Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti keadaa tanpa rasa
sakit. Anestesia adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu yang
adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi
atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat,
Komponen trias ideal terdiri dari hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot3.
tindakan singkat4.
3
4
cara:
diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang
anestesi kaudal.
penyakit keluarga.
- Pemeriksaan fisik: tinggi dan berat badan, vital sign, jalan nafas,
neurologis.
- Pemeriksaan laboratorium:
>40 tahun)
fungsional
5. Pasien yang tidak dapat hidup/bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa
operasi
2.4.1 Peralatan
umum mesin anestesi terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan, yaitu:4
- Komponen 1: sumber gas, penunjuk aliran gas (flow meter), dan alat
penguap (vaporize)
7
- Komponen 2: sistem napas, yang terdiri dari sistem lingkar dan sistem
magill
teknik anestesi yang akan dipakai sebagai persiapan untuk kemungkinan pemakaina
anestesi umum, selain itu sumber oksigen dan peralatan bantu ventilasi (self-
inflating bag seperti ambu bag) harus tersedia untuk semua prosedur anestesi4.
yang berfungdi menghantarkan oksigen dan gas anestesi dan mesin anestesi kepada
anestesi pada saat sekarang ini terdiri dari kantong udara, pipa yang berlekuk-lekuk,
celah untuk aliran udara segar, katup pengatur tekanan dan penghubung pada
pasien. Aliran gas dari sumber gas berupa campuran oksigen dan zat anestesi akan
mengalir melalui vaporizer dan bersama zat anestesi cair tersebut keluar menuju
sirkuit. Campuran oksigen dan zat anestesi yang berupa gas atau uap ini disebut
berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi yang dihirup kembali. Sirkuit ini juga
diklasifikasikan sebagai open, semi open, semi closed dan closed berdasarkan ada
tidaknya (1) reservoir bag, (2) udara ekspirasi yang dihirup kembali (rebreathing
absorber) serta (4) katup satu arah. Meskipun pengklasifikasian tersebut kadang
A. Sistem insuflasi
ini lebih baik bila dianggap sebagai suatu teknik anestesi tanpa hubungan
pasien, maka hembusan gas rebreathing tidak akan terjadi jika alirannya
cukup tinggi. Pada teknik ini ventilasi tidak dapat dikontrol sehingga gas
diprediksi18.
9
B. Sistem open-drop
Penggunaan sistem open drop diawali oleh Simpson yang pertama kali
dengan menyiramkan zat ini pada sebuah sapu tangan dan diletakkan
uapnya20. Pada teknik ini sejumlah zat anestes inhalasi diteteskan melalui
masker yang dipasang pada wajah penderita diatas mulut dan hidung. Zat
anestesi yang mudah menguap, seperti ether atau halothane menetes diatas
sirkulasi udara yang baik di bawah masker. Ketika proses inspirasi, udara
melewati kain, menguapkan agen cair dan membawa zat anestesi dalam
tekanan uap anestesi (tekanan uap sebanding dengan suhu). Turunan dari
C. Sistem draw-over
udara dan oksigen yang masuk dapat diprediksi dan dikontrol. Alat ini dapat
(PEEP) 18
Pada sebagian besar dasaar alat, udara diambil melalui alat penguap
udara ruang dan agen inhalasi, sering menimbulkan saturasi oksigen (SpO2)
<90%, sehingga dalam situasi ini diperlukan IPPV, suplemen oksigen, atau
11
menggunakan resevoir tabung terbuka sekitar 400 mL, yang melekat pada
sebuah T-piece di sisi atas vaporizer. Kisaran tidal volume dan laju
difat, diantaranya mudah dibawa, kuat, resistensi rendah terhadap aliran gas,
uap.
serta pada kasus-kasus anak. Jika kepala ditutupi, maka katup nonbreathing
D. Rangkaian mapleson
kepala dan leher, serta polusi ruang operasi karena gas buang yang besar.
