Anda di halaman 1dari 48

TOWARDS SUCCESS AND WAITING

RESULTS
Kamis, 01 Mei 2014
Asuhan Keperawaatan sc

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY. ”R”


DENGAN SISTEM REPRODUKSI : SECTIO CAESAREA
DI RUANG OPERASI RS. MUHAMMADIYAH
PALEMBANG 2014

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ANDRI
NIM : 12.1416
“PROFESIONAL DAN ISLAMI”

AKADEMI KEPERAWATAN AISYIYAH


PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .......................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian scabies .................................................................................................. 3
B. Anatomi fisiologi ................................................................................................... 3
C. Etiologi .................................................................................................................. 6
D. Manifestasi klinik .................................................................................................. 6
E. Komplikasi ............................................................................................................ 8
F. Penatalaksanaan medis .......................................................................................... 9
G. Pathoflow ............................................................................................................... 10
H. Konsep asuhan keperawatan .................................................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 16
A. Pengkajian pre operatif .......................................................................................... 17
B. Analisa data pre operatif ........................................................................................ 24
C. Intervensi pre operatif ........................................................................................... 26
D. Pengkajian intra operatif ........................................................................................ 28
E. Diagnosa intra operatif .......................................................................................... 32
F. Pengkajian post operatif ........................................................................................ 33
G. Analisa data post operatif ...................................................................................... 35
H. Diagnosa post operatif ............................................................................................ 36
I. Intervensi post operatif .......................................................................................... 37

BAB IV .................................................................................................................. 39
A. PENUTUP ............................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karna
berkat nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah I dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.P dengan
gangguan sistem reproduksi Sectio Caesarea di ruang operasi RS. MUHAMMADIYAH
PALEMBANG” di ruang operasi RS. Muhammadiyah Palembang.

Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai proses pembedahan pada pasien partum
abnormal dengan berbagai jenis indikasi serta respon pasien terhadap proses pembedahan serta
aplikasi seorang perawat terhadap masalah ini dan cara mengatasinya dengan sistem asuhan
keperawatan yang benar dan lengkap. Harapan penulis makalah ini dapat digunakan dan
bermanfaat bagi semua orang.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
pembuatan makalah ini agar dapat selesai dengan tepat waktu.
Kritik dan saran senantiasa kami harapkan sebagai sebuah pembangun untuk menjadikan
hasil yang lebih baik lagi.

Palembang, 05 Februari 2014


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir
angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering dilakukan
sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek kebidanan.
Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama antibiotik dan
tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi Caesar di seluruh
dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan
antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional (Rahwan,2004).
Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang Sectio caesarea,
maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan tentang pengertian Sectio caesarea.


2. Menjelaskan tentang penyebab dilakukannya Sectio caesarea.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi serta komplikasinya.
4. Menyusun askep pada klien dengan masalah Sectio caesarea.
5. Mengetahui proses bembedahan Sectio caesarea.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio
caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.

2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi Sectio Caesarea.
b. Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.
c. Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.
d. Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sectio Caesarea.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP TEORI SECTIO CAESAREA (SC)

A. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Dalam operasi caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan
lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi
dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-persatu, sehingga jahitannya berlapis-lapis.
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227)

B. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


Organ-organ yang membentuk alat reproduksi wanita dibagi dua bagian :

1. Genitalia Eksterna.

a. Mons Pubis
Mons pubis merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak diatas simpisis pubis, struktur ini
ditutupi oleh kulit dan rambut pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantal waktu melakukan
hubungan seks. Kulit mons pubis mengandung kelenjar keringat yang khusus dan sekresi
kelenjar tersebut akan memberikan aroma yang khas, sekresi ini dianggap mempunyai makna
seksual tertentu pada laki-laki.

b. Labia Mayor
Labia mayora (bibir besar) terdiri atas dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya
yang berlanjut kebawah sebagai peluas dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia
mayora memiliki rambut dan kelenjar pada permukaan dalamnya licin. Labia mayora berfungsi
sebagai pelindung karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina sementara bantalan
lemaknya bekerja sebagai bantal.

c. Labia minora
Labia minora (bibir kecil) merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang terletak disebelah dalam
labia minora. Kedua bibir kecil bertemu disebelah depan dan pada titik temu ini terdapat klitoris.
Disebelah posterior, labia minora tidak memiliki lemak subkutan. Labia minora bergabung
membentuk fourchette. Permukaan internalnya, biasanya saling bersentuhan dan dengan
demikian menambahkan pengalaman pada lubang masuk vagina.

d. Klitoris
Klitoris merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu labia minora
disebelah anterior. Jaringan klitoris sangat kaya pembuluh darah dan syaraf sehingga merupakan
salah satu zona erotik pada wanita.

e. Vestibulum
Vestibulum merupakan nama yang diberikan pada rongga yang dikelilingi oleh labia minora.
Orifisium uretra bermuara kedalam vestibulum masing-masing pada salah satu sisi orifisium
uretra. Orifisium vagina juga bermuara kedalam vestibulum. Muara tersebut ditutupi oleh lipatan
selaput tipis yang disebut hymen. Selaput tipis ini menutupi seluruh lubang masuk vagina.

f. Perineum
Perineum terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul dibagian sentral
yang ditutupi oleh kulit perineum. Struktur ini membentang dan fourchette (titik temu labia
minora disebelah posterior) hingga anus.

2. Genitalia Internal.

a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang keatas dan kebelakang dari
vulva hingga uterus. Serviks atau leher uterus menjalar kedalam ujung proksimal vagina. Daerah
ini dikenal dengan nama kubah vagina dinding anterior vagina memiliki panjang kurang lebih
7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Kedua dinding ini dalam keadaan normal menempel satu
sama lain namun dapat dipisahkan dengan mudah.dinding vagina tersusun atas lipatan (rugae).
Susunan ini memungkinkan vagina untuk mengembang sampai luas sekali jika dibutuhkan,
sehingga dapat dilalui kepala bayi ketika dilahirkan.

b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang berongga, berdinding tebal dan terletak diantara
kandung kemih disebelah anteriornya dan rectum disebelah posteriornya uterus terdiri atas dua
bagian yaitu korpus atau badan dan serviks atau leher, serviks terbentuk oleh bagian sepertiga
bawah uterus dan separoh serviks menjalar kedalam vagina uterus mempunyai panjang kurang
lebih 7,5 cm,lebar 5,5 cm dan kedalamannya 2,5 cm. Dinding uterus sangat tebal yaitu sekitar
1,2 cm sehingga kavum uteri berukuran sangat kecil.

c. Tuba falopii
Tuba falopii juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-kadang disebut tuba
aterina dan saluran ini terdapat pada setiap sisi. Uterus yang membentang dari kornu uteri kearah
dinding lateral pelvis. Tuba falopii dibungkus oleh peritoneum yang membentuk ligamentum
latum.panjang tuba sekitar 10 cm, tapi tidak berjalan lurus, tuba berjalan melengkung dan
berputar kearah posterior ujung distalnya terbuka kedalam kavum peritonei dan dapat bergerak
bebas.

d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) / kelenjar seks wanita. Ada dua buah ovarium
yang masing-masing terdapat pada setiap sisi dan berada didalam kavum abdomen dibelakang
ligamentum latum dekat ujung fimbria tuba falopii. Ovarium terletak dalam kavum
peritonei.ovarium berwarna putih kelabu dengan permukaan yang tidak teratur dan berukuran
sekitar 3 cm x 1,5 cm.

C. Etiologi

Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)

a. Riwayat sectio caesarea


Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan
karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan
jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus
bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya.
Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan
akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and ginecologistc (1999)
b. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin
dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :
1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong) : Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik
(disfungsi uterus) dan kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.
2) CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) : Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran
lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
1) Kelainan presentasi, posisi janin, janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan
genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan
diputuskannya dilakukan operasi.
2) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janin
c. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan waktu
sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan
waktu yang tepat untuk sectio caesarea.
d. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan
terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervagina dibandingkan dengan janin presentasi
kepala.
e. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir.
f. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
g. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm
di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

D. Manifestasi klinis

a. Sakit perut seperti mau melahirkan


b. Sakit perut seperti mau BAB
c. Keluar cairan kental / lendir berdarah dari vagina

E. Komplikasi

Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi
setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)

1) Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi
rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
2) Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan
atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk
mengurangi sepsis.
3) Cedera pada sekeliling stuktur
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam
ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat
terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
4) Komplikasi Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik
di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal
pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

F. Pemeriksaan penunjang

Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 :
339) :
1. Darah rutin (mis Hb)
2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
3. Pelvimetri : menentukan CPD
4. USG abdomen
5. Gula darah sewaktu

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham, F


Garry, 2005 : 614)
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan
kuat
c. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya
disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg
d. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah
pembedahan
e. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan
bantuan orang lain
f. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat
setelah pembedahan
g. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan
perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia
h. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum
luas setelahjanin lahir
H. Pathoflow
I. Diagnosa Keperawatan dan Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
Tujuan umum : Gangguan kenyamanan dapat dicegah atau berkurang.

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji fisiologi dan lokasi ketidak1. Klien tidak dapat mengungkapkan
nyamanan keluhan tentang nyeri dan
2. Berikan informasi tentang nyeri dan ketidaknyamanan ; walaupun nyeri otot
bantu pasien melakukan teknik distraksi post operasi mungkin diharapkan, dapat
dan teknik relaksasi. menampilkan perkembangan
3. Nilai tekanan darah dan denyut komplikasi.
nadi, catat perubahan tingkah laku.2. Menolong mengurangi nyeri,
Bedakan kurang istirahat yang dihubungkan dengan nyeri agar pasien
berhubungan dengan shock dari yang lebih memahami dan meningkatkan rasa
berhubungan dengan nyeri. nyaman pasien.
4. Ubah posisi pasien, kurangi3. Nyeri dapat menimbulkan kurang
rangsangan dan lakukan pengosokan istirahat dan peningkatan dalam tekanan
punggung. Anjurkan pasien melakukan darah dan denyut nadi
teknik relaksasi. 4. Relaksasi nyeri dan pengalihan dari
sensasi nyeri

2. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan anastesi.


