Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan methampetamin


merupakan gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya, dari
intoksikasi tanpa komplikasi sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia
yang diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat amfetamin dan
derivatnya.1
Metamfetamin adalah stimulan sistem saraf pusat kuat dengan sifat adiktif.
Saat ini, metanfetamin dikenal sebagai salah satu obat-obatan terlarang yang paling
umum di dunia. Menurut sebuah studi epidemiologi di Amerika, prevalensi zat ini
menunjukkan peningkatan 59% antara tahun 1999 dan 2002. Studi tentang
kecenderungan penyalahgunaan obat terlarang di Amerika Barat menunjukkan
bahwa penggunaan methamphetamine (MA) adalah masalah kesehatan masyarakat
yang signifikan. Menurut Survei Rumah Narkoba Nasional 2012, sekitar 1,2 juta
orang (0,4% dari populasi) melaporkan penggunaan MA selama masa lalu, dan
440.000 (0,2%) melaporkan penggunaannya pada bulan sebelumnya.1 Selain itu,
penggunaan MA tidak hanya menjadi masalah di Amerika Serikat, namun juga
menjadi perhatian masyarakat global. 2
Gejala psikiatris terkait MA umum terjadi, dan termasuk gangguan
iritabilitas, kecemasan, psikosis, dan mood. Gejala psikotik yang menonjol di
kalangan pengguna MA meliputi halusinasi pendengaran dan taktil, gagasan
referensi, dan delusi paranoid. Gejala dan sindrom terkait tersebut sering
menghasilkan kemunduran sosial dan kemunduran fungsi pekerjaan yang progresif
serta hasil pengobatan yang buruk. Diagnosis klinis dan konseptualisasi psikosis
pada pengguna MA dapat sangat diperlukan. Mengingat temuan ini, ditambah
dengan penelitian yang menunjukkan tingkat penurunan, kecacatan, dan penggunaan
layanan kesehatan yang lebih tinggi pada pengguna stimulan dengan gangguan
psikotik bersamaan, pedoman klinis untuk memfasilitasi diagnosis yang akurat dan
pertimbangan pengobatan untuk induksi MA sangat dibutuhkan. 2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amfetamin dan Derivatnya


Amfetamin dan derivatnya adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia
(Amphetamine Type Stimulants atau ATS). Dulu amfetamin sulfat digolongkan
dalam ilmu kedokteran sebagai obat untuk obesitas, epilepsi, narkolepsi, dan depresi.
Dewasa ini oleh sindikat psikotropik ilegal, derivat amfetamin dipasarkan di
Indonesia dalam bentuk ekstasi (MDMA, 3,4 methilenedioxy-methamphetamine)
dan sabu (metamfetamin). Ekstasi dalam bentuk pil, tablet, atau kapsul dan sabu
dalam bentuk bubuk kristal putih (mirip bumbu masak). Kedua zat ini digunakan
sebagai alasan klasik, “for fun”, “recreational use”, meningkatkan libido dan
memperkuat “sex performance”.2,3
2.1.1 Methampetamin
Methampethamin adalah obat psikostimulant dari golongan phenethylamine
dan amfetamine. Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan
jika digunakan dengan dosis yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan euforia,
Methemphetamine bekerja pada sistem saraf pusat dengan mengaktifkan pelepasan
neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan serotonin.Methampetamin berbentuk
bubuk kristal putih yang tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol. Disebut
juga chalk, crystal, glass, ice, meth, speed, tina. Met-amfetamin sudah dikenal sejak
tahun 1929, tetapi baru dikenal di bidang terapi pada tahun 1940an. Met-amfetamin
mempunyai efek stimulasi susunan saraf pusat lebih kuat dibandingkan efeknya
terhadap peredaran darah perifer. Metamfetamin mempengaruhi otak, meningkatkan
energi dan meningkatkan mood. Gangguan kesehatannya meliputi irregularitas detak
jantung, kenaikkan tekanan darah, dan berbagai masalah psikososial. Penggunaan
jangka panjang akan membuat seseorang terganggu mentalnya, gangguan memori
dan masalah kesehatan mulut yang berat.2,3
Met-amfetamin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap neuron
dopaminergik, yaitu melepaskan dopamin ke dalam synaptic cleft. Belum lama

2
ditemukan neurotransmiter peptida baru yang disebut cocaine and amphetamine
regulated transcript (CART), yang mula-mula diidentifikasi sebagai mRNA yang
jumlahnya meningkat pada penggunaan kokain atau amfetamin. Kemungkinan
peptida CART ini berperan dalam penyalahgunaan zat psikoaktif, pengendalian stres,
dan perilaku makan(feeding behavior).1
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa metamfetamin dapat menimbulkan
kerusakan yang ireversibel pada pembuluh darah otak. Peneliti menemukan kadar N-
acethyl-aspartate (NAA) (suatu metabolit yang dihasilkan oleh neuron) menurun
pada pengguna metamfetamin, seperti pada penyakit lain yang diakibatkan oleh
kerusakan atau kematian neuron (penyakit alzheimer, epilepsi, stroke). Sebaliknya,
para peneliti menemukan kadar choline-containing compounds dan myoinositol (MI)
meningkat di daerah substansia grisea lobus frontalis. Kedua senyawa ini dihasilkan
oleh sel glia, yang jumlahnya meningkat sebagai reaksi terhadap kerusakan neuron
akibat met-amfetamin. 1
Efek dari metamfetamin lebih kuat dibandingkan efek dari amfetamin. Met-
amfetamin diketahui lebih bersifat adiktif, dan cenderung mempunyai dampak yang
lebih buruk. Pengguna met-amfetamin dilaporkan lebih jelas menunjukkan gejala
ansietas, agresif, paranoia dan psikosis dibandingkan pengguna amfetamin. Efek
psikologis yang ditimbulkan mirip seperti pada pengguna kokain, tetapi berlangsung
lebih lama. Met-amfetamin mempunyai masa kerja 6-8 jam. Euforia yang begitu kuat
atau rush dicapai dalam beberapa menit pada penggunaan dengan cara dirokok atau
suntikan intravena, 3-5 menit pada penggunaan secara disedot melalui hidung, dan
15-20 menit pada penggunaan secara oral. Penggunaan met-amfetamin dalam dosis
tinggi berulang kali sering dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan psikosis
paranoid. Dosis yang demikian tinggi dan berulang itu menyebabkan berkurangnya
dopamin dan serotonin untuk jangka waktu yang lama. Perubahan ini tampak
ireversibel karena pengaruh met-amfetamin terhadap neuron dopaminergik dan
serotonergik dapat berlangsung lebih dari satu tahun. Perubahan perilaku yang jelas
tidak terlihat, tetapi dapat menimbulkan perubahan pola tidur, fungsi seksual,
depresi, gangguan motorik dan psikosis dengan waham mirip skizofrenia paranoid,

