Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Di Susun Oleh :

Ani Sylvia Lestari 11172037

Mangisi Jernih S 11172048

Novi Satriana S 11172052

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA 2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama :Perubahan proses pikir : waham


·Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
·Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
·Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.

II. Proses Terjadinya Masalah

A. Faktor Terjadinya Prediposisi WAHAM


1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan system saraf yg
berhubungan dengan respon biologis yg maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya gangguan terhadap korteks pre frontal & korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas terhadap dopamine, serotonin & glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu yang selalu cemas, terlalu melindungi, namun ayah tidak
memperdulikannya

1
B. Faktor Terjadinya Presipitasi WAHAM
1. Proses pengolahan informasi yg berlebihan
2. Prosedur penghantaran listrik yg abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

C. Jenis Jenis Waham


 Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha
Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
 Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
sakit atau terganggu.
 Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang
istimewa.
 Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional
dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis
bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-matainya.
 Waham depresif : kepercayaan tidak mendasar serta cenderung
menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar
kesusilaan atau kejahatan, sering dirasakan sebagai waham sakit dan
waham bersalah
 Waham nihilistik : suatu pikiran bahwa dirinya atau orang lain sudah
meninggal atau dunia sudah hancur
 Waham pengaruh : keyakinan bahwa dirinya merupakan subjek pengaruh
dari orang lain
 Siar pikir : waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
 Sisip pikir : waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang
lain atau pengaruh luar.

D. Fase – Fase Waham


 Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan keterbatasannya kebutuhan-kebutuhan klien baik
dengan cara fisik ataupun psikis. Secar fisik klien dengan waham bisa terjadi
1
pada beberapa orang dengan status sosial & ekonomi amat terbatas.
Kebanyakan klien teramat miskin & menderita. Kemauan dia utk memenuhi
keperluan hidupnya mendorongnya buat melaksanakan kompensasi yg
salah. Ada pun klien yg dengan cara sosial & ekonomi tercukupi tapi
kesenjangan antara Reality dgn selft ideal teramat tinggi. Contohnya beliau
seseorang sarjana namun berharap diliat sebagai seseorang dianggap amat
cerdas, amat sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham berlangsung lantaran amat pentingnya pernyatan bahwa dia eksis
didunia ini. Dapat dipengaruhi pula oleh rendahnya penghargaan diwaktu
tumbuh kembang ( life span history ).
 Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan & tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (bukti dengan cita-cita) serta dorongan
kebutuhan yg tidak tercukupi sedangkan standar lingkungan telah melampaui
kemampuannya. Contohnya, diwaktu lingkungan telah banyak yg kaya,
menggunakan tehnologi komunikasi yg mutakhir, berpendidikan tinggi pun
mempunyai kekuasaan yang luas, seorang tetap memasang self ideal yg
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya amat sangat jauh. Dari
hal pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support sistem
semuanya amat rendah.
 Fase control internal external
Klien coba berfikir rasional bahwa apa yg dia yakini atau apa-apa yg beliau
katakan ialah kebohongan, menutupi kekurangan & tak serasi bersama
kebenaran. Tapi menghadapi bukti bagi klien merupakan sesuatu yg teramat
berat, lantaran kebutuhannya buat dipercaya, kepentingan utk dianggap
mutlak & di terima lingkungan jadi prioritas dalam hidupnya, dikarenakan
keperluan tersebut belum tercukupi sejak kecil dengan cara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yg
dikatakan klien itu tak benar, tapi elemen ini tak dilakukan dengan cara
adekuat lantaran besarnya toleransi & kemauan menjaga perasaan.

1
Lingkungan cuma jadi pendengar pasif tapi tak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan argumen pernyatan klien tak merugikan orang lain.
 Fase environment support
Adanya orang-orang yg mempercayai klien dalam lingkungan sekitarnya
menyebabkan klien merasa sangat didukung, lama kelamaan klien
beranggapan sesuatu yg dikatakan tersebut yang merupakan satu buah
kebenaran sebab seringnya diulang-ulang. Dari sinilah sejak mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri & tak berfungsinya norma ( Super Ego ) yg ditandai
bersama tak ada lagi perasaan dosa kala berbohong.
 Fase comforting
Klien merasa nyaman bersama keyakinan & kebohongannya serta punya
anggapan bahwa seluruh orang sama yakni akan mempercayai &
mendukungnya. Keyakinan tidak jarang disertai halusinasi pada disaat klien
menyendiri dari lingkungannya. Seterusnya klien paling sering menyendiri &
menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
 Fase improving
Jika tak adanya konfrontasi & upaya-upaya koreksi, setiap ketika keyakinan
yg salah pada klien akan meningkat. Tema waham yg muncul tidak jarang
menyangkut dengan traumatik periode lalu atau kebutuhan-kebutuhan yg tak
tercukupi ( rantai yg hilang ). Waham bersifat menetap & susah utk dikoreksi.
Isi waham akan memunculkan ancaman diri & orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan trik konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yg dilakukan
memunculkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
· Penyebab
Bermacam kehilangan akan terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan
harta benda, keluarga ataupun orang yg bermakna. Kehilangan ini
menyebabkan stress bagi mereka yg mengalaminya. Apabila stress ini
berkepanjangan mampu memicu masalah gangguan jiwa & waham.(Budi
Anna Keliat, 2006 : 147)
· Akibat
1
Akibat dari waham klien bisa mengalami kerusakan komunikasi verbal yg
ditandai dengan pikiran tak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yg didengar & kontak mata yg kurang. Akibat yg lain
yang ditimbulkannya ialah beresiko mencederai diri, orang lain & lingkungan.

E. Rentang Respon

Rentang respon neurobiologi :

F. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :

 Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk


mengatasi ansietas
 Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
 Menarik diri
 Pada keluarga ; mengingkari

1
III. A. Pohon Masalah Waham

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji


 Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

Data objektif

1
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

 Perubahan Proses Pikir: Waham Berhubungan dengan Harga Diri Rendah


Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.

Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.


Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

IV. Diagnosa Keperawatan


 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
 Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
 Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

1
V. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


waham

1. Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal


2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
· Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas topik, waktu, tempat).
· Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham klien.
· Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
· Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
· Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
· Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
· Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan
diri).
· Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
1
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting.
c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
· Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
· Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
· Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
· Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
· Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
d) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
· Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
· Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
· Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
· Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
· Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
· Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
· Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
· Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala

1
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
· Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berhubungan dengan waham
1. Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
· Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
· Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
· Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
· Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
· Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
· Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
· Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
· Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
· Observasi tanda perilaku kekerasan.
· Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
· Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
· Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

1
dilakukan.
· Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
· Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
· Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
· Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
· Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
· Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
· Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
· Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
· Bantu memilih cara yang paling tepat.
· Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
· Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
· Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
· Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
· Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
· Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
1
Tindakan:
· Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping)
· Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
· Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan


harga diri rendah
1. Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
· Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
· Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
· Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
· Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
· Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
· Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
· Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
· Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

1
· Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
· Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
· Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
· Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
· Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
· Beri pujian atas keberhasilan klien
· Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA
Tindakan :
· Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
· Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya

TUK :

1. Membantu orientasi realita.

2. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi


kebutuhan.

3. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :

1
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas pagi
ini di Ruang Angkasa. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan
membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil
apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”

“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :

“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang anggota DPR, saya
sulit mem percayainya karena setahu saya bapak adalah pegawai kelurahan?”

“Bisakah pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan saat ini?”

“Oooo, jadi pak R merasa kecewa karena keluarga bapak tidak menyetujui
keputusan bapak untuk menjadi anggota DPR?”

“Menurut bapak kenapa keluarga pak R membawa anda kemari?”

“Oh begitu ya pak, lalu bagaimana sikap bapak terhadap keputusan dari
keluarga bapak?”

“dalam waktu dekat ini apa kegiatan yang ingin bapak lakukan?

TERMINASI :

“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

“Bagaimana kalau pak R coba membuat jadwal kegiatan, setuju pak?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

1
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”

“Kita akan berbincang-bincang tentang hal-hal yang senang pak R lakukan?”

“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak
R?”

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekannya.

TUK:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki

3. Melatih kemampuan yang dimiliki

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”

“Apakah pak R sudah mengingat-ingat apa saja kegiatan yang sering pak R
lakukan?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan kegemaran pak R tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”

“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

KERJA :

“Apa saja kegiatan yang pak R senangi? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”

1
“Wah, rupanya pak R suka menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan di
masyarakat.”

“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali bapak memimpin sebuah
kegiatan?”

“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bapak memimpin acara


tersebut?”

“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita ikut kegiatan senam rutin di
tempat ini?”

“Apa pak R mau unutk memimpin kegiatan senam ini?”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang


kegemaran pak R?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman
saja, setuju pak?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minum, setuju?”

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

TUK

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara


teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal


kegiatan harian
1
ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R.”

“Bagaimana pak setelah memimpin senam tadi pagi? Bagus sekali.”

“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus
pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”

“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30


menit saja?”

KERJA:

“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?”

“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum
3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”

“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”

“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.”

1
TERMINASI :

“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!”

