Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adakalanya matematika sulit dipahami oleh siswa karena proses


belajar matematika cenderung formal dan kaku serta kurang
menyenangkan. Disamping itu pemahaman tentang nilai-nilai dalam
pembelajaran matematika yang disampaikan para guru belum menyentuh
keseluruh aspek yang mungkin. Ada indikasi terdapat hubungan yang saling
asing antara materi matematika di sekolah dengan kehidupan keseharian
siswa setempat. Siswa sekolah dasar yang berada fase kongkrit dan masa
bermain membutuhkan suatu sentuhan materi matematika yang nyata dan
sering dijumpainya serta menyenangkan. Permainan tradisonal adalah salah
satu aktivitas yang menyenangkan dan hal yang dekat dengan anak-anak
dalam hal ini siswa sekolah dasar. Saat ini permainan tradisional mulai
ditinggalkan seiring dengan perkembangan teknologi. Padahal, permainan
tradisional mengandung nilai- nilai budaya yang pada hakikatnya
merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.
Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam khususnya di pulau Jawa,
salah satu budayanya adalah permainan tradisional engklek. Belajar dengan
menggunakan media permainan akan membuat siswa lebih tertarik
mempelajari suatu materi terutama pelajaran matematika

Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari


dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan utuh dan
menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan pendidikan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat.
Budaya merupakan sistem nilai dan ide yang dihayati oleh sekelompok
manusia di suatu lingkungan hidup tertentu dan di suatu kurun tertentu.
Kebudayaan diartikan sebagai semua hal yang terkait dengan budaya.
Dalam konteks ini tinjauan budaya dilihat dari tiga aspek, yaitu pertama,
budaya yang universal yaitu berkaitan niliai-nilai universal yang berlaku di
mana saja yang berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan
masyarakat dan ilmu pengetahuan atau teknologi. Kedua, budaya nasional,
yaitu nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia secara nasional.
Ketiga, budaya lokal yang eksis dalam kehidupan masayarakat setempat.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana deskripsi permainan tradisional suramanda?
b. Bangun datar apa saja yang terdapat pada permainan suramanda ?
c. Bagaimana konsep bangun datar yang terdapat pada permainan
suramanda yang sesuai dengan siswa SD?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui deskripsi permainan tradisional sudamanda /
engklek.
b. Untuk mengetahui bangun datar apa saja yang terdapat pada permainan
sudamanda / engklek.
c. Untuk mengetahui konsep bangun datar yang terdapat pada permainan
sudamanda atau engklek yang sesuai dengan siswa SD.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Etnomatematika

B. Permainan Sunda Manda / Engklek

Sunda manda atau juga disebut éngklék, téklék, ingkling,


sundamanda / sundah-mandah, jlong jling, lempeng, dende atau dampu
adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di
masyarakat pedesaan. Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah
di Indonesia, baik di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di
setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda. Terdapat dugaan
bahwa nama permainan ini berasal dari "zondag-maandag" yang berasal
dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun
dugaan tersebut adalah pendapat sementara.

Permainan Engklek biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan


dua sampai lima orang peserta. Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan
biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Engklek bisa dimainkan
hanya oleh 1 orang anak saja, bisa lebih dari 1 anak, tapi bisa juga
dimainkan secara beregu. Biasanya untuk permainan beregu akan
dimainkan oleh 2 regu yang masing-masing terdiri dari beberapa anak.

Untuk dapat memainkannya, para pemain harus memainkan


engklek di halaman. Permainan ini memang sebuah permainan outdoor atau
permainan yang harus dilakukan di luar rumah. Memerlukan sebuah
pekarangan kecil untuk dapat memainkan permainan tradisional engklek.
Diperlukan sebuah tanah pekarangan yang datar dengan ukuran kurang
lebih 3 – 4 m2. Bisa di atas tanah, pelataran ubin, ataupun aspal. Lapangan
atau arena engklek biasanya berupa kotak-kotak atau persegi panjang
dengan ukuran sekitar 30 – 60 cm2. Untuk membuat lapangan, anak-anak
biasanya menggunakan kapur tulis, pecahan genteng, arang, atau apapun
untuk menggambar lapangan engklek