3
seperti yang terjadi pada penggunaan kronis kokain. Tidak seperti pada psikosis
akibat kokain, psikosis akibat met-amfetamin dapat berlangsung beberapa minggu
lamanya. Pada penggunaan jangka lama met-amfetamin, terjadi pengurangan
kepadatan dan jumlah neuron di lobus frontalis dan ganglia basalis.1,2
Efek psikologis dan fisik akut:
SSP, neurology, Dosis rendah Dosis tinggi
perilaku  Peningkatan  Stereotiphy atau perilaku
stimulasi, insomia, yang sukar ditebak
dizziness, tremor  Perilaku kasar atau irasional,
ringan mood yang berubah-ubah,
 Euforia/disforia, termasuk kejam dan agresif
bicara berlebihan  Bicara tak jelas
 Meningkatkan rasa  Paranoid, kebingungan dan
percaya diri dan gangguan persepsi
kewaspadaan diri  Sakit kepala, pandangan
 Cemas, panik kabur, dizziness
 Supresi nafsu  Psikosis (halusinasi, delusi,
makan paranoia)
 Dilatasi pupil  Gangguan cerebrovaskular
 Peningkatan energi,  Kejang
stamina, dan  Koma
penurunan rasa  Gemeretuk gigi
lelah  Distorsi bentuk tubuh secara
 Dengan keseluruhan
penambahan dosis,
dapat meningkatkan
libido
 Sakit kepala
 Gemeretuk gigi

4
Kardiovaskular  Takikardia,  Stimulasi kardiak
(mungkin juga (takikardia, angina, MI)
bradikardia,  Vasokonstriksi/hipertensi
hipertensi)  Kolaps kardiovaskuler
 Palpitasi, aritmia
Pernapasan  Peningkatan  Kesulitan bernapas/gagal
frekuensi nafas dan napas
kedalaman
pernapasan
Gastrointestinal  Mual dan muntah  Mulut kering,
 Konstipasi, diare  Mual dan muntah
atau kram  Kram abdominal
abdominal
Kulit  Kulit berkeringat,  Kemerahan atau flushing
pucat  Hiperpireksia, disforesis
 Hiperpireksia
Otot  Peningkatan refleks
tendon

Efek fisik dan psikologis jangka panjang:


 Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan
 Gangguan makan, anoreksia, atau defisiensi gizi
 Kemungkinan atrofi otak dan cacat fungsi neuropsikologis
 Daerah injeksi: bengkak, skar, abses
 Kerusakan pembuluh darah dan organ akibat sumbatan partikel met-
amfetamin pada pembuluh darah yang kecil
 Disfungsi seksual
 Gejala kardiovaskuler
 Delirium, paranoia, ansietas akut, halusinasi

5
 Depresi, gangguan mood yang lain, atau adanya gangguan makan pada
protracted withdrawal
 Penurunan fungsi kognitif, terutama daya ingat dan konsentrasi
Gejala intoksikasi:
 Agitasi
 Kehilangan berat badan
 Takikardia
 Dehidrasi
 Hipertermi
 Imunitas rendah
 Paranoia
 Delusi
 Halusinasi
 Kehilangan rasa lelah
 Tidak dapat tidur
 Kejang
 Gigi gemerutuk, rahang atas dan bawah beradu
 Stroke
 Masalah kardiovaskuler
 Kematian
Perilaku sehubungan dengan kondisi intoksikasi:
 Agresif/perkelahian
 Penggunaan alkohol
 Berani mengambil resiko
 Kecelakaan
 Sex tidak aman
 Menghindar dari hubungan sosial dengan sekitarnya
 Penggunaan obat-obatan lain

6
 Problem hubungan dengan orang lain
Gejala withdrawal:
 Depresi
 Tidak dapat beristirahat
 Craving
 Ide bunuh diri
 Pengguna obat-obatan
 Masalah pekerjaan
 Pikiran-pikiran yang bizzare
 Mood yang datar
 Ketergantungan

2.2 Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Methampetamin


2.2.1 Definisi
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan methampetamin
merupakan gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya, dari
intoksikasi tanpa komplikasi sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia
yang diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat amfetamin dan
derivatnya . 1

2.2.2 Epidemiologi
Studi tentang kecenderungan penyalahgunaan obat terlarang di Amerika
Barat menunjukkan bahwa penggunaan methamphetamine (MA) adalah masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan. Menurut Survei Rumah Narkoba Nasional
2012, sekitar 1,2 juta orang (0,4% dari populasi) melaporkan penggunaan MA
selama masa lalu, dan 440.000 (0,2%) melaporkan penggunaannya pada bulan
sebelumnya.1 Selain itu, penggunaan MA tidak hanya menjadi masalah di Amerika
Serikat, namun juga menjadi perhatian masyarakat global. Menurut World Drug
Report yang dikeluarkan oleh Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba

7
dan Kejahatan, sekitar 0,7% orang berusia 15-64 tahun di seluruh dunia (33,8 juta
orang) melaporkan penggunaan stimulan jenis amfetamin pada tahun 2010, dengan
[2].
MA menjadi zat yang paling sering digunakan di kelasnya Produksi dan pasokan
MA juga nampak meningkat. Di antara karakteristik yang terkait dengan peningkatan
risiko gangguan penggunaan MA tinggal di daerah pedesaan seperti etnis Hispanik
dan Asia, antara individu laki-laki, orientasi seksual gay atau biseksual. 1
Dalam sebuah studi di Taiwan, prevalensi depresi, penyalahgunaan alkohol,
judi patologis dan gangguan kepribadian antisosial pada individu yang memiliki
ketergantungan dengan metamfetamin adalah berturut-turut 6.2, 20,9, 4.9, dan 7.4
persen. Dalam studi ini, 22,1% subyek telah mengalami psikotik disorders akibat
metamfetamin. dalam studi banding di California, dimana 170 tahanan yang
ketergantungan methampetamin dan 1410 tahanan yang tidak ketergantungan sabu-
sabu digabungkan. para tahanan yang ketergantungan sabu-sabu lebih banyak
mengalami depresi dan pikiran bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Dalam sebuah
studi pada 26 kasus ketergantungan shabu-shabu di Kermanshah, Iran, 25.0% dari
subyek memiliki halusinasi pendengaran atau visual, 15,0% memiliki fobia, 46.0%
menunjukkan perilaku kekerasan, 27,6% telah terganggu konsentrasi dan 76.6%
dilaporkan delusi dan penganiayaan. 2

2.2.3 Diagnosis
DSM-IV-TR mencantumkan banyak gangguan terkait amfetamin dan
derivatnya, namun hanya merinci kriteria diagnosis intoksikasi amfetamin, keadaan
putus amfetamin, dan gangguan terkait amfetamin yang tak tergolongkan pada
bagian gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin).4
Gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin) menurut DSM-IV-TR,
yaitu4:
1. Gangguan penggunaan amfetamin
2. Ketergantungan amfetamin
3. Penyalahgunaan amfetamin
4. Gangguan terinduksi amfetamin

8
5. Intoksikasi amfetamin
6. Keadaan putus amfetamin
7. Delirium pada intoksikasi amfetamin
8. Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan waham
9. Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan halusinasi
10. Gangguan mood terinduksi amfetamin
11. Gangguan ansietas terinduksi amfetamin
12. Disfungsi seksual terinduksi amfetamin
13. Gangguan tidur terinduksi amfetamin
14. Gangguan terkait amfetamin tak terinci

Adapun kriteria diagnosis DSM-IV-TR dan DSM-V untuk intoksikasi


amfetamin (lir- amfetamine), yaitu3,4:
A. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait.
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara klinis signifikan
(contoh: euforia atau penumpulan afek; perubahan sosiabilitas; hipervigilans;
sensitivitas interpersonal; ansietas; ketegangan, atau kemarahan; perilaku
stereotipi; daya nilai terganggu; atau fungsi sosial atau okupasional
terganggu) yang timbul selama atau segera setelah penggunaan amfetamin
atau zat terkait.
C. Dua atau lebih hal berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan
amfetamin atau zat terkait:
1. Takikardia atau bradikardia
2. Dilatasi pupil
3. Tekanan darah meningkat atau menurun
4. Berkeringat atau menggigil
5. Mual atau muntah
6. Bukti penuruan berat badan
7. Agitasi atau retardasi psikomotor
8. Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung

9
9. Kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, atau koma.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah dengan gangguan persepsi.

Kriteria diagnosis DSM-IV-TR dan DSM-V untuk keadaan putus amfetamin


(lir-amfetamin), yaitu3,4:
1. Penghentian atau pengurangan konsumsi amfetamin atau zat terkait yang
telah berlangsung lama dan berat.
2. Mood disforik dan dua atau lebih perubahan fisiologis berikut, timbul dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa harisetelah kriteria 1:
a. Kelelahan
b. Mimpi yang tidak menyenangkan dan sangat jelas
c. Insomnia atau hipersomnia
d. Peningkatan nafsu makan
e. Agitasi atau retardasi psikomotor
3. Gejala pada kriteria 2 menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara
klinis signifikan dalam fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain
4. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

DSM-V menjelaskan 11 gangguan psikiatrik terkait amfetamin (lir-


amfetamine) yaitu4:
1. Gangguan ansietas terinduksi amfetamin
2. Gangguan bipolar terinduksi amfetamin
3. Gangguan depresif terinduksi amfetamin
4. Gangguan psikotik terinduksi amfetamin
5. Disfungsi seksual terinduksi amfetamin
6. Gangguan tidur terinduksi amfetamin

10
7. Intoksikasi amfetamin
8. Delirium pada intoksikasi amfetamin
9. Keadaan putus amfetamin
10. Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan yang berhubungan terinduksi
amfetamin
11. Gangguan terkait stimulan tidak spesifik.

2.2.4 Jenis Gangguan Terkait Amfetamin dan Derivatnya


2.2.4.1 Gangguan Psikiatrik terkait Amfetamin dan Derivatnya
Gangguan psikiatrik terkait amfetamin merupakan sebuah kondisi yang
disebabkan oleh intoksikasi atau penggunaan jangka panjang amfetamin atau
derivatnya. Gangguan ini juga dapat dirasakan pada masa putus amfetamin.Selain
itu, amfetamin juga dapat mencetuskan atau berhubungan dengan rekurensi
gangguan psikiatrik.Gangguan ini seringkali sembuh sendiri setelah penghentian zat,
meskipun pada beberapa pasien gejala psikiatrik dapat bertahan hingga beberapa
minggu setelahnya. Oleh karena itu, jika setelah 2 minggu gejala tidak sembuh
setelah penghentian zat, maka dapat dipikirkan adanya gangguan psikiatri primer.4

