Telah dilakukan penelitian PUPT tahun I (TA 2013) dengan judul
“Diseminasi Model Prevensi dan Reduksi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Kimia.” Penelitian yang telah dilakukan mengacu kepada Rencana Induk Penelitian (RIP) Unesa, kelompok pendidikan dalam rumpun penelitian pendidikan menengah. Rumpun penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan menengah melalui topik penelitian strategi belajar mengajar. Model prevensi dan remediasi untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada konsep kimia diformulasikan dalam 6 (enam) paket pembelajaran. Setiap paket pembelajaran mensekuensialkan tahap prevensi menggunakan model pembelajaran yang berbasis inkuiri ilmiah dan tahap remediasi yang berintikan strategi conceptual change. Keenam paket pembelajaran itu adalah: (1) Paket 1, prevensi miskonsepsi menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, (2) Paket 2, sekuensial antara model pembelajaran inkuiri terbuka dan strategi conceptual change, (3) Paket 3, sekuensial antara model pembelajaran modified inquiry dan strategi analogi, (4) Paket 4, sekuensial antara model pembelajaran modified inquiry dan model pembelajaran ECIRR, (5) sekuensial antara model pembelajaran LC 7E dan model pembelajaran ECIRR, dan (6) sekuensial antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran ECIRR. Melalui paket-paket pembelajaran sebagaimana telah disebutkan ternyata masih menyisakan siswa miskonsepsi. Sedikitnya masih ada tiga permasalahan yang memerlukan kajian lebih mendalam: (1) belum dapat diberikan jaminan bahwa siswa yang masih memiliki beban miskonsepsi di akhir program pembelajaran adalah siswa yang sejak semula memiliki potensi miskonsepsi, (2) belum ditetapkannya karakteristik siswa yang mengalami miskonsepsi secara permanen (siswa resistensi miskonsepsi sangat kuat), dan (3) belum ditetapkannya pola pergeseran konsepsi siswa secara individual. 2
Perlu diketahui bahwa tujuan jangka panjang penelitian ini adalah
memantapkan konsepsi siswa SMA pada konsep-konsep kimia. Siswa dengan pemahaman konsep yang mantap dan kuat akan menguasai ilmu kimia dengan komprehensif, dapat menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain (kebermaknaan)(Fogarty, 1991) dan menggunakan konsep sebagai dasar bagi proses pemecahan masalah (kebermanfaatan)(Dahar, 1988). Ketika upaya mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep kimia dilakukan dan ternyata masih menyisakan siswa miskonsepsi (Suyono dkk., 2013) jangan sampai ada siswa yang terkorbankan. Jangan sampai ada siswa yang pada saat sebelum pembelajaran prevensi berpotensi tahu konsep (TK) menjadi TK setelah pembelajaran prevensi tetapi kemudian berubah konsepsinya menjadi miskonsepsi (MK) di akhir program remediasi akibat dilibatkannya pada pembelajaran yang berintikan conceptual change. Dengan demikian perlu diberikan jaminan bahwa siswa yang masih memiliki beban miskonsepsi di akhir program pembelajaran adalah siswa yang sejak semula memiliki potensi miskonsepsi. Siswa yang di akhir program masih dinyatakan mengalami miskonsepsi dari mana pun asal status konsepsi (dari MK ke MK, dari TTK ke MK, atau dari TK ke MK) masih harus diupayakan penyembuhannya dengan pendekatan yang lebih individualistik. Untuk mengawali upaya itu perlu ditetapkannya pola pergeseran konsepsi siswa secara individual. Dengan mengetahui pola pergeseran konsepsi siswa secara individual akan dapat ditetapkan pula siswa yang tergolong memiliki resistensi miskonsepsi sangat kuat dan/atau siswa yang mengalami miskonsepsi permanen. Bagi siswa yang dinyatakan memiliki resistensi miskonsepsi sangat kuat perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk menetapkan karakteristiknya. Karakteristik siswa ditinjau dari teori pemrosesan informasi dibedakan atas siswa yang bertipe rote memorizatin dan siswa yang bertipe over learning. Siswa yang bertipe rote memorizatin memahami konsep dengan cara hafalan, sedangkan siswa yang bertipe over learning membangun konsep dengan cara membangun hubungan antara informasi lama dengan yang baru (identik dengan pembelajaran bermakna (Hilgard and Bower, 1975). Siswa miskonsepsi yang berasal dari tipe 3
pertama cenderung lebih sulit bahkan bisa gagal diperbaiki miskonsepsinya
karena dangkalnya konsepsi baru yang dibangun, termasuk perbaikan dengan strategi conceptual change (Duit & Treagust, 2003). Kegagalan strategi conceptual change menurut Hewson dan Hewson (1983) karena siswa membuang data atau mengabaikan saja ketika siswa dihadapkan dengan data yang bertentangan dan terlahirlah proses menghafal, sehingga tidak terjadi suasana konflik yang diikuti perubahan konseptualnya. Pendidik yang tangguh tidak segera tunduk dengan kegagalan itu. Perbaikan lebih lanjut, lebih dalam tetap harus dipikirkan dan dilakukan. Prinsip dasar yang dipakai landasan bagi pemikiran itu adalah bahwa “pengubahan konsepsi siswa tidak selalu berhasil, tetapi masih terdapat peluang menghilangkan sama sekali miskonsepsi pada siswa dengan pengubahan cara pandang siswa,” sebagaimana dinasehatkan Duit (2002). Oleh sebab itu penting untuk ditetapkan tipe dan karakteristik bagi siswa yang masih miskonsepsi agar dapat dipikirkan tindakan lanjutan yang lebih tepat.
B. Permasalahan yang Dijawab melalui Penelitian
Permasalahan utama yang akan dipecahkan melalui penelitian ini adalah
“Bagaimana pergeseran konsepsi siswa setelah dilibatkan dalam pembelajaran prevensi dan remediasi miskonsepsi kimia?”