PERHITUNGAN ROCK MASS RATING (RMR) DAN SLOPE MASS RATING

(SMR)

Scanline 1

Rumus RMR :

RMR = Nilai UCS + Nilai RQD + Spasi Diskontinuitas + Kondisi Diskontinuitas +

Pengaruh Air Tanah ± Adjusment for Orientation

= 12 + 8 + 5 + 19 + 0 – 25

= 19

Rumus SMR :

Menurut Hall (1985, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996 ) memberikan nilai SMR,
sbb :

SMR = 0,65 RMR + 25

= (0,65 x 19) + 25

= 37,35

Pembahasan Scanline 1

Pada scanline 1 dengan koordinat LS 119 o59’26,0” BT 00o43’37,1” , terdapat

lereng batuan dengan nilai UCS 100-250 Mpa dimana sifat kualitatifnya sangat kuat
karena ketika dipukul berkali-kali dengan menggunakan palu geologi barulah batu
tersebut mulai pecah. Selanjutnya RQD bernilai 34 % didapatkan dari nilai frekuensi
yang diplot dalam kurva RQD. Nilai RQD 34 % menunjukkan kualitas batuan pada
lereng tersebut Jelek (Barton 1975 dalam Bell 1992). Nilai spasi diskontinuitas yang
didapat yaitu 0,046 dimana menunjukkan spasi diskontinuitas sangat rapat. Berdasarkan
panjang retakan (40cm), retakan terbuka/tertutup(0,1-1,0), kekasaran(very rough),
pengisian( none), dan pelapukan (menengah) didapatkan total rating kondisi
diskontinuitas yaitu 19. Dikarenakan kondisi lereng kering sehingga tidak ada pengaruh
air tanah. Pengaruh orientasi kekar pada lereng yaitu Fair. Berdasarkan klasifikasi
Geomekanik (Bieniawski 1973, dalam Djakamihardja dan Seobowo, 1996), RMR dengan
nilai 19 berada pada kondisi lereng batuan yang sangat buruk. Berdasarkan klasifikasi
SMR (Romana 1985) nilai SMR 37,35 berada pada kelas iv dengan kondisi lereng yang
buruk, tidak stabil, dan perlu diperhatikan oleh pihak terkait agar tidak menimbulkan
kerugian bagi pengguna jalan didekat lereng tersebut.

Scanline 2

Rumus RMR :

RMR = Nilai UCS + Nilai RQD + Spasi Diskontinuitas + Kondisi Diskontinuitas +

Pengaruh Air Tanah ± Adjusment for Orientation

= 12 + 8 + 5 + 16 + 0 – 50

= -9

Rumus SMR :

Menurut Hall (1985, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996 ) memberikan nilai SMR,
sbb :

SMR = 0,65 RMR + 25

= (0,65 x (-9)) + 25

= 19,15

Pembahasan Scanline 2

Pada scanline 2 dengan koordinat LS 120 o00’00,9” BT 00o43’22,8” , terdapat

lereng batuan dengan nilai UCS 100-250 Mpa dimana sifat kualitatifnya sangat kuat
karena ketika dipukul berkali-kali dengan menggunakan palu geologi barulah batu
tersebut mulai pecah. Selanjutnya RQD bernilai 40 % didapatkan dari nilai frekuensi
yang diplot dalam kurva RQD. Nilai RQD 40 % menunjukkan kualitas batuan pada
lereng tersebut Jelek (Barton 1975 dalam Bell 1992). Nilai spasi diskontinuitas yang
didapat yaitu 0,048 dimana menunjukkan spasi diskontinuitas sangat rapat. Berdasarkan
panjang retakan (18,13cm), retakan terbuka/tertutup(0,1-1,0), kekasaran(rough),
pengisian(none), dan pelapukan (tinggi) didapatkan total rating kondisi diskontinuitas
yaitu 16. Dikarenakan kondisi lereng kering sehingga tidak ada pengaruh air tanah.
Pengaruh orientasi kekar pada lereng yaitu Fair. Berdasarkan klasifikasi Geomekanik
(Bieniawski 1973, dalam Djakamihardja dan Seobowo, 1996), RMR dengan nilai -9
berada pada kondisi lereng batuan yang sangat buruk. Berdasarkan klasifikasi SMR
(Romana 1985) nilai SMR 19,15 berada pada kelas v dengan kondisi lereng yang sangat
buruk, tidak stabil, dan perlu ditinjau kembali oleh pihak terkait apakah baik untuk
keselamatan pengguna jalan sekitar lereng tersebut.