2.2.4.2 Ketergantungan Amfetamin dan Penyalahgunaan Amfetamin


Ketergantungan amfetamin dapat mengakibatkan penurunan spiral yang cepat
dari kemampuan seseorang untuk menghadapi kewajiban dan stres yang berkaitan
dengan keluarga dan pekerjaan. Seseorang yang menyalahgunakan amfetamin
membutuhkan dosis tinggi yang semakin meningkat untuk memperoleh rasa tinggi
(high) yang biasa, dan tanda fisik penyalahgunaan amfetamin (contoh: penurunan
berat badan dan ide paranoid) hampir selalu timbul dengan diteruskannya
penyalahgunaan. Kadang-kadang orang yang kecanduan amfetamin dan derivatnya
menurunkan penggunaannya setelah mengalami paranoia, serta halusinasi auditorik
dan visual.3,4

11
2.2.4.3 Intoksikasi Amfetamin dan Derivatnya
Kriteria DSM-IV-TR untuk intoksikasi amfetamin (atau derivatnya)
berhubungan terhadap efeknya pada sistem katekolamin otak (dan kemungkinan
sistem serotonin). Baik amfetamin dan metamfetamin bekerja secara langsung pada
“sistem reward” dopaminergik mesolimbik dengan menginduksi pelepasan dopamin,
dan pada beberapa meningkatkan norepinefrin, di celah sinaps Nucleus Accumbens
(NAc) dan area terminal lainnya sehingga mencetuskan euforia, namun juga adiksi.3,5
Sindrom intoksikasi kokain (menghalangi reuptake dopamin) dan amfetamin
(menyebabkan pelepasan dopamin) sifatnya serupa.Oleh karena penelitian tentang
penyalahgunaan dan intoksikasi kokain dilakukan lebih teliti dan mendalam
dibanding pada amfetamin, Literatur klinis tentang amfetamin sangat dipengaruhi
temuan klinis pada penyalahgunaan kokain. DSM-IV-TR merinci gangguan persepsi
sebagai gejala intoksikasi amfetamin dan derivatnya. Bila tidak ada uji realitas yang
intak, dipikirkan diagnosis gangguan psikotik terinduksi amfetamin dengan awitan
saat intoksikasi. Gejala intoksikasi amfetamin dan derivatnya sebagian besar pulih
setelah 24 jam dan umumnya akan hilang sepenuhnya setelah 48 jam.3

2.2.4.4 Keadaan Putus Amfetamin dan Derivatnya


Setelah intoksikasi amfetamin atau derivatnya, terjadi crash dengan gejala
ansietas, gemetar, mood disforik, letargi, kelelahan, mimpi buruk (disetai tidur
dengan rapid eye movement yang berulang), sakit kepala, berkeringat hebat, kram
otot, kram perut, dan rasa lapar yang tak terpuaskan. Gejala putus zat biasanya
memuncak dalam 2 – 4 hari dan hilang dalam 1 minggu. Gejala putus zat yang paling
serius adalah depresi, yang terutama dapat menjadi berat setelah penggunaan
amfetamin dosis tinggi terus-menerus dan dapat dikaitkan dengan ide atau perilaku
bunuh diri. Mood disforik dan perubahan fisiologis diperlukan untuk mendiagnosis
hal ini.3

12
2.2.4.5 Delirium pada Intoksikasi Amfetamin dan Derivatnya
Delirium yang terinduksi amfetamin dan derivatnya biasanya muncul akibat
penggunaan dosis tinggi atau terus-menerus sehingga deprivasi tidur memengaruhi
tampilan klinis. Delirium yang terinduksi amfetamin dan derivatnya sama dengan
pola reversibel delirium yang disebabkan oleh penyebab lainnya. Kombinasi
amfetamin dengan zat lain serta penggunaan amfetamin oleh orang dengan
kerusakan otak yang telah ada sebelumnya juga dapat menyebabkan timbulnya
delirium. Setelah delirium ini membaik, hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada
kelainan yang terlihat.3,4

2.2.4.6 Gangguan Psikotik Terinduksi Amfetamin dan Derivatnya


Kemiripan klinis psikosis terinduksi amfetamin dan derivatnya dengan
skizofrenia paranoid telah memicu penelitian intensif tentang neurokimiawi psikosis
terinduksi amfetamin dan derivatnya untuk menguraikan patofisiologi skizofrenia
paranoid. Tanda gangguan psikotik terinduksi amfetamin dan derivatnya adalah
adanya paranoid. Gangguan psikotik terinduksi amfetamin dapat dibedakan dengan
skizofrenia paranoid dengan sejumlah karakteristik pembeda yang ditemukan pada
gangguan psikotik terinduksi amfetamin, yaitu adanya predominasi halusinasi visual,
afek yang secara umum serasi, hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan, dan
inkoherensi, serta sedikit bukti gangguan proses pikir (seperti asosiasi longgar).
Selain itu, juga tidak adanya gejala Schneiderian pertama, yang mencakup
anhedonia, tidak adanya minat dan motivasi, serta afek datar juga menunjukkan
psikosis terinduksi amfetamin.Pada beberapa studi, peneliti juga mencatat bahwa
meski gejala positif gangguan psikotik terinduksi amfetamin dan derivat amdetamin
dengan skizofrenia mirip, gangguan psikotik terinduksi amfetamin biasanya tidak
memiliki afek mendatar dan alogia seperti pada skizofrenia. Namun, secara klinis,
gangguan psikotik terinduksi amfetamin dan derivatnya yang akut mungkin tidak
dapat dibedakan dengan skizofrenia, dan hanya dengan resolusi gejala dalam
beberapa hari setelah penggunaan zat dihentikan atau temuan positif pada uji tapis
zat dalam urin yang akhirnya akan menunjukkan diagnosis yang tepat.3,5

13
Pada penemuan terbaru dari penyalahgunaan metamfetamin yang datang ke
unit gawat darurat, agitasi dan halusinasi taktil merupakan keluhan yang tersering,
setelah trauma. Beberapa pengguna amfetamin juga dapat mengalami sindrom
psikotik kronik yang bisa terjadi untuk beberapa bulan atau tahun.Sebuah studi di
Jepang juga menemukan bahwa orang yang mengalami psikosis terinduksi oleh
metamfetamin yang sembuh memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala
psikotik lagi bila terekspos kembali dengan amfetamin atau bila stres. Terapi pilihan
untuk gangguan psikotik terinduksi amfetamin dan derivatnya adalah penggunaan
jangka pendek obat antipsikotik seperti Haloperidol.3

2.2.4.7 Gangguan Mood Terinduksi Amfetamin dan derivatnya


Awitan gangguan mood terinduksi amfetamin dan derivatnya dapat terjadi
saat intoksikasi atau putus zat.Umumnya, intoksikasi menimbulkan gambaran manik,
hipomanik, atau mood campuran, sementara keadaan putus zat menimbulkan
gambaran mood depresif (fase anhedonik berkepanjangan). Efek peningkatan mood
akibat penggunaan amfetamin dan derivatnya umumnya terbatas pada waktu, seiring
dengan metabolisme dan ekskresi zat tersebut. Sebaliknya, meskipun gejala depresif
yang berhubungan dengan sindrom putus amfetamin dan derivatnya biasanya hanya
berlangsung beberapa minggu, namun beberapa gejala dapat juga bertahan hingga
beberapa bulan.Penggunaan berulang amfetamin dapat membuat resistensi
antidepresan terhadap depresi terinduksi amfetamin. Amfetami dan derivat
amfetamin dalam dosis kecil dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk depresi,
terutama pada pasien dengan keadaan medis tertentu, letargi, hipersomnia, kurang
energi atau kurang atensi.1,4

2.2.4.8 Gangguan Ansietas Terinduksi Amfetamin dan derivatnya


Efek akut dari amfetamin dan derivatnya dapat menyebabkan ansietas, agitasi
dan serangan panik, yang dipikirkan sebagai akibat aktivitas peningkatan kadar
katekolamin. Selama penghentian obat, rasa tidak nyaman dan keinginan untuk
menggunakan zat juga berhubungan dengan ansietas.Setelah menggunakan

14
amfetamin dosis tinggi, beberapa individu melakukan beberapa tingkah laku
stereotip atau ritual, yang serupa dengan tipe kompulsif pada kelainan obsesif-
kompulsif. Amfetamin dan derivatnya, seperti kokain, dapat menginduksi gejala
yang serupa dengan yang terlihat pada gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,
dan terutama gangguan dobia. Awitan gangguan ansietas terinduksi amfetamin jdan
derivatnya juga dapat terjadi saat intoksikasi atau putus zat.2,5

2.2.4.9 Gangguan Tidur Terinduksi Amfetamin dan Derivatnya


Intoksikasi amfetamin dan derivatnya dapat menimbulkan insomnia dan
deprivasi tidur. Orang yang sedang mengalami keadaan putus amfetamin dan
derivatnya dapat mengalami hipersomnolen yang terjadi untuk beberapa minggu dan
mimpi buruk.Gangguan irama sirkadian dapat disebabkan dari penyalahgunaan
amfetamin dan derivatnya secara kronis atau intermiten. Amfetamin dan derivatnya
memiliki potensi untuk merusak neuron monoaminergik otak, yang diketahui
memegang peranan penting dalam modulasi tidur. Penyalahgunaan amfetamin dan
derivatnya dapat menyebabkan efek negatif tidur berkepanjangan.4,5

2.2.4.10 Gangguan yang Tak Terinci


Gangguan terkait amfetamin atau derivat amfetamin yang tidak memenuhi
kriteria satu atau lebih kategori yang didiskusikan di atas, dapat didiagnosis sebagai
gangguan terkait amfetamin yang tak terinci. Penyalahgunaan metamfetamin kronik
dapat mengalami gangguan pada fungsi neurokognitifnya. Secara khusus, pengguna
metamfetamin memperlihatkan defisit kognitif yang terjadi pada aspek memori
verbal, persepsi tidur, proses informasi, dan fungsi eksekutif.3

2.2.5 Gambaran Klinis


Pada orang yang sebelumnya tidak pernah mengonsumsi amfetamin dan
derivatnya, dosis tunggal 5 mg meningkatkan perasaan sehat dan menginduksi elasi,
euforia, dan rasa bersahabat. Dosis kecil umumnya memperbaiki atensi dan
meningkatkan kinerja pada tugas tertulis, oral, dan penampilan. Juga terdapat

15
penurunan kelelahan, induksi anoreksia, dan peningkatan ambang nyeri yang
dikaitkan dengan hal ini. Efek tak diinginkan timbul akibat penggunaan dosis tinggi
dalam periode lama.3
Pada individu yang tidak rentan, dosis lebih tinggi dibutuhkan untuk
timbulnya psikosis akut. Sementara, pada individu yang rentan membutuhkan dosis
yang lebih rendah untuk timbulnya psikosis akut. Sebagai akibat dari efek sensitasi
amfetamin, penggunaan berulang dapat meningkatkan kerentanan, dan selanjutnya
meningkatkan kemungkinan terjadinya gejala pskotik meskipun tidak ada eksposur
akut terhadap amfetamin.5

Gambar 1. Hubungan antara penggunaan amfetamin dengan terjadinya gejala


psikosis5

Metamfetamin memberikan penggunanya sensasi “rush”, yang mencakup


perasaan nyaman, libido yang meningkat, energi yang meningkat, dan penekanan
nafsu makan. Efek psikologis yang diobservasi dari penggunaan metamfetamin
mencakup euforia, paranoia, agitasi, gangguan mood, tingkah laku kasar, ansietas,
depresi, dan psikosis.Lebih murah dari kokain, efek stimulan metamfetamin lebih
panjang. Ketika efek peningkatan mood dan energi mulai habis, pengguna mulai
“tweaking”, istilah yang menjelaskan kombinasi berbahaya dari ansietas, iritabilitas,

16
kelelahan, dan disforia. Penggunaan metamfetamin sementara meningkatkan gejala
dan selanjutnya menyebabkan adiksi.2
Stimulasi simpatetik dari penggunaan metamfetamin menyebabkan hilangnya
nafsu makan, takikardia, midriasis, vasospasme koroner dan perifer, sakit kepala,
hiperrefleks, agitasi, iritabilitas, hipertensi, hipertermi, takipnea, dan paranoid.2

Gambar 2. Efek sistemik penggunaan metamfetamin7


Mekanisme Efek Klinis Methampetamine
Amfetamine dan derivatnya adalah senyawa yang mempunyai efek
simpatomimetik tak langsung dengan aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya
sangat mirip dengan katekolamin endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan
dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter
dari daerah presinap. Amfetamine juga mempunyai efek menghalangi re-uptake dari
katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin aksidase,
sehingga konsentrasi dari neurotransmitter cenderung meningkat dalam sinaps.
Mekanisme kerja pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik

17
amine yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonis atau ketiganya dari tempat
penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran saraf. Efek yang dihasilkan
dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim monoamine oxidase (MAO) pada
ujung presinaps saraf. Dari beberapa penelitian pada binatang diketahui pengaruh
amfetamine terhadap ketiga biogenik amin tersebut yaitu:
 Dopamin
Amfetamine menghambat re uptake dan secara langsung melepaskan
dopamin yang baru disintesa. Jumlah dopamin yang berlebih di dalam otak
akan menghasilkan perasaan euforia dan kesenangan yang biasa dikenal
sebagai “high.” Pada penelitian didapatkan bahwa isomer dekstro dan levo
amfetamine mempunyai potensi yang sama dalam menghambat up take
dopaminergik dari sinaptosom di hipothalamus dan korpus striatum tikus.
 Norepinefrin
Amfetamine memblok re uptake norepinefrin dan juga menyebabkan
pelepasan norepinefrin baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara
cincin fenil dan nitrogen melemahkan efek amfetamine pada pelepasan re
uptake norepinefrin .
 Serotonin
Secara umum, amfetamine tidak mempunyai efek yang kuat pada sistem
serotoninergik. Menurut Fletscher p-chloro-N-metilamfetamin
mengosongkan kadar 5 hidroksi triptopfan (5-HT) dan 4 hidroksi indolasetik
acid (5-HIAA), sementara kadar norepinefrin dan dopamin tidak berubah.
Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Fuller dan Molloy, Moller Nielsen dan
Dubnick bahwa devirat amfetamine dengan elektron kuat yang menarik
penggantian pada cincin fenil akan mempengaruhi sistim serotoninergik.

Aktivitas susunan saraf pusat terjadi melalui kedua jaras adrenergik dan
dopaminergik dalam otak dan masing-masing menimbulkan aktivitas lokomortor
serta kepribadian stereotopik. Stimulasi pada pusat motorik di daerah media otak

18
depan (medial forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam
sinaps dan menimbulkan euforia serta meningkatkan libido. Stimulasi pada
ascending reticular activating system (ARAS) menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik dan menurunkan rasa lelah. Stimulasi pada sistim dopaminergik pada otak
menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia dari psikosa amfetamine.
Penggunaan amfetamine kronis dan dosis tinggi menimbulkan perubahan toksik
secara patofisiologi.
Penggunaan amfetamine secara kronis dengan dosis tinggi akan menginduksi
perubahan toksik pada sistim monoaminergik pusat. Seiden dan kawan-kawan
melakukan penelitian pada kera dengan menyuntikkan sebanyak 8kali/hari (dosis 3-
6,5 mg/kg) selama 3-6 bulan. Setelah 24 jam pemberian dosis terakhir
memperlihatkan kekosongan norepinefrin pada semua bagian otak (pons, medula,
otak tengah, hipothalamus dan korteks frontal). Setelah 3-6 bulan suntikan terakhir,
norepinefrin masih tetap rendah di otak tengah dan korteks frontal. Sedangkan pada
hipothalamus dan pons kadar norepinefrin sudah meningkat. Kadar dopamin
terdepresi hanya pada darah, bagian otak lain tidak terpengaruh. Kondisi toksik
amfetamine ini juga mempengaruhi sistim serotoninergik, hal ini diperlihatkan
dengan perubahan aktivitas triptophan hidroksilase terutama pada penggunaan
fenfluramin. Rumbaugh melaporkan pada pemakaian amfetamine kronis dengan
dosis tinggi mempengaruhi vaskularisasi otak. Penelitian pada kera yang diberi
injeksi metamfetamin selama 1 tahun menunjukkan perubahan yang luas dari
arteriola kecill dan pembuluh kapiler. Selanjutnya dapat terjadi hilangnya sel neuron
dan berkembangnya sel-sel glia, satelit dan nekrohemorrhage pada serebelum dan
hipothalamus .
Efek perifer yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin
mempengaruhi sensitivitas miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan
menambah resiko dari aritmia jantung yang fatal. Efek perifer yang lain adalah
terhadap pengaruh suhu (thermo-regulation). Amfetamine mempengaruhi pengaturan
suhu secara sentral di otak oleh peningkatan aktivitas hipothalamus anterior.
Penyebab kematian yang besar pada toksisitas amfetamine disebabkan oleh

19
hiperpireksia. Mekanisme toksisitas dari amfetamine terutama melalui aktivitas
sistim saraf simpatis melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran
ketekholamin perifer, inhibisi re uptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin
aksidase.
Pada susunan saraf pusat amfetamine menstimulasi korteks serebri, striatum, sistim
limbik dan batang otak. Efek perifer amfetamine ditimbulkan oleh karena pelepasan
norepinefrin seperti meningkatnya sistolik dan diastolik ,meingkatnya denyut jantung
dan aritmia jantung
Amfetamine juga mengakibatkan myoglobinuric tubular necrosis, sedangkan
metamfetamine dapat menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari suatu
systemic necrotizing vasculitis. Biasanya terjadi bila amfetamine digunakan secara
intravena, Merupakan keadaan yang jarang terjadi, dan timbul bila terjadi overdosis.
Yang paling sering adalah derivat metamfetamin
Hiperthemia akibat amfetamine biasanya akibat gangguan thermoregulasi.
Selain itu sind hiperthermi sentral dapat diakibatkan oleh drug induce amfetamine
yang menimbulkan hiperrefleksi otonom (meningkatkan produksi panas).
Peningkatan suhu khas berkisar 39o– 40o. Biasanya suhu kembali normal dalam 48-
72 jam bila obat dihentikan, tetapi dapat menetap beberapa hari sampai minggu bila
disertai rash makulopapulaer akibat reaksi obat. Hiperthermi biasanya berhubungan
dengan intoksikasi. Merupakan gejala yang paling sering ditemukan dan keadaan ini
dapat reversibe
Vaskulitis sistemik ditemukan setelah pemakaian kronis intravena dan oral
dari amfetamine. Pada usia muda proses vaskulitis terbatas pada sirkulasi serebri
sehingga dapat menimbulkan sindroma stroke akut. Mekanisme terjadinya vasklitis
ini tidak jelas.
Amfetamine dapat menyebabkan perdarahan intraserebral melalui mekanisme
vaskulopati ataupun hipertensi akut. Perdarahan otak dapat terjadi setelah pemakaian
amfetamine biasanya secara injeksi. Perdarahan intraserebral ataupun subarakhnoid
dapat terjadi pada pengguna amfetamine.

20
2.2.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan neurologis harus dilakukan dengan cermat, awalnya
nilai pasien untuk stabilitas medisnya dan kemudian keadaan bahayanya.Selama
pemeriksaan fisik, nilai pasien untuk komplikasi yang dapat terjadi akibat
penyalahgunaan amfetamin, seperti hipertermia, dehidrasi, gagal ginjal, dan
komplikasi jantung.Selama pemeriksaan neurologis, nilai pasien untuk komplikasi
penyalahgunaan amfetamin, yang mencakup perdarahan subaraknoid dan
intrakranial, delirium, dan kejang. Pemeriksaan status mental pasien harus
menekankan pada delusi, halusinasi, keinginan bunuh diri, melakukan kekerasan,
orientasi, pemikiran dan penilaian, dan afek. Pemeriksaan status mental bisa sangat
berbeda pada keadaan intoksikasi dan psikosis.4
Pemeriksaan status mental yang diharapkan ada pada pasien dengan
intoksikasi amfetamin mencakup1:
1. Penampilan dan tingkah laku :luar biasa bersahabat, kontak mata tidak fokus,
ekskoriasi pada ekstremitas dan wajah, bicara berlebih dan mengganggu
secara verbal.
2. Pembicaraan : meningkat
3. Proses pikir : tangensial, sirkumstansial, terlalu inklusif dan tidak terganggu
4. Isi pikir : Paranoid; tidak ada pemikiran untuk bunuh diri atau melakukan
kekerasan.
5. Mood : gelisah, hipomanik
6. Afek : gelisah dan tegang
7. Pemikiran dan penilaian : buruk
8. Orientasi : Baik terhadap orang, waktu, dan tujuan; perspektif waktu tidak
teratur.
Pemeriksaan status mental yang diharapkan ada pada pasien dengan psikosis
amfetamin mencakup1:
1. Penampilan dan tingkah laku : tampak kacau, curiga, paranoid, dan kontak
mata buruk.
2. Pembicaraan : berkurang dan cepat

21
3. Proses pikir : terjaga dan asyik sendiri
4. Isi pikir : Paranoid; kemungkinan ada halusinasi auditorik; tidak ada
pemikiran untuk bunuh diri atau melakukan kekerasan.
5. Mood : gelisah
6. Afek : paranoid dan penuh ketakutan
7. Pemikiran dan penilaian : buruk
8. Orientasi:tidak memiliki konsep tujuan, meskipun mengetahui tempat dan
orang; perspektif waktu tidak teratur.

Pemeriksaan status mental yang diharapkan ada pada pasien putus amfetamin
dan derivatnya mencakup1:
1. Penampilan dan tingkah laku : tampak kacau, psikomotorik melambat, kontak
mata buruk, kulit tampak pucat.
2. Pembicaraan : nada dan suara berkurang
3. Proses pikir : terjaga dan isinya berkurang
4. Isi pikir : tidak ada halusinasi auditorik, ataupun visual; pikiran untuk bunuh
diri ada, namun pikiran untuk melakukan kekerasan tidak ada.
5. Mood : depresi
6. Afek : datar dan pendiam
7. Pemikiran dan penilaian : buruk
8. Orientasi : orientasi terhadap orang, waktu, dan tujuan terganggu.

