Bab-Bab Kimor
Bab-Bab Kimor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benzena merupakan zat kimia yang tidak berwarna, mudah terbakar, dan
berwujud cair. Benzena digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik
dan bahan kimia lainnya, seperti detergen dan bahan bakar kendaraan. Namun,
benzena juga diketahui dapat menyebabkan kanker sel darah putih (leukimia) bagi
manusia. Jika menghirup benzena dengan kadar yang cukup tinggi, dapat
menyebabkan kematian.
Senyawa benzena pertama kali disintesis oleh Michael Faraday pada tahun
1825 dari residu berminyak yang tertimbun dalam pipa induk gas di London.
Sedangkan struktur benzena pertama kali diperkenalkan oleh Friederich Kekule
pada tahun 1865. Menurutnya, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara
melingkar membentuk segi enam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing
120 derajat. Ikatan antara karbon adalah ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal
yang berselang-seling.
Benzena memiliki rumus senyawa C6H6 sehingga tergolong dalam
senyawa hidrokarbon. Bila dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang
mengandung 6 buah atom karbon, misalnya heksana (C6H12), maka dapat diduga
bahwa benzena mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Dengan dasar
dugaan tersebut maka dapat diperkirakan bahwa benzena memiliki ciri-ciri khas
seperti yang dimiliki oleh alkena. Perkiraan tersebut ternyata jauh berbeda dengan
kenyataannya karena benzena sukar bereaksi seperti alkena (adisi, oksidasi, dan
reduksi).
1
fisikanya. Saat ini istilah aromatik masih dipertahankan, tetapi mengacu pada
fakta bahwa semua senyawa aromatik derajat ketidakjenuhannya tinggi dan stabil
bila berhadapan dengan pereaksi yang menyerang ikatan pi ( π ). Oleh karena
itu, untuk lebih memahami materi benzena dan turunannya, maka disusunlah
makalah ini agar dapat memperluas wawasan pembaca dan penyusun.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam megetahui rumus struktur yang benar bagi benzena para ahli seperti
Claus, Dewar, Ladenburg, dan Kekule mencoba menggambarkan rumus struktur
dari benzena. Namun rumus struktur yang dikemukakan oleh Kekule yang paling
mendekati sifat-sifat kimia benzena.
3
bertukar posisi disekeliling cincin begitu cepat sehingga reaksi-reaksi khusus pada
alkena tidak sempat terjadi (KHUSUSNYA REAKSI ADISI PADA ALKENA)
delokalisasi
4
Untuk mengungkapkan model benzena dengan cara lain, dikatakan semua
molekul benzena identik dan strukturnya tidak cukup digambarkan oleh salah satu
struktur penyumbangnya. Sebagai hibrida resonansi, benzena lebih mantap
dibandingkan struktur-struktur penyumbangnya. Tidak ada ikatan tunggal atau
ganda dua dalam struktur hibrida resonansi, melainkan hanya ada satu macam
ikatan karbon- karbon, yaitu jenis antara (intermediate).
Hal yang harus diperhatikan bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata
dari suatu senyawa, tetapi merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur
nyatanya merupakan gabungan dari semua struktur resonansinya. Hal ini pun
berlaku dalam struktur resonansi benzena, sehingga benzena lebih sering
digambarkan sebagai berikut:
5
4. Aturan Huckel
Dalam tahun 1931 seorang ahli kimia Jerman Erich Huckel, mengusulkan
bahwa untuk menjadi aromatik, suatu senyawa datar monosiklik (satu cincin)
harus memiliki elektron pi sebanyak 4n+2, dengan n ialah sebuah bilangan bulat.
Menurut aturan Hukcel, suatu cincin dengan elektron pi sebanyak 2, 6, 10 atau 14
dapat bersifat aromatik, tetapi cincin dengan 8 atau 12 elektron pi, tidak dapat.
Siklooktatetraena (dengan 8 elektron pi) tidak memenuhi aturan Huckel untuk
aromatisitas.
Mengapa suatu senyawa monosiklik dengan enam atau sepuluh elektron pi
bersifat aromatik, sedangkan senyawa dengan delapan elektron pi tidak?
Jawabannya terletak pada banyaknya elektron pi terhadap (versus) banyaknya
orbital pi yang tersedia. Agar bersifat aromatik, semua elektron pi-nya harus
berpasangan. Sistem ini akan menghasilkan tumpang tindih maksimum dan
lengkap, yang diisyaratkan untuk tercapainya stabilisasi aromatik. Jika orbital pi
tidak terisi (artinya ada elektron yang tak berpasangan), tumpang-tindih belum
maksimum dan senyawa itu tidak aromatik. Benzena mempunyai enam elektron pi
berpasangan dan benzena bersifat aromatik.
Salah satu syarat bagi pem bentukan ikatan Phi adalah kedua orbital
yang bertumpang tindih harus sebidang, ikatan pertama yang terjadi antara
dua atom selalu berupa ikatan sigma, sedangkan ikatan kedua dan ketiga
adalah ikatan phi.