12
mengeliminasi CO2. Karena tidak ada katup searah dan absorpsi CO2 maka
katup (APL). Bila aliran gas segar melebihi ventilasi semenit alveoli
3. Reservoir Bag
2. Sistem Mapleson B
3. Sistem Mapleson C
4. Sistem Mapleson D
5. Sistem Mapleson E
polusi ruang operasi dan hilangnya panas pasien dan kelembaban. Upaya
2. Dead space
15
3. Resistensi
5. Kontaminasi bakteri
2.4.2 Tahapan
a. Persiapan praanestesi
masuk runangan operasi pasien dalam keadaan puasa. Identitas pasien harus
b. Induksi anestesi
- Premedikasi
Tujuan:
dari pasien
muntah
o Obat antikolinergik
o Obat sedatif
c. Mencegah bradikardi
a. Sulfas atropin
b. Skopolamin
ditimbulkan oleh asetilkolin pada sel efektor organ terutama pada kelenjar eksokrin,
otot polos dan otot jantung. Khasiat sulfas atropin lebih dominan pada otot jantung,
usus dan bronkus, sedangkan skopolamin lebih dominan pada iris, korpus siliare
dan kelenjar6.
meningkat, tetapi tidak berpengaruh langsung pada tekanan darah. Pada hipotensi
karena refleks vagal, pemberian obat ini akan meningkatkan tekanan darah6.
kering dan badan terasa panas akibat pelepasan panas tubuh terhalang melalui
proses evaporasi6.
2.4.2.1.7 Kontraindikasi
Obat golongan sedative adalah obat-obatan yang berkhasiat anti cemas dan
Efek obat ini terhadap saraf pusat dan medula spinalis adalah
mempunyai sifat sedasi dan anticemas yang bekerja pada sistem limbik dan pada
ARAS serta bisa menimbulkan amnesia anterograd. Sebagai obat anti kejang yang
20
bekerja pada kornu anterior medula spinalis dan hubungan saraf otot. Pada dosis
Efek terhadap respirasi adalah pada dosisi kecil (0,2 mg/kgBB) yang
diberikan secara intravena menimbulkan depresi ringan yang tidak serius. Bila
membuat menjadi hipotensi akibat dilatasi pembuluh darah. Efek pada saraf otot
dapat menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supra
spinal dan spinal sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan
dicampur dengan obat lain karena bisa terjadi resipitasi. Jalur vena yang dipilih
intramuskular kurang disenangi oleh karena menimbulkan rasa nyeri pada daerah
suntikan6.
khasiat khusus sebagai anti muntah yang bekerja pada pusat muntah di
perifer sehingga sering digunakan sebagai anti syok. Tekanan darah akan turun
Penggunaan klinik:
c. Antihipertensi
d. Anti muntah
e. Suplemen anestesia
22
adalah penobarbital dan sekobarbital. Digunakan sebagai seasi dan penenang pra
bedah, terutama pada anak-anak. Pada dosis lazim, menimbulkan depresi ringan
derivat difenhidramin. Khasiat yang diharapkan adalah sedatif, anti muntah ringan,
dan anti piretik, sedangkan efek sampingnya adalah hipotensi yang sifatnya ringan6.
menjadi 3 kelompok:6
c. Derivate sintetik:
- Morfinan: lavorvanol
- Propionanilides: metadon
- Tramadol
a. Reseptor Mu
Morfin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor
respirasi
b. Reseptor Kappa
c. Reseptor sigma
d. Reseptor delta
Sebagai obat analgetik, obat ini bekerja pada thalamus dan substansia
gelatinosa medulla spinalis, disamping itu narkotik juga mempunyai efek sedasi.
