i. Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu posterius
substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang menjadi serabut yang naik dan
yang turun
ii. Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus
posterolateral (lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang
terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu posterius
iii. Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura anterior
substantia grissea dam substantia alba kemudian naik keatas pada sisi kontra lateral
sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut saraf baru terus bertambah sesuai
dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian rupa sehingga pada bagian atas
cervical terdapat
a) Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral
b) Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serebut saraf yang
menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang menghantarkan sensasi suhu)
iv. Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara nucleus
olivarius inferius dengan nucleus tractus spinalis N.Trigeminus. disini ia bergabung
dengan
1. Tractus spinothalamicus anterius
2. Tractus spinotectalis
Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis
v. Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons
vi. Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum , lateralis
dari lemniscus medialis
vii. Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan bersinapsis
dengan neuron orde ketiga yaitu nucleus posterolateral dari keolompok ventral thalamus
(bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana disini akan terjadi penilaian kasar sensasi
sakit dan suhu dan reaksi emosi mulai timbul.
viii. Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna dan corona
radiata untuk berakhi pada gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) . dari sini informasi rasa
sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan area asosiasi di cortex lobus parietalis.
ix. Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit sehingga
akan muncul kesadaran terkait sensasi tersbut.
A. Traktus neospinotalamikus
Traktus neospinotalamisu berfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat.
Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui oleh rasa nyeri mekanik
dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I kornu dorsalis.
Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus.
Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di dekat sisi
lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke otak
dalam kolumna anterolateralis.
1. Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah
retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan langsung
berakir di kompleks ventrobasal thalami.
2. Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
3. Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat
B. Traktus paleospinotalamikus
Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian serabutnya
adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer berakhri
pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama disebut substansi
gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke
lamina V dan neuron-neuronnya merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi
penghantar nyeri cepat) yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan
dari medulla spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral
Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih lambat
dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih dahulu. Yang
menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda”
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
a. Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
b. Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
c. Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus sylvii
Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan
kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas
Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri yang
disadari
4. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks.
a. Korteks somatosensori: Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi dari sensasi. Ini
mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa sakit dan sensasi yang berkaitan dengan
pengalaman masa lalu, memori dan aktivitas kognitif. Ini mengidentifikasi sifat stimulus sebelum
memicu respons, misalnya, di mana rasa sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana rasanya.
b. Sistem limbik: Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan perilaku terhadap rasa sakit
misalnya, perhatian, suasana hati, dan motivasi, dan juga dengan pengolahan rasa sakit,dan
pengalaman masa lalu rasa sakit.
RESEPTOR NYERI
Aferen primer mencakup serat A-alfa dan A-beta yang besar dan bermielen serta membawa impuls
yang besar dan tidak bermielin ( tidak diperlihatkan ) serta membawa impuls yang memperantarai
sentuhan, tekanan, dan propriosepsi dan serat A-delta yang kecil bermielin dan serat C yang tidak
bermielin, yang membawa impuls nyeri. Aferen-aferen primer ini menyatu di sel-sel kornu dorsalis
medulla spinalis, masuk ke zona lissauer, serat pascaganglion simpatis adalah serat eferen dan terdiri dari
serat-serat C tidak bermielin.
SENSITISASI NOSISEPTOR DI DAERAH CEDERA JARINGAN
Pengaktifan langsung dengan tekanan intensif yang menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel
menyebabkan dibebaskannya kalium ( K) intra sel dan sintesis prostaglandin (PgG) dan bradikinin (BK.
Prostaglandin meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri bradikinin, yaitu zat kimia penghsil nyeri yang
paling kuat.
Apapun bentuknya, pada nantinya hal tersebut akan menyebabkan perubahan permeabilitas neurong
sehingga dapat terjadi suatu potensial aksi dengan perpindahan ion-ion yang timbul.
Nyeri kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur
sensitif terhadap rasa sakit (Kenneth, 2004). Struktur cranium yang peka nyeri kepala adalah semua
jaringan ekstrakranium, termasuk kulit kepala, otot, arteri, dan periosteum tengkorak; sinus kranialis; sinus
vena intrakranium dan vena-vena cabangnya; bagian dari dura di dasar otak dan arteri di dalam dura; dan
nervus kranialis trigeminus, fasialis, vagus, dan glosofaringeus serta nervus cervicalis ( C2 dan C3).
Apabila nyeri kepala melibatkan struktur-struktur di daerah infratentorium, nyeri tersebut dari daerah
oksipitalis kepala dan leher oleh akar saraf cervical atas.Nyeri supratentorium dirasakan di bagian anterior
kepala (daerah oksipital, temporalis, dan parietalis) dan terutama diperantai oleh nervus trigeminus.
(Kowalak, 2011)
2.2. Etiologi
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri kepala akut, subakut dan
kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit
serebrovaskular, meningitis atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa
timbul disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.
Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial,
neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.
Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang, cervical spine disease,
sinusitis dan dental disease. (Greenberg, 2002).
Dalam buku Disease of the Nervous System, dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan oleh
penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan
penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat
menimbulkan nyeri kepala (Brain, dan Walton, J.N., 1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive
Sleep Apnea); dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur
OSA. (Gaharu, M., Prasadja, A., 2009).
Sebagian besar nyeri kepala terjadi karena tegangan (kontraksi otot) dapat disebabkan oleh:
Stres emosional, kelelahan, menstruasi, rangsangan dari lingkungan (bunyi berisik, kerumunan banyak
orang, cahaya yang terang).
Keadaan lain yang dapat menjadi penyebab: glaukoma, inflamasi pada mata atau mukosa nasal atau sinus
paranasal, penyakit pada kulit kepala, gigi, arteri ekstrakranial, pemakaian obat-obat vasodilator (nitrat,
alkohol dan histamin), penyakit sistemik, hipertensi, peningkatan tekanan intracranial, trauma/tumor
kepala, perdarahan, abses atau aneurisma intrakranial.(Price, 2006)
2.3. Epidemiologi
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 % diantaranya adalah wanita.
Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40 tahun dan angka
kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering diabndingkan migren yang
disertai aura dengan persentasi 9 : 1.
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik terjadi 63 % dan Tension
Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien
wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40 tahun.
2.4. Klasifikasi
Primer : sakit kepala merupakan diagnosis utama, bukan disebabkan karena adanya
penyakit lain
Sekunder : sakit kepala merupakan gejala ikutan karena adanya penyakit lain hipertensi,
radang sinus,premenstrual disorder, dll.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadisakit kepala primer dan sakit kepalasekunder.
1. Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type headache, cluster headache dengan
sefalgia trigeminal / autonomik, dan sakit kepala primer lainnya.
2. Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada
kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan
disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal,sakit kepala
akibat infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat
kelainan kranium, leher,telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit
kepala akibat kelainan psikiatri.
Definisi nyeri kepala tipe tegang menurut kriteria Internatinal Headache Society (IHS) adalah episode yang
berulang dari nyeri kepala yang berlangsung bermenit menit sampai berhari-hari. Nyerinya khas, menekan
atau ketat dalam kualitas, ringan atau sedang intensitasnya, umumnya bilateral lokasinya dan tidak
memberat dengan aktivitas fisik rutin, nausea biasanya tidak ada, tetapi fotofobi bisa ditemukan.
Istilah lain yang pernah digunakan untuk menyingkatkan gambaran klinis dari tension headache adalah
psychomyogenic headache, stress headache, ordinary headache, idiopathic headache, dan psychogenic
headache.
TTH dibagi 2 macam:
1. Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun).
a. Nyeri kepala tipe tegang episodik disertai oleh gangguan otot perikranial.
b. Nyeri kepala tipe tegang episodik tidak disertai oleh gangguan otot perikranial
Paling tidak terjadi 10 kali nyeri kepala yang memenuhi criteria berikut; dimana nyeri kepala
terjadi kurang dari 15 kali per bulan
o lokasi bilateral
Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
2. Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3 bulan (180 hari dalam 1 tahun).
Frekuensi rata-rata nyeri kepala lebih dari 15 hari per bulan selama lebih dari 6 bulan dan
memenuhi criteria berikut
o lokasi bilateral
Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
Migren
Migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 ± 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat
disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia. Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura,
tanpa aura, dan migren kronik (transformed).
1. Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan
disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang
terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit
kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.
2. Migren tanpa aura adalah migren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena pada
periorbital.
3. Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun dan berkembang menjadi sindrom nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.
Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibanding
wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine.
Nyeri pada sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali
pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat
berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang
dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit.
Periode nyeri (klaster) terjadi sepanjang 7 hari sampai 1 tahun, klaster dipisahkan oleh interval bebas nyeri
yang berlangsung selama paling tidak 2 minggu. Umumnya, satu klaster berlangsung selama 2 minggu
sampai 3 bulan.
Terjadi lebih dari satu tahun tanpa remisi, atau remisi bertahan kurang dari 2 minggu. Nyeri kepala klaster
kronik dibagi lagi menjadi nyeri kepala klaster kronik sejak awitan dan nyeri kepala klaster kronik yang
berkembang dari episodik
Nyeri kepala klaster kronik sulit ditangani dan resisten terhadap agen profilaksis standar. Sebagai etiologi
terjadinya nyeri kepala klaster, dipikirkan adanya predisposisi genetic pada keluarga. Namun tidak
ditemukan adanya pola pewarisan tertentu.
2.3. Etiologi
Sebagian besar nyeri kepala terjadi karena tegangan (kontraksi otot) dapat disebabkan oleh:
Stres emosional, kelelahan, menstruasi, rangsangan dari lingkungan (bunyi berisik, kerumunan banyak
orang, cahaya yang terang).
Keadaan lain yang dapat menjadi penyebab: glaukoma, inflamasi pada mata atau mukosa nasal atau
sinus paranasal, penyakit pada kulit kepala, gigi, arteri ekstrakranial, pemakaian obat-obat vasodilator
(nitrat, alkohol dan histamin), penyakit sistemik, hipertensi, peningkatan tekanan intracranial,
trauma/tumor kepala, perdarahan, abses atau aneurisma intrakranial.
Secara umum Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: (1) vaskular, (2) jaringan saraf, (3) gigi ± geligi,
(4) orbita, (5) hidung dan (6) sinus paranasal, (7) jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot,
dan periosteum kepala.
Stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot
yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin,
serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
Migren
(1) Perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron pada fase luteal
siklus menstruasi, (2) makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat),
vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan (MSG), (3) stress
(79,7%), (4) rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan(38,1%) dan bau yang menyengat
baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, (5) faktor fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan
(aktifitas seksual) dan perubahan pola tidur, (6) perubahan lingkungan (53,2%), (7) alkohol (37,8%), (7)
merokok (35,7%). Faktor resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia
muda.
Lebih sering pada pria usia dewasa muda (20-40 th). Pemicu adalah alkohol, stres dan makanan tertentu.
2.5. Patofisiologi
Degenerasi spina cervicalis atas disertai kompresi pada akar nervus cervicalis (misalnya, arthritis
vertebra cervicalis).
1. Normal. Arteri serebri dan arteri temporalis dipersarafi secara ekstrakranial; arteri dalam parenkim otak
tidak dipersarafi.
2. Vasokontriksi (aura). Vasokontriksi lokal neurogenik yang berkaitan dengan stres pada arteri serebri
yang dipersarafi akan mengurangi aliran darah ke dalam otak (iskemia lokal). Secara sistematis,
prostaglandin tromboksan akan meningkatkan agregasi trombosit dan pelepasan serotonin, suatu
vasokontriktor yang poten, serta mungkin pula zat adiktif lain.
3. Dilatasi arteri parenkim. Pembuluh darah parenkim otak yang tidak dipersarafi akan berdilatasi sebagai
reaksi terhadap keadaan asidosis dan anoksia (iskemia). Peningkatan aliran darah, kenaikan tekanan
internal dan peningkatan pulsasi pembuluh darah menyebabkan aliran darah melintas pembuluh darah
yang pada keadaan normal untuk memberikan nutrisi.
4. Vasodilatasi. Mekanisme kompensasi menimbulkan vasodilatasi pada arteri yang dipersarafi sehingga
terjadi nyeri kepala. Agregasi trombosit dalam peredaran darah sistemik berkurang dan penurunan
kadar serotonin menyebabkan vasodilatasi.
(Kowalak, 2011)
Sakit Kepala Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah
sebagai berikut(Lance,2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau
ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3)
peregangan periosteum (nyeri lokal), (4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar
nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat,
bahan aktif pada endorfin).
Saat ini penyebab yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah akibat sensitivitas neuronal
yang abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan bahwa
TTH berasosiasi dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet abnormal, dan penurunan beta-
endorfin likuor serebrospinal.
Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme nyeri kepala tegang. Nyeri kepala
tidak secara langsung berhubungan dengan kontraksi otot, dan dipikirkan kemungkinan hipersensitivitas
neuron pada nucleus trigeminal kaudalis. Sensitisasi sentral tersebut dikarenakan adanya input nosiseptif
yang berkepanjangan yang dihasilkan dari jaringan miofasial perikranial. Perubahan tersebut dapat
mempengaruhi mekanisme perifer dan menimbulkan peningkatan aktivitas otot perikranial atau pelepasan
neurotransmitter pada jaringan miofasial. Sensitisasi sentral tersebut dapat bertahan bahkan setelah factor
pencetus awal telah dihilangkan sehingga menimbulkan konversi dari nyeri kepala tegang episodik menjadi
kronik.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah,
leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m.
masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator scapulae.
Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot
wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah
terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang
dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang
tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang
menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya akan
menyebabkan nyeri.
Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan dihantarkan ke korteks serebri
oleh serabut-serabut saraf sensorik. Nyeri kepala dapat mempunyai distribusi permukaan yang
terlokalisasi atau terasa menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu kesatuan. Nervus yang
terutama terlibat:
1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah dan bangunan di wajah,
bagian dua per tiga anterior kulit kepala dan periosteum di bawahnya di luar tulang tengkorak.
Di dalam tengkorak, nervus ini mempersarafi dura mater dan pembuluh-pembuluh darah pada
fossa anterior dan media di depan tentorium serebri.
2. Tiga nervus servikalis pertama yang mempersarafi bagian sepertiga posterior kulit kepala serta
periosteum dan muskulus trapezius di luar tengkorak. Di dalam tengkorak, ketiga saraf ini
mempersarafi dura mater di sebelah posterior tentorium dan pembuluh-pembuluh darah pada
fossa posterior.
Migren
Patofisiologi Migren Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular,
adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi
hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjuta
dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai. Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain
nilai ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku shortlasting wave
depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan
terjadinya periode depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang
akan menekan aktivitas neuron ketika melewati korteks serebri.
Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO
akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin
gene related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang
pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja pada arteri
serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan bekerja
pada post junctional site second order neuron yang bertindak
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi
peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga terjadi
peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari
pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di otak akan
merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila
terjadi penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan
ekstrakranial yang akan menyebabkan nyeri kepala pada migren.
Cluster Headache
Patofisiologi nyeri kepala klaster yang masih banyak dianut sampai saat ini :
Fokus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini
mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik)
dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan sekitar pleksus
membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital
dan dahi
Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls untuk merangsang SCG
(simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan pada SPG (parasimpatetik) untuk
sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung (rinorrhea).
1. Gangguan pemprosesan sensorik menyebabkan disfungsi penglihatan dan pendengaran (fotofobia dan
fonofobia).
2. Gangguan motilitas GI dapat menyebabkan mual dan muntah serta kesulitan mengkonsumsi obat
antimigren oral.
Usia timbulnya, syndrome yang benign seperti migraine, tensiontype headache dan cluster headache
biasanya mulai sebelum usia pertengahan.aneurisma, tumor otak lebih banyak pada usia sekitar 35
tahun.
Lamanya & frekwensi nyeri kepala. Lamanya keluhan nyeri kepala pada pasien dapat mengarahkan
kepada kelainan neurologi yang progressive atau suatu keganasan. Nyeri kepala hebat yang akut
disertai dengan kehilangan kesadaran atau tanda-tanda gangguan neurological fokal mengarah kepada
subaraknoid hemoragia atau meningitis. Nyeri kepala yang kronis misalnya pada migraine atau tension
type headache.
Sisi mana yang sakit. Tension type headache sering difuse dan bilateral. Migraine dapat bilateral tapi
lebih sering unilateral. Cluster headache selalu unilateral
Kwalitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepala sangat subyektif tergantung pada keadaan psikologi
pasien.
Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada saat pasien tidur sehingga
sering membangunkan pasien. Tumor otak dalam ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepala pada
saat tidur.
3. Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan
benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri
temporalis superfisialis dan arteri carotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok,
telinga, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi
saraf otak termsuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi
3. CT Scans/ MRI – pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial (tumor,
perdarahan subarachnoid, AVM dll)
4. EEG – dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala atau presinkop
8. EMG – kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan kepala
Anamnesis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang ± kurangnya dua dari berikut ini : (1)
adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan ± sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk
aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH
dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
Migren
Anamnesis
Migren dg aura 3 dr 4 kriteria berikut: (1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang
mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada satu
aura yang terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4)
sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit
Migren tanpa aura sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi
kriteria berikut :
(1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh aktifitas, (3) bisa
terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain ( jika ada indikasi)
adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Anamnesis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh IHS adalah sebagai berikut : (IHS,2005)
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal selama 15 – 180 menit
bila tidak di tatalaksana.
6. Sensasi agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi dari 1 kali setiap hari berbeda hingga 8 kali pada hari yang sama
2.8. Penatalaksanaan
Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis, mencegah berlanjutnya
dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi media humoral ( misalnya serotonin dan histamin), dan mencegah
vasokonstriksi arteri intrakranial untuk memperbaiki aliran darah otak.
Terapi tahap akut adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau IM diberikan sebanyak 0,25 – 0,5 mg.
Dosis tidak boleh melewati 1mg/24 jam. Secara oral atau sublingual dapat diberikan 2 mg segera setelah
nyeri timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk pemberian nasal adalah 0,5 mg
(sekali semprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4 semprotan). Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit
pembuluh darah, trombofebilitis, wanita haid, hamil atau sedang menggunakan pil anti hamil. Pada wanita
hamil, haid atau sedang menggunakan pil anti hamil berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit
jantung iskemik gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga bisa obat – obat
lain (lihat tabel 6). Terapi profilaksis menggunakan metilgliserid malead, siproheptidin hidroklorida,
pizotifen, dan propanolol. Selain menggunakan obat – obatan, migren dapat diatasi dengan menghindari
aktor penyebab, manajemen lingkungan, memperkirakan siklus menstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis.
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat pengobatan simtomatik harus mempunyai sifat
bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada
tablet per oral.
Pengobatan simtomatik termasuk :
1. Oksigen. Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7 liter/menit
memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-orang yang menggunakannya.
Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak
mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian utama dari penggunaan
oksdigen ini adalah pasien harus membawa-bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat
pengobatan dengan cara ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang
oksigen mungkin hanya menunda daripada menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan
kembali.
2. Sumatriptan. Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga efektif
digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungkan dengan penggunaan sumatriptan
dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menentukan
keefektifannya.
3. Ergotamin. Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di pembuluh darah
otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena bekerja lebih cepat daripada
inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta hati-hati
pada penderita dengan riwayat hipertensi.
4. Obat-obat anestesi lokal. Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi
kurang permeabel terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan penghantaran impuls saraf,
sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif pada
serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien dengan
hipoksia, depresi pernafasan, atau bradikardi.
Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan. Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache telah
dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini untuk mencegah
cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri.
2. Kortikosteroid. Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster headache dan
mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selama beberapa hari selanjutnya
diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada cluster headache masih belum diketahui.
Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache kronik yang tidak merespon
dengan baik dengan pengobatan atau pada orang-orang yang memiliki kontraindikasi pada obat-obatan
yang digunakan. Seseorang yang akan mengalami pembedahan hanyalah yang mengalami serangan pada
satu sisi kepal saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan satu kali. Orang-orang yang mengalami
serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi.
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster headache. Prosedur yang
dilakukan adalah merusak jalur saraf yang bertanggungjawab terhadap nyeri.
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio frekuensi pericutaneus,
gangliorhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah terbukti berhasil mengobati cluster headache. Namun
demikian terjadi efek samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan sensoris pada kornea dan anestesia
dolorosa.
Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering digunakan karena kurang invasif.
Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda perangsang dengan menggunakan penunjuk
jalan stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian menunjukkan bahwa perangsangan
hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang parah memberikan kesembuhan yang komplit dan
tidak ada efek samping yang signifikan.
2.9. Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat -
obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan. Tension type headache episodik dapat
berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada
pasien. Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan
2.10. Pencegahan
Terapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini adalah suatu kelainan
psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis, pasien dapat mengenali jika sakit kepalanya
mulai timbul dan mulai melakukan perubahan-perubahan sikap agar sakit kepalanya mereda.
Pencegahan nyeri kepala adalah dengan mengubah pola hidup dengan cara mengatur pola tidur yang sama
setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari pemicu
nyeri kepala yang telah diketahui. (Price, 2006)
2.11. Prognosis
Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkanindikasi merujuk adalahsebagai
berikut: (1) sakit kepala yang tiba ± tiba dan timbulkekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam dan
kehilangan kesadaran, (3) sakitkepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit
pada bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yangsebelumnya tidak pernah
mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri,
mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik
adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada
kemampuan penderita untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan
somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk
onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.
3.2. Etiologi
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid dkk, 2005):
a. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran
sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang tidak
nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan dismorfik tubuh
dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada
kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif,
penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya penyakit
serius (hipokondriasis).
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impulsimpuls yang tidak dapat
diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu strategi self-
handicaping (hipokondriasis).
3.3. Klasifikasi
1. Pain Disorder
Pada pain disorder, penderita mengalami rasa sakit yang mengakibatkan ketidakmampuan secara
signifikan;faktor psikologis diduga memainkan peranan penting pada kemunculan, bertahannya dan tingkat sakit
yang dirasakan. Pasien kemungkinan tidak mampu untuk bekerja dan menjadi tergantung dengan obat pereda
rasa sakit. Rasa nyeri yang timbul dapat berhubungan dengan konflik atau stress atau dapat pula terjadi agar
individu dapat terhindar dari kegiatan yang tidak menyenangkan dan untuk mendapatkan perhatian dan simpati
yang sebelumnya tidak didapat.
Diagnosis akurat mengenai pain disorder terbilang sulit karena pengalaman subjektif dari rasa nyeri selalu
merupakan fenomena yang dipengaruhi secara psikologis, dimana rasa nyeri itu sendiri bukanlah pengalaman
sensoris yang sederhana, seperti penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, memutuskan apakah rasa nyeri yang
dirasakan merupakan gangguan nyeri yang tergolong gangguan somatoform, amatlah sulit. Akan tetapi dalam
beberapa kasus dapat dibedakan dengan jelas bagaimana rasa nyeri yang dialami oleh individu dengan gangguan
somatoform dengan rasa nyeri dari individu yang mengalami nyeri akibat masalah fisik. Individu yang
merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik,
lebih detail dalam memberikan gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, dan menjelaskan situasi
dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang (Adler et al., dalam Davidson, Neale,
Kring, 2004).
3. Hypochondriasis
Hypochondriasis adalah gangguan somatoform dimana individu diliputi dengan ketakutan memiliki penyakit
yang serius dimana hal ini berlangsung berulang-ulang meskipun dari kepastian medis menyatakan sebaliknya,
bahwa ia baik-baik saja. Gangguan ini biasanya dimulai pada awal masa remaja dan cenderung terus berlanjut.
Individu yang mengalami hal ini biasanya merupakan konsumen yang seringkali menggunakan pelayanan
kesehatan; bahkan terkadang mereka manganggap dokter mereka tidak kompeten dan tidak perhatian (Pershing
et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Dalam teori disebutkan bahwa mereka bersikap berlebihan pada
sensasi fisik yang umum dan gangguan kecil, seperti detak jantung yang tidak teratur, berkeringat, batuk yang
kadang terjadi, rasa sakit, sakit perut, sebagai bukti dari kepercayan mereka. Hypochondriasis seringkali muncul
bersamaan dengan gangguan kecemasan dan mood.
4. Conversion disorder
Pada conversion disorder, gejala sensorik dan motorik, seperti hilangnya penglihatan atau kelumpuhan secara
tiba-tiba, menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan rusaknya sistem saraf, padahal organ tubuh dan sistem
saraf individu tersebut baik-baik saja. Aspek psikologis dari gejala conversion ini ditunjukkan dengan fakta
bahwa biasanya gangguan ini muncul secara tiba-tiba dalam situasi yang tidak menyenangkan. Biasanya hal ini
memungkinkan individu untuk menghindari beberapa aktivitas atau tanggung jawab atau individu sangat ingin
mendapatkan perhatian. Istilah conversion, pada dasarnya berasal dari Freud, dimana disebutkan bahwa energi
dari instink yang di repress dialihkan pada aspek sensori-motor dan mengganggu fungsi normal. Untuk itu,
kecemasan dan konflik psikologis diyakini dialihkan pada gejala fisik.