Permainan tradisional engklek adalah sebuah permainan tradisional


sederhana yang dilakukan dengan cara melemparkan sebuah pecahan
genteng atau batu berbentuk pipih. Satu anak hanya akan memiliki 1
pecahan genting (kreweng) yang disebut ‘Gacuk’.Permainan dilakukan
secara bergantian. Para pemain akan mengundi urutan pemain yang akan
bermain. Pemain pertama harus melemparkan pecahan gentingnya ke kotak
pertama yang terdekat. Setelah itu dia harus melompat-lompat ke semua
kotak secara berurutan hanya degan menggunakan 1 kaki, sedangkan kaki
yang lainnya harus diangkat dan tidak boleh turun menyentuh tanah. Kotak
yang terdapat gacuk milik pemain tersebut tidak boleh diinjak (harus
dilewati). Dan pemain yang sedang bermain dengan meloncat dilarang
untuk menyentuh atau menginjak garis pembatas.Pemain permainan
tradisional engklek harus meloncat ke setiap kotak sampai di ujung terjauh
yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau kotak yang besar. Dari
sana dia harus kembali dengan cara melompat lagi. Saat sampai di kotak
yang terdapat gacuk miliknya, dia harus mengambil gacuk itu dengan
tangannya, sementara itu sebelah kakinya harus tetap terangkat dan tidak
boleh menyentuh tanah. Kemudian dia harus melanjutkan membawa gacuk
tersebut sampai keluar kotak pertama.Pemain permainan tradisional
engklek yang sedang bermain harus mengulang permainan ini dengan
melempar gacuk dari mulai kotak pertama terus sampai semua kotak, dan
akhirnya selesai kembali ke kotak pertama lagi. Namun bagi pemain yang
melanggar aturan tidak boleh melanjutkan permainan, dan digantikan oleh
pemain berikutnya. Tapi dia boleh melanjutkan permainannnya setelah
semua pemain mendapat giliran bermain.Permainan selesai jika gacuk
seorang pemain telah melalui semua kotak sampai kembali lagi ke kotak
pertama dengan selamat. Setelah itu pemain tersebut akan berdiri
membelakangi lapangan engklek dan melemparkan gacuk-nya ke belakang.
Jika beruntung gacuk itu akan berhenti di dalam salah satu yang kosong.
Nah kotak itu akan menjadi miliknya atau rumahnya. Tapi jika lemparan
gacuk-nya melesat keluar arena atau menyentuh garis batas, maka pemain
itu harus mengulang lemparannya setelah pemain berikutnya melempar.
Aturan lainnya adalah kotak yang sudah ada pemiliknya tidak boleh diinjak
pemain lain ataupun disentuh oleh gacuk pemain lain yang dilempar.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Deskripsi permainan Engklek

Adapun jenis permainan anak di Jawa yang akan dikupas dengan


pendekatan etnomatematika adalah permainan ingkek-ingkek. Permainan ini
sering disebut dengan engklek, memiliki nama lain yaitu Sunda manda.
Engklek adalah salah satu permainan tradisional yang terkenal di Indonesia,
khususnya bagi masyarakat pedesaan. Engklek dapat kita jumpai di berbagai
wilayah di Indonesia, seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan
Sulawesi. Engklek memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Khusus
di Jawa permainan ini disebut Engklek, dan pada umumnya permainan ini
banyak dimainkan oleh kaum perempuan. Di beberapa tempat disebut pula
dengan nama permainan taplak, terbagi atas taplak meja dan taplak gunung.
Ada dugaan bahwa permainan ini berasal dari “Zondag-Mandag” berlatar
belakang tentang cerita perebutan sawah yang berasal dari negeri kincir angin
yaitu Belanda, versi mereka zondag mandag pun diartikan sebagai Sunday
Monday, yang telah menyebar ke Nusantara pada zaman kolonial Belanda.
Namun ada seorang sejarawan yang mendeskripsikan bahwa permainan
engklek bukanlah berasal dari Belanda, menurut Dr. Smupuck Hur Gronje,
permainan engklek adalah sebuah permainan yang berasal dari Hindustan yang
kemudian diperkenalkan di Indonesia. Itulah yang menyebabkan engklek
terkenal di kalangan masyarakat Indonesia, meskipun setiap provinsi nya
memberikan nama yang berbeda-beda.
Permainan engklek ini sangat digemari oleh para anak-anak. Pemainnya
berjumlah dua sampai lima orang. Permainan ini memberikan nilai edukasi
dalam hal membangun “rumah”-nya. Atau bisa diartikan sebagai perjuangan
seseorang dalam meraih wilayah kekuasaannya. Wilayah yang diperebutkan
diraih bukan dengan cara saling menyerang saat di arena permainan, melainkan
ada aturan mainnya sendiri. Dan aturan tersebut merupakan kesepakatan
masing-masing pemain untuk mendapatkan tempat berpijak. Sistem
permainannya juga sederhana, pada awalnya para pemain menggambarkan
petak-petak engklek atau rumah engklek di atas tanah. Kemudian para pemain
diwajibkan memiliki “imat atau gacuk”. Adapun imat atau gacuk itu adalah
pecahan genting ataupun keramik yang bentuknya lepes ataupun bisa dari batu
tipis yang permukaannya melebar, kenapa harus melebar? Imat atau gacuk yang
melebar sangat berguna agar ia tidak mudah lari keluar dari garis petak yang
digambarkan saat dilempar, jika imat atau gacuknya bulat maka ia akan sangat
mudah menggelinding ke luar garis yang telah ditentukan.

Kemudian saat ingin memulai bermain, imat atau gacuk nya dilempar
terlebih dahulu ke dalam petak yang telah digambarkan, apabila gacuk yang
dilempar melewati garis ketentuan maka pemainnya yang melempar dianggap
kalah satu sekali dan harus diganti dengan pemain yang satu lagi, dan apabila
gacuk nya tepat berada di dalam petak yang digambarkan maka ketentuan
selanjutnya si pemain boleh melanjutkan permainannya, dan petak yang berisi
imat atau gacuk tersebut tidak boleh diinjak melainkan harus dilompati satu
langkah dan begitu seterusnya. Pemain yang kesempatannya lebih banyak
bermain dan tidak salah dalam melemparkan imat atau gacuk nya, itu berarti ia
telah memiliki banyak arena yang telah dimenangkan, dan ia layak dijadikan
pemenang. Permainan ini sangat seru dan menyenangkan, karena kita dilatih
untuk belajar melempar dengan tepat sasaran, jika gacuk atau imat nya
melewati garis tidak tepat di kotaknya maka ia tidak akan bisa menjadi
pemenang dalam permainan tersebut. Secara khusus permainan tradisonal
“engklek” di Jawa ada sedikit berbeda dengan permainan engklek. Pertama dari
sisi penamaan peralatan permainan, bentuk permainan, aturan permainan dan
cara permainan. Selangkapnya dijelaskan sebagai berikut:

B. Bangun Datar Yang Terdapat Pada Permainan Engklek


a. Permaina engklek Satu
Terdapat 1 bentuk bangun datar yang dapat diidentifikasi yaitu bnagun
datar persegi dan bangun datar tersebut dibentuk menyerupai angka 1
sehingga membentuk bnagun persegi panjang

b. Permainan engklek surat


Terdapat 3 bentuk model bnagun datar yang dapat diidentifikasi
diantaranya 3 bangun datar persegi, 4 bangun datar segitiga sama kaki
sehingga membentuk bangun persegi panjang

c. Permainan engklek kertas


Terdapat 2 bangun datar yang dapat diidentifikasi yaitu 5 bnagun datar
persegi , 2 segitiga ssma kaki sehingga membentuk bnagun persegi
panjang.
d. Permainan engklek orang
Terdapat 3 bangun datar yang dapat diidentifikasai yaitu 5 bangun
persegi, 4 persegi panjang dan kepala berbentuk lingkaran

e. Permainan engklek lemari


Terdapat 1 bentuk model bangun datar yang dapat diidentifikasi yaitu
6 bangun persegi panjang yang disusun menyerupai lemari.

C. Konsep bangun datar


a. Bangun segitiga
1. Segitiga siku siku

Contoh bangun segituga siku siku yang terdapat pada engklek


kertasdan engklek surat .
2. Segituga sama kaki

Contoh bangun segituga sama kaki yang terdapat pada engklek surat .

b. Bangun persegi

Contoh bangun persegi yang terdapat pada engklek Satu

c. Bangun persegi panjang

Contoh bangun persegi panjang yang terdapat pada engklek lemari


BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Anda mungkin juga menyukai