Pada pembentukan senyawa aromatis, atom karbon dapat mengalami
tiga macam hibridisasi, yaitu sp, sp2, dan sp3. Hibridisasi sp3menghasilkan
empat orbital hibrida yang mempunyai susunan tetrahedral. Hibridisasi
sp2menghasilkan tiga orbital hibrida yang mempunyai susunan segitiga sama
sisi dan satu orbital p yang tegak lurus pada bidang segitiga tersebut.
Hibridisasi sp menghasilkan dua orbital hibrida yang terbentuk linear dan
dua orbital p yang tegak lurus satu sama lain, juga tegak lurus terhadap
orbital hibrida sp tersebut.
6
Tipe hibridisasi pada suatu atom pusat tergantung pada jumlah
domain elektron pada kulit luar atom pusat itu. Untuk senyawa karbon,
jumlah domain elektron sama dengan jumlah ikatan sigma yang dibentuk.
Setiap ikatan sigma memerlukan satu orbital hibrida. Sesuai dengan
struktur Kekule, SETIAP ATOM KARBON DALAM BENZENA
MEMBENTUK 3 IKATAN SIGMA DAN 1 IKATAN PHI. Jadi atom karbon
dalam benzena mengalami hibridisasi sp2. Peta konsep terlihat pada Gambar
2.10
Pembentukan cincin benzena dapat digambarkan sebagai berikut:
setiap atom karbon menggunakan dua orbital hibrida sp2untuk membentuk
ikatan dengan sesama atom karbon, sedangkan satu orbital sp2digunakan
untuk mengikat atom hidrogen. Keberadaan elektron-elektron yang
terdelokalisasi seputar lingkaran menjadi cirri dari senyawa aromatik. Hal
itu pula yang menyebabkan mengapa benzena sangat stabil dan sukar
mengalami adisi. Untuk mempermudah penulisan, rumus bangun benzena
dapat digambarkan berupa segienam beraturan dengan lingkaran di
tengahnya. Lingkaran itu menggambarkan elektron-elektron p yang
mengalami delokalisasi.
7
Jika satu atau lebih atom H dari benzena digantikan oleh gugus lain,
senyawa yang terbentuk disebut senyawa turunan benzena. Penataan nama
senyawa turunan benzena sama seperti pada senyawa alifatik, ada tata nama
umum (trivial) dan tata nama menurut IUPAC yang didasarkan pada sistem
penomoran.
1. Benzena Monosubstitusi
Menurut IUPAC, benzena dengan satu substituen diberi nama seperti pada
senyawa alifatik, sebagai gugus induknya adalah benzena. Akan tetapi, Sistem
IUPAC tetap memakai nama umum untuk beberapa benzena monosubstitusi,
misalnya toluena, kumena, stirena.
8
fenilklorida= klorobenzena
2. Benzena Disubtitusi
Bila benzena mengikat dua substituen maka terdapat kemungkinan
memiliki tiga isomer struktur. Apabila kedua substituen diikat oleh atom-atom
karbon 1,2- disebut kedudukannya orto (o) satu sama lain, dan apabila diikat oleh
atom-atom karbon 1,3- disebut meta (m), dan 1,4- disebut para (p). Jika salah
satu di antara dua substituen yang terikat pada cincin benzena memiliki prioritas
tinggi, maka menempati posisi nomor 1.
-COOH, -SO3H, -CHO, -CN, -OH, -NH2, -R, -NO2, -X
Prioritas semakin turun
Contohnya:
9
3. Benzena Polisubstitusi
Apabila terdapat tiga atau lebih substituen terikat pada cincin benzena,
maka posisi masing-masing substituen ditunjukkan dengan nomor. Urutan
prioritas penomoran sama dengan prioritas penomoran pada tata nama benzena
yang tersubtitusi oleh dua substituen. Jika semua substituen tidak memberikan
nama khusus, posisisnya dinyatakan dengan nomor dan diurutkan sesuai urutan
abjad, dan diakhiri dengan kata benzena.
Contoh:
Catatan penting:
Jika sebuah cincin benzena terikat pada suatu rantai alkana yang bergugus fungsi
atau rantai alkana yang terdiri dari 7 atom karbon atau lebih, maka cincin benzena
dianggap sebagai substituen bukan lagi sebagai induk.
Contohnya:
10
C. Sifat-Sifat Benzena dan Turunannya
1. Sifat Fisik Benzena dan Turunannya
a. Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna.
b. Memiliki bau yang khas.
c. Mudah menguap
d. Benzena berwujud cair pada suhu ruang (270C).
e. Titik didih benzena : 80,10 0C
f. Titik leleh benzena : 5,50 0C
g. Densitas : 0,88 g/l
h. Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar karena
bentuk molekul benzena adalah planar.
2. Sifat Kimia Benzena dan Turunannya
a. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar
b. Bersifat racun dan karsinogenik
c. Benzena kurang reaktif dibanding alkena karena ikatan rangkap pada
benzena mengalami resonansi (sukar mengalami reaksi adisi).
d. Tidak dapat bereaksi adisi semudah alkena (tidak ada ikatan tunggal
atau ganda du dalam struktur hibrida resonansi melainkan hanya satu
ikatan antara karbon-karbon yaitu jenis antara).
C6H6 + Br2 pada 25 0C dalam keadaan gelap, tidak bereaksi
C6H6 + KMnO4, tidak dapat bereaksi
C6H6 + asam dipanaskan, tidak dapat bereaksi
C6H6 + 3H2 dengan katalis Ni pada suhu dan tekanan tinggi
menghasilkan C6H12 (reaksi berjalan lambat) = reaksi hidrogenasi
(reaksi adisi).
e. Dapat mengalami reaksi subtitusi (
11
elektron, sehingga jenis pereaksi yang akan menyerang cincin benzena
adalah pereaksi yang suka elektron. Pereaksi seperti ini disebut elektrofil.
Contohnya adalah golongan halogen dan H2SO4. Tanpa katalis, reaksi
benzena dengan klor sangat lambat tetapi sangat cepat jika ada bantuan
katalis. Katalis bertindak sebagai asam lewis dan mengubah klor dari
elektrofil lemah menjadi elektrofil kuat dengan mempolarkan ikatan Cl-Cl
dan menjadikan ikatan kloronium positif. Reaksi dapat berlangsung jika
reagen elektrofil E+ (suka electron) menyerang cincin aromatis dengan
mengganti salah satu atom hydrogen.
1. Halogenasi
Halogenasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh golongan halogen
seperti F, Cl, Br, I. Pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom dari golongan
halogen dengan bantuan katalis besi (III) halida. Katalis lain yang dapat digunakan
adalah AlCl3, AlBr3. Jika halogennya Cl2, maka katalis yang digunakan adalah
FeCl3. Contoh lainnya, halogenasi yang dicirikan oleh brominasi benzena
dengan katalis FeBr3. Peranan katalis ini adalah membelah ikatan Br – Br.
Perhatikan reaksi halogenasi pada benzena berikut.
2. Nitrasi
Nitrasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus nitro.
Reaksi nitrasi terjadi jika benzena diolah dengan HNO3 dengan
katalis H2SO4. Reaksi yang terjadi adalah seperti berikut.
12
3. Alkilasi
Alkilasi sering disebut juga dengan Friedel – Crafts. Alkilbenzena dapat
terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil halida dengan katalis asam
lewis misalnya alumunium klorida (AlCl3). Reaksi ini menggunakan
katalis AlCl3. Reaksi ini dikembangkan oleh ahli kimia Perancis Charles Friedel
dan James Crafts pada tahun 1877. Perhatikan reaksi alkilasi 2 kloro propana
dengan benzena dengan katalis AlCl3 (reaksi Friedel – Crafts).
4. Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus
sulfonat. Reaksi ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat
pekat sebagai pereaksi. Reaksi sulfonasi suatu benzena dengan asam sulfat
berasap menghasilkan asam benzena sulfonat. Perhatikan reaksi sulfunasi
berikut.
13
3. Uap fenol dengan serbuk seng panas
14
b. Nitrobenzena
Digunakan sebagai aroma sabun
c. Toluena
Digunakan sebagai bahan baku pembuat TNT (trinitrotoluene) yang
berfungsi sebagai bahan peledak.
d. Fenol
Desinfektan
Membuat zat warna
Membuat plastik, misalnya bakelit adalah hasil kondensasi dari fenol
dan metanal.
e. Asam Benzoat
Digunakan sebagai bahan pengawet.
f. Benzaldehida
Digunakan sebagai parfum dan zat warna.
g. Stirena
Digunakan sebagai bahan baku plastik.
Benzena memiliki sifat racun atau karsinogenik, yaitu zat yang dapat
membentuk kanker dalam tubuh manusia, Jika kadarnya berlebih. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa benzena merupakan salah satu penyebab leukemia,
penyakit kanker darah yang telah banyak menyebabkan kematian.
15
jika terhirup selama 0,5–1 jam. Dampak yang ringan dapat berupa euforia, sakit
kepala, muntah, gaya berjalan terhuyung-huyung, dan pingsan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
16
6. Benzena dan turunannya memiliki kegunaan seperti benzena sebagai
bahan baku obat-obatan, fenol sebagai desinfektan dan lain-lain.
Disamping itu juga, benzena memiliki dampak negatif apabila tidak
digunakan secara cermat seperti penyalahgunaan toluena sebagai bahan
baku pembuatan bahan peledak, kemudian paparan Benzena dapat
mengakibatkan depresi pada sistem saraf pusat hingga kematian.
B. Saran
Saran dari penulisan makalah ini yakni dalam penggunaan senyawa
benzena harus berhati-hati karena benzena bersifat karsinogenik dan beracun yang
dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, leukemia, dan
lain-lain.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Fessenden,Ralp J.dan Joan S. Fessenden.1982.Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
19