Menimbulkan depresi pusat napas terutama pada bayi dan orang tua. Efek ini
semakin manifes pada keadaan umum pasien yang buruk sehingga perlu
menimbulkan sepresi sistem sirkulasi, sehingga cukup aman diberikan pada semua
pasien kecuali pada bayi dan orang tua. Pada kehamilan, narkotik dapat melewati
barier plasenta sehingga dapat menimbulkan depresi napas pada bayi baru lahir.
sehingga dapat menimbulkan rasa gatal seluruh tubuh atau minimal pada daerah
suntikan6.
dan keadaan umum yang buruk. Tidak boleh diberikan pada pasien yang
c. Pupil miosis
pernapasan, tekanan darah, nadi dan kedalaman anestesi, misalnya adanya gerakan,
batuk, mengedan, perubahan pola napas, takikardia, hipertensi, keringat, air mata,
midriasis4.
Ventilasi pada anestesi umum dapat secara spontan, bantu, atau kendali
tergantung jenis lama dan posisi operasi. Cairan infus diberikan dengan
Jenis cairan yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid (ringer laktat, NaCl,
25
Dextrose 5%), koloid (plasma expander, albumin 5%) atau transfusi darah bila
atau ke ruang perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum ekstubasi
dilakukan pada saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan
dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil,
setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Pulse oxymetri dimonitor hingga pasien sadar
Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus
sementara. Pasien yang memiliki resiko tinggi hipoksia adalah pasien yang
yang disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen
anestesi ideal (trias anestesi). Trias anestesi dapat dicapai dengan menggunakan
obat yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk pembedahan abdomen
pernapasan4.
Sifat anestesi umum yang ideal adalah:(1) bekerja cepat, induksi dan
pemilihan baik, (2) cepat mencapai anestesi yang dalam, (3) batas keamanan lebar;
(4) tidak bersifat toksis. Untuk anestesi yang dalam diperlukan obat yang secara
langsung mencapai kadar yang tinggi di SSP (obat intravena) atau tekanan parsial
yang tinggi di SSP (obat ihalasi). Kecepatan induksi dan pemulihan bergantung
pada kadar dan cepatnya perubahan kadar obat anastesi dalam SSP 2.
berasal dari pengamatan atas efek pembiusan dengan eter yang berlangsung lambat.
Tanda ini tidak lagi terlihat dalam teknik pembiusan modern karena anestetik masa
mengendalikan pernafasan.
frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan
defekasi.
takikardia.
melemas, dan refleks laring hilang sehingga pada tingkat ini dapat
dilakukan intubasi.
lumpuh total, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan
nafas disini tidak dapat diatasi dengan pernafasan buatan, bila tidak
saraf pusat. Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi
dalam tubuh. Tercapainya konsentrasi obat anestetik yang adekuat dalam otak
untuk menimbulkan anestesi memerlukan transfer obat anestetik dari udara alveolar
kedalam darah dan otak. Kecepatan pencapaian konsentrasi ini bergantung pada
sifat kelarutan anestetik, konsentrasinya dalam udara yang dihisap, laju ventilasi
paru, aliran darah paru, dan perbedaan gradian konsentrasi (tekanan parsial) obat
b) Kelarutannya
d) Ventilasi paru-paru
terutama oleh obat anestetik dengan kelarutan drah yang sedang sampai
tinggi.
anestesi pada jaringan itu, yang bergantung pada kecepatan dan luas
ambilan jaringan.
Kerja neurofisiologik yang penting pada obat anestesi umum adalah dengan
terjadi penurunan aktivitas neuronal. Obat anestetik inhalasi seperti juga intravena
30
barbiturate dan benzodiazepine menekan aktivitas neuron otak sehingga akson dan
gas telah dilaporkan menyebabkan hiperpolarisasi saraf dengan aktivitas aliran K+,
untuk mengaktifkan saluran kation yang semuanya ini dapat menurunkan kerja
yang serupa untuk memudahkan efek penghambatan GABA juga telah dilaporkan
membran neuronal belumlah jelas. Efek ini dapat menghasilkan hubungan interaksi
langsung antara molekul anestetik dan tempat hidrofobik pada saluran membran
protein yang spesifik. Mekanisme ini telah diperkenalkan pada penilitian interaksi
untuk diambil dalam catatan perbedaan struktur yang nyata diantara anestetik,
memberikan interaksi yang kurang spesifik pada obat ini dengan dengan membran
saraf yang akan menghambat. Oleh karena itu, penyerapan dan distribusi tidak
terlalu penting dalam memantau mula kerja efek dalam menentukan mula kerja
anestesi dan halnya mula kerja anestesis umum terhadap sistem saraf pusat dan
memerlukan difusi obat guna mula keja dan lama kerja efek anestesinya.
oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat jaringan,
tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi
nyata terhadap obat yang massa kerjanya singkat atau menengah seperti prokain,
lidokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga
diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi ,dan efek dari toksik sistemik obat akan
berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya 1/3 nya saja.
terjadi dalam jaringan lemak. Setelah fase distribusi awal yang cepat, yang mungkin
menandakan ambilan ke dalam organ yang perfusinya tinggi seperti otak, ginjal,
dan jantung, dikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi karena ambilan dari
jaringan yang perfusinya sedang, seperti otot dan usus. Karena waktu paruh plasma
yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka distribusinya tidak diketahui.
32
Metabolisme dan ekskresi anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma
menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke
dalam urin. Karena anestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi
melalui lipid, maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang
diekskresikan kerana bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain
dan kloroprokain. Penurunan pembersihan anestesi lokal leh hati ini harus
lidokain oleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan lebih lambat dari
pembersihan ini berhubungan penurunan aliran darah ke dalam hati dan penekanan
anestesi local.
rendah pKa makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Anestetik lokal
kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih lama.
- Kecepatan metabolisme
a. Mekanisme Kerja
natrium menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar
mirip dengan yang terjadi pada otot jantung dan anestesi local pun
aksi hilang. Efek yang bertambah tadi merupakan hasil dari ikatan anestesi
local terhadap banyak dan makin banyak saluran natrium; pada setiap
saluran, ikatan menghasilkan hambatan arus natrium. Jika arus ini dihambat
melebihi titik kritis saraf, maka propagasi yang melintas daerah yang
dihambat ini tidak mungkin terjadi lagi. Pada dosis terkecil yang dibutuhkan
kelarutan lipid selama obat menahan kelarutan air yang cukup untuk
terakhir lebih kuat dengan masa kerja yang panjang. Obat-obat tadi terikat
lebih ekstensif pada protein dan akan menggeser atau digeser dari tempat
tidak saja terbatas pada hilangnya sensasi sakit dan nyeri yang diinginkan.
35
Aplikasi suatu anestesi local terhadap suatu akar serabut saraf, serabut
paling kecil B dan C dihambat lebih dulu. Serabut delta tipe A akan
pasif pada serabut tadi (berhubungan dengan constant ruang) jadi lebih
singkat. Selama mula kerja anestesi local, bila bagian pendek serabut
menyalurkan impuls.
propagasi impuls. Makin tebal serabut saraf, makin terpisah jauh nodus
serabut saraf yang tidak bermielin pada ukuran yang sama. Dengan
kecepatan yang lebih lambat dengan potensial aksi yang singkat (0,5
terlibat pada transmisi nyeri berfrekuensi tinggi. Oleh karena itu, serabut
ini dihambat lebih dulu dengan anestesi local kadar rendah dari pada
serabut A alfa.
melingkari bundle dan oleh karena itu saraf ini akan terpapar lebih dulu
Halotan
a. Kardiovaskular
b. Pernapasan
d. Ginjal
e. Hati
f. Uterus
Metabolisme
Potensi anestesi umum kuat, induksi dan penyembuhan baik, iritasi jalan
napas tidak ada, serta bronkodilator yang sangat baik. Sedangkan kerugiannya
adalah depresi miokard dan pernapasan, sensitisasi miokard terhadap aritmia yang
diinduksi oleh katekolamin, serta aliran darah serebral menurun yang dapat
Indikasi Klinik
Efek samping/Toksisitas
asidosis metabolik. Secara umum, hal ini berakibat fatal kecuali jika
Enfluran
a. Kardiovaskular
b. Respirasi
d. Ginjal
Metabolisne
Isofluran
a. Kardiovaskular
b. Respirasi
c. Ginjal
bedah saraf 2.
