BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk itu perlu
ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Pelayanan kesehatan yang
baik dan bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang,
termasuk pelayanan di rumah sakit.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) saat ini menjadi isu global dalam Pelayanan
Kesehatan. Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an, sejak laporan dan
Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is human, building a safer
health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan
yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Frekuensi dan besarnya KTD tak diketahui secara pasti sampai era 1990-an, ketika
berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang mengejutkan pasien cedera dan meninggal
dunia akibat medical error. Menyadari akan dampak error pelayanan kesehatan terhadap 1
dari 10 pasien di seluruh dunia maka World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
perhatian terhadap Keselamatan Pasien sebagai suatu endemis.
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya keselamatan
dalam pelayanan kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and a
critical component of quality management.” (World Alliance for Patient Safety, Forward
Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data KTD di Rumah Sakit di berbagai negara
menunjukan angka 3 – 16% yang tidak kecil.
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri telah melakukan upaya peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien secara bertahap. Upaya tersebut dilakukan melalui
pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat
lunak lainnya, sejalan dengan pembangunan rumah sakit pada umumnya. Namun demikian,
disadari pula masih banyak kendala yang dihadapi, terutama yang berkaitan dengan
standar kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belum selaras dengan
perkembangan ilmu kedokteran yang semakin pesat dimana pelayanan spesialistik dan sub-
spesialistik cenderung semakin berkembang. Selain itu dengan semakin meningkatnya
pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat maka sistem nilai dan orientasi dalam
masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum
yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan tadi maka fungsi
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus
ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap
pasien, keluarga maupun masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya bukanlah hal yang
1
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
mudah. Kendala yang dirasakan saat ini adalah masih belum adanya kesamaan pengertian
dasar tentang mutu, konsep dan prinsip demikian pula cara-cara penerapannya.
Berdasarkan kedua hal di atas, maka agar upaya peningkatan mutu dan
keselamatan rumah sakit dapat seperti yang diharapkan maka dirasa perlu disusun buku
pedoman upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit ini di Rumah Sakit
Amal Sehat Wonogiri. Buku pedoman yang merupakan konsep dan prinsip serta gambaran
umum mengenai program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit ini,
diharapkan dapat sebagai acuan bagi para pengelola rumah sakit dalam melaksanakan
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Dalam buku panduan ini diuraikan
tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah pelaksanaannya dan dilengkapi
dengan indikator mutu.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Amal Sehat
2. Tujuan Khusus
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Amal Sehat
b) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Amal Sehat
c) Terlaksananya kegiatan pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan
d) Meningkatnya kepuasan pasien akan pelayanan Rumah Sakit Amal Sehat
e) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit
Amal Sehat
f) Terlaksananya kegiatan peningkatan mutu yang berkelanjutan
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB II
DEFINISI
Definisi mutu bersifat persepsi dan dipahami secara berbeda oleh orang yang berbeda
namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Mutu bukanlah didefinisakan tentang standar
yang tinggi untuk suatu produk jasa, tetapi lebih kepada bagaimana penyedia produk jasa
menyediakan standar yang tepat atau sesuai untuk menarik dan mempertahankan pelanggan.
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
2
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
Definisi mutu dapat dibedakan menjadi technical quality dan functional quality, technical
quality berkenan dengan keakuratan diagnosis, prosedur pelayanan, dan segala hal yang
umumnya dimengerti oleh komunitas professional. Functional quality berkenan dengan persepsi
pasien yang lebih subjektif, namun sangat berpengaruh pada keputusan untuk menggunakan jasa
pelayanan kesehatan di kemudian hari.
Peningkatan mutu adalah Pendekatan terhadap proses pembelajaran dan proses perbaikan
kualitas secara terus menerus, perbaikan kinerja di tingkat RS dan manajemen mutu total dari
proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak2 yang berkepentingan
lainnya.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yg tidak disengaja & kondisi yg
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yg dapat dicegah pada pasien,terdiri dari
Sentinel. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Kejadian Tidak Diharapkan adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
3
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
BAB III
KEBIJAKAN PMKP RUMAH SAKIT
4
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
2. Direktur Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri melaporkan program mutu dan
keselamatan pasien kepada badan pengelola (governance)
5. Upaya – upaya peningkatan mutu rumah sakit tertuang dalam suatu rencana
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang disusun oleh komite PMKP
bersama direktur, dimana direktur menetapkan keseluruhan proses peningkatan mutu
dan keselamatan pasien Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri.
