and Culture. Amerika
Serikat: Thomson Wadsworth.
Kramsch, Claire. 1998. Language and Culture. Oxford: Oxford University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Krisanjaya. 2011. Materi Pokok Linguistik Bandingan. Banten: Penerbit Universitas


Terbuka.

Muljani, Sutji. 2006. “Pemberdayaan dan Pemertahanan Bahasa Ibu: Studi Kasus
Bahasa Tegal dalam Komunikasi Global.” Disajikan dalam Seminar Nasional
Sosiolinguistik III Universitas Negeri Semarang.

Nouvry, Rommy Indra. 2014. “Analisis Faktor-faktor Karakteristik Nama Merek


yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen.” Jurnal Imu dan Riset Manajemen
3 (4): 1-15.

Putri, Dhaniya Metta dkk. 2015. “Interferensi Bahasa Asing dalam Penamaan Menu
Makanan”. Banten: Universitas Multimedia Nusantara Scientia Garden.
Rahardjo, Mudjia. “Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif.” 14 Oktober 2010
http://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html.
Diakes pada 25 april 2018 10.10
Muflihana Dwi Faiqoh | 7

Rahmat, Sandra Mulyana. 2017. “Nama-nama Tempat Makan Khas Minangkabau di


Kotamadya Bukittinggi.” Wacana Etnik 8 (1): 27-36.

Riani. 2014. “Dominasi Bahasa Inggris pada Nama Badan Usaha di Yogyakarta.”
Widyaparwa 42 (2): 141-152.

Saleh, Kefaya Adeeb Hafeth. 2011. “Translating Restaurants’ Menus from English
into Arabic: Problems and Strategies”. Tesis. Palestina: An-Najah National
University.

Setiapani, Sipa. 2015. “Fenomena Penggunaan Nama-nama Unik pada Makanan di


Bandung.” Skripsi tidak dipublikasikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Shortridge, Barbara Gimla dan James R. Shotridge. 1998. The Taste of American
Place: A Reader on Regional and Ethnic Foods. Amerika Serikat: Rowman &
Littlefield Publishers.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.

Suharsono, M. 2014. “Penamaan Unik Nama Makanan dan Minuman di


Yogyakarta.” Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Sundari, Wiwiek. 2008. “Proses Pembentukan Nama-nama Menu Makanan


Berbahasa Inggris di Restoran di Simpang Lima”. Tesis dipublikasikan.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Wijana, I Dewa Putu. 2014. “Bahasa, Kekuasaan, dan Resistansinya: Studi tentang
Nama-nama Badan Usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Humaniora 26
(1): 56-64.
_________________. 2016. “Bahasa dan Etnisitas: Studi tentang Nama-nama
Rumah Makan Padang”. Linguistik Indonesia 34 (2): 195-206.

Zwicky, Ann D. dan Arnold D. Zwicky. 1980. “America’s National Dish: The Style
of Restaurant Menus.” American Speech 55 (2): 83-92.

Anda mungkin juga menyukai