Metabolisme
Sevofluran
menyengat, dan tidak begitu mengiritasi saluran napas, serta absorpsinya cepat. Zat
ini tidak stabil secara kimiawi. Bila terpajan absorben CO2, Sefofluran akan terurai
ion flour yang juga merusak ginjal. Indikasi klinik: sebagai anestesi umum untuk
Sensitivitas Toksisitas
Halotan ↑ ↑ ↓ ↓ ↓ +++
Enfluran ↑ ↑ ↓ ↓ ↓ +
↑(stimulas
Isofluran -- -- ↓ ↓ i --
awal)
Sevofluran -- -- -- -- -- --
cepat melewati stadium II, dilanjutkan stadium III, dan dipertahankan dengan suatu
42
anestesi umum per inhalasi. Karena anestesi IV ini cepat menginduksi stadium
Analgesia adalah hilangnya sensasi nyeri. Relaksan otot adalah obat yang
mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot (misalnya
kerjanya obat-obat pelumpuh otot dapat dibagi menjadi obat pelumpuh otot
menjadi 3 grup lagi yaitu obat kerja lama' sedang' dan singkat. Obat-obat pelumpuh
relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin) dan
memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang
43
sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang
besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level
kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
B. Ciri Kelumpuhan
pemberian cepat intravena. Rerata obat pelumpuh otot yang hilang dari plasma
yang lebih lambat (klirens). Meskipun terdapat perubahan distribusi dalam aliran
darah' anestesi inhalasi memiliki sedikit efek atau tidak sama sekali pada
menghasilkan tingkat blokade saraf tertentu dengan adanya anestesi volatile. Bila
perdarahan akut' dosis obat yang sama menghasilkan konsentrasi plasma yang lebih
tinggi dan potensi nyata akumulasi obat. Waktu paruh eliminasi obat pelumpuh otot
tidak dapat dihubungkan dengan durasi kerja obat-obat ini saat diberikan sebagai
digolongkan menjadi:
doksakurium, mivakurium.
2. Steroid:pankuronium,vekuronium,pipekuronium,ropakuronium,
rokuronium.
3. Eter-fenolik : gallamin.
4. Nortoksiferin : alkuronium.
Non Depolarisasi
atau tetanik.
edrophonium (dosis 0,5-1,0 mg/kg), dan fisostigmin yang hanya untuk penggunaan
oral (dosis 0,01-0,03 mg/kg). Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik sehingga
usus dan pandangan kabur sehingga pemberiannya harus disertai vagolitik seperti
2.5.7 Analgesik
Menurut kamus perobatan Oxford (2011), obat anti nyeri bermaksud suatu
obat yang meredakan rasa nyeri. Obat anti nyeri ringan (aspirin dan parasetamol)
digunakan untuk meredakan nyeri kepala, nyeri gigi dan nyeri reumatik ringan
manakala obat anti nyeri yang lebih poten (narkotika atau opioid) seperti morfin
dan petidin hanya digunakan untuk meredakan nyeri berat memandangkan ia bisa
aspirin, indometasin dan fenilbutazon bisa juga meredakan demam dan inflamasi
a. Jenis-Jenis Analgesik
46
kepada dua kelompok yaitu analgesika perifer dan analgesika narkotika. Analgesika
perifer (non-narkotika) terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
Hampir semua obat AINS mempunyai tiga jenis efek yang penting yaitu:
al., 2007). Enzim ini memainkan peranan penting dalam menjaga homeostasis
COX-2 pula diinduksi dalam sel-sel inflamatori diaktivasi. Dalam hal ini,
1) dan tumour necrosis factor-α (TNF- α), endotoksin dan faktor pertumbuhan
(growth factors) yang dilepaskan menjadi sangat penting dalam aktivasi enzim
ginjal, jaringan vaskular dan pada proses pembaikan jaringan. Tromboksan A2,
proliferatif 11.