Gejala conversion biasanya berkembang pada masa remaja atau awal masa dewasa, dimana biasanya muncul
setelah adanya kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup. Prevalensi dari conversion disorder kurang dari
1 %, dan biasanya banyak dialami oleh wanita (Faravelli et al.,1997;Singh&Lee, 1997 dalam Davidson, Neale,
Kring, 2004). Conversion disorder biasanya berkaitan dengan diagnosis Axis I lainnya seperti depresi dan
penyalahgunaan zat-zat terlarang, dan dengan gangguan kepribadian, yaitu borderline dan histrionic personality
disorder (Binzer, Anderson&Kullgren, 1996;Rechlin, Loew&Jorashky, 1997 dalam Davidson, Neale, Kring,
2004).
5. Somatization Disorder
Menurut DSM-IV-TR kriteria dari somatization disorder adalah memiliki sejarah dari banyak keluhan fisik
selama bertahun-tahun; memiliki 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal, 1 gejala sexual, dan 1 gejala
pseudoneurological; gejala-gejala yang timbul tidak disebabkan oleh kondisi medis atau berlebihan dalam
memberikan kondisi medis yang dialami.
Prevalensi dari somatiation disorder diperkirakan kurang dari 0.5% dari populasi Amerika, biasanya lebih sering
muncul pada wanita, khususnya wanita African American dan Hispanic (Escobar et al., dalam Davidson, Neale,
Kring, 2004) dan pada pasien yang sedang menjalani pengibatan medis. Prevalensi ini lebih tinggi pada
beberapa negara di Amerika Selatan dan di Puerto Rico (Tomassson, Kent&Coryell dalam Davidson, Neale,
Kring, 2004). Somatizaton disorder biasanya dimulai pada awal masa dewasa (Cloninger et al., dalam Davidson,
Neale, Kring, 2004).
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yangterjadi selama periode beberapa
tahun dan membutuhkan terapi, yangmenyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsipenting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yangterjadi pada sembarang waktu
selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengansekurangnya empat tempat atau fungsi
yang berlainan (misalnyakepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,
selamamenstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi).
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejalagastrointestinal selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selaindari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa
jenismakanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual ataureproduktif selain dari nyeri
(misalnya indiferensi seksual, disfungsierektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan
menstruasiberlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala ataudefisit yang mengarahkan pada
kondisi neurologis yang tidak terbataspada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi
ataukeseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, sulit menelan ataubenjolan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnyasensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian,
kejang;gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selainpingsan).
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
sebuah kondisi medis umum yangdikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek
cedera,medikasi, obat, atau alkohol).
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosialatau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yangdiperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau
temuanlaboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguanbuatan atau pura-pura).
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atausensorik yang mengarahkan
pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisitkarena awal atau eksaserbasi
gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (sepertipada gangguan buatan atau
berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskansepenuhnya oleh kondisi
medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atausebagai perilaku atau pengalaman yang diterima
secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinisatau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain ataumemerlukan pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapatditerangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatupenyakit serius didasarkan pada
interpretasi keliru orang tersebut terhadapgejala-gejala tubuh.
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepatdan penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (sepertigangguan delusional, tipe somatik)
dan tidakterbatas pada kekhawatirantentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis ataugangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasanumum, gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selamaepisode berakhir, orang tidak menyadari
bahwa kekhawatirannya tentang menderitapenyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikitanomali tubuh, kekhawatiran
orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis ataugangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain(misalnya, ketidakpuasan dengan
bentuk dan ukuran tubuh pada anorexianervosa).
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinisdan cukup parah untuk
memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguandalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,kemarahan, eksaserbasi atau
bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (sepertipada gangguan buatan atau
berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,atau gangguan psikotik dan
tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis:faktor psikologis dianggap memiliki peranan
besar dalam onset, keparahan,eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.Sebutkan jika:
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisimedis umum
Sebutkan jika:
Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dandimasukkan untuk
mempermudah diagnosis banding.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan
A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan,keluhangastrointestinal atau
saluran kemih).
1.Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskansepenuhnya oleh kondisi medis umum yang
diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, ataualkohol).
2.Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalahmelebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,
atau temuan laboratonium.
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguandalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
E.Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain(misalnya gangguan somatoform,
disfungsi seksual, gangguan mood,gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-
pura).
B. Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis umum dengan salah satucara berikut:
1.Faktor yang mempengaruhi perjalanan kondisi medis umumditunjukkan oleh hubungan erat antara faktor
psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dan, atau keterlambatan penyembuhandan, kondisi medis
umum.
Pilihlah nama bendasarkan sifat faktor psikologis (bila terdapat lebih dan satu faktor,nyatakan yang paling
menonjol).
Perilaku kesehatan mal-adaptif mempengaruhi kondisi medis (misalnya tidak olahraga, seks yang tidak
aman, makan berlebihan).Respon fisiologis yang berhubungan dengan stres mempengaruhi kondisi
medisumum(misalnya eksaserbasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau tension headache yangberhubungan
dengan stres).
DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ :
Gangguan Somatoform
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai
permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah
dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan
problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala
anxietas dan depresi.
Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan penyebab keluhan-
keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak
Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik
Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar
kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang
dapat menjelaskan keluhannya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-
keluhannya dan dampak dari perilakunya
Pedoman diagnostik
Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas
dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh
ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya
b. Gangguan Hipokondrik
Pedoman diagnostik
Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang dilandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik
yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan
bentuk penampakan fisik
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan
penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/flushing,
yang menetap dan mengganggu
Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas)
Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius
(sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil
pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang
dimaksud.
Pedoman diagnostik
Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas
dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yang cukup
jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang
bersangkutan.
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara spesifik pada
bagian tubuh atau sistem tertentu
a. Gangguan Somatisasi
Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis non-psikiatrik yang dapat menjelaskan gejala pasien.
Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple, miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis.
Selain itu juga harus dibedakan dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan
hipokondrik dan skizofrenia dengan gangguan waham somatik.
b. Hipokondriasis
Kondisi medis nonpsikiatrik: khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah
didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, skerosis multiple,
penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak
jelas.
c. Gangguan Konversi
Gangguan neurologis (seperti demensia, penyakit degeneratif), tumor otak, penyakit ganglia basalis harus
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
Pada distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin, gangguan
depresif, gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia dan gangguan obsesif-kumpulsif.
e. Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri harus dibedakan dari gangguan somatoform lain, seperti nyeri pada hipokondrial, nyeri
pada konversi.(Kaplan, 1997)
3.5. Penatalaksanaan
Konsep penggabungan psikoterapetik dan pengobatan medis, yaitu pendekatan yang menekankan hubungan
pikiran dan tubuh dalam penbentukan gejala dan gangguan, memerlukan tanggung jawab bersama di antara
berbagai profesi.Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar dan sebagian
besar gangguan psikomatik.
Terapi kombinasi merupakan pendekatan di mana dokter psikiatrik menangani aspek psikiatrik, sedangkan
dokter ahli penyakit dalam atau dokter spesialis lain menangani aspek somatik.
Tujuan terapi medis adalah membangun keadaan fisik pasien sehingga pasien dapat berperan dengan
berhasil, serta psikoterapi untuk kesembuhan totalnya.Tujuan akhirnya adalah kesembuhan, yang berarti
resolusi gangguan struktural dan reorganisasi kepribadian.Psikoterapi kelompok dan terapi keluarga.Terapi
keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan keluarga dan anak, mengingat kepentingan
psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik.keluarga dan anak,
mengingat kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan
psikosomatik.
Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi
krisis. Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila gangguan somatisasi disertai dengan
gangguan penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan depresi yang nyata, gangguan anxietas.
Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat
secara berlebihan dan tidak dapat dipercaya.
Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai teknik.
Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan
psikoterapi.
Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan
pemberian antidepresan.
Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi, dan
pemberian antidepresan.
Pendekatan terapi
a. Berhubungan dengan primary care practitioner→ memonitoring gejala yang dialami pasien,
apakah ada gejala baru, dan pengobatan yang diberikan. Diperlukan juga untuk berkonsultasi
dengan psikiatri.
b. Medikamentosa
c. Pasien dengan somatoform disorder terkadang diperlukan obat anti-anxietas atau obat
antidepresan jika ada mood atai anxietas disorder. Tricyclic antidepresant dan selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRI) mungkin bisa membantu.
d. Psikoterapi.
Cognitif-behavioural therapy
Terapis behavioral dapat mengajarkan anggota keluarga untuk menghargai usaha memenuhi tanggung
jawab dan mengabaikan tuntutan dan keluhan.Teknik kognitif behavioral, paling sering pemaparan terhadap
pencegahan respons dan restrukturisasi kognitif, juga mencapai hasil yang memberikan harapan dalam
menangani gangguan dismorfik tubuh (BDD). Pencegahan respons berfokus pada pemutusan ritual
kompulsif seperti memeriksa di depan cermin (dengan menutup semua cermin) dan berdandan berlebihan.
Dalam restrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan pasien dengan cara menyemangati mereka
untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas. (Yutzy, 2006)
Perhatian akhir-akhir ini beralih pada penggunaan anti depressan terutama fluoxetine (Prozac) dalam
menangani beberapa tipe gangguan somatoform. Meski kita kekurangan terapi obat yang spesifik untuk
gangguan konversi, sebuah penelitian terhadap 16 pasien hipokondriasis menunjukkan penurunan yang
berarti terhadap keluhan-keluhan hipokondrial setelah percobaan selama 12 minggu dengan Prozac.
Hipnosis
Tujuan terapi medis adalah membangun keadaan fisik pasien sehingga pasien dapat berperan dengan
berhasil, serta psikoterapi untuk kesembuhan totalnya. Tujuan akhirnya adalah kesembuhan, yang berarti
resolusi gangguan struktural dan reorganisasi kepribadian. Psikoterapi kelompok dan terapi keluarga.
Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan keluarga dan anak, mengingat
kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik.
Keluarga dan anak, mengingat kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan
gangguan psikosomatik.
motivasi: perlu motivasi dari orang lain, karena pasien sering kali berpikir bahwa mereka tidak
memerlukan terapi.
konfrontasi: merespon dengan cara mendukung melalui konfrontasi terhadap akibat dari pemikiran dan
pola perilaku. Lebih efektif bila dilakukan oleh teman sebaya, psikoterapis.
peran keluarga dan kelompok.
bila terdapat cemas dan depresi maka berikan anti-depresan namun terkadang tidak efektif.
Terapi wicara:psikoterapi yang dimaksudkan untuk membantu pasien mengerti apa penyebab kecemasan
dan mengenal perilakunya yang tidak pantas, sebagai landasan untuk pengobatan lainnya. Psikoanalisis:bila
ditemukan gangguan kepribadian seperti, narsis/obsesifkompulsif. (Khan, 2003)
Medikamentosa
Golongan Mekanisme Kerja Contoh
Dosis
*Depresi ringan sampai dengan sedang 25 mg 1-3 x sehari atau 25-75 mg 1 x sehari tergantung dari
beratnya gejala.
*Depresi berat 25 mg 3 x sehari atau 75 mg 1 x sehari. Maksimal: 150 mg/hari dalam dosis tunggal atau
terbagi.
*Lansia Awal 10 mg 3 x sehari atau 25 mg 1 x sehari. Bila perlu tingkatkan bertahap sampai 25 mg 3 x
sehari atau 75 mg 1 x sehari.
Efek Samping
Reaksi SSP, antikolinergik ringan, sinus takikardi, hipotensi pustural, reaksi alergi pada kulit, kejang,
aritmia, gangguan hantaran jantung, alveolitis alergi, hepatitis.
Kontraindikasi
*epilepsi atau ambang rangsang lebih rendah, intoksikasi akut oleh alkohol, gangguan hantaran jantung,
glaukoma sudut sempit, retensi urin, hepatitis berat, gangguan ginjal.
*Insufisiensi hati & ginjal, retensi urin, riwayat peningkatan tekanan intra okular, hamil, laktasi,
skizofrenia, gangguan afektik siklik, dapat mengganggu kemampuan mengemudi/menjalankan mesin.
Rujukan: penanganan pada kasus ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai bidang ilmu misalnya
psikiatri, ahli penyakit dalam, keluarga, serta para ulama (bila perlu).
(Gunawan, 2007)
Orang-orang yang menderita gangguan somatoform jauh lebih sering datang ke dokter dibanding ke
psikiater atau psikolog karena mereka menganggap masalah berkait dengan kondisi fisik. Para pasien
tersebut menganggap rujukan dokter ke psikolog atau psikiater sebagai tanda bahwa dokter
menganggap penyakit mereka “terletak di kepala”; sehingga mereka tidak merasa senang dirujuk ke
“ahli jiwa”. Mereka menguji kesabaran dokter mereka, yang sering kali meresepkan berbagai macam
obat atau penanganan medis dengan harapan akan menyembuhkan keluhan somatiktersebut.
Penyembuhan dengan berbicara yang menjadi dasar psikoanalisis dilandasi oleh asumsi
bahwa suatu represif masif telah memaksa energi psikis diubah menjadi anestesia atau kelumpuhan
yang membingungkan. Namun demikian, psikoanalisis tradisional dengan terapi jangka panjang dan
psikoterapi yang berorientasi psikoanalisis tidak menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi gangguan
konversi, kecuali mungkin mengurangi kekhawatiran pasien atas penyakitnya. Penanganan
psikodinamika jangka pendek dapat menjadi efektif untuk menghilangkan simtom-simtom
gangguansomatoform.
Pasien somatoform sering menderita kecemasan dan depresi. Dengan menangani kecemasan
dan depresi sering kali mengurangi kekhawatiran somatoform. Pada kasus komorbiditas antara
ganguan obsesif kompulsif dan gangguan somatoform tertentu, seperti hipokondriasis dan gangguan
dismorfik tubuh memiliki penanganan pilihan untuk ganguan kompulsif-pemaparan dan pencegahan
respons-dapat menjadi efektif untuk gangguan somatoform tersebut.
Terapis perlu memperhitungkan untuk memastikan pasien tidak kehilangan muka ketika gangguan
tersebut tidak lagi dialaminya. Terapis harus mempertimbangkan kemungkinan pasien merasa
dipermalukan ketika kondisinya menjadi lebih baik melalui penanganan yang tidak berkaitan dengan
masalah medis (fisik).
a. Secara umum tampaknya perlu disarankan untuk mengalihkan focus dari hal-hal yang tidak dapat
dilakukan pasien karena penyakitnya dan bahkan mengajarkan pada pasien bagaimana cara mengatasi
stres, mendorong aktivitas yang lebih banyak, dan meningkatkan kontrol diri
3.6. Prognosis
Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien dan sifat gangguannya (kronik
atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform prognosisnya baik, dapatditangani secara sempurna. Sangat
sedikit sekali yang mengalami eksarsebasi, dapat bervariasidari mild-severe dan kronis. Pengobatan yang lebih
awal dan menjadikan prognosis menjadilebih baik. Secara independen tidak meningkatkan risiko kematian.
Kematian lebih disebabkankarena upaya bunuh diri. (Kaplan, 1999)
Dengan memperhatikan titik kontras antara pernikahan dan perceraian, untuk menemukan dan
mengetahui falsafah kebencian Allah Swt terhadap perceraian, maka langkah pertama yang harus ditempuh
adalah menjelaskan betapa pentingnya pernikahan.
Allah Swt dalam Al-Qur’an berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(Qs. Al-Rum [30]: 21)
Dalam riwayat-riwayat yang berasal dari para Imam Maksum, pernikahan memiliki manfaat yang
sangat besar. Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak ada bangunan yang lebih dicintai di sisi
Allah Swt dalam agama Islam melebihi perintah untuk menikah.
Demikian juga disebutkan bahwa salah satu manfaat penting dari pernikahan adalah memperbanyak
dan melanggengkan keturunan anak Adam. Oleh karena itu, wajar kalau ada yang berpendapat bahwa
perceraian akan merusak fondasi rumah tangga dan sebagai ikutannya akan merusak anggota keluarga.
Anak-anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya akan kehilangan
pengawasan dan tanpa perlindungan. Mereka akan lepas begitu saja di tengah masyarakat tanpa bimbingan dan
pengawasan. Amat disayangkan banyaknya tindakan amoral dan asusila yang terjadi di masyarakat umumnya
dilakukan oleh anak-anak ini.
Di samping itu, karena perceraian berlawanan dengan falsafah penciptaan manusia dan selaksa alasan-
alasan lainnya, karena itu perceraian merupakan perbuatan yang sangat dibenci di sisi Allah Swt. Namun, dalam
hal ini, perceraian yang dibenci adalah perceraian yang dilakukan tanpa dalil dan alasan yang dibenarkan.
Adapun apabila seseorang melakukan perceraian dengan dalil yang dapat diterima, maka perbuatan ini
bukanlah perbuatan yang dibenci dan hal ini merupakan sebuah alternatif dalam memecahkan persoalan dan
kemelut yang terjadi di tengah rumah tangga.
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan
kalian dari dzikir kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi. (Al-Munafiquun [63]: ayat 9)
Allah Swt tumbuhkan mawaddah tersebut setelah pernikahan dua insan. Padahal mungkin sebelumnya
pasangan itu tidak saling mengenal dan tidak ada hubungan yang mungkin menyebabkan adanya rasa kasih
sayang, apalagi rasa cinta.
Rahmah mengandung arti Rasa Sayang.
Rasa sayang kepada pasangannya merupakan bentuk kesetian dan kebahagiaan yang dihasilkannya.
Perlu digaris bawahi bahwa sakinah mawaddah warahmah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi
kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang lebihutama, adalah menyiapkan kalbu. Sakinah, mawaddah
dan rahmah bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar ke luar dalam bentuk aktifitas sehari-hari, baik
didalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Semua ibadah dalam Islam mengandung hikmah yang baik bagi manusia, baik yang sudah dapat diketahui atau
belum bisa diketahui. Sikap seorang mukmin ketika sudah jelas datang aturan dari Allah dan Rasul Nya.
Begitupun dengan syari'at pernikahan, di dalamnya mengandung hikmah dan tujuan yang baik bagi manusia,
antara lain adalah :
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, tidak bertentangan dengan perkara-perkara yang asasi
bagi manusia, seperti marah, malu, cinta, ini semua adalah contoh sifat fitrah manusia, dalam Islam tidak boleh
dimatikan, tetapi di atur agar menjadi ibadah kepada Allah ta'ala.
Menikah juga merupakan fitrah manusia (ghorizah insaniyah) yang tidak boleh dibunuh sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada diri dan masyarakat, maka ghorizah insaniyah/ insting manusiawi ini harus diatur
dengan nikah, kalau tidak maka dia akan mencari jalan setan yang menjerumuskan manusia ke lembah hitam.
Oleh karena itu dalam Islam tidak ada doktrin kerahiban, "tidak menikah dan mengklaim mensucikan diri". Juga
tidak dibiarkan saja menghambur nafsu syahwatnya tanpa aturan, sehingga menimbulkan berbagai penyakit
moral dalam masyarakat.
Menikah merupakan jalan yang paling bermanfaat dan paling afdhol dalam upaya merealisasikan dan menjaga
kehormatan. Dengan menikah seseorang dapat menundukan pandangannya dan menjaga kemaluannya, sehingga
tidak terjatuh dalam berbagai bentuk kemaksiatan dan perzinahan, dengan menikah seseorang dapat menjaga
kehormatan dan akhlaknya, tidak mengikuti nafsu syahwat.
Dari Ibnu Mas'ud RA telah bersabda Rosulullah SAW : "Wahai para pemuda barang siapa diantara kalian
yang sudah mampu maka segeralah menikah, karena hal ini dapat menundukan pandangan dan menjaga
kemaluan, barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa karena hal ini dapat menjadi
tameng baginya. " (Muttafaqun 'alaihi).
Merupakansalah satu tujuan pernikahan dalam Islam, yang semestinya setiap mukmin memperhatikannya. Maka
Islam sedemikian rupa mengatur urusan pernikahan ini agar pasangan suami istri dapat bekerja sama dalam
merealisasikan nilai-nilai Islam dalam rumah tangga.
4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
" …..Sesoorang diantara kalian yang bergaul dengan istrinya adalah sedekah!" Mendengar sabda
Rosulullah SAW tersebut para sahabat bertanya: "Wahai Rosulullah, apakah seseorang dari kita yang
melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapatkan pahala?" Rosulullah SAW menjawab:
"Bagaimana menurut kalian jika sesorang bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah dia berdosa?, Begitu
pula jika dia bersetubuh dengan istrinya maka dia akan mendapatkan pahala." (HR. Bukhori Muslim)
Artinya:
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"
Melalui menikahdengan izin Allah SWT, seseorang akan mendapatkan keturunan yang sholeh sehingga menjadi
aset yang sangat berharga, karena anak yang sholeh senantiasa akan mendoakan kedua orang tuanya ketika
masih hidup atau sudah meninggal dunia, hal ini menjadi amal jariyah bagi kedua orang tua.Dengan banyak
anak juga akan memperkuat barisan kaum muslimin.
Merupakansalah satu tujuan dalam pernikahan, yakni membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah
warohmah.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Dari Anas RA, telah bersabda Rosulullah SAW : "Apabila Allah SWT ingin menghendaki kebaikan pada sebuah
rumah tangga, maka Allah akan mengkaruniakan keluarga tersebut kepahaman terhadap agamanya, orang
yang kecil dikeluarga akan menghormati yang besar, Allahakan mengkaruniakan kepada mereka kemudahan
dalam penghidupan mereka dan kecukupan dalam nafkahnya, dan Allah akan menampakkan aib dan keburukan
keluarga tersebut kemudian mereka semua bertaubat dari keburukan tersebut. Jika Allahtidak menginginkan
kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah akan biarkan begitu saja keluarga tersebut (tanpa bimbingan
Nya). (HR Ad Daruquthni).
Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan
warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam hadits yang mulia ini ada beberapa indikator keluarga sakinah, yakni :
At tafaqquh fid diin : Indikasinya adalah, anggota keluarga tersebut rajin dan penuh semangat dalam
menuntut ilmu agama, menjadikan rumah sebagai tempat ibadah dan majelis ilmu, cinta kepada orang-
orang sholeh dan pejuang Islam serta mereka berupaya menerapkan nilai-nilai Islam itu pada seluruh
anggota keluarganya.
Al ihtiroom al mutabaadil lilhuquuq baina ash shighoor wal kibaar (ada penghormatan yang
timbal balik dalam kewajiban antara orang tua dan anak-anak) : Indikasinya anak-anak berbakti
kepada orang tuanya dan merekapun mendapatkan pendidikan dan kebutuhan dari kedua orang tuanya,
serta lingkungan keluarga yang kondusif dan Islami.
Ar rifqu fil ma'iisyah (Allah SWT mudahkan penghidupannya) : Indikasinya selalu berusaha
mencari nafkah dengan jalan yang halal, berinfak dan membantu yatim piatu serta orang-orang yang
membutuhkan bantuan.
Al qoshdu fin nafaqoot (merasa cukup dengan rezeki yang Allah SWT karuniakan) : Indikasinya
anggota keluarga tersebut mempunyai sikap qona'ah dan hatinya tidak tergantung dan terbuai dengan
kehidupan dunia.
Tabshiirul 'uyuub at taubah 'anhaa (Allah SWT tampakkan aibnya dan mereka bertaubat dari
aib tersebut) : Indikasinya mereka selalu muhasabah dalam hidup, menghindarkan hal-hal yang dapat
merugikan anggota keluarga, menjaga kehormatan keluarga dan tidak menyebarkan rahasia-rahasia
keluarga.
Mawaddah adalah berupa cinta dan harapan. Setiap mahluk Allah SWT kiranya diberikan sifat ini, mulai dari
hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk
istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah,
menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar
biasa.
Warahmah merupakan kasih sayang yang merupakan suatu kewajiban. Kewajiban seorang suami menafkahi
istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban seorang istri untuk menaati
suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban.
Prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang dalam rumah tangga:
Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf), merawat cinta kasih dalam keluarga. Rasulullah
saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap
isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku”.
Saling mengingatkan dalam kebaikan. Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta
mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasehat menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi.
"Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud)
lalu dia juga membangunkan istrinya hingga shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air
kewajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat
(malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan untuk bangun dia
percikan air kewajahnya" (HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah dan derajatnya hasan shohih).
Saling menutupi kekurangan pasangannya. Setiap suami pasti memiliki kekurangan, begitu juga
dengan sang istri. Dengan saling menutupi kekurangan diri masing-masing, harmonisasi dalam
rumahtangga akan terjaga. Prinsip saling menutupi ini didasari oleh Surat Al Baqarah ayat 187,
"..mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka..". Fungsi pakaian
adalah menutup aurat, sehingga dapat dipahami bahwa suami-istri hendaknya saling menutupi
kekurangannya satu sama lain.
Saling tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami-istri itu akan
berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka. Suami penuh rasa tanggung jawab, istri
mampu menjaga kehormatan diri dan pandai menempatkan diri.