PENDAHULUAN
bagi perkembangan ilmu geologi. Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum)
yang berarti lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan graphic
yang berarti pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. komposisi dan umur
Daerah Sulawesi Selatan telah diteliti oleh sekian banyak ahli Geologi
dengan kepentingan yang berbeda-beda, akan tetapi masih belum cukup memadai
untuk dapat menampilkan data-data yang lebih detail, untuk itu usaha dan
Daerah Takkalasi merupakan salah satu daerah dari sekian banyak daerah
yang meiniliki keunikan tatanan Geologi di Sulawesi Selatan, yang tersusun oleh
litologi yang kompleks sehingga sangat cocok bagi penelitian dalam bidang
Prinsip stratigrafi.
Geologi di daerah penelitian. Selain itu juga untuk melatih diri menghadapi dan
6
Adapun maksud dari dilaksanakannya praktek lapangan prinsip stratigrafi
adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah prinsip stratigrafi
pada jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Selain itu
juga dimaksudkan untuk mengetahui lapisan batuan dan jenis litologi dari daerah
penelitian.
terutama dalam hal ini adalah kondisi prinsip stratigrafi untuk mengetahui umur
Dimulai pada hari Jumat tanggal 10 Januari 2014 sampai dengan 12 Januari 2014
119°38'12.6'' dan 4°18'28.3'' yang berjarak ± 150 km ke arah Utara dari kota
6
Gambar 1. Peta Tunjuk Lokasi Penelitian
data- data lapangan seperti jarak antar setiap lapisan batuan, ketebalan setiap
6
lapisan batuan yang berbeda, dan deskripsi dari setiap litologi, serta kedudukan
setiap lapisan.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini ditempuh dalam dua bagian yaitu studi literatur dan studi pustaka,
pustaka dan literatur dilakukan para peserta, untuk mempersiapkan dan membekali diri
dengan teori, data penelitian terdahulu, interpretasi peta dasar dan sebagainya, yang
berhubungan dengan daerah penelitian dan dapat mendukung praktek lapangan ini.
Bagian adininistrasi dan persuratan dilakukan untuk melengkapi segala persuratan dan
perizinan yang ada hubungannya dengan penelitian lapangan, agar tidak memperoleh
peralatan ke lapangan.
b. Tahapan penelitian
berikut :
6
Melakukan Bulklsampling.
Pelaksanaan pengukuran dengan metode ini dilakukan pada dua lintasan yang
berbeda, yang umumnya pada lintasan lereng dan lintasan sungai (pantai).
c. Pengolahan data
Komparator Kertas A4
Kalkulator Penggaris
Spidol Permanen
6
Sebelum pelaksanaan praktek lapangan yang dilakukan pada daerah
penelitian, terdapat beberap ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu
sekitarnya sebagai suatu sistem yang didasarkan atas teori tektonik lempeng. Pada
tahun 1982 penelitian ini dilanjutkan dan menghasilkan peta lembar Pangkajene
dan Watampone bagian barat Sulawesi Selatan dengan skala 1 : 250.000 dan pada
tahun 1985, Rab Sukamto menyusus desertasi dengan judul Tektonik Sulawesi
selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian dan Sekitarnya
Stratigrafi Regional
zaman kapur.Batuan ini tertindih tak selaras oleh endapan Flysch fomasi
balangbaru dan formasi merada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur
kapur akhir.Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya
Batuan gunung api berumur Paleosen (58,5-63 juta) dan diendapkan dalam
endapan darat dengan sisipan Batubara menindih tak selaras batuan gunung api
Paleosen dan batuan Flysch kapur akhir.Keatas formasi Mallawa ini secara
secara terus-menerus dari eosen awal sampai bagian awal Miosen tengah.Tebal
formasi tonasa lebih kurang 3000 m dan menghampar cukup jauh mengalasi
6
berumur Miosen awal,bagian atas yang membentuk batuan gunung api
batuan gunung soppeng yang diduga berumur Miosen awal.Batuan sedimen yang
berumur Miosen tengah sampai pilosen berselingan dengan batuan gunung api
yang berumur antara 8,93-9,29 juta tahun,secara bersamaan batuan itu menyusun
formasi camba yang tebalnya sekitar 5000 m.Sebagian besar pegunungan barat
tebentuk dari formasi camba ini menindih tak selaras formasi tonasa.
camba.Kegiatan gunung api selama Miosen akhir sampai pliosen awal merupakan
beberapa tempat selama pliosen dan menghasilkan batuan gunung api pare-
berepa stock dan retas.Setelah pliosen akhir rupanya terjadi pengendapan yang
dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi di sekitarnya berupa sesar atau
6
tahun kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman
Kapur. Batuan ma ini tertindih tidak selaras oleh endapan flysch Formasi
Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dan 2000 m dan berumur
Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya
sisipan lava dalam batuan gunung api berumur Paleosen (58,5- 63,0 jt), dan
terendapkan dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan yang berumur
Kapur Akhir Batuan Forrnasi Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan
darat dengan sisipan batubara tertindih tak selaras batuan gunungapi Paleosen dan
batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Fonnasi Mallawa ini secara berangsur beralih
keendapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara terus - menerus dan
Eosen Awal sarnpai bagian Bawah Miosen Tengah Tebal Formasi Tonasa Iebih
kurang 3000 m,dan melampar cukup luas mangalasi batuan gunung api Miosen
Tengah di barat Sedimen klastik Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai
berbatuan gunung api itu di duga berumur Miosen Awal bagian Atas yang
pegunungan yang barat, terdapat batuan gunung api Soppeng yang diduga juga
berumur Miosen Awal. Batuan sedimen berurnur Miosen Tengah sampai Pliosen
Awal berseIingan batuan gunungapi yang berurnur antara 8.93 - 9.32 juta tahun.
Secara bersamaan batuan itu tersusun atas Formasi Camba yang tebalnya sekitar
6
5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dan Formasi Camba ini
bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas,
bersusunan beraneka dan basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit, dan berumur
daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan di utara. Pangkajene
dan di beberapa tempat di tepi Sungai Walanae, tufanya terjadi selarna Pliosen.
Endapan permukaan
6
ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran rendah
Tersier di sebelah timur Pangkajene. Saruan ini dapat dibedakan secara morfologi
dan endapan aluvium yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat dinasabahkan
dengan endapan di dekat Sungai Walanae yang mengandung tulang gajah purba
yang berumur Plistosen tidak terpetakan. Lempung, pasir, dan kerikil yang tidak
atas muka laut, melampar kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kira—
dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe, dan di
Trochus dan Cypraea) dan buncak besi terdapat di sekitar Danau Tempe (t’Hoen
& Ziegler, 1915) untuk sungai yang berumur Plistosen (tak terpetakan) di
Earnpung Sornpoh, dekat Sungai Walanae, mengandung tulang gajah purba yang
6
konglomerat, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan grewacke dan arkose,
serpih. tufa terkersikkan. sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir pada umurnnya
padat dan sebagian serpih terkersikkan. Di bawah ini kroskop, batupasir dan
radiolaria. Daerah barat laut mengandung banyak batupasir dan ke arah tenggara,
serpih lanauan dan sebelah timur Bantimala, dan pada grewacke dan jalan antara
Padaelo. Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F. Burollet, hubungan tertulis,
1979). Formasi ini tebalnya sekitar 2000 ini tertindih tak selaras batuan Formasi
pasir dan batulanau gampingan, tufa, lava dan breksi yang tersusun oleh basal,
andesit dan trakit. Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai
kehitaman serpih berwama kelabu tua sampai coklat tua konglomerat tersusun
oleh kerikil andesit dan basal lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral
sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, kionit dan epidot. Fosil Globotruncana
dan batupasir gampingan yang dikenali oleh PT Shell, menunjukkan umur Kapur
6
Akhir dan di endapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan
tercirikan oleh wama merah, coklat, kelabu dan hitam setempat mengandung fosil
moluska dan foraminifera, terutama di dalam lapisan batu gamping dan napal
pada umumnya gampingan, padat dan sebagian dengan urat kalsit; sebagian
serpihnya sabakan kebanyakan lapisan terlipat kuat dengan kemiringan antara 20°
bagian barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah timur Teos Palatae
tersingkap lebih banyak tufa dan batupasir daripada di Salo Kalupang. Di tirnur
Fosil forarninifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971 dan
1974) dan lokasi A.29.b, Tc.239.b dan Tc.239.d yang di antaranya Discocyclina
Gn. trzpar tita BOLLI, Gn. tapuriensis BLOW & BANNER, Gn. venezuelana
Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan tidak kurang dan 4500 m.
6
FORMASI MALLAWA konglomerat, batulanau, batulempung, dan napal, dengan
sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung batupasirnya sebagian besar
batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake, dan tufaan, umumnya berwarna
kelabu muda dan coklat muda pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat
muda sampai kelabu tua batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter dan
berupa lapisan sarnpai 1,5 rn. Penelitian paleontologi terhadap sisipan batubara
telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E. Scrutton, Robertson Research, hubungan
tertulis, 1974) dan oleh RobertH. Tschudy. (Don E. Wolcott, USGS, hubungan
tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh dan singkapan B.32 (a-f) dan B.54
(a-c, dan RR.1O), daerah Tanetteriaja, dan sebuah dan dekat galian lempung di
Acritarchs sp., Anacolosidites sp., Anno aceae sp. Barringtonia sp., Betulaceae
sulcites sp., Myricaceae pollen, Oiacaceae sp., Palmae pollen, Psilamonoletes sp.,
Ret it rico Ip it e san toni i, Reti kutchensis (VENKATCHALA & KAR, 1968),
6
fosil tersebut, A. Khan dan R.H. Tschudy memperkirakan umur PaleogçQ dengan
memperkirakan umur Eosen (DE. Wolcott, USGS, hubungan tertulis, 1973). Fosil
Ostracoda yang dikenali adalah: Bairdiids sp., Cytherella sp., Cythereiloidea sp.L
Krithinids sp., .& sp., Paijen borchella sp., Pokornyella sp., Trachyle beris sp. dan
Xestoberis sp. Tebal formasi ini tidak kuran 400rn; tertindih sela ras oleh
batugamping Ternt dan rnenindih tak selaras batuan sedimen Kb dan batuan
gunungapi
putih dan kelabu muda batugamping bioklastik dan kalkarenit, berwarna putih,
coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal
terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.
6
Fosil dan batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan
terrulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, hubungan terwlis, 1972),
Purnama ningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974), dan oleh SudIyono (hubungan
tertulis, 1973). Contoh batuan yang dianalisa dan lokasi: A.46, A.112, B.28.b
Ta.134.d, Ta.186.a, Ta.452, Ta.506, Th.2, Tc.65.a, Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6,
Td.20, Td.63, Td.70, Td.iol, Td.112, Td.116, Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9.
Fosil yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An. matanzensis
tidoenganensis VAN DER VLERK, S. ver,nicularis TAN, Globo rotalia sp., Gi.
centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gi. may en CUSHMAN & ELLISOR, GI.
obesa BOLLI, Gi. prae menardjj CUSHMAN & STAINFORTH, Gi. siakensic
6
BRONNIMANN, 0. universa D’OR BIGNY, Operculirta sp.,Amphistegina sp.
dan Cydodypeus sp. Gabungan fosil ini menunjukkan kisaran umur dan Es Awal
(Ta.2) sampai Miosen Tengah (TO, dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam
Tebal formasi ini diperkirakan tidak tidak kurang dan 3000 m menindih
selaras batuan Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi Camba;
diterobos oleh sil, retas, dan stok batuan beku yang bersusunan basal, trakit, dan
diorit.
setempat dengan batubara berwarna beraneka, putih coklat, merah, kuning, kelabu
muda sampai kehitaman umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat
berlapisan dengan tebal antara 4 m dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga
mengandung pecahan koral dan moluska batu lempung gampingan kelabu tua dan
6
Fosil dan Formasi Camba telah & kenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971,
1973, 1974), A.F. Malicoat (M.W. Kontz, huburigan tertulis, 1972). dan oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dan contoh batuan: B.27, B.73, B.134,
C.43, C.44, Ta.57, Ta.153, Ta.243, Ta. 275, Ta Tc.48, Tc.416, Td.46, Td.182,
BOLL!, GI. lobata BERMUDEZ. .Gl. obe&z BOLL!, Gi. perz BLOW BANNER,
GI. praen CUSHMANN & STAIN FORTH, Gi. siakensis (LEROY), Globo
subdehiscens BLOW. Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dan Miosen
Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam
formasi ini. Kemungkinan sebagian dan Formasi Camba diendapkan dekat daerah
pantai. Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang
di sebelah utara Ujungpandang. Satuan ini tebainya sekitar 5000 m, menindih tak
selaras batugamping dan Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dan Formasi Malawa
6
(Tern), mendatar berangsur berubah ladi bagian bawah dari Formasi Walanae
(Tnipw); diterobos oleb retas, sil dan stok bcrsusunan basal piroksen, andesit dan
diorit.
breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga
amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobos oleh retas, sil dan stok bensusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
hipersten, tufa batuan basa, andesit, andesit, andesit trakit dan basal leusit
(Subroto dan Saefudin, hubungan tertulis, 1972); dan tefrit leusit, hasanit leusit,
Penarikhan Kalium Argon pada oaman basal dan lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta
tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan ten tulis, 1972), dash dan ande dan Iokasi 1
dan 2 masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (J.D.
Obradovich, hthungan tertulis, 1974), dan basal dan Birru menghasilkan 6,2 juta
moluska dan sepaian koraL Sisipan tufa gampingan, baxupasir tufa gampingan,
fosil foraminifera.
6
Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973,
1974) dan iokasi Td.7 dan Td.358 adalah: Globigerina venezuelana (HEDBERG),
t34rMs LEROY, Gd. obliquus BOLLI, Gd. ruber (D’ORBIGNY), Gd. sacculifer
- Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasiés
kaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercinikan oleh limpahan
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan
sarang, berbutir halus sampai kasar; putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat mud
6
Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh batuan
Globigeri noides sp., Gd. immaturus LEROY, Gd. sacculijer (BRADY), Gd. sub
Operculina sp., Amphistegina sp., Cydo clypeus sp., dan ganggang. Gabungan
serpih; umumnya berwarna muda, putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda.
Batupasir berbutir halus sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri
terutama dan sepaian batuan beku dan sebagian mengandung banyak kuarsa.
barat dan selatan, terdiri dan butiran abu hingga lapili, tufa kristal, setempat
di bagian selatan dan barat, tersusun terutama dan kerikil dan kerakal andesit,
6
trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah karbonat dan klastika bertambah
berselingan dengan napal, batulempung, batupasir dan tufa. Fosil foram kecil
Fosil foraimnifera yang dkenaili oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973, 1974),
batuan Ta. 150, Ta.157, Ta.168, Ta Ta.219, Ta. 240, Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan
meroturnida BLOW & BANNER, GI. tuinida (BRADY), Globo quadrina altispira
sacculifer (BRADY), Gd. obliq BOLLI, Gd. triio (REUSS), Orbulina universa
6
fosil tersebut menuniukkan urnur Miosen Tengah - Pliosen (N.9—N.20). Lagi
pula ditemukan fosil-fosil foraininifera yang lain, moluska, ganggang dan koral
dalam formasi ini. Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S.
Iemah, dengan ke iningan lapisan kurang dan 15°; perlipatan kuat terjadi di
sepanjang lajur sesar, dengan kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi ini di
dengan Batuan Gunungapi Parepare tebal diperkirakan tidak kurang dan 4.500 ini
batulempung, batupasir, dan tufa putih, kelabu muda, dan kelabu kecoklatan
sebagian sarang dan sebagian pejal, setempat berstruktur breksi dan konglomerat;
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lok B.75b
dan Ta. 157 adalah: Amphistegina Open culina sp., Orbulina sp., Rotalia sp., dan
beberapa membentuk punggungan yang sejajar dengan pantai timur, yaitu di barat
Tacipi tersingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi Walanae tebal satuan ini
atas lebih banyak tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava; umumnya
bersifat andesit, sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih merah dan
6
cm, terekatnifa yang jumlahnya kurang dan 50%; lava dan breksi berwarna kelabu
banyak karbonat dan silikat. Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur
hubungan tertulis, 1974), dan penarikan jejak belah pada tufa dan bagian bawah
hubungan tertulis, 1978). Satuan ini tebalnya sekitar 400 m sebagai lanjutan dan
yang tersingkap di Barru, di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai, yang oleh
van Leeuwen (1974) disebut Batuan Gunungapi Langi ditindih tak selaras oleh
batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa diterobos oleh batuan
daerah pegunungan di timur Iembah Walanae, terpisahkan oleh lajur sesar dan
batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian baratnya diterobos
oleh retas
Satuan batuan ini berumur lebih muda dan batugamping Eosen dan lebih tua dan
Formasi Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah dan tebalnya tidak
6
BATUAN GUNUNGAPI PAREPARE:
Tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi, setempat
dengan sisipan lava dan batupasir tufaan; terutama bersusunan trakit dan andesit,
berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan siiangsiur dan
sisa tumbuhan. Sebagian dan batuan gunungapi ini di daerah timur terdiri
terutama dan lava (Tppl), bersusunan trakit, mengandung banyak biotit. Satuan ini
penarikan radiometri pada trakit dan tufa dan timur - laut Parepare (Lembar
Formasj Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, tetapi tidak ada
menghasilkan umur 19.2 jut tahun, dan men-ibenilcan dugaan batuan terobosan
ini ditempatkan selama Miosen (T.M, van Leeuwen, hubungan tertuli! 1978).
hijau ini sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui
sesar naik ke arah baratdaya pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan
di beberapa tempat mengandung puncak dan lensa kroinit satuan ini tebalnya tidak
6
kurang dan 2500 m, dan mempunyai sentuhan sesuai dengan satuan batuan
disekitarnya.
BATUAN MALIHAN: sebagian besar sekis dan sedikit genes secara megaskopik
terlihat mineral di antaranya glaukofan, garnet, epidot, mika dan kiorit di bawah
mikroskop t’Noent & Ziegler (1915) dan Subroto & Saefudin (hubungan tertulis,
1972) mengenai sekis glaukofan, ekiogit, sekis garnet, sekis amfibol, sekis klorit,
sejumlah bongkah besar di daerah batuan malihan di lokasi Te. 149.a sekisnya
mengandng grafit berwarna kelahu, hijau, coklat dan biru. Batuan malihan ini
tersesarkan naik ke arah baratdaya. Satuan ini tebainya tidak kurang dan 2000 m
dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya. Penanikan umur. ada
sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahua j.D.
rijang radiolana merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung;
himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timur laut dan
tersesarkan naik ke arah baratdaya satuan ini tebalnya tidak kurang dan 1750 m,
6
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan (tersebar)
yang berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti pemerian/
gambaran atau urut-urutan lapisan. komposisi dan umur relatif serta distribusi
sejarah buini. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda
perlapisan batuan pada kulit buini. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu
cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian
stratigrafi, yaitu:
1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:
dari studi ini Nicolas Steno membuat empat prinsip tentang konsep dasar
Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan
yang berada diatas lapisan yang lebih tua. “pada waktu suatu lapisan terbentuk
(saat terjadinya pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida,
6
maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan
menjadi beragam posisi.”Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun iniring
6
Gambar 3 : principle of initial horizontality
3.lateral Continuity
walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat mengalaini
6
4.Principle of Cross Cutting Relationship
Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan
selalu berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya. “Jika suatu tubuh atau
hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata
lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (“the present is the key to the
lampau.
6
3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR
diterobosnya
keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu lapisan yang satu dapat
dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan
Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu
bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapat
6
Ahli stratigrafi lainn seperti D’Orbigny dan Albert Oppel juga berperan besar
mengandung fosil yang inirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan
1. Unsur batuan
Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan
pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume buini diisi oleh batuan sedimen
sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting
pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-
lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan
ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat
6
dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu
dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang
2. Unsur perlapisan
secara interpretatif.
6
2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan tersebut
Stratigrafi).
sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kiinia cenderung hanya dibatasi pada sifat yang
5. Keberadaan satuan tidak resini dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.
tidak resini, karena penulis umumnya tidak sanggup mengajukannya secara resini,
2. Tidak konsisten dalam penamaan formasi. Dalam satu cekungan dinamai 2 atau
3. Pada cekungan yang berbeda (yang lain), masih ada pemeta yang menggunakan
6
4. Penyusunan satuan stratigrafi gunungapi dalam SSI, didasarkan pada genesa
diskriptif dangenetik. Hal ini berarti tidak mengidahkan anjuran dari International
keprihatinan terhadap tidak adanya wadah penamaan yang dapat dipakai untuk
dan bahayanya. Ada keinginan dibuat unit-unit stratigrafi lainnya dalam SSI-1996,
para pengusul atas satuan tersebut tidak terselesaikan dalam batas waktunya.
satuan stratigrafi. Dengan catatan bahwa Lexicon ini lebih bersifat literatur resini,
tetapi masih terbuka bagi perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
akumulasi data yang ada. Panitia Sandi Stratigrafi Indonesia perlu dilestarikan dan
pertimbangan.
6
Sandi Stratigrafi Indonesia 1996: Suatu Catatan Perkembangan Sandi
dalam Sandi Stratigrafi Indonesia 1973. Tiga satuan stratigrafi baru: Satuan
perbandingannya :
api, Sikuenstratigrafi.
kaidah yang berbeda dengan Hukum Superposisi, terutama hubungan kontak dan
Indonesia.
Satuan Stratigrafi Kuarter untuk dimasukkan ke dalam SSI-1996, sampai saat ini
6
belum terwujud. Sosialisasi SSI-1996 setelah PIT-IAGI 1996 di Bandung kurang
mendapat perhatian.
1. Era Pra-SSI.. Satuan stratigrafi lebih didasarkan kepada kerangka waktu, dan
penamaannya diikuti oleh kata “series" atau "beds", sebagai contoh Halang Series,
Cidadap Beds.
Formasi Halang.
11, dan Kujung 111), tetapi tidak jelas pemerian waktunya. Akan membingungkan
terbatas "dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000" saja, sehingga timbul problem
pertanyaan: "sejauh mana validitas pelamparan suatu formasi itu", sebagai contoh
Formasi Talangakar dikenal dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat bagian Utara
mengacu kepada "Sandi Stratigrafi Asing" yang pernah muncul dalam Procceding
6
PIT-IAGI sangat tidak diharapkan untuk dikembangkan. Bila dianggap perlu,
satuan stratigrafi yang tidak mengacu pada SSI agar diusulkan kepada Koinisi
SSI-IAGI, untuk dimasukkan menjadi salah satu ayat dalam SSI (Pasal 12 SSI-
1996).
Koinisi SSI 1996 juga memberi peluang apabila ada usulan perubahan,
Dengan adanya kepedulian dan peran aktif para Ahli Geologi di Indonesia,
setiap waktu.
Stratigrafi Indonesia
1. Pada prinsipnya Leksikon yang dirintis oleh P3G mengacu pada SSI 1996.
menghasilkan nama satuan stratigrafi baru yang banyak bermunculan baik resini
6
3. Di antara nama yang diusulkan, terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah
SSI, seperti perbedaan pemerian dan usulan nama yang berbeda untuk satuan
4. Hasil penelitian dan pemetaan geologi oleh P3G hingga kini menghasilakan
bentuk leksikon.
ekonoini, catatan dan acuan, serta dilengkapi dengan peta geografi yang memuat
geologi di Indonesia :
Kuarter dan aktif dan penelitian tidak begitu cepat memberikan nilai ekonoini
tinggi, maka sangat sedikit ahli geologi yang tertarik untuk mempelajari ilmu
gunungapi.
6
2. Kendala Pendidikan Dasar Geologi
dipelajari.
yang menyangkut ilmu dasar dan dalam jangka pendek tidak langsung
berorientasi ke ekonoini.
geologi luar negeri akan menjadi lebih tahu geologi gunungapi Indonesia dan
daripada ‘tuan rumahnya. Akhirnya kita hanya akan menjadi penonton/ pelayan di
negaranya sendiri.
Usaha Penyelesaian
6
2. Memperluas lingkup penerapan satuan stratigrafi gunungapi hingga batuan
(Wartono Rahardjo)
gas buini.
Pendekatan
yang teramati, yang sekaligus menjadi pembatas dari penafsiran tersebut. Kriteria
6
Beberapa Perubahan Pada Konsep Dasar
Ada beberapa konsep dasar Litostratigrafi yang tidak sesuai lagi bila
BATUAN PIROKLASTIK
dihasilkan oleh letusan gunung api. Secara genetik, batuan piroklastik dapat
Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis
gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapili
tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang dihasilkan oleh
erupsi volkanik, material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung api.
6
Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading
normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin berkurang
menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata
dan menebal di bagian lembah. Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang
mengalir menerus antara aliran temperatur tinggi (> 1000C) di mana material
piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang
water; rasio partikel : gas rendah; konsentrasi partikel relatif rendah) yang
mengalir dalam turbulent gas yang panas. Pyroclastic surge dibentuk langsung
dari erupsi explosif phreatomagmatic dan phreatic (base surge) dan dalam asosiasi
struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan
sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi,
6
BAB III
STRATIGRAFI REGIONAL DAERAH PENELITIAN
Adapun satuan batuan yang dijumpai pada daerah penelitian adalah satuan
tufa. Pembahasan tentang satuan tufa pada daerah penelitian dapat diuraikan
mengenai dasar penamaan, ciri fisik litologi, penyebaran dan keterdapatan, umur
Berdasarkan ciri fisik dari batuan yang dijumpai dilapangan maka dapat
diketahui bahwa batuan tersebut merupakan Satuan tufa. Yang tersusun atas
dengan ukuran butir pasir sangat kasar hingga pasir halus. Sehingga berdasarkan
ukuran butirnya, satuan tersebut terbagi atas dua litologi yaitu tufa kasar dengan
ukuran butir pasir sangat kasar hingga pasir kasar, dan tufa halus dengan ukuran
6
3.1.2 Ciri Fisik
Adapun satuan batuan yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu Satuan
Tufa kasar dengan ciri fisik jenis batuan piroklastik, warna segar kuning
kecoklatan hingga abu-abu, warna lapuk coklat tua hingga kuning kecoklatan,
mineral tersusun atas mineral plagioklas, dan biotit, dengan ukuran butir pasir
Tufa halus : jenis batuan piroklastik, warna segar abu-abu kehijauan, warna lapuk
6
Foto 3 : kenampakan litologi tufa halus
Penyebaran satuan tufa yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu dari
arah Barat laut ke Timur Tenggara yang dapat ditentukan berdasarkan arah strike,
sumber seperti peneliti terdahulu, maka dapat diketahui umur dari Satuan tufa
pengendapan dari satuan ini dapat diketahui berdasarkan komposisi kimia yang
6
Hubungan stratigrafi Satuan tufa dengan satuan batuan yang ada diatasnya
adalah tertindih selaras pada formasi Mallawa yang berumur Paleogen yaitu
Paleosen sampai Eosen dan menindih tidak selaras dengan batuan dibawahnya
terjadi kontak tidak selaras dengan batuan dibawahnya, yaitu Satuan tufa yang
berumur Eosen.
BAB IV
SEJARAH GEOLOGI
6
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Eosen dimana pada
yang berasal dari erupsi gunung api dengan ukuran butir pasir sangat kasar hingga
pasir halus, yang terakumulasi pada cekungan yang relative stabil sehingga
membentuk Satuan tufa, proses ini berakhir pada kala Eosen. Seiring berjalannya
yang sekarang.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
6
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari Laporan Lapangan yang telah
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan, tersusun atas satu satuan batuan,
yaitu Satuan tufa yang beranggotakan tufa kasar dan tufa halus. Berdasarkan data-
data yang diperoleh dari lapangan dan dari beberapa referensi yang lain, maka
dapat diketahui bahwa umur dari daerah penelitian yaitu berumur Eosen yang
5.2. Saran
daeah penelitian.