Analgesik ini khususnya digunakan pada terapi nyeri tumpul yang tidak
terlokalisasi dengan baik (viseral). Nyeri somatik dapat ditentukan dengan jelas dan
bisa diredakan dengan analgesik opioid lemah. Morfin parenteral banyak digunakan
untuk mengobati nyeri hebat dan morfin oral merupakan obat terpilih pada
perawatan terminal.
Morfin dan analgesik opioid lainnya menghasilkan suatu kisaran efek sentral
yang meliputi analgesia, euforia, sedasi, depresi napas, depresi pusat vasomotor
(menyebabkan hipotensi postural), miosis akibat stimulasi nukleus saraf III (kecuali
petidin yang mempunyai aktifitas menyerupai atropin yang lemah), mual, serta
muntah yang disebabkan oleh stimulasi chemoreceptor trigger zone. Obat tersebut
juga menyebabkan penekanan batuk, tetapin hal ini tidak berkaitan dengan aktivitas
opioidnya. Efek perifer seperti konstipasi, spasme bilier, dan konstriksi sfingter
vasodilatasi dan rasa gatal. Morfin mengalami metabolisme dalam hati dengan
48
inaktif, dan morfin-6-glukuronid, yaitu analgesik yang lebih poten daripada morfin
sehingga mempunyai awitan kerja lebih cepat bila diberikan secara suntikan. Kadar
puncak yang lebih tinggi menimbulkan sedasi yang lebih kuat daripada morfin.
nyeri hebat.
menyakitkan.
morfin. Metadon digunakan secara oral untuk terapi rumatan pecandu heroin atau
Akan tetapi, ibuprofen kurang menarik untuk pencandu karena tidak memberikan
sangat rendah terhadap reseptor opioid. Sekitar 10% obat mengalami demetilasi
dalam hati menjadi morfin, yang bertanggung jawab atas efek analgesik kodein.
menghasilkan analgesia yang jauh lebih ringan daripada morfin. Kodein juga
a. Obat-Obat Hemodinamik
maldistribusi (mis. Pada shock sepsis dan anafilaksis). Bila kegagalan sirkulasi
CO = SV x HR
1. Adrenaline/Epinephrine
Efek: menaikkan laju nadi dan tekanan darah, vasokinstriksi, bronkodilatasi melalui
cardiac arrest
diharapkan
harus dimonitor dengan ketat (lebih baik dengan arterial line) dan obat sebaiknya
2. Noradrenalin
menaikkan TD
Dosis: larutkan 4 mg dalam 250 ml dextrose 5%, infuse dimulai dengan dosis 4-
8mg/mnt, titrasi
3. Dopamin
Efek: merupakan inotropik kuat, menaikkan laju denyut nadi dan menguatkan
Dosis: larutkan 250 mg kedalam 250-1000 dextrose 5%, dan mulai dengan dosis
diberikan lewat vena tepi yang besar tapi yang terbaik lewat vena sentral. Dapat
4. Dobutamin
Dosis; larutkan 250 mg dalam 250-1000 ml D5% dan mulai dengan dosis 2,5 mg/kg
BB per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan. Walaupun dapat
52
diberikan levat vena tepi yang besar tapi yang terbaik lewat vena sentral, dapat juga
Peringatan: pemberian lewat infuse harus dimonitor dengan ketat dan diberikan
Dosis:
pembuluh darah.
Rumus; dosis x BB x 60
jumlah mcg/cc
5. Heparin
Indikasi; prevensi dan pengobatan thrombosis vena dalam, prevensi thrombus pada
katub protetic dan untuk pengobatan emboli pulmonum. Untuk efek terapi dapat
Dosis; Iv: 5000Unit diikuti dengan infuse 40.000 unit/24 jam, atau 10.000 unit tiap
6 bulan; SC: 5000 unit sebelum pembedahan kemudian 5000 unit setiap 8-12 jam.
6. AMINOPHILYLLINE
Dosis:
Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia
lanjut, chirrosis hepatis atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan
7. ANTACID
gastritis, duodenitis reflux esophagitis, dispepsