Anda di halaman 1dari 12

 Mekanisme Korosi Temperatur Tinggi

Korosi temperature tinggi didefinisikan sebagai proses degradasi atau


penurunan mutu material, termasuk degradasi sifat-sifat mekanisnya yang
disebabkan oleh adanya pengaruh atmosfer pada tempertur tinggi. Tempertur
tinggi memiliki pengertian bahwa air dalam fasa gas, atmosfer tidak
mengadung air. Temperatur dimana terjadi difusi atom yang memberikan
pengaruh yang besar dan temperaturnya diestimasi dengan 0,5 Tm (Tm =
temperature melting, Kelvin). Temperature terjadinya oksidasi besi/baja
dengan cepat, yaitu di atas 570 celcius.
Temperature tinggi memberikan pengaruh ganda terhadap degradasi
logam yang ditimbulkanya. Pertama, kenaikan temperature akan
mempengaruhi aspek termodinamika dan kinetika reaksi, artinya degradasi
akan semakin cepat pada temperature yang lebih tinggi. Yang kedua,
kenaikan temperature akan mempengaruhi dan merubah struktur dan perilaku
logam. Jika struktur berubah, maka secara umum kekuatan dan perilaku
logam juga berubah. Jadi selain terjadi degradasi yang berupa kerusakan fisik
pada permukaan atau kerusakan eksternal, juga terjadi degradasi, penurunan
sifat mekanik, logam menjadi rapuh.
Pada temperature tinggi, atmosfer bersifat oksidatif, atmosfer yang
berpotensi untuk mengoksidasi logam. Atmosfer ini merupakan lingkungan
penyebab utama terjadinya korosi pada temperature tinggi. Korosi pada
temperature tinggi mencakup reaksi langsung antara logam dengan gas. Untuk
lingkungan tertentu kerusakan dapat terjadi akibat reaksi dengan lelehan
garam, atau fused salt yang terbentuk pada temperature tinggi, korosi ini biasa
disebut hot corrosion, atau korosi panas.
Telah diketahui bahwa korosi sebagai penurunan mutu logam akibat
reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, tetapi lingkungan yang
dimaksudkan hampir selalu mengandung air. Korosi pada permukaan logam
ternyata masih dapat terjadi meskipun elektrolit cair tidak ada; karena itu tidak
mengherankan bila proses tersebut sering disebut korosi kering. Namun
demikian, defenisi tentang korosi yang telah digunakan selama ini tidak
berubah.
Barangkali proses korosi kering yang paling nyata adalah reaksi logam
dengan oksigen udara. (walaupun nitrogen menjadi unsur utama yang
membentuk udara, perannya tidak penting ketika logam dipanaskan di udara,
karena pengaruh oksigen lebih dominan. Pada temperatur tinggi, nitrogen
memang bereaksi dengan kromium, aluminium, titanium, molibdenum, dan
tungsten). Kendati reaksi dengan oksigen pada prinsipnya sangat sederhana,
para ilmuwan di masa lampau mengalami kesulitan dalam memahami
perubahan berat yang menyertai kalsinasi (oksidasi) logam di udara. Bahkan
sekarang, pengkajian tentang oksidasi dan reaksi - reaksi temperatur tinggi
lain menyangkut paduan – paduan moderen telah membuktikan bahwa proses
yang dilibatkan kompleks sekali.
Oksigen mudah bereaksi dengan kebanyakan logam; meskipun energi
termal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laju oksidasi yang bermakna
bagi perekayasa mungkin sangat bervariasi untuk logam - logam yang berbeda
pada temperatur yang sama. Pada temperatur lingkungan sehari – hari, dari
kebanyakan bahan untuk rekayasa ada yang sudah teroksidasi sedemikian
rupa sehingga lapisan oksida melindungi logam di bawahnya. Ada pula yang
di udara kering bereaksi begitu lambat sehingga oksidasi tidak mendatangkan
masalah. Pada temperatur tinggi, walau bagaimanapun, laju oksidasi logam -
logam meningkat. Jadi, jika sebuah komponen rekayasa mengalami kontak
langsung dengan lingkungan bertemperatur tinggi untuk waktu yang lama,
komponen itu mungkin menjadi tidak berguna. Sebagai contoh, dalam udara
kering yang murni pada temperatur hanya sedikit di bawah 480°C, sebuah
selaput pelindung yang sangat tipis terbentuk pada permukaan baja lunak
yang telah dipoles, tetapi dengan laju yang dalam pengertian rekayasa dapat
diabaikan. (Laju ambang batas yang telah didefenisikan adalah 10-3 Kg m-2
jam –2). Meskipun demikian, selama proses penggilingan dan pengepresan
panas terhadap baja lunak (proses yang berlangsung pada sekitar 900°C), laju
oksidasi cukup besar untuk menghasilkan selapis oksida yang disebut kerak
giling (mill scale), yang tidak berfungsi sebagai pelindung. Kita sudah melihat
bahwa kerak giling mungkin penting pengaruhnya terhadap laju korosi baja
lunak dalam lingkungan berair. Di pihak lain, kemanfaatan logam - logam
seperti aluminium dan titanium bergantung pada kemampuan masing –
masing dalam membentuk selaput oksida pelindung pada temperatur kamar.
Kita melihat bahwa tidak semua proses korosi tidak dikehendaki.
Oksida yang terkendali pada besi dan baja dalam pembuatan senjata sudah
menjadi seni tersendiri, karena dengan cara ini senjata – senjata tersebut dapat
dibuat menjadi indah dan tahan lama. Dekorasi yang indah bisa diperoleh
melalui pembentukan warna – warni pada permukaan logam. Titanium dapat
dioksidasi secara elektrokimia agar menghasilkan warna – warni indah seperti
permata. Efek – efek tersebut ditimbulkan oleh selaput oksida. Efek serupa
yang mudah dijumpai adalah warna – warni pelangi pada ujung knalpot
sepeda motor yang terbuat dari baja nirkarat.
Sebelum pengendalian temperatur dalam proses - proses perlakuan
panas mencapai kecanggihan seperti pada masa sekarang ini, temperatur
lempengan atau batangan baja sering diukur dari warna – warni yang
berkembang pada permukaannya selama perlakuan panas itu berlangsung.
Cara ini ternyata cukup teliti : untuk setiap kenaikan 10°C antara 230°C dan
280°C, warna logam berubah menurut urutannya adalah : gading pucat,
gading tua, coklat, ungu kecoklatan, ungu, dan ungu tua. Logam baja tampak
kebiruan pada temperatur 300°C.
Sampai berkembangnya motor turbin gas untuk pesawat terbang
modern yang dimulai dengan motor Whittle dalam tahun 1937, penggunaan
logam - logam dan paduan - paduan untuk perekayasa di lingkungan
temperatur tinggi jarang yang sampai menimbulkan masalah pemilihan bahan.
Walaupun turbin uap telah dikembangkan sejak akhir 1800-an dan digunakan
oleh Parsons pada tahun 1897 untuk penggerak kapal laut, temperatur
pengoperasian tidak terlalu tinggi sehingga bahan – bahan yang sudah ada
msih dapat digunakan. Pengembangan motor turbin gas untuk pesawat
sessudah Perang Dunia Kedua secara dramatik mengubah situasi tersebut.
Kondisi pengopersian kian menjadi ganas : bahan - bahan yang
dibutuhkan adalah yang mampu bertahan terhadap temperatur dari 800 hingga
1000°C, masih ditambah tingkat tegangan yang besar akibat rotasi kecepatan
tinggi. Ini menuntut dikembangkannya golongan paduan - paduan baru yang
disebut paduan super (superalloys). Bahan dasar paduan - paduan ini
kebanyakan adalah nikel, walaupun ada juga kelompok – kelompok yang
menggunakan bahan dasar besi dan kobalt. Sekarang paduan super digunakan
pada turbin – turbin gas untuk kapal laut, pesawat terbang, industri dan
kendaraan, serta untuk wahana angkasa, motor roket, reaktor nuklir,
pembangkit listrik tenaga uap, pabrik petrokimia, dan banyak lagi penerapan
lain.
Baja masih menjadi bahan utama untuk penggunaan dalam turbin – turbin
gas; walaupun presentasenya telah turun karena tergeser oleh paduan –
paduan super dan paduan - paduan titanium. Peran serta paduan - paduan
aluminium dalam pengembangan turbin gas kecil; tetapi seperti akan kita
lihat, sebagai unsur tambahan aluminium penting sekali.

 Fatigue atau kelelahan adalah bentuk dari kegagalan yang terjadi pada struktur
karena beban dinamik yang berfluktuasi dibawah yield strength yang terjadi
dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. Fatigue menduduki 90%
penyebab utama kegagalan pemakaian. Terdapat 3 fase dalam perpatahan
fatik : permulaan retak, penyebaran retak, dan patah. Mekanisme dari
permulaan retak umumnya dimulai dari crack initiation yang terjadi di
permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi
tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya
pembebanan berulang. Selanjutnya, adalah penyebaran retak ini berkembang
menjadi microcracks. Perambatan atau perpaduan microcracks ini kemudian
membentuk macrocracks yang akan berujung pada failure. Maka setelah
itu, material akan mengalami apa yang dinamakan perpatahan. Perpatahan
terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan regangan yang
menghasilkan kerusakan yang permanen.

Suatu bagian dari benda dapat dikenakan berbagai macam kondisi


pembebanan termasuk tegangan berfluktuasi, regangan berfluktuasi,
temperatur berfluktuasi (fatik termal), atau dalam kondisi lingkungan korosif
atau temperatur tinggi. Kebanyakan kegagalan pemakaian terjadi sebagai
akibat dari tegangan-tegangan tarik.

Awal proses terjadinya kelelahan (fatigue) adalah jika suatu benda


menerima beban yang berulang maka akan terjadi slip. Ketika slip terjadi dan
benda berada di permukaan bebas maka sebagai salah satu langkah yang
disebabkan oleh perpindahan logam sepanjang bidang slip. Ketika tegangan
berbalik, slip yang terjadi dapat menjadi negatif (berlawanan) dari slip awal,
secara sempurna dapat mengesampingkan setiap efek deformasi. Deformasi
ini ditekankan oleh pembebanan yang berulang, sampai suatu retak yang dapat
terlihat akhirnya muncul retak mula-mula terbentuk sepanjang bidang slip.

Fatigue menyerupai brittle fracture yaitu ditandai dengan deformasi


plastis yang sangat sedikit. Proses terjadinya fatigue ditandai dengan crack
awal, crack propagatin dan fracture akhir. Permukaan fracture biasanya tegak
lurus terhadap beban yang diberikan. Dua sifat makro dari kegagalan fatigue
adalah tidak adanya deformasi plastis yang besar dan farcture yang
menunjukkan tanda-tanda berupa ‘beachmark’ atau ‘camshell’. Tanda-tanda
makro dari fatigue adalah tanda garis garis pada pemukaan yang hanya bisa
dilihat oleh mikroskop elektron.

 Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Cracking) Stress corrosion cracking


(SCC) adalah keretakan akibat adanya tegangan tarik dan media korosif
secara bersamaan (Supomo, 2003). Satu hal yang penting adalah harus
dibedakan antara SCC dengan hydrogen embrittlement dari perbedaaan
kondisi lingkungannya. SCC terjadi karena adanya tiga kondisi yang saling
berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan
temperatur yang tinggi.
Kerentanan SCC sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia rata-rata, orientasi
pemilihan grain, distribusi dan komposisi percepatan, interaksi dislokasi dan
kemajuan kemajuan transformasi fase (derajat metastabilitas). Faktor-faktor
inilah yang akhirnya mempengaruhi waktu retakan. Retakan stress corrosion
mempunyai penampilan brittle fracture sebagai akibat dari proses korosi lokal.
Ada dua jenis SCC, yaitu : 1. Intergranular, yang bergerak sepanjang grain
boundaries 2. Transgranular, pergerakannya tidak nyata preferensi (pilihan)

Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan aqueous


(mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion hidrosulfid HS−.
Secara umum reaksi kimia H2S dengan Besi (Sour Corrosion) adalah sebagai
berikut :

H2S + Fe + H2O → FeS + H2 …...................................(1)

Besi Sulfida (FeS) akan membentuk scale yang mempunyai kecenderungan


terbentuknya korosi secara lokal. Karena besi sulfida bertindak sebagai
kathoda akan menyebabkan pitting yang sangat parah. Produk korosi H2S
adalah Fe dan H2, FeS berupa film berwarna hitam. Dengan hadirnya H2S
akan berassosiasi dengan terbentuknya :

 Stress Corrosion Cracking (SCC)

 Sulfida Stress Cracking (SSC)

 Pengertian Mulur Creep (mulur) adalah aliran plastis yang dialami material pada
tegangan tetap. Mulur akan terjadi pada temperatur dan tegangan dalam waktu yang
lama. Pada temperatur relatif tinggi, Creep terjadi pada semua level tegangan, tetapi
pada temperatur tertentu laju mulur bertambah dengan meningkatkan laju tegangan.
Proses Creep dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu Creep primer (Creep transien),
Creep sekunder (Creep keadaanstationer), dan Creep tersier (mulur dipercepat).
Creep primer adalah laju perubahan regangan (laju mulur = Δε / Δt) menurun dengan
waktu karena pengerasan regangan material. Creep sekunder adalah meningkatnya
regangan linear menurut waktu. Dari sudut pandang desain, creep sekunder adalah
yang paling penting untuk suku cadang yang dirancang pada jangka panjang karena
terdiri dari durasi terpanjang mulur. Hasil uji mulur utama adalah kemiringan creep
sekunder yang dikenal sebagai laju mulur steady-state ('εs). Selama tahap mulur, ada
keseimbangan antara pengerasan regangan akibat deformasi dan pelunakan karena
proses pemulihan. Dan mulur tersier terjadi akibat meningkatnya regangan dengan
cepat sehingga menyebabkan kerusakan pada bahan kontstriksi. Mulur bisa terjadi
pada temperatur ruangan walau terjadinya lebih lambat. Seperti halnya material yang
mengalami pertambahan panjang dapat membahayakan. Contohnya, apabila baja
yang digunakan pada pembangunan jembatan mengalami pemuaian (pertambahan
panjang) maka akan mengakibatkan kerusakan material pada jembatan. Material
mengalami peregangan ketika digunakan pada temperatur setengah dari titik cair atau
lebih.
Mekanisme Mulur Beberapa mekanisme mulur yaitu :
 Dufusi Bulk (Nabarro – Herring Creep) Nilai mulur berkurang ketika
ukuran serat bahan bertambah.
 Difusi Batas Serat (Coble Creep) Ketergantungan ukuran serat lebih besar
dibandingkan dengan Nabarro – Herring.
 Dislokasi Creep Dislokasi mulur dikontrol oleh pergerakan dari dislokasi
dan ketergantungan tinggi pada tegangan.
 Pengaruh Suhu Terjadi pada bahan polimer dan bahan viskoelastis lainnya

 mekanisme kerja dan efek yang terjadi jika tidak bekerja pada “water treatment
proses”

Water softener yaitu sebuah metode atau proses dengan fungsi untuk
menurunkan konsentrasi magnesium, kalsium dan juga ion lainnya yang
berkategori hard water. Dalam hal ini hard ion bisa mengakibatkan berbagai
macam efek yang tak diinginkan seperti sulitnya terbentuk busa pada sabun
dan menyebabkan timbulkan Limescale yakni kerak putih pada pipa air panas
boiler maupun ketel.

Definisi Water Softener

Proses pelunakan air atau water softening merupakan sebuah poses


untuk dapat menyaring/memfilter tingkat kesadahan pada air atau hardness.
Di mana salah satu contoh akibat tingginya hardness ini yaitu bisa
mengakibatkan kerusakan yang terjadi dalam tangki uap, boiler maupun
sistem pengolahan yang lainnya. Adapun filter water softener di sini adalah
alat yang berperan menyerap kadar atau kandungan kapur seperti magnesium
dan kalsium. Biasanya tabung softener sendiri didalamnya terdapat resin
kation, yang nantinya menarik ion-ion seperti magnesium, kalsium, besi dan
sebagainya serta melepaskan ion natrium.
Fungsi dan Kegunaan Water Softener

Bagi Anda yang tinggal di daerah pegunungan tentunya air yang


dikonsumsi atau digunakan untuk mencuci kemungkinan besar mengandung
kapur dengan kadar yang tinggi. Dalam hal ini air dengan kandungan kapur
tersebut lebih mudah menyebabkan timbulnya kerak, membuat pakaian putih
lebih mudah kusam serta bisa digunakan untuk memasak menyebabkan kerak
pada panci sehingga membutuhkan gas elpiji lebih banyak.

Selain kasus di dalam rumah, juga kasus-kasus di dunia industry


misalnya saja industri farmasi, tekstil dan sebagainya yang memerlukan air
murni untuk proses pada boiler sehingga membutuhkan filter softener sebagai
alat untuk penyerapan kapur untuk menghindari dampak buruk yang terjadi
oleh karena akibat air tersebut memiliki kesadahan yang tinggi.

Kami membantu Anda dengan menjual filter water softener dengan


harga terjangkau sehingga bisa membantu Anda mendapatkan kualitas air
terbaik yang layak digunakan.

Cara Kerja Water Softener

Metode yang dimanfaatkan biasanya mengandalkan cara penyerapan


ion Mg2+ dan Ca2+ yang terkandung dalam air. Adapun proses yang dipakai
yaitu dengan mengikat ion-ion tersebut pada sebuah molekul sehingga
menghilangkan kemampuan ion tersebut dalam membentuk scale atau kerak
maupun mengganggu kinerja dari deterjen. Penghilangan ini dapat dicapai
melalui metode presipitasi dan pertukaran ion.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menghilangkan kesadahan


air adalah dengan menggunakan Reverse osmosis dan Distilasi. Namun
distilasi sendiri terbilang sangat mahal biayanya untuk kebanyakan kasus dari
hardwater, untuk itu lebih banyak mengaplikasikan proses penyulingan
dengan mengunakan water softener dengan resin kation. Tetapi ada hal yang
harus diketahui pada saat kita mengunakan water softener, yaitu proses
perawatan yang harus rutin.

Adapun cara pengoperasian unit dari water softener yaitu :

 Proses Filtrasi

Di mana dalam proses tersebut, air terfiltrasi lalu menyaring dari bagian atas
menuju bagian bawah lewat pertukaran ion kaion. Dalam proses tersebut unit
pada softener filter bisa mengikat beberapa kadar kapur pada kandungan air.

 Proses Backwashing

Dalam proses ini, terjadi proses pencucian sebuah media filter, di mana sudah
tersumbat maupun sudah banyak tersumbat oleh kotoran didalam media filter
dengan begitu mengurangi aliran air yang telah dihasilkan. Untuk itulah
diperlukan metode backwashing.

Biasanya proses backwashing sendiri perlu dilakukan sekitar 3-6 hari


sekali tergantung pada kualitas air sumber yang ada, selain itu jika kondisi
pada debit air menurun atau berkurang juga diperlukan proses backwashing.
Dengan begitu hal tersebut mesti dilakukan backwashing dengan kontinu
supaya kondisi dan kualitas air pun menjadi baik. Proses backwashing ini
harus dilakukan hingga air output pada buangan tampak lancar dan bersih,
kira-kira memerlukan waktu 30 menit untuk proses ini.

 Proses Regenerasi
Proses regenerasi yaitu proses pengaktifan dari media resin kation dan
media garam NaCl murni yang dialirkan. Caranya siapkan garam dapur atau
NaCl murni sekitar 20% kemudian larutkan dalam air menggunakan tabung
khusus lalu proses regenerasi pun dapat dilakukan.

 Proses Fast Rinse

Merupakan proses akhir dari backwashing atau regenerasi. Untuk


melakukan proses ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit
hingga air buangan pun lancar. Dan biasanya merupakan proses pembilasan
agar sisa garam dalam air dapat terbuang sempurna.

Aplikasi dan Penerapan Water Softener

Dalam sektor rumah tangga, untuk softener dapat digunakan atau


diterapkan untuk mencegah timbulnya kerak-kerak pada kran air atau alat
masak lainnya. Dan dalam sektor industri softener diaplikasikan pada saat
industri tersebut menggunakan mesin-mesin atau peralatan yang
menggunakan air sebagai bahan penunjangnya, contoh boiler, chiller dan
cooling tower. Beberapa mesin tersebut bisa didapatkan dengan harga
kompetitif yang saat ini banyak dijual oleh para penyedia jasa pemurnian
air. Air dengan kesadahan tinggi akan mengakibatkan kinerja dari boiler
menjadi tidak efektif karena cycle blowdownnya yang terlalu pendek.

Anda mungkin juga menyukai