2.2.7 Terapi
2.2.7.1 Pengobatan untuk psikosis metamfetamin akut
Sejumlah studi melaporkan penggunaan antipsikotik termasuk risperidone
dan olanzapine untuk penanganan gejala psikotik akut MA. Percobaan acak
menemukan bahwa olanzapine dan haloperidol berkhasiat dalam mengobati gejala
psikotik, dengan tolerabilitas yang jauh lebih baik dan lebih sedikit gejala
ekstrapiradimal yang terkait dengan penggunaan olanzapine. Demikian juga, dalam
percobaan klinis acak yang baru-baru ini membandingkan haloperidol dengan

22
quetiapine untuk psikosis MA, neuroleptik keduanya dapat ditoleransi dan berkhasiat
pada sebagian besar partisipan. Dengan demikian, walaupun ada beberapa dukungan
untuk penggunaan antipsikotik untuk mengatasi psikosis akut, manfaat dan risiko
yang terkait harus diperhitungkan dan mempertimbangkan.2
Psikosis terkait MA biasanya disertai dengan gejala kejiwaan lainnya
termasuk kecemasan, agitasi, dan insomnia. Ketika seorang pengguna MA datang ke
tempat perawatan medis atau gawat darurat dengan bukti keracunan dan agitasi,
pendekatan awal yang umum adalah memberikan ketenangan dan “meletakkan”
individu di lingkungan yang sepi untuk meminimalkan rangsangan. Jika secara klinis
diindikasikan, anxiolytics jangka pendek (yaitu benzodiazepin) atau obat tidur dapat
diresepkan untuk mengatasi kecemasan dan agitasi, atau insomnia. Benzodiazepin
dapat digunakan bersamaan dengan antipsikotik untuk mengurangi gejala agitasi
psikosis berat. 2,3
2.2.7.2 Pengobatan psikososial untuk Psikosis Metamfetamin
Studi penelitian telah menunjukkan manfaat CBT (Cognitive Behavior
Therapy) dalam pengobatan gangguan psikotik dan gangguan penggunaan MA.
Model Matrix menggabungkan prinsip CBT dalam pengaturan individu dan
kelompok untuk mengurangi penggunaan MA dan memfasilitasi individu melalui
penerapan keterampilan untuk mencegah menggunakan kembali dan penghindaran
obat, identifikasi pemicu, dan penolakan obat Model Matrix telah dievaluasi baik
sebagai pengobatan 16 minggu yang berdiri sendiri untuk pengguna MA dan sebagai
platform perawatan perilaku dalam percobaan pengobatan untuk ketergantungan MA
Hasil uji klinis ini menunjukkan bahwa keduanya sebagai pendekatan pengobatan
primer dan sebagai strategi tambahan untuk mempotensiasi efek farmakoterapi
kecanduan, intervensi Matrix Model memiliki bukti kemanjuran yang kuat bagi
pengguna MA dalam mengurangi penggunaan zat dan memperbaiki hasil fungsional.
2.2.7.3 Terapi Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang individu dengan psikosis akibat MA harus fokus
pada pantangan dari MA untuk mencegah episode psikosis di masa depan.
Pengobatan psikososial dalam bentuk CBT mungkin merupakan alat yang berharga

23
untuk memperkuat keterampilan pencegahan kambuh. Pengobatan psikososial
berbasis bukti lainnya, termasuk manajemen untuk mengurangi penggunaan MA
juga dapat dipertimbangkan. Manajemen melibatkan penggunaan penghargaan,
seperti pembayaran tunai atau voucher, untuk memperkuat perilaku yang diinginkan
dengan tingkat keberhasilan yang optimal terkait dengan durasi intervensi yang lebih
lama. Jika diindikasikan secara klinis, obat psikiatri mungkin diberikan untuk
mengatur kondisi komorbiditas seperti depresi berat, gangguan kecemasan, atau
gangguan psikotik yang terus-menerus. Mengingat keadaan negatif yang
mempengaruhi seperti depresi atau kecemasan telah ditunjukkan untuk
meningkatkan risiko kambuh dan memperburuk hasil pengobatan di antara pengguna
MA. 2.3

24
BAB III
KESIMPULAN

Metamfetamin merupakan derivat dari amfetamin. Amfetamin dan derivatnya


adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia (Amphetamine Type Stimulants atau
ATS). Metamfetamin adalah bentuk zat murni yang disalahgunakan dengan cara
dihirup, dihisap, atau injeksi intravena. Efek psikologisnya berlangsung berjam-jam
dan sangat kuat.
DSM-IV-TR mencantumkan banyak gangguan terkait amfetamin dan
derivatnya, namun hanya merinci kriteria diagnosis intoksikasi amfetamin, keadaan
putus amfetamin, dan gangguan terkait amfetamin yang tak tergolongkan pada
bagian gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin). Sementara, DSM-V
menjelaskan 11 gangguan psikiatrik terkait amfetamin, yaitu gangguan ansietas
terinduksi amfetamin, gangguan bipolar terinduksi amfetamin, gangguan depresif
terinduksi amfetamin, gangguan psikotik terinduksi amfetamin, disfungsi seksual
terinduksi amfetamin, gangguan tidur terinduksi amfetamin, intoksikasi amfetamin,
delirium pada intoksikasi amfetamin, keadaan putus amfetamin, gangguan obsesif-
kompulsif dan gangguan yang berhubungan terinduksi amfetamin, serta gangguan
terkait stimulan tidak spesifik.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Glasner-Edwards S, Mooney LJ, Marinelli-Casey P, Hillhouse M,Ang A,


Rawson RA. Methampetamine Psychosis: Epidemiology and mangement.
2014;28:12-20
2. Glasner-Edwards S, Mooney LJ, Marinelli-Casey P, Hillhouse M,Ang A,
Rawson RA. Clinical course and outcomes of methamphetamine-
dependent adults with psychosis. J Subst Abuse Treat.2008;35:445–50.
3. McKetin R, McLaren L, Lubman DI, Hides J. The prevalence ofpsychotic
symptoms among methamphetamine users. Addiction.2014;101:1473–8.
4. McCann UD, Ricaurte GA. Amphetamine (or amphetamine-like)-related
disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P (eds). Kaplan & Sadock’s
comprehensive textbook of Psychiatry. 9th ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins; 2009. P 1288-94.
5. Bramness JG, Gundersen OH, Guterstam J, et al. Amphetamine-induced
psychosis – a separate diagnostic entity or primary psychosis triggered in
the vulnerable? BMC Psychiatry. December 2012; 12:221.

26

Anda mungkin juga menyukai