6. Program mutu Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri merupakan program yang
bersifat kolaboratif menggunakan pendekatan multidisiplin dengan semua
departemen/unit kerja pelayanan di rumah sakit dimana dalam pelaksanaanya :
a. Program peningkatan mutu dan keselamatan meliputi seluruh organisasi
di Rumah Sakit
b. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien menangani sistem
dari organisasi, peranan rancangan sistem, rancang ulang dari peningkatan mutu
dan keselamatan pasien di rumah sakit
c. Program peningkatan mutu dan keselamatan menangani kordinasi dari
semua komponen kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu rumah sakit
d. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dilaporkan dan
dibahas bersama direktur dalam rapat rutin internal komite PMKP sebagai bentuk
monitoring dan pengawasan pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
7. Direktur menetapkan proses atau program yang dijadikan prioritas untuk
dilakukan evaluasi dimana dalam penetapan proses atau program prioritas ini :
a. Mempertimbangkan sifat kritis, tingkat resiko, problem prone,
keterkaitan dengan mutu asuhan, dan keterkaitan dengan keamanan lingkungan
b. Menentukan prioritas organisasi untuk aktifitas pengukuran
c. Menentukan prioritas untuk aktifitas, peningkatan dan keselamatan
pasien organisasi
d. Prioritas tersebut mencakup implementasi dari sasaran keselamatan
pasien internasional (IPSG)
8. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara rutin dilaporkan setiap
3 bulan oleh direktur kepada pemilik dan pengelola (governance) rumah sakit.
9. Informasi tentang program peningkatan mutu dan kemajuan penerapan sasaran
keselamatan pasien disampaikan kepada staf secara regular melalui saluran yang efektif
10. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi staf, program pelatihan bagi
staf disusun sesuai peranan/tugas staf dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, dimana narasumber pelatihan PMKP adalah seorang yang cakap dan
berpengetahuan luas
11. Indikator mutu digunakan untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan rancangan
proses baru atau rancangan ulang proses telah berjalan baik
5
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
12. Indikator mutu digunakan untuk mengukur proses yang sedang berjalan
13. Asuhan klinik diberikan sesuai pedoman praktek klinik, clinical pathway, dan atau
protocol klinis yang relevan dengan populasi dimana pedoman praktek klinik, clinical
pathway, dan atau protocol klinik tersebut :
a. Dipilih dari yang dianggap cocok dengan pelayanan dan pasien
b. Dipilih berdasarkan ilmu pengetahuan dan penerapannya
c. Disesuaikan jika perlu dengan teknologi, obat, sumber daya lain di
organisasi atau dari norma professional secara nasional
d. Disetujui secara formal dan resmi
e. Diterapkan dan dimonitor agar digunakan secara konsisten dan efektif
f. Didukung oleh staf terlatih melaksanakan pedoman atau clinical pathway
g. Diperbaharui secara berkala berdasarkan bukti dan hasil evaluasi dari
proses dan hasil (outcome)
14. Penerapan asuhan klinik berdasarkan pedoman klinis dan clinical pathways
dilaksanakan di setiap area prioritas yang telah ditetapkan
15. Direktur menetapkan indikator kunci dalam struktur rumah sakit, proses-proses,
dan hasil (outcome) untuk diterapkan di seluruh rumah sakit dalam rangka peningkatan
mutu dan rencana keselamatan pasien dimana dalam pelaksanaannya :
a. Pimpinan rumah sakit menetapkan area sasaran untuk penilaian dan
peningkatan
b. Penilaian yang ditetapkan merupakan bagian dari program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
c. Hasil penilaian disampaikan kepada pihak yang terkait dalam mekanisme
pengawasan secara berkala kepada pimpinan dan pemilik rumah sakit sesuai
struktur rumah sakit yang berlaku
16. Pengelolaan indikator mutu Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri meliputi indikator
mutu area klinik, indikator mutu area managemen, dan indikator mutu area keselamatan
pasien
17. Indikator mutu terkait area klinik meliputi 11 indikator klinik, yaitu meliputi:
a. Assesment pasien
b. Pelayanan laboratorium
c. Pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostik imaging
d. Prosedur bedah
e. Penggunaan antibiotik dan obat lainnya
f. Kesalahan pengobatan dan KNC
g. Anesthesi dan penggunaan sedasi
h. Penggunaan darah dan produk darah
i. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medik
j. Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilens dan pelaporan
k. Riset klinik
18. Setiap tahunnya Direktur memilih dan menetapkan indikator kunci untuk setiap
indikator klinik yang dipilih dimana paling sedikit 5 penilaian terhadap upaya klinik harus
dipilih dari indikator mutu klinik yang ditetapkan, penilaian ini mencakup struktur,
proses dan hasil (outcome) dimana muatan ilmu (science) dan bukti (evidence) menjadi
pendukung setiap indikator mutu yang dipilih
19. Indikator mutu Rumah Sakit Amal Sehat terkait area managemen meliputi 9
indikator mutu managemen, yaitu :
a. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat untuk memenuhi kebutuhan
pasien
b. Pelaporan yang diwajibkan oleh perundang-undangan
c. Managemen resiko
d. Managemen penggunaan sumber daya
e. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
f. Harapan dan kepuasan staf
g. Demografi pasien dan diagnosis klinis
h. Managemen keuangan
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
6
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
7
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
34. Menggunakan metode sampling dimana secata statistik sahih yang bersumber dari
data catatan, kasus, dan data lain. Pengambilan data secara penuh (tanpa sampling)
dilakukan jika jumlah pencatatan, kasus atau data lainnya sangat kecil jumlahnya
35. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan kembali
36. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan dengan
total jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Untuk benchmark yang akurasi levelnya
100%
37. Validasi dilakukan pada data yang ditemukan ternyata tidak sama, tidak
diketahui sebabnya, dan tidak dilakukan koreksi
38. Koleksi sampel baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk memastikan
tindakan menghasilkan tingkat yang diharapkan
39. Setiap data yang akan dipublikasikan ke publik telah dievaluasi baik validitas
maupun reabilitasnya
40. Semua sentinel harus dicatat, dilaporkan dan dilakukan Analisa akar masalah
(RCA) maksimal 45 hari, dan kemudian hasil RCA menjadi dasar bagi direktur untuk
mengambil tindakan atas sentinel yang terjadi. Termasuk sentinel adalah :
a. Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi utama (mayor) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasarinya
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
d. Penculikan bayi atau bayi diserahkan kepada orang yang bukan orang tuanya
41. Kejadian Tidak diharapkan (KTD) suatu insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien, cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis yang tidak dapat
dicegah meliputi, yaitu :
a. Semua reaksi tranfusi yang terjadi di rumah sakit
b. Semua kesalahan obat yang signifikan
c. Semua kesalahan medis (medical error) yang signifikan, jika terjadi sesuai
definisi yang ditetapkan rumah sakit
d. Semua ketidakcocokan yang besar (major) antara diagnosis pre-operasi dan pasca
operasi
e. Pola kejadian selama pemberian sedasi moderat atau dalam dan anesthesia
f. Kejadian lain, seperti wabah penyakit infeksi (infection outbreak)
42. Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena “keberuntungan”
dikarenakan “pencegahan” atau “peringanan”. Semua Kejadian Nyaris Cedera harus
dianalisis, termasuk didalamnya yaitu :
a. Insiden yang hampir terjadi dikarenakan kesalahan penulisan identitas pasien dan
hasil pemeriksaan penunjang
b. Insiden yang hampir terjadi dikarenakan kesalahan pembacaan intruksi dokter
c. Insiden yang hampir terjadi karena tidak terpasang gelang identitas dan gelang
resiko
d. Insiden yang hampir terjadi karena keterlambatan memasukkan terapi
e. Insiden yang hampir terjadi karena ketidaksesuaian pemesanan diet
f. Insiden yang hampir terjadi, jika terjadi sesuai dengan definisi di atas
43. Kejadian nyaris cedera harus dilaporkan sesuai alur pelaporan insiden yang
ditetapkan menurut panduan pelaporan insiden keselamatan pasien
8
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
44. Area prioritas peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit ditetapkan
oleh direktur dimana identifikasi dan penetapan area prioritas ini menggunakan proses
yang konsisten melalui assessment intensif dari data – data yang ada
45. Perbaikan yang telah tercapai di area prioritas didokumentasikan dan
dipertahankan
46. Program – program kerja yang berkaitan dengan area prioritas yang telah
ditetapkan direktur menjadi program prioritas kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, dimana dalam pelaksanaannya :
47. Sumber daya manusia atau lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program
kegiatan disediakan atau diberikan
48. Perubahan – perubahan direncanakan dan diuji
49. Melakukan evaluasi apakah perubahan yang dilaksanakan telah menghasilkan
peningkatan, kemudian perubahan yang menghasilkan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dilaksanakan kemudian didokumentasikan
50. Kerangka acuan manajemen resiko meliputi :
a. Identifikasi resiko;
b. Menetapkan prioritas resiko;
c. Pelaporan tentang resiko;
d. Manajemen resiko;
e. Investigasi KTD;
f. Manajemen klaim-klaim yang terkait
51. FMEA (Failure mode and Effect Analysis) digunakan sebagai alat untuk
menganalisa dan membuat rancang ulang dari proses yang mengandung resiko tinggi
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Sesuai Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri Nomor 021/SK/DIR-
RSAS/XI/2014 tanggal : 05 November 2014, Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri berada di bawah langsung Direktur.
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah satuan organisasi struktural
Direktur
dalam lingkungan Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri yang bersifat administratif yang bertugas
dr. Rosyid Ridlo
dalam merencanakan dan mengkoordinir seluruh program kegiatan peningkatan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien rumah sakit melalui upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
Amal Sehat Wonogiri. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien bertanggung jawab
untuk melaporkan hasil pelaksanaan program peningkatan mutu dan kegiatan-kegiatan mutu
Ketua Komite PMKP SPI
lainnya kepada Direktur Rumah Sakit.
dr. Novi Imam Persada
Komite Medis
Komite Keperawatan
Komite PPI PASIEN
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
Sekretaris RUMAH SAKIT AMAL SEHAT WONOGIRI Panitia Farmasi dan Terapi
Citra Arini Fauzhia, S.KM Panitia Rekam Medis
Panitia K3RS
Sub Komite Peningkatan Mutu Sub Komite Keselamatan Pasien Sub Komite Manajemen
9 Resiko
dr. Saryana Andri Cahyono, AMK Andhi Irawan, AMK
Usnaini, AMK
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
Keterangan :
= Garis Komando
= Garis Koordinasi
BAB V
URAIAN TUGAS
10
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
11
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
12
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
13
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
14
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
15
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
16
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
17
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
18
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
19
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
c) Tanggung Jawab : 1)
Bertanggung jawab terhadap pemantauan
Program Keselamatan Pasien;
2) Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan
pemantauan program indikator Keselamatan Pasien
di Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien;
3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan inovasi
Keselamatan Pasien di rumah sakit;
4) Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil
pelaksanaan pemantauan program Keselamatan
Pasien dan kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada
Ketua Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien;
5) Bertanggung jawab terhadap pengolahan data
dan informasi yang berhubungan dengan
keselamatan pasien rumah sakit;
6) Bertanggung jawab dalam pemberian informasi
yang berhubungan dengan kegiatan inovasi
keselamatan pasien rumah sakit.
d) Wewenang : 1) Meminta laporan
pelaksanaan pemantauan program indikator mutu
keselamatan pasien dan penjaminan mutu dari unit
kerja terkait;
2) Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di
lingkungan Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
terkait pelaksanaan pemantauan program indikator
mutu keselamatan pasien dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan mutu rumah sakit;
3) Meminta data dan informasi yang berhubungan
dengan mutu rumah sakit dari unit-unit kerja di
lingkungan Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri.
20
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
21
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
BAB VI
TATA HUBUNGAN KERJA
22
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
INTERN
Komite Etik dan Hukum Panitia Farmasi dan Terapi
Komite Medis KOMITE PMKP Panitia Rekam Medis
Komite Keperawatan Panitia K3RS
Komite PPI
EKSTERN
Gambar 2. Tata Hubungan Kerja Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
BAB VII
23
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
Indikator mutu di Rumah Sakit Amal Sehat ditetapkan melalui mekanisme sebagai berikut :
PEMILIK/DIREKTUR PT Menyetujui
Indikator Mutu RS. Amal Sehat Wonogiri dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu :
24
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
25
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
26
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
27
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
Bagi Unit/Tim
1) Pastikan rekan sekerja, mampu untuk berbicara mengenai kepeduliaan mereka
dan berani melaporkan bilamana ada insiden;
2) Demoinstrasikan kepada tim, ukuran–ukuran yang di pakai di rumah sakit untuk
memastikan semua laporan di buat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran
serta pelaksanaan tindakan solusi yang tepat.
b. Pimpin Dan Dukung Staf Anda
Bagi Rumah Sakit
1) Pastikan ada anggota Direksi atau pimpinan yang bertanggung jawab atas
keselamatan pasien
2) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit orang –orang yang di dapat di andalkan
untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/Pimpinan maupun
rapat – rapat manajemen Rumah sakit
4) Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit dan
latihan ini dapat di ukur efektivitasnya.
Bagi Unit/Tim
1) Nominasikan “penggerak“ dalam tim untuk memimpin gerakan keselamatan
pasien;
2) Jelasakan kepada tim relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien;
3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.
28
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
29
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
30
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
31
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
1. Memilih “best practice” pada saat pola praktek diketahui berbeda secara
bermakna dan sebenarnya tidak perlu.
2. Menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan
pemeriksaan klinik dan prosedur klinik lainnya.
3. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang bebeda dalam suatu
proses dan menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar dapat menghasilkan pelayanan
yang lebih cepat dengan tahap yang lebih sedikit
4. Memberikan seluruh staf yang terlibat tujuan umum yang harus tercapai dari
sebuah pelayanan dan apa peran mereka dalam proses tersebut
5. Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses
pleayanan sehingga provider dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa seorang
pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar
6. Mengurangi beban dokumentasi klinik
7. Meningikatkan kepuasan pasien melalui peningkatan edukasi kepada pasien
(misalnya dengan menyediakan informasi yang lebih tepat tentang rencana pelayanan)
Dalam melaksanakan standarisasi asuhan klinis, Rumah Sakit Amal Sehat melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1. Penetapan prioritas
Penetapan area prioritas untuk pelaksanaan standarisasi asuhan klinis dilakukan secara
bertahap dimulai dengan lima area prioritas dan setiap tahun akan ditambah lima area prioritas.
Area yang akan distandarisasi bisa berdasarkan diagnose penyakit maupun tindakan dan dipilih
dengan mempertimbangkan high volume, high cost, atau high risk. Penetapan area prioritas
ditetapkan dengan SK direktur dan dilakukan evaluasi setiap tahunnya.
2. Penyusunan dokumen
Dalam rangka pelaksanaan standarisasi asuhan klinis maka disusun dokumen sebagai berikut:
a. Kebijakan penyusunan PPK dan CP
b. Penyusunan PPK dan CP untuk area prioritas
c. Panduan/SPO audit klinis
3. Sosialisasi penetapan area prioritas melalui pertemuan dan diklat
4. Monitoring melalui audit klinis secara berkala dan berkesinambungan
BAB VI
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
32
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran rumah sakit dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan
kesehatan. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja
dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customer’s satisfaction)
yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus pengendalian
(control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan
– laksanakan – periksa –aksi). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai “siklus Shewart”, karena pertama
kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam
perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering disebuit “siklus Deming”. Hal ini
karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas
penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke
keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada
gambar 6.1.
Dalam gambar 6.1. tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada
fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan
keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain itu, untuk
memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan
selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan berdasarkan
siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-C-A Cycle)
diperlihatkan dalam gambar 6.2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya dapat
berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam
enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 6.3.
Peningkatan
A P
Pemecahan masalah dan peningkatan
C Standar
D
Pemecahan masalah dan peningkatan
Standar
33
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
CHECK
PLAN DO ACTION
FOLLOW UP
CORRECTIVE ACTION
IMPROVEMENT
Plan
Menentukan tujuan dan insiden
Action Mengambil tindakan yang tepat
Menetapkan metode untuk mencapai tujuan
PENJELASAN
A.
MENENTUKAN TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit. Penetapan sasaran
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan
34
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat
karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci
informasi.
B.
MENENTUKAN METODE UNTUK MENCAPAI TUJUAN
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya.
Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
C.
MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
D. MELAKSANAKAN PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh
karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan
standar kerja yang telah ditetapkan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
35
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap
yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak
cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan
tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara
bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan
dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil setiap
proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin
dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana
dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara
kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan
kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
36
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
BAB VII
ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN
37
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
10. Direktur melaporkan hasil kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
kepada Pemilik ( Governance ) Rumah Sakit
11. Hasil perbaikan atau peningkatan mutu yang sudah dicapai disampaikan kepada
staf melalui media yang dianggap efektif meliputi :
a. Rapat structural bulanan
b. Rapat unit
c. Rapat komite medik
d. Majalah dinding unit atau rumah sakit
e. Sistem intranet rumah sakit
38
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
39
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini kami susun agar dapat
digunakan sebagai acuan Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien (PMKP) dalam
merencanakan, melaksanakan, melakukan monitoring dan evaluasi program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri, sehingga program PMKP menjadi
kegiatan peningkatan mutu yang berjalan secara
Namun demikian upaya-upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh Direktur Rumah
Sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di RUMAH SAKIT Amal Sehat Wonogiri ini.
Semoga Allah selalu memudahkan dan memberkahi semua upaya-upaya yang kita kerjakan.
40
PMK
Pedoman Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
P
41