“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”

“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan.

“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”

“Sampai besok ya pak.”

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA

KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga

TUK

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menjelaskan proses terjadinya masalah

3. Menjelaskan obat pasien.

ORIENTASI :

1
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas
di ruang Angkasa ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya
tahu nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara


merawat pak R dirumah.”

“Dimana ibu mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”

“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20


menit saja?”

KERJA :

“Bu J, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah
pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-
ngaku sebagi seorang anggota DPR tetapi nyatanya bukan, hanya merupakan
salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan
cara menghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang anggota DPR,
pak R dan ibu bersikap dengan mengatakan;

Pertama: Ibu J mengerti bahwa pak R merasa seorang anggota DPR, tapi sulit
bagi ibu untuk mempercayainya karena setahu kita Pak R tidak terpilih dalam
pemilu.

Kedua: Ibu J harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang
baik”

Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi
dengan pak R. Ibu dan anak dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang
kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; ibu percaya kalau pak R punya
kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan punya
kemampuan”

1
Keempat: Ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk
memimpin dengan baik bisa dipraktekan dengan memimpin shalat” dan
kemudian setelah dia melakukannya ibu harus memberikan pujian.

Ibu jangan lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”

“Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum
3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa
kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat
sesuai jamnya, segera berikan pujian!”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara


merawat pak R dirumah nanti?”

“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung kerumah sakit.”

“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan
kita tadi.”

“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya,bu.”

SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.

TUK:

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham

1
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham

ORIENTASI:

“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi. Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat pasien
seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan
cara-cara merawat pasien tersebut ya bu.”

“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”

KERJA:

“Sekarang anggap saja saya pak R yang sedang mengaku anggota DPR, coba
ibu praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti
ini!”

“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian


atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”

“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan
positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata ibu sudah mengerti cara
merawata Pak R.”

“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”

“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu
membesuk pak R!”

“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat pak R sampai ibu lancar melakukannya?”

1
“Jam berapa ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya,bu.”

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

TUK

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat

2. Menjelaskan follow up pasien

ORIENTASI:

“Assalamualaikum bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal pak R selama dirmah.”

“Bagaimana bu, selama ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat pak
R?”

“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari ibu ikut
saya”

“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30


menit saja? Sebelum ibu menyelesaikan administrasinya”

KERJA:

“Bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira
dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia
tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B
(bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh
pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang anggota DPR
1
terus menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.”

TERMINASI:

“Apa yang ingin ibu tanyakan? Bagaimana perasaan ibu? Sudah siap untuk
melanjutkan dirumah?”

“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-
apa bapa dan ibu segera menghubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya
sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan
ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya bu.”

“Silahkan ibu untuk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan!”

1
JADWAL KEGIATAN HARIAN

Nama : ...........................................
Ruang : ...........................................

Tanggal Kegiatan
No Jam Kegiatan Ket
1 05.00-06.00
2 06.00-07.00
3 07.00-08.00
4 08.00-09.00
5 09.00-10.00
6 10.00-11.00
7 11.00-12.00
8 12.00-13.00
9 13.00-14.00
10 14.00-15.00
11 15.00-16.00
12 16.00-17.00
13 17.00-18.00
14 18.00-19.00
15 19.00-20.00
16 20.00-21.00
17 21.00-22.00
18 22.00-23.00
1
19 23.00-24.00
20 24.00-01.00
21 01.00-02.00
22 02.00-03.00
23 03.00-04.00
24 04.00-05.00

KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta
kendalanya

1
Diagnosa
SP Pasien SP Keluarga
Keperawatan
GPP : Waham SP I p SP I k
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah
2. Membantu orientasi realita yang dirasakan keluarga
3. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak dalam marawat pasien
terpenuhi 2. Menjelaskan pengertian,
4. Membantu pasien memenuhi tanda dan gejala waham
kebutuhannya dan jenis waham yang
5. Menganjurkan pasien memasukkan dialami pasien beserta
dalam jadwal kegiatan harian proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
SP II p merawat pasien waham
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki SP II k
3. Melatih kemampuan yang dimiliki 1. Melatih keluarga
4. Menganjurkan pasien memasukkan mempraktekkan cara
ke dalam jadwal kegiatan harian merawat pasien dengan
waham
SP III p 2. Melatih keluarga melakukan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian cara merawat langsung
pasien pasien waham
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal aktifitas di
rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Mendiskusikan sumber
rujukan yang bisa dijangkau
keluarga

Anda mungkin juga menyukai