Tujuan umum : Frekuensi pernapasan dalam batas normal, bunyi paru normal
dan vesikuler terdengar.

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji frekuensi nadi dan pernapasan 1. Tachicardy dan peningkatan napas dapat
2. Pertahankan jalan udara klien dengan menandakan hypoksia.
miringkan kepala. 2. Mencegah obstuksi jalan napas.
3. Lakukan auskultasi suara napas. 3. Kurangnya suara napas adalah indikasi
4. Observasi frekwensi dan kedalaman adanya obstruksi oleh mucus atau lidah
pernapasan. dan dapat dibenahi dengan mengubah
5. Pantau tanda-tanda vital setip 4 jam. posisi ataupun pengisapan. Berkurangnya
6. Letakan klien pada posisi yang sesuai suara pernapasan diperkirakan telah
tergantung pada kekuatan pernapasan. terjadimya atelektasis.
7. Lakukan latihan gerak sesegera4. Dilakukan untuk memastikan efektivitas
mungkin pada klien yang reaktif. pernapasan sehingga upaya
8. Berikan tambahan oksigen sesuai memperbaikinya dapat segera dilakukan.
kebutuhan. 5. Meningkatnya pernapasan, takikardi dan
bradikardi menunjukan kemungkinan
terjadinya hipoksia.
6. Elevasi kepala dan posiisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi muntah,
posisi yang benar akan mendorong
ventilasi pada lobus paru menurunkan
tekanan diafagma.
7. Ventilasi dalam yang aktif membuka
alveolus, mengeluarkan sekresi dari
sistim pernapasan.
8. Dilakukan untuk meningkatkan
pengambilan oksigen pengeluaran gas
tersebut.

3. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi


Tujuan umum : Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas normal.
Penyembuhan insisi terjadi dengan tujuan pertama ; uterus tetap
lembut dan tidak empuk dan lochia bebas dari bau.

Intervensi Rasional
1. Angkat balutan verban abdomen sesuai1. Memudahkan insisi untuk kering dan
indikasi meningkatkan penyembuhan setelah 24
2. Bantu sesuai keperluan dengan jam pertama menjalani prosedur
mengangkat benang kulit pembedahan.
3. Anjurkan klien untuk mandi air hangat2. Insisi biasanya sudah cukup sembuh
setiap hari. untuk pengangkatan benang pada 4-5 hari
4. Berikan oxytoksin atau preparat setelah prosedur pembedahan.
ergometrium, beri infuse oksitoksin yang3. Mandi sering diijinkan setelah hari ke-2
sering dianjurkan secara rutin untuk 4 menjalani prosedur kelahiran caesarea
jam setelah prosedur pembedahan. dapat meningkatkan kebersihan dan dapat
5. Ambil darah vaginal dan kultur urine merangsang sirkulasi dan penyembuhan
bila infeksi dicurigai. luka
6. Berikan infus antibiotik profilaksis. 4. Mempertahankan kontraksi miometrial
oleh karena menurunya penyebaran
bakteri melalui dinding uterus, membantu
dalam pengeluaran bekuan dan selaput.
5. Bekterimial lebih sering pada ibu yang
mengalami ruptur membrane untuk 6 jam
atau lebih lama dari pada klien yang
mempunyai membran tetap utuh sebelum
menjalani kelahiran caesarea,
pemasangan kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6. Menurunkan / mengurangi kemungkinan
endometritis post partum sebagaimana
halnya dengan komplikasi seperti abses
insisi atau trombophlebitis pelvis.

4. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang perawatan pasca melahirkan caesarea.
Tujuan umum : Mengatasi kurang pengetahuan dan kurang informasi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji tingkat pengetahuan ibu dan1. Membantu ibu untuk menentukan
keluaga ,dan identifikasi area kebutuhan rencana dalam memperoleh informasi.
belajar. Tentukan strategi yang cocok2. Ketidaknyamanan berhubungan dengan
untuk belajar . dokumentasikan aktifitas usus, kandung kemih atau insisi yang
ibu dan reaksi. biasanya kurang berat setelah post
2. Kaji status fisik ibu, merencanakan operasi 3-6 hari, kemungkinan ibu
kelompok/individu mengikuti pemberian berkonsentrasi lebih lengkap pada
obat-obatan atau klien berada dalam pembelajaran.
keadaan nyaman dan istirahat. 3. Kecemasan berhubungan dangan
3. Kaji status spikologi dan respon kemampuan ibu untuk merawat dirinya
terhadap kelahiran caesarea dan peran sendiri dan anaknya.
menjadi ibu. 4. Selama hari 2-3 post partum, lkien
4. Kaji kesiapan untuk belajar. biasanya menerima untuk belajar.
5. Berikan informasi yang berhubungan5. Memudahkan kemandirian, membantu
dangan perawatan diri sendiri. mencegah infeksi dan meningkatkan
6. Berikan infirmasi yang berhubungan penyembuhan.
dabgam perawatan bayi, anjurkan untuk6. Membantu ibu / keluarga dalam
mendemonstrasikan kembali. pengawasan tugas yang baru.
7. Berikan pengajaran pulang mengenai7. Dapat mengetahui perdarahan atau
kemungkinan komplikasi gangguan dalam penyembuhan
8. Berikan informasi yang berhubungan memerlukan penilaian selanjutnya oleh
dengan pemeriksaan tindak lanjut post dokter.
partum. 8. Seringkali penilaian post partum bagi
ibu dengan kelahiran seksio caesarea
dijadwalkan pada 1 minggu sampai
sesuai kebutuhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
pada Ny.”P” dengan GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
SC diruang Operasi Rumah Sakit MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Tanggal masuk rumah sakit : 05 Februari 2014


Tanggal pengkajian : 05 Februari 2014

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. “S”
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl sultan syaril lemabang Palembang
Diagnosa medis : Janin letak sungsang (Incomplete Breech)
Riwayat kehamilan : G2P1A0
No.rec.med : 44-06-87

2. Identitas Penanggung jawab pasien


Nama : Tn. “B”
Umur : 28 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan PT
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
Alamat : jl sultan syaril lemabang Palembang

B. Riwayat kesehatan

1. Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan perutnya sakit seperti mau melahirkan.
2. Keluhan utama : Nyeri pada bagian perut dan keluar lendir darah.
3. Riwayat penyakit saat ini (PQRST) : Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 27 januari 2014
dengan perut terasa sakit sudah 2 hari yang lalu, dan keluar lendir darah kemarin.
4. Riwayat penyakit lalu : Pasien tidak mengalami gangguan kesehatan lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien tidak mengalami gangguan kesehatan yang
mengkhawatirkan.

GENOGRAM
: laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggalserumah
------

6. Riwayat pengobatan alergi : Tidak ada alergi obat maupun makanan.

C. Pengkajian fisik

Pemeriksaan fisik
Kesadaran : GCS > E:5 M:4 V:5 = 14 (composmentis)
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
Sakit / Nyeri : Sakit perut seperti mau melahirkan
Masalah Keperawatan : NYERI
D. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. KULIT
Warna kulit : sawo matang
Turgor : turgor kulit elastis
Tekstur : tekstur kulit kasar
Kelembaban : lembab
Suhu : suhu kulit dingin
Lesi / Luka : tidak ada lesi
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

2. KEPALA
Bentuk : simetris lingkaran kepala
Kebersihan : cukup bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

3. RAMBUT
Warna : hitam merata
Distribusi : lebat merata
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

4. MATA
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Konjuntiva : anemis
Sklera : normal, tidak terdapat kelainan
Pupil : isokor / normal
Fungsi : dapat melihat dengan baik
Reaksi Implus : normal, dapat menerima rangsangan dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

5. TELINGA
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Fungsi : dapat mendengar dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

6. HIDUNG
Bentuk : simetris bentuknya
Fungsi : dapat mencium bau dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

7. MULUT
Bentuk : simetris
Kelembaban : mukosa bibir lembab
Lesi : tidak ada
Kebersihan : bersih
Mukosa : lembab / normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

8. LEHER
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
Vena jugularis : dalam skala normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

9. DADA
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak terlihat
Palpasi : normal, tidak terdapat pelebaran
Perkusi : normal, sonor
Auskultasi : irama teratur
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
Paru-paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : baik, normal
Auskultasi : normal, tidak ada gangguan nafas
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

10. ABDOMEN
Inspeksi : Perut buncit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi abdomen redup
Auskultasi : bising usus normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

11. GENETALIA
Vagina : normal, lengkap
Anus : normal, lengkap
Kebersihan : kurang bersih, terdapat lendir darah
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

12. EKSTERMITAS
Rentang gerak : terbatas
Nyeri sendi : tidak terdapat nyeri
Edema : edema pada kaki
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
E. Aktivitas sehari-hari

No. Pola Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit


NUTRISI
1. - Makan
Frekuensi - 3 x porsi habis - 3 x porsi habis ½ porsi
Jenis - Nasi + lauk - Bubur + lauk
Jumlah - 1 porsi - ½ porsi
- Minum
Frekuensi - 1-5 gelas sehari - 1-4 gelas sehari
Jenis - Air putih - Air putih
Jumlah - 7-8 gelas - 6/8 gelas
MASALAH TIDAK ADA TIDAK ADA

2. Eliminasi - 2 x sehari, warna


- 1 x sehari, warna kuning, lunak.
- BAB kuning kecoklatan,
lunak. - 1-3 x/hari, warna kuning, 1.300
- BAK - 3-4 x/sehari, warna ML
kuning, 1.500 ML TIDAK ADA
MASALAH TIDAK ADA

3. Istirahat - Klien siang ± 2jam


- Klien tidur siang ± 1-2 jam
sehari dan dapat tidur sehari dan sering terbangun pada
nyeyak pada malam malam hari, tidur malam 4-5 jam
hari ± 6-8 jam sehari. sehari.
TIDAK ADA
MASALAH TIDAK ADA
4. Aktivitas - Klien tidak dapat
- Aktivitas terbatas, karena pada
melakukan aktivitas tangan kanan klien terpasang
sehari-hari secara infus, dan perut besar, aktivitas
mandiri klien memerlukan bantuan
keluarga
MASALAH TIDAK ADA TIDAK ADA

5. Pola Aktivitas
- Lama tidur
- 3 jam - 1 jam
siang
- Lama tidur
- 7 jam - 5 jam
malam
- Gangguan
- TIDAK ADA - TIDAK ADA
tidur
MASALAH TIDAK ADA TIDAK ADA

F. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb : 12 gr%
2. Leukosit : 10.500 mm3
3. Trombosit : 350.000 mm3
4. Eritrosit : 4,2 jt/mm3
5. Kolestrol : 285 mg/dl
6. Ureum : 13,5 mg/dl
7. SGPT : 56 U/L
8. SGOT : 27 U/L
9. GDA : 110 mg/dl

G. Therapy
- IVFD RlaH 20 x / menit
- Remopain
- Kadacilin 2x1
- Ranitidine 2x1
- Calnex 2x1
- Ketorolak 2x1
- Instruksi dokter anastesi : Tirah baring 24 jam.

H. PENGKAJIAN PSIKOLOGI, SOSIAL dan SPIRITUAL

a. Psikososial
 Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini : pasien merasa cemas
 Cara mengatasinya : dengan cara berdo’a, banyak beristirahat, dan sering berkonsultasi.
 Rencana pasien setelah masalahnya selesai : melaksanakan aktivitas seperti biasa
 Pengetahuan pasien tentang penyakit ini : pasien merasa belum cukup mengerti
MASALAH KEPERAWATAN : ANSIETAS

b. Sosial
 Aktivitas atau peran dimasyarakat : anggota masyarakat biasa
 Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : lingkungan yang kotor
 Cara mengatasinya : menjaga kebersihan lingkungan
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA

c. Spiritual
 Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan : mengaji
 Perasaan pasien akibat tidak bisa melaksanakan hal tersebut : tidak masalah
 Upaya pasien untuk mengatasi hal tersebut : dengan cara berdo’a, bersabar dan tawakkal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
A. Pengkajian PreOperatif

ANALISA DATA

Nama pasien : Ny. “S” No.rec.med : 44-06-87


Umur : 25 Tahun Diagnosa medis : Letak sungsang

No. Data Fokus Etiologi Promlem


1. Data Subjektif Kelahiran terlambat
- Pasien mengatakan perut terasa 
nyeri Post date

Data Objektif SC
GANGGUAN
- Pasien tampak menahan sakit 
RASA NYAMAN
- Pasien tampak mengurangi Persalinan tidak normal
gerak 
- Pasien tampak risih / tidak Tiba waktu melahirkan
nyaman 
Nyeri
2. Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sangat Kelahiran terlambat
cemas 
Post date
Data Objektif :  ANSIETAS
- Pasien tampak gelisah SC
- Pasien tampak banyak bertanya 
Persalinan tidak normal

Kurang pengetahuan

ansietas

A. Prioritas Masalah
1. Gagguan rasa nyaman
2. Ansietas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri akut.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama :Ny.“S” No.rec.m


Jeniskelamin :Perempuan
Diagnosa :LetakSungsang
N Diagnosa Jam Tujuan dan KH Intervensi Rasional
O
1. Gangguan rasa 09.0 Setelah dilakukan 1. Kaji fisiologi dan lokasi ketidak1. Klien tidak da
nyaman b/d 0 tindakan keperawatan nyamanan keluhan tenta
nyeri akut selama 1x24 jam rasa 2. Berikan informasi tentang nyeri dan ketidaknyamanan
nyaman terpenuhi, bantu pasien melakukan teknik otot post operasi
dengan KH : rasa nyeri distraksi dan teknik relaksasi. dapat menampi
sedikit berkurang. 3. Nilai tekanan darah dan denyut komplikasi.
nadi, catat perubahan tingkah laku.2. Menolong
Bedakan kurang istirahat yang dihubungkan den
berhubungan dengan shock dari yang lebih memaham
berhubungan dengan nyeri. rasa nyaman pasi
4. Ubah posisi pasien, kurangi3. Nyeri dapat m
rangsangan dan lakukan pengosokan istirahat dan
punggung. Anjurkan pasien tekanan darah da
melakukan teknik relaksasi. 4. Relaksasi nyeri
sensasi nyeri
2. Ansietas b/d 09.3 Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien tentang 1. Mem
kurangnya 0 tindakan keperawatan penyakitnya memberikan pen
pengetahuan selama 1x24 jam rasa 2. Jelaskan tentang proses penyakit 2. Meningkat
cemas sedikit berkurang, (tanda dan gejala), identifikasi mengurangi cem
dengan KH : pasien siap kemungkinan penyebab. Jelaskan 3. Mempermud
menghadapi operasi. kondisi tentangklien 4. Mencegah ke
3. Jelaskan tentang program 5. Memberi
pengobatan dan alternatif pengobantan pilihan terapi yan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup 6. Mensuport p
yang mungkin digunakan untuk yang dimiliki
mencegah komplikasi 7. Memperjelas
5. Diskusikan tentang terapi dan 8. Mereview pe
pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/ mendukung
7. Instruksikan kapan harus ke
pelayanan
8. Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
operasi
B. Pengkajian IntraOperatif

Pada tanggal 27 Januari 2014, pukul . 08.15 WIB pasien datang bersama suami dari ruang
kebidanan kemudian diantar ke ruangan operasi menggunakan brangkar.

1. Persiapan operasi
Tanggal operasi : 05 Februari 2014
Jenis anasthesi : Spinal
Golongan operasi : Besar
Waktu operasi : 10.30 WIB
Operator : Dr. Tin E, Sp.OG
Anastesi : Dr. Susi, Sp.An
Perawat : Bpk. Susilo, SKM, Bpk. Sobirin, Ibu. Leni

2. Tim pembedahan terdiri dari :


a. Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.
b. Asisten pembedahan (1 orang atau lebih) : asisten bius dokter, residen, atau perawat, di bawah
petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
c. Anaesthesologist atau perawat anaesthesi
Perawat anesthesi memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan
status fisik klien selama pembedahan.
d. Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas :
Set up ruangan operasi
Menjaga kebutuhan alat
Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan
Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien
e. Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan
peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.

3. Persiapan alat kesehatan dan materi kesehatan


a. Meja operasi
b. Lampu operasi
c. Meja instrumen
d. Alat penghisap
e. Oksigen (O2)
f. Peralatan anasthesi
g. Standar infus
h. Standar lampu
i. Tempat sampah
j. Alat-alat koagulasi

4. Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan


Pencegahan kontaminasi :
 Cuci tangan
 Handscoen
 Mandi
 Tidak memakai perhiasan
 Pakaian bedah : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK

5. Persiapan instrument
1. Gunting jaringan : 1 buah
2. Gunting benang : 1 buah
3. Needle holder : 2 buah
4. Klem plen lurus : 2 buah
5. Kleam plen bengkok : 2 buah
6. Kocher lurus : 4 buah
7. Scapel no 4 : 1 buah
8. Bisturi no.20 : 1 buah
9. Pinset anatomis : 2 buah
10. Pinset sirugis : 2 buah
11. Huck : 3 buah
12. Penscter klem : 6 buah
13. Mickomlie : 3 buah
14. Duck klem : 7 buah
15. Allis klem : 2 buah
16. Canul section : 1 buah
17. Bengkok : 1 buah
18. Kom kecil : 1 buah
19. Kassa : secukupnya
20. Handscoon no 61/2,71/2 : 4 pasang
21. Langen back : 2 buah
22. Retraktor besar : 1 buah
23. Duck besar : 2 buah
24. Duck sedang : 2 buah
25. Jas operasi : 4 helai
26. Cromic no 1 : 4 pcs
27. Silk black 2/0 : 1 pcs
28. Surgikal no 1 : 1 pcs
29. Plain no 1 : 2 pcs

6. Persiapan pasien
a. Informed consent
b. Melepas baju pasien dan mengganti dengan baju khusus operasi
c. Melepas semua perhiasan dan alat protase yang digunakan pasien
d. Memindahkan pasien ke branckar kemudian dibawa masuk ke ruang operasi
e. Pasien dipindahkan ke meja operasi
f. Meletakkan pasien dengan posisi terlentang
g. Mempersiapkan pasien untuk pemberian anasthesi

7. Pelaksanaan Operasi
1. Pasien dibawa keruangan operasi 1 dengan menggunakan brancart, kemudian
dipindahkan ke meja operasi dengan kesadaran compos mentis, terpasang IVFD RL 20tts dan
terpasang DC urine. Hasil TTV TD: 120/80, HR: 90 x/mnt, RR: 21 x/mnt
2. Pemasangan pengikat tangan dan tungkai
3. Daerah rambut kepala ditutup
4. Di cek apakah daerah pembedahan yang berambut sudah dicukur
5. Pasien mulai disiapkan untuk dilakukan tindakan anastesi oleh perawat Susilo
diberikan secara spinal (Regional) dengan obat anastesi decain spinal 0,5% (vertebra lumbalis 3-
5)
6. Setelah dilakukan tindakan anastesi lalu perawat melakukan posisi celuler diatas
meja operasi dengan tindakan fiksasi daerah lengan tangan kanan dan kiri
7. Operator dan asisten mencuci tangan dengan antiseptic hybrid scrub dengan teknik
steril(scrubing) lalu dibilas dengan alcohol 96%. Operator dan asisten memakai jas operasi (
Gowning) oleh perawat onlop kemudian memakai handscoon steril (Gloving).
8. Asisten operator mendisinfeksi bagian tubuh pasien yang akan dioperasi
menggunakan cairal alcohol 96% dan betadhin 10% (iodine prvidone)
9. Bagian tubuh pasien yang akan di operasi kemudian ditutup menggunakan kain
steril mulai dari kaki,kepala,dada untuk membentuk batas tegas operasi (Drapping)
10. Operator mulai melakukan insisi mulai dari jaringan kulit,cutis,subkutis,fasia,otot
jaringan yang menutupi uterus (peritoneum) sambil menghentikan perdarahan kemudian
dilanjutkan dengan menginsisi bagian uterus
11. Operator memecahkan ketuban dengan menggunakan pinset kemudian cairan
amnion disedot dengan menggunakan suction
12. Operator mengeluarkan kepala bayi dengan menggunakan tangan dengan cara
menekan fundus uteri kemudian memuter secara perlahan dengan tujuan kepala bayi dapat
terlepas dari uterus kemudian operator memegang kepala bayi dengan gerakan biparietal dari
uterus kebawah keatas sampai bahu bayi terlepas dari uterus kemudian mengeluarkan bagian
abdomen dan ekstrimitas bayi sambil mensuction cairan disekitarnya.
13. Setelah bayi lahir,asisten langsung melakukan tindakan pemotongan tali pusat
dengan terlebih dahulu mengklem dikedua belah sisi tali pusat kemudian memotong bagian
tengah yang diklem,bayi dibawa ke ruangan resusitasi bayi dengan berat bayi 3,7 kg.
14. Operator mengeluarkan plasenta dengan menarik perlahan sambil mensuction
cairan dan darah dalam uterus
15. Luka operasi ditutup kembali dengan cara mengheacting uterus menggunakan
chromic no.1 kemudian bagian abdomen yaitu mulai dari petitonium dan otot menggunakan
plain no.1,fasia menggunakan surygil no.1,subkutis dengan plain no.1 dan kutis menggunakan
silk no 2/0,kemudian dibersikah dan ditutupi dengan kassa steril diberikan bethadine dan dilapisi
kassa kemudian diplaster
16. Pasien dirapikan dan alat-alat dicuci kemudian disterilkan,ruangan dibersihkan
dibantu oleh mahasiswa
17. Operator,assisten dan perawat onlop membuka handscoon dan baju operasi
kemudian mencuci tangan. Pasien dipindahkan dari meja operasi ke brancart menuju ruang RR
(Recovery Room).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infesi berhubungan dengan faktor resiko : Prosedur invasive pembedahan, infus, dan DC.
Tujuan : tidak terjadi infeksi saat pembedahan berlangsung.

Intervensi Rasional
1. Pastikan selama dilakukan tindakan operasi
tidak terjadi transmisi agent infeksi Dapat mencegah kontaminasi kuman
2. Gunakan pakaian khusus ruang operasi terhadap daerah operasi
3. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan berada diruangan yang dingin.


Tujuan : suhu tubuh pasien stabil.

Intervensi Rasional
1. Kontrol temperature pasien
2. Atur temprature ruangan yang nyaman
Agar tidak terjadi hipotermi pada pasien
3. Lindungi area diluar wilayah operasi
4. Membantu menstabilkan suhu pasien

3. Resiko cedera berhubugan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi.


Tujuan : tidak terjadi injuri

Intervensi Rasional
1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan1. Mencegah jatuhnya klien.
posisi sesuai kebutuhan 2. Dapat mengetahui pemakaian intrumen,
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan jarum dan kasa.
kasa 3. Dengan tertinggalnya benda asing dapam
3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau tubuh klien dapat menimbulkan bahaya.
kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

C. Pengkajian PostOperatif

Setelah dilakukan pembedahan pasien dipindahkan ke ruang RR (Recovery Room),


diruang RR pasien harus diobservasi secara ketat antara lain :
 Observasi tanda-tanda vital
 Observasi kesadaran pasien
 Observasi efek dari anasthesi
 Healt education pada pasien dan keluarga

a) Asuhan Keperawatan Post Operatif

1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20 x/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, kapilery revil < 2 detik, TD 120/80 mmHg.
b. Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien : Compos Metis
TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 85 x/menit
c. Pemeriksaan fisik :
- Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih
- Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata simetris.
- Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung.
- Mulut : Mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil.
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Leher : Tidak ada JVP.
- Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi dada normal, tidak ada
otot bantu nafas.
- Abdomen : Terdapat luka insisi operasi arah vertical, peristaltic usus
menurun, turgor kulit normal.
- Genetalia : Terpasang DC.
- Ekstremitas : Tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas lengkap, pasien belum bisa
mengangkat kedua tungkai kaki

d. Keluhan pasien
a. Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka
b. Terdapat kemerahan pada bekas luka
c. Pasien mengatakan perih pada lukanya
d. Terdapat nyeri tekan
e. Skala nyeri pasien 5
f. Wajah pasien tanpak meringis
g. Pasien tanpak memegangi bekas luka operasinya
h. Pasien menyatakan nyeri terjadi kira-kira hampir setiap 30 mnt sx
i. Pasien banyak bertanya
j. Pasien tampak gelisah
Instruksi dokter bedah:
1. Bedress
2. Makan bubur saring
3. Terapi medis:
 Remopain
 Kadacilin 2x1
 Ranitidine 2x1
 Calnex 2x1
 Ketorolak 2x1
 Tirah baring 24 jam.

b) Analisa data

NO Data Fokus Etiologi Problem


1. DS : Janin letak sunsang
- pasien menyatakan nyeri pada 
bagian bekas operasi Terdapat amnion dalam
- pasien menyatakan Perih pada plasenta
bagian bekas lukanya 
- pasien menyatakan nyeri terjadi Amnion terinfeksi bakteri
hampir setiap 30 mnt sx 
Terjadi karioamnionitis
NYERI
DO : 
- Wajah pasien tanpak meringis Kontraksi uterus tak baik
- pasien tanpak memegangi bekas 
perutnya/bekas luka operasi Induksi servik tidak baik

- terdapat nyeri tekan 

- skala nyeri 5 Dilakukan Sc



Luka bedah

Nyeri pasca operasi

2. DS : Kelahiran terlambat
- pasien menyatakan nyeri pada 
bagian bekas operasi Post date
- pasien menyatakan Perih pada 
bagian bekas lukanya SC
- pasien menyatakan nyeri terjadi 
hampir setiap 30 mnt sx Persalinan tidak normal
- pasien banyak bertanya dan 
ANSIETAS
mengeluh Kurang pengetahuan

DO : ansietas

- wajah pasien tanpak meringis


- Pasien tanpak memegangi bekas
perutnya/bekas luka operasi
- Pasien tampak bingung
- Pasien cemas dan gelisah
3. DS : Janin letak sunsang
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas 
luka Terdapat amnion dalam
- Terdapat kemerahan pada bekas luka plasenta
- Pasien mengatakan perih pada 
KERUSAKAN
lukanya Amnion terinfeksi bakteri
INTEGRITAS
- Terdapat nyeri tekan 
KULIT
Terjadi karioamnionitis
DO : 
- Pasien tampak meringis Kontraksi uterus tak baik
- Kulit pasien tampak merah 
- Kulit pasien sekitar luka bedah Induksi servik tidak baik
tampak kasar dan hitam 
- Terdapat lesi luka insisi Dilakukan Sc
- Luka tampak basah dan berdarah 
Luka bedah

c) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.


2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan informasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. “S” N


Jenis kelamin : Perempuan D

N Diagnosa Jam Tujuan dan KH Intervensi Rasi


O
1. Nyeri 12.00 Setelah 1. Kaji tipe dan sumber nyeri 1. Mengetahui lo
berhubungan dilakukan 2. Ajarkan tentang teknik non durasi, frekuensi, k
dengan incisi tindakan farmakologi presipitasi
pembedahan keperawatan 3. Ajarkan tehnik distraksi 2. Mengurangi rasa n
dan posisi selama 2x24 4. Berikan analgetik 3. Mengalihkan rasa
selama jam rasa nyeri 5. Tingkatkan istirahat 4. Menghilangkan ra
pembedahan. sedikit 6. Kolaborasikan dengan dokter 5. Merasa nyaman
berkurang, 6. Pemberian terapi
dengan KH :
rasa nyeri
sedikit
berkurang.
2. Ansietas 13.30 Setelah 1. Berikan edukasi tentang post operasi 1. Menambah pen
berhubungan dilakukan 2. Beri motivasi kepada pasien 2. Memberi sema
dengan krisis tindakan 3. Anjurkan pasien untuk selalu berdoa 3. Membuat pasie
situasi dan keperawatan 4. Jelaskan proses penyembuhan luka 4. Manambah pen
informasi. selama 1x24 post operasi 5. Mengurasi rasa
jam rasa cemas
5. Berikan kesempatan pasien untuk
sedikit bertanya segala sesuatu yang tidak
berkurang, dimengerti
dengan KH :
pasien tidak
cemas dan
gelisah lagi.
3. Kerusakan 14.00 Setelah 1. Anjurkan pasien untuk1. Mengurangi kerusak
integritas kulit dilakukan menggunakan pakaian yang longgar 2. Agar tidak terjadi lu
berhubungan tindakan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 3. Terhindar dari infek
dengan luka keperawatan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap4. Tidak terjadi luka te
pemebedahan. selama 1x24 bersih dan kering 5. Menghindari nekrot
jam 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi6. Tidak terjadi decubi
mempercepat pasien) setiap dua jam sekali 7. Mengetahui keadaa
proses 5. Monitor kulit akan adanya8. Agar tetap terpenuh
penyembuhan kemerahan 9. Terhindar dari bakt
luka, dengan6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil dapat menyebabk
KH : luka sudah pada derah yang tertekan memperlambat pro
kering, tidak7. Monitor aktivitas dan mobilisasi luka
berdarah lagi, pasien
perfusi jaringan8. Monitor status nutrisi pasien
baik. 9. Anjurkan pasien mandi dengan
sabun dan air hangat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S
dengan Sectio Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion di Ruang operasi RS.
MUHAMMADIYAH PALEMBANG” dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah
:
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri akut.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
3. Resiko infesi berhubungan dengan faktor resiko : Prosedur invasive pembedahan,
infus, dan DC.
4. Resiko hipotermi berhubungan dengan berada diruangan yang dingin
5. Resiko cedera berhubugan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi.
6. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan informasi.
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan.

Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post
operasi yaitu :
Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal,
rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa
mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan
pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai. Sebelum
operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan untuk itu sebagai
perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan
status emosional pasien kepada tim-tim bedah.
Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien dan
memenuhi kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan kemungkinan
infeksi. Perawat harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan
sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan guna
mengurangi resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 1987.

Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 14 Mei
2004

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise..

Anda mungkin juga menyukai