RESULTS
Kamis, 01 Mei 2014
Asuhan Keperawaatan sc
DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ANDRI
NIM : 12.1416
“PROFESIONAL DAN ISLAMI”
BAB IV .................................................................................................................. 39
A. PENUTUP ............................................................................................................. 39
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karna
berkat nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah I dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.P dengan
gangguan sistem reproduksi Sectio Caesarea di ruang operasi RS. MUHAMMADIYAH
PALEMBANG” di ruang operasi RS. Muhammadiyah Palembang.
Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai proses pembedahan pada pasien partum
abnormal dengan berbagai jenis indikasi serta respon pasien terhadap proses pembedahan serta
aplikasi seorang perawat terhadap masalah ini dan cara mengatasinya dengan sistem asuhan
keperawatan yang benar dan lengkap. Harapan penulis makalah ini dapat digunakan dan
bermanfaat bagi semua orang.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
pembuatan makalah ini agar dapat selesai dengan tepat waktu.
Kritik dan saran senantiasa kami harapkan sebagai sebuah pembangun untuk menjadikan
hasil yang lebih baik lagi.
A. LATAR BELAKANG
Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir
angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering dilakukan
sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek kebidanan.
Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama antibiotik dan
tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi Caesar di seluruh
dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan
antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional (Rahwan,2004).
Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang Sectio caesarea,
maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio
caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi Sectio Caesarea.
b. Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.
c. Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.
d. Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sectio Caesarea.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP TEORI SECTIO CAESAREA (SC)
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Dalam operasi caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan
lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi
dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-persatu, sehingga jahitannya berlapis-lapis.
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227)
1. Genitalia Eksterna.
a. Mons Pubis
Mons pubis merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak diatas simpisis pubis, struktur ini
ditutupi oleh kulit dan rambut pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantal waktu melakukan
hubungan seks. Kulit mons pubis mengandung kelenjar keringat yang khusus dan sekresi
kelenjar tersebut akan memberikan aroma yang khas, sekresi ini dianggap mempunyai makna
seksual tertentu pada laki-laki.
b. Labia Mayor
Labia mayora (bibir besar) terdiri atas dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya
yang berlanjut kebawah sebagai peluas dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia
mayora memiliki rambut dan kelenjar pada permukaan dalamnya licin. Labia mayora berfungsi
sebagai pelindung karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina sementara bantalan
lemaknya bekerja sebagai bantal.
c. Labia minora
Labia minora (bibir kecil) merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang terletak disebelah dalam
labia minora. Kedua bibir kecil bertemu disebelah depan dan pada titik temu ini terdapat klitoris.
Disebelah posterior, labia minora tidak memiliki lemak subkutan. Labia minora bergabung
membentuk fourchette. Permukaan internalnya, biasanya saling bersentuhan dan dengan
demikian menambahkan pengalaman pada lubang masuk vagina.
d. Klitoris
Klitoris merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu labia minora
disebelah anterior. Jaringan klitoris sangat kaya pembuluh darah dan syaraf sehingga merupakan
salah satu zona erotik pada wanita.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan nama yang diberikan pada rongga yang dikelilingi oleh labia minora.
Orifisium uretra bermuara kedalam vestibulum masing-masing pada salah satu sisi orifisium
uretra. Orifisium vagina juga bermuara kedalam vestibulum. Muara tersebut ditutupi oleh lipatan
selaput tipis yang disebut hymen. Selaput tipis ini menutupi seluruh lubang masuk vagina.
f. Perineum
Perineum terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul dibagian sentral
yang ditutupi oleh kulit perineum. Struktur ini membentang dan fourchette (titik temu labia
minora disebelah posterior) hingga anus.
2. Genitalia Internal.
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang keatas dan kebelakang dari
vulva hingga uterus. Serviks atau leher uterus menjalar kedalam ujung proksimal vagina. Daerah
ini dikenal dengan nama kubah vagina dinding anterior vagina memiliki panjang kurang lebih
7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Kedua dinding ini dalam keadaan normal menempel satu
sama lain namun dapat dipisahkan dengan mudah.dinding vagina tersusun atas lipatan (rugae).
Susunan ini memungkinkan vagina untuk mengembang sampai luas sekali jika dibutuhkan,
sehingga dapat dilalui kepala bayi ketika dilahirkan.
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang berongga, berdinding tebal dan terletak diantara
kandung kemih disebelah anteriornya dan rectum disebelah posteriornya uterus terdiri atas dua
bagian yaitu korpus atau badan dan serviks atau leher, serviks terbentuk oleh bagian sepertiga
bawah uterus dan separoh serviks menjalar kedalam vagina uterus mempunyai panjang kurang
lebih 7,5 cm,lebar 5,5 cm dan kedalamannya 2,5 cm. Dinding uterus sangat tebal yaitu sekitar
1,2 cm sehingga kavum uteri berukuran sangat kecil.
c. Tuba falopii
Tuba falopii juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-kadang disebut tuba
aterina dan saluran ini terdapat pada setiap sisi. Uterus yang membentang dari kornu uteri kearah
dinding lateral pelvis. Tuba falopii dibungkus oleh peritoneum yang membentuk ligamentum
latum.panjang tuba sekitar 10 cm, tapi tidak berjalan lurus, tuba berjalan melengkung dan
berputar kearah posterior ujung distalnya terbuka kedalam kavum peritonei dan dapat bergerak
bebas.
d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) / kelenjar seks wanita. Ada dua buah ovarium
yang masing-masing terdapat pada setiap sisi dan berada didalam kavum abdomen dibelakang
ligamentum latum dekat ujung fimbria tuba falopii. Ovarium terletak dalam kavum
peritonei.ovarium berwarna putih kelabu dengan permukaan yang tidak teratur dan berukuran
sekitar 3 cm x 1,5 cm.
C. Etiologi
D. Manifestasi klinis
E. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi
setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)
1) Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi
rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
2) Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan
atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk
mengurangi sepsis.
3) Cedera pada sekeliling stuktur
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam
ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat
terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
4) Komplikasi Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik
di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal
pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 :
339) :
1. Darah rutin (mis Hb)
2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
3. Pelvimetri : menentukan CPD
4. USG abdomen
5. Gula darah sewaktu
G. Penatalaksanaan Medis
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji fisiologi dan lokasi ketidak1. Klien tidak dapat mengungkapkan
nyamanan keluhan tentang nyeri dan
2. Berikan informasi tentang nyeri dan ketidaknyamanan ; walaupun nyeri otot
bantu pasien melakukan teknik distraksi post operasi mungkin diharapkan, dapat
dan teknik relaksasi. menampilkan perkembangan
3. Nilai tekanan darah dan denyut komplikasi.
nadi, catat perubahan tingkah laku.2. Menolong mengurangi nyeri,
Bedakan kurang istirahat yang dihubungkan dengan nyeri agar pasien
berhubungan dengan shock dari yang lebih memahami dan meningkatkan rasa
berhubungan dengan nyeri. nyaman pasien.
4. Ubah posisi pasien, kurangi3. Nyeri dapat menimbulkan kurang
rangsangan dan lakukan pengosokan istirahat dan peningkatan dalam tekanan
punggung. Anjurkan pasien melakukan darah dan denyut nadi
teknik relaksasi. 4. Relaksasi nyeri dan pengalihan dari
sensasi nyeri
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji frekuensi nadi dan pernapasan 1. Tachicardy dan peningkatan napas dapat
2. Pertahankan jalan udara klien dengan menandakan hypoksia.
miringkan kepala. 2. Mencegah obstuksi jalan napas.
3. Lakukan auskultasi suara napas. 3. Kurangnya suara napas adalah indikasi
4. Observasi frekwensi dan kedalaman adanya obstruksi oleh mucus atau lidah
pernapasan. dan dapat dibenahi dengan mengubah
5. Pantau tanda-tanda vital setip 4 jam. posisi ataupun pengisapan. Berkurangnya
6. Letakan klien pada posisi yang sesuai suara pernapasan diperkirakan telah
tergantung pada kekuatan pernapasan. terjadimya atelektasis.
7. Lakukan latihan gerak sesegera4. Dilakukan untuk memastikan efektivitas
mungkin pada klien yang reaktif. pernapasan sehingga upaya
8. Berikan tambahan oksigen sesuai memperbaikinya dapat segera dilakukan.
kebutuhan. 5. Meningkatnya pernapasan, takikardi dan
bradikardi menunjukan kemungkinan
terjadinya hipoksia.
6. Elevasi kepala dan posiisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi muntah,
posisi yang benar akan mendorong
ventilasi pada lobus paru menurunkan
tekanan diafagma.
7. Ventilasi dalam yang aktif membuka
alveolus, mengeluarkan sekresi dari
sistim pernapasan.
8. Dilakukan untuk meningkatkan
pengambilan oksigen pengeluaran gas
tersebut.
Intervensi Rasional
1. Angkat balutan verban abdomen sesuai1. Memudahkan insisi untuk kering dan
indikasi meningkatkan penyembuhan setelah 24
2. Bantu sesuai keperluan dengan jam pertama menjalani prosedur
mengangkat benang kulit pembedahan.
3. Anjurkan klien untuk mandi air hangat2. Insisi biasanya sudah cukup sembuh
setiap hari. untuk pengangkatan benang pada 4-5 hari
4. Berikan oxytoksin atau preparat setelah prosedur pembedahan.
ergometrium, beri infuse oksitoksin yang3. Mandi sering diijinkan setelah hari ke-2
sering dianjurkan secara rutin untuk 4 menjalani prosedur kelahiran caesarea
jam setelah prosedur pembedahan. dapat meningkatkan kebersihan dan dapat
5. Ambil darah vaginal dan kultur urine merangsang sirkulasi dan penyembuhan
bila infeksi dicurigai. luka
6. Berikan infus antibiotik profilaksis. 4. Mempertahankan kontraksi miometrial
oleh karena menurunya penyebaran
bakteri melalui dinding uterus, membantu
dalam pengeluaran bekuan dan selaput.
5. Bekterimial lebih sering pada ibu yang
mengalami ruptur membrane untuk 6 jam
atau lebih lama dari pada klien yang
mempunyai membran tetap utuh sebelum
menjalani kelahiran caesarea,
pemasangan kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6. Menurunkan / mengurangi kemungkinan
endometritis post partum sebagaimana
halnya dengan komplikasi seperti abses
insisi atau trombophlebitis pelvis.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. “S”
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl sultan syaril lemabang Palembang
Diagnosa medis : Janin letak sungsang (Incomplete Breech)
Riwayat kehamilan : G2P1A0
No.rec.med : 44-06-87
B. Riwayat kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan perutnya sakit seperti mau melahirkan.
2. Keluhan utama : Nyeri pada bagian perut dan keluar lendir darah.
3. Riwayat penyakit saat ini (PQRST) : Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 27 januari 2014
dengan perut terasa sakit sudah 2 hari yang lalu, dan keluar lendir darah kemarin.
4. Riwayat penyakit lalu : Pasien tidak mengalami gangguan kesehatan lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien tidak mengalami gangguan kesehatan yang
mengkhawatirkan.
GENOGRAM
: laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggalserumah
------
C. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : GCS > E:5 M:4 V:5 = 14 (composmentis)
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
Sakit / Nyeri : Sakit perut seperti mau melahirkan
Masalah Keperawatan : NYERI
D. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. KULIT
Warna kulit : sawo matang
Turgor : turgor kulit elastis
Tekstur : tekstur kulit kasar
Kelembaban : lembab
Suhu : suhu kulit dingin
Lesi / Luka : tidak ada lesi
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
2. KEPALA
Bentuk : simetris lingkaran kepala
Kebersihan : cukup bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
3. RAMBUT
Warna : hitam merata
Distribusi : lebat merata
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
4. MATA
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Konjuntiva : anemis
Sklera : normal, tidak terdapat kelainan
Pupil : isokor / normal
Fungsi : dapat melihat dengan baik
Reaksi Implus : normal, dapat menerima rangsangan dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
5. TELINGA
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Fungsi : dapat mendengar dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
6. HIDUNG
Bentuk : simetris bentuknya
Fungsi : dapat mencium bau dengan baik
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
7. MULUT
Bentuk : simetris
Kelembaban : mukosa bibir lembab
Lesi : tidak ada
Kebersihan : bersih
Mukosa : lembab / normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
8. LEHER
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
Vena jugularis : dalam skala normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
9. DADA
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak terlihat
Palpasi : normal, tidak terdapat pelebaran
Perkusi : normal, sonor
Auskultasi : irama teratur
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
Paru-paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : baik, normal
Auskultasi : normal, tidak ada gangguan nafas
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
10. ABDOMEN
Inspeksi : Perut buncit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi abdomen redup
Auskultasi : bising usus normal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
11. GENETALIA
Vagina : normal, lengkap
Anus : normal, lengkap
Kebersihan : kurang bersih, terdapat lendir darah
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
12. EKSTERMITAS
Rentang gerak : terbatas
Nyeri sendi : tidak terdapat nyeri
Edema : edema pada kaki
Kebersihan : bersih
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
E. Aktivitas sehari-hari
5. Pola Aktivitas
- Lama tidur
- 3 jam - 1 jam
siang
- Lama tidur
- 7 jam - 5 jam
malam
- Gangguan
- TIDAK ADA - TIDAK ADA
tidur
MASALAH TIDAK ADA TIDAK ADA
F. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb : 12 gr%
2. Leukosit : 10.500 mm3
3. Trombosit : 350.000 mm3
4. Eritrosit : 4,2 jt/mm3
5. Kolestrol : 285 mg/dl
6. Ureum : 13,5 mg/dl
7. SGPT : 56 U/L
8. SGOT : 27 U/L
9. GDA : 110 mg/dl
G. Therapy
- IVFD RlaH 20 x / menit
- Remopain
- Kadacilin 2x1
- Ranitidine 2x1
- Calnex 2x1
- Ketorolak 2x1
- Instruksi dokter anastesi : Tirah baring 24 jam.
a. Psikososial
Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini : pasien merasa cemas
Cara mengatasinya : dengan cara berdo’a, banyak beristirahat, dan sering berkonsultasi.
Rencana pasien setelah masalahnya selesai : melaksanakan aktivitas seperti biasa
Pengetahuan pasien tentang penyakit ini : pasien merasa belum cukup mengerti
MASALAH KEPERAWATAN : ANSIETAS
b. Sosial
Aktivitas atau peran dimasyarakat : anggota masyarakat biasa
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : lingkungan yang kotor
Cara mengatasinya : menjaga kebersihan lingkungan
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
c. Spiritual
Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan : mengaji
Perasaan pasien akibat tidak bisa melaksanakan hal tersebut : tidak masalah
Upaya pasien untuk mengatasi hal tersebut : dengan cara berdo’a, bersabar dan tawakkal
MASALAH KEPERAWATAN : TIDAK ADA
A. Pengkajian PreOperatif
ANALISA DATA
A. Prioritas Masalah
1. Gagguan rasa nyaman
2. Ansietas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri akut.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
RENCANA KEPERAWATAN
Pada tanggal 27 Januari 2014, pukul . 08.15 WIB pasien datang bersama suami dari ruang
kebidanan kemudian diantar ke ruangan operasi menggunakan brangkar.
1. Persiapan operasi
Tanggal operasi : 05 Februari 2014
Jenis anasthesi : Spinal
Golongan operasi : Besar
Waktu operasi : 10.30 WIB
Operator : Dr. Tin E, Sp.OG
Anastesi : Dr. Susi, Sp.An
Perawat : Bpk. Susilo, SKM, Bpk. Sobirin, Ibu. Leni
5. Persiapan instrument
1. Gunting jaringan : 1 buah
2. Gunting benang : 1 buah
3. Needle holder : 2 buah
4. Klem plen lurus : 2 buah
5. Kleam plen bengkok : 2 buah
6. Kocher lurus : 4 buah
7. Scapel no 4 : 1 buah
8. Bisturi no.20 : 1 buah
9. Pinset anatomis : 2 buah
10. Pinset sirugis : 2 buah
11. Huck : 3 buah
12. Penscter klem : 6 buah
13. Mickomlie : 3 buah
14. Duck klem : 7 buah
15. Allis klem : 2 buah
16. Canul section : 1 buah
17. Bengkok : 1 buah
18. Kom kecil : 1 buah
19. Kassa : secukupnya
20. Handscoon no 61/2,71/2 : 4 pasang
21. Langen back : 2 buah
22. Retraktor besar : 1 buah
23. Duck besar : 2 buah
24. Duck sedang : 2 buah
25. Jas operasi : 4 helai
26. Cromic no 1 : 4 pcs
27. Silk black 2/0 : 1 pcs
28. Surgikal no 1 : 1 pcs
29. Plain no 1 : 2 pcs
6. Persiapan pasien
a. Informed consent
b. Melepas baju pasien dan mengganti dengan baju khusus operasi
c. Melepas semua perhiasan dan alat protase yang digunakan pasien
d. Memindahkan pasien ke branckar kemudian dibawa masuk ke ruang operasi
e. Pasien dipindahkan ke meja operasi
f. Meletakkan pasien dengan posisi terlentang
g. Mempersiapkan pasien untuk pemberian anasthesi
7. Pelaksanaan Operasi
1. Pasien dibawa keruangan operasi 1 dengan menggunakan brancart, kemudian
dipindahkan ke meja operasi dengan kesadaran compos mentis, terpasang IVFD RL 20tts dan
terpasang DC urine. Hasil TTV TD: 120/80, HR: 90 x/mnt, RR: 21 x/mnt
2. Pemasangan pengikat tangan dan tungkai
3. Daerah rambut kepala ditutup
4. Di cek apakah daerah pembedahan yang berambut sudah dicukur
5. Pasien mulai disiapkan untuk dilakukan tindakan anastesi oleh perawat Susilo
diberikan secara spinal (Regional) dengan obat anastesi decain spinal 0,5% (vertebra lumbalis 3-
5)
6. Setelah dilakukan tindakan anastesi lalu perawat melakukan posisi celuler diatas
meja operasi dengan tindakan fiksasi daerah lengan tangan kanan dan kiri
7. Operator dan asisten mencuci tangan dengan antiseptic hybrid scrub dengan teknik
steril(scrubing) lalu dibilas dengan alcohol 96%. Operator dan asisten memakai jas operasi (
Gowning) oleh perawat onlop kemudian memakai handscoon steril (Gloving).
8. Asisten operator mendisinfeksi bagian tubuh pasien yang akan dioperasi
menggunakan cairal alcohol 96% dan betadhin 10% (iodine prvidone)
9. Bagian tubuh pasien yang akan di operasi kemudian ditutup menggunakan kain
steril mulai dari kaki,kepala,dada untuk membentuk batas tegas operasi (Drapping)
10. Operator mulai melakukan insisi mulai dari jaringan kulit,cutis,subkutis,fasia,otot
jaringan yang menutupi uterus (peritoneum) sambil menghentikan perdarahan kemudian
dilanjutkan dengan menginsisi bagian uterus
11. Operator memecahkan ketuban dengan menggunakan pinset kemudian cairan
amnion disedot dengan menggunakan suction
12. Operator mengeluarkan kepala bayi dengan menggunakan tangan dengan cara
menekan fundus uteri kemudian memuter secara perlahan dengan tujuan kepala bayi dapat
terlepas dari uterus kemudian operator memegang kepala bayi dengan gerakan biparietal dari
uterus kebawah keatas sampai bahu bayi terlepas dari uterus kemudian mengeluarkan bagian
abdomen dan ekstrimitas bayi sambil mensuction cairan disekitarnya.
13. Setelah bayi lahir,asisten langsung melakukan tindakan pemotongan tali pusat
dengan terlebih dahulu mengklem dikedua belah sisi tali pusat kemudian memotong bagian
tengah yang diklem,bayi dibawa ke ruangan resusitasi bayi dengan berat bayi 3,7 kg.
14. Operator mengeluarkan plasenta dengan menarik perlahan sambil mensuction
cairan dan darah dalam uterus
15. Luka operasi ditutup kembali dengan cara mengheacting uterus menggunakan
chromic no.1 kemudian bagian abdomen yaitu mulai dari petitonium dan otot menggunakan
plain no.1,fasia menggunakan surygil no.1,subkutis dengan plain no.1 dan kutis menggunakan
silk no 2/0,kemudian dibersikah dan ditutupi dengan kassa steril diberikan bethadine dan dilapisi
kassa kemudian diplaster
16. Pasien dirapikan dan alat-alat dicuci kemudian disterilkan,ruangan dibersihkan
dibantu oleh mahasiswa
17. Operator,assisten dan perawat onlop membuka handscoon dan baju operasi
kemudian mencuci tangan. Pasien dipindahkan dari meja operasi ke brancart menuju ruang RR
(Recovery Room).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infesi berhubungan dengan faktor resiko : Prosedur invasive pembedahan, infus, dan DC.
Tujuan : tidak terjadi infeksi saat pembedahan berlangsung.
Intervensi Rasional
1. Pastikan selama dilakukan tindakan operasi
tidak terjadi transmisi agent infeksi Dapat mencegah kontaminasi kuman
2. Gunakan pakaian khusus ruang operasi terhadap daerah operasi
3. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic
Intervensi Rasional
1. Kontrol temperature pasien
2. Atur temprature ruangan yang nyaman
Agar tidak terjadi hipotermi pada pasien
3. Lindungi area diluar wilayah operasi
4. Membantu menstabilkan suhu pasien
Intervensi Rasional
1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan1. Mencegah jatuhnya klien.
posisi sesuai kebutuhan 2. Dapat mengetahui pemakaian intrumen,
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan jarum dan kasa.
kasa 3. Dengan tertinggalnya benda asing dapam
3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau tubuh klien dapat menimbulkan bahaya.
kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
C. Pengkajian PostOperatif
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20 x/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, kapilery revil < 2 detik, TD 120/80 mmHg.
b. Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien : Compos Metis
TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 85 x/menit
c. Pemeriksaan fisik :
- Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih
- Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata simetris.
- Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung.
- Mulut : Mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil.
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Leher : Tidak ada JVP.
- Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi dada normal, tidak ada
otot bantu nafas.
- Abdomen : Terdapat luka insisi operasi arah vertical, peristaltic usus
menurun, turgor kulit normal.
- Genetalia : Terpasang DC.
- Ekstremitas : Tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas lengkap, pasien belum bisa
mengangkat kedua tungkai kaki
d. Keluhan pasien
a. Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka
b. Terdapat kemerahan pada bekas luka
c. Pasien mengatakan perih pada lukanya
d. Terdapat nyeri tekan
e. Skala nyeri pasien 5
f. Wajah pasien tanpak meringis
g. Pasien tanpak memegangi bekas luka operasinya
h. Pasien menyatakan nyeri terjadi kira-kira hampir setiap 30 mnt sx
i. Pasien banyak bertanya
j. Pasien tampak gelisah
Instruksi dokter bedah:
1. Bedress
2. Makan bubur saring
3. Terapi medis:
Remopain
Kadacilin 2x1
Ranitidine 2x1
Calnex 2x1
Ketorolak 2x1
Tirah baring 24 jam.
b) Analisa data
2. DS : Kelahiran terlambat
- pasien menyatakan nyeri pada
bagian bekas operasi Post date
- pasien menyatakan Perih pada
bagian bekas lukanya SC
- pasien menyatakan nyeri terjadi
hampir setiap 30 mnt sx Persalinan tidak normal
- pasien banyak bertanya dan
ANSIETAS
mengeluh Kurang pengetahuan
DO : ansietas
c) Diagnosa Keperawatan
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S
dengan Sectio Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion di Ruang operasi RS.
MUHAMMADIYAH PALEMBANG” dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah
:
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri akut.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
3. Resiko infesi berhubungan dengan faktor resiko : Prosedur invasive pembedahan,
infus, dan DC.
4. Resiko hipotermi berhubungan dengan berada diruangan yang dingin
5. Resiko cedera berhubugan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi.
6. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan informasi.
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan.
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post
operasi yaitu :
Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal,
rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa
mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan
pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai. Sebelum
operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan untuk itu sebagai
perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan
status emosional pasien kepada tim-tim bedah.
Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien dan
memenuhi kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan kemungkinan
infeksi. Perawat harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan
sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan guna
mengurangi resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 1987.
Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 14 Mei
2004
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise..