Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANATOMI FISISIOLOGI

TUMBUHAN
TRANSPIRASI DAN PERTUKARAN ENERGI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. Mega nirwana shasia kirti (08061181722011)


2. Gladys debora siagan (08061281722035)
3. Rahma dian islamiati (08061381722079)
4. Inayah anisah (08061381722111)

DOSEN PENGAMPU : Fitria, M.Si, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
TRANSPIRASI DAN PERTUKARAN ENERGI PADA TUMBUHAN
1. TRANSPIRASI

A. Pengertian Transpirasi

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat
panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung
melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun
seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.

Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula
ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur
besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari
jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80%
air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan
epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.

Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan


yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga
mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya
mati.

B. Macam-Macam Transpirasi
Ada tiga tipe transpirasi yaitu :

a. Transpirasi Kutikula

Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui
daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

b. Transpirasi Stomata

Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam
kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembab.

c. Transpirasi Lentikuler

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal
sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total
transpirasi

C. Mekanisme Transpirasi

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di
dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan
kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah
dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami
tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan
yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis
akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.

Gambaran Proses Transpirasi Tumbuhan :

Proses proses transpirasi terjadi melalui dua tahapan, yaitu :

1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini
akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.
Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem
sampai bagian daun.

2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.

Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air
dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut
hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai
pada spesies tumbuhan tertentu.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam ataupun faktor luar,
antara lain :

1. Faktor Dalam :
Proses transpirasi pada tumbuhan sebagian besar terjadi pada daun, jadi faktor utama dari
respirasipun terdapat pada daun.

Gambar: stoma atau mulut daun tempat berlangsung transpirasi


a. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.

b. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.

c. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

d. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun
yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

e. Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh
tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang
lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume
tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen.

1. Faktor Luar :

a. Sinar matahari : sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap


menyebabkan tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang
diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.

b. Temperatur : kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun, serta menambah
tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak terbatas, maka
tekanan uap tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun. Akibatnya, uap air
akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Jadi semakin tinggi temperatur,
kecepatan transpirasi akan semakin tinggi pula.

c. Kelembaban udara : udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang
kering akan memperlancar transpirasi.

d. Angin : angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap
air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun,
dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada
dalam udara tenang. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan
transpirasi.

e. Keadaan air di dalam tanah : air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok,
dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari,
biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah.
Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang
sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah
menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lebih lambat

E. Perbedaan Transpirasi dengan Evaporasi

Transpirasi

1. Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi

2. Di atur bukaan stomata

3. Diatur beberapa macam tekanan

4. Terjadi dijaringan hidup

5. Permukaan sel basah

Evaporasi

1. Proses fisika murni

2. Tidak diatur bukaan stomata

3. Tidak di atur oleh tekanan

4. Tidak terbatas pada jaringan hidup

5. Permukaan yang menjalankannya menjadi kering


F. Perbedaan Tanspirasi dengan Gutasi

Transpirasi

1. Terjadi pada siang hari

2. Air yang hilang berbentuk uap air

3. Yang dilepaskan uap air murni

4. Terjadi melawati stomata, lubang kutikula, dan lenti sel

5. Terkendali oleh bukaan stomata

6. Menurunkan suhu pada permukaan tanaman

Gutasi

1. Pada malam hari

2. Air yang keluar berbentuk cair

3. Cairan mengandung solute, seperti gula dan garam

4. Melewati hidatoda (stomata air)

5. Tidak terkendali

6. Tidak menurunkan suhu permukaan

G. Cara Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah
karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam
berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk
menaksir laju transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini
berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah
jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun
dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang
diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju
kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi
bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan
jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah
bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang


tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan
permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka
waktu tertentu dengan penimbangan langsung

Cara lain pengukuran Transpirasi

1. Metode lisimeter atau metode grafimeter

Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan
tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi
kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air
yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat )
kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan
bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.

Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana
ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar
( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga
permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di
dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang
dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa
menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan
perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh,
walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di
tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara
penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga
dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal untuk
mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan.
Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum,
menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih
anars masukkan dan pengeluaran

Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.

Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah.
Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai
pengurasaan.

2. Metode pertukaran gas atau metode kurvet

Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer
yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening
misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.

H. Istilah Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman
disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.

I. Kegunaan dan kerugian transpirasi terhadap tumbuhan

1. Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :

· Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel

· Penyerapan dan pengangkutan air, hara

· Pengangkutan asimilat

· Membuang kelebihan air

· Pengaturan bukaan stomata

· Mempertahankan suhu daun

· Pengangkutan mineral

· Pertukaran energi

2. Pengaruh Transpirasi yang merugikan

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu
yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika
kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan
kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan
kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat
beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan
layu dengan cepat.

Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu
permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi
tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat
sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi menurun. Daun
yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun
dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan,
penurun suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.

Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam
tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan
air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.

Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang


merugikan pada metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan
tertekan pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju
pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel.
Penghambatan laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh
jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh
penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat menimbulkan
perubahan structural dan perubahan fisologis permanen yang berkaitan dengan pertumbuhan
yang tertekan.

J. Mekanisme Bukaan Stomata

Ada tiga teori yang menjelaskan tentang Mekanisme Bukaan Stomata, yaitu:

1. Teori Perubahan Pati Menjadi Gula

Pada siang hari, tanaman menyerap CO2 dari udara sehingga menyebabkan kandungan CO2
dalam ruang antar sel menurun. setelah itu, akan diikuti dengan kenaikan pH tanaman kurang
lebih mendekati netral (7). Hal ini akan mengakibatkan pati dalam sel penjaga akan
terhidrolisis menjadi gula. Sehingga akan menyebabkan Potensial Solut (Ψs) sel penjaga
turun, Potensial Air (Ψw) turun. Selain itu juga akan menyebabkan endoosmosis di sel
penjaga sehingga Potensial Tekanan (Ψp) akan meningkat atau naik. dengan demikian
dinding sel penjaga akan akan tertekan ke arah luar yang menyebabkan stomata membuka.

2. Teori Pengangkutan Proton K+

Pada siang hari, saat fotosintesis di sel penjaga terbentuk zat-antara fotosintesis yaitu zat
asam malat (C4H6O5) . Zat asam tersebut kemudian dipecah menjadi H+ dan ion malat. Ion
H+ yang keluar dari sel penjaga, kedudukannya digantikan oleh ion K+ yang mengakibatkan
terjadinya ikatan K+ dengan ion malat. Ikatan ion K+ dengan ion malat akan membentuk
kalium malat. kalium malat yang telah terbentuk akan masuk ke vakuola sel penjaga dan
menurunkan Ψs atau Potensial Solut nya.setelah itu akan terjadi endoosmosis ke dalam sel
penjaga yang akan menyebabkan Potensial Tekanan (Ψp) sel penjaga naik. selain itu, turgor
dan dinding dari sel penjaga akan tertekan ke arah luar yang akan mengakibatkan stomata
membuka.

3. Bukaan Stomata pada Tanaman Sukulen

Pada malam hari pada tanaman Sukulen terjadi respirasi yang tidak sempurna dan selanjutnya
karbohidrat diubah menjadi asam malat. Dari respirasi tersebut, CO2 tidak dilepaskan dan
tetap diikat. Selain itu pH juga masih dalam kondisi netral (7). Pati dalam sel penjaga
dihidrolisis menjadi gula, selanjutnya Potensial Solut (Ψs) nya menurun, dan terjadilah
endoosmosis. Hal ini akan menyebabkan Potensial Tekanan (Ψp) sel penjaga naik sehingga
turgor dan dinding sel penjaga tertekan ke arah luar. Dengan demikian stomata membuka, dan
membuka stomatanya tanaman CAM akan terjadi pada malam hari.

2. PERTUKARAN ENERGI

A. Metabolisme

Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri
dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. Perlu Anda ketahui reaksi tersebut meliputi
reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam
reaksi biokimia terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya
energi kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerak
untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain.

Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan
manusia, melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis
(anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Apa peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi
di dalam sel? Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel, enzim bekerja
secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang menghasilkan senyawa ATP dan
senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti pada proses respirasi, fotosintesis,
kemosintesis, sintesis protein, dan lemak.
Secara umum, metabolisme terdiri atas 2 proses yaitu anabolisme (reaksi penyusunan) dan
katabolisme (reaksi pemecahan).

1. Anabolisme

Anabolisme adalah suatu peristiwa penyusunan senyawa kompleks dari senyawa sederhana,
nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme
memerlukan energi, misalnya energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk
kemosintesis.

Contoh Fotosintesis

2. Katabolisme

Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kimia kompleks yang


mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih
rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di
dalam senyawa sumber.

a. Respirasi Aerob

Berlangsung dalam 3 tahapan yaitu : glikolisis, siklus kreb dan fosforilasi transport electron.
Memerlukan Oksigen dan menghasilkan 36 ATP.

C6H12O6 + 6O6 → 6H2O+ 6CO2+36 ATP

b. Respirasi Anaerob

Tidak memerlukan oksigen dan disebut juga dengan Fermentasi. Ada 2 jenis Fermentasi yaitu
fermentasi alcohol dan fermentasi laktat.

C6H12O6 → 6CO2+ etanol +2 ATP

Senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) merupakan molekul kimia berenergi tinggi. Berasal dari
manakah energi itu? Molekul Adenosin Trifosfat (ATP) berasal dari perubahan glukosa
melalui serangkaian reaksi kimia yang panjang dan kompleks. Energi yang terkandung dalam
glukosa tersebut berupa energi ikatan kimia yang berasal dari proses transformasi energi sinar
matahari. Transformasi energi tersebut dalam biologi dapat digambarkan melalui Gambar
sebagai berikut.
Bagan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Selama proses fotosintesis, energi matahari yaitu dalam bentuk radiasi atau pancaran cahaya
matahari matahari berubah menjadi energi kimia dalam ikatan senyawa organik. Lambang f
merupakan frekuensi cahaya dan lambang h merupakan konstanta Planch, yang berkaitan
dengan energi dan frekuensi.

Pada waktu dalam respirasi sel, energi kimia dalam senyawa kimia berubah menjadi
persenyawaan yang berupa ATP.

Dalam sel, energi kimia ikatan fosfat yang kaya akan energi (ATP) dapat difungsikan untuk
kerja mekanis, listrik, dan kimia.

Pada akhirnya energi mengalir ke sekeliling sel dan hilang sebagai energi panas dalam bentuk
“entropi”.

Bagan transformasi energi dalam biologi dapat dibedakan menjadi tiga proses berikut.

Transformasi Energi oleh Klorofil

Energi radiasi sinar matahari yang ditangkap oleh klorofil kemudian diubah menjadi energi
kimia melalui proses fotosintesis. Energi kimia tersebut digunakan untuk mensintesis CO2
dan H2O menjadi glukosa dan senyawa kompleks lainnya sebagai energi pengikat dan
penghubung inti-inti atom yang tersimpan dalam bentuk senyawa karbohidrat (sebagai bahan
makanan). Jadi, energi radiasi matahari yang berbentuk energi kinetik diubah menjadi energi
potensial dan energi kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan bahan makanan
lainnya sebagai energi ikatan yang menghubungkan atom- atom bakunya.

Transformasi Energi oleh Mitokondria

Di dalam mitokondria energi kimia digunakan untuk mengubah karbohidrat dan senyawa
lainnya sebagai energi ikatan fosfat melalui respirasi sel untuk oksidasi DNA, RNA, protein,
dan lemak. Mitokondria banyak terdapat pada sel-sel otot makhluk hidup dan sel-sel saraf.
Transformasi Energi oleh Sel

Jika sel melakukan kegiatan, maka energi kimiawi dari ikatan fosfat akan terlepas dan
berubah menjadi energi bentuk lain seperti energi mekanik untuk kerja kontraksi otot, energi
listrik untuk meneruskan impuls saraf, energi sintesis untuk membangun senyawa
pertumbuhan, serta sisa.

PERANAN ENZIM DALAM PROSES METABOLISME

Enzim adalah zat ( protein )yang untuk sementara terikat pada suatu atau lebih zat –
zat yang bereaksi. Enzim bertugas sebagai katalisator yaitu mempercepat proses terjadinya
reaksi tanpa berhenti bereaksi. Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia,
di mana hampir semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang
mengawali reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk. Adanya enzim yang
merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses
metabolisme berjalan lancar dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan
dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan
pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali
tidak mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan
demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi.
Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang
berlangsung dalam organisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau
bulan di bawah kondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di
bawah pengaruh enzim di dalam tubuh. Suatu sel tumbuhan mengandung lebih kurang 5 – 50
x 108 molekul enzim.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Jane B Reece dam Lawrence G Mitchell. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Kimball, John W. 2000. Biologi Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Prawiranata, W , Said Harran, Pin Tjondronegoro. (1991). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.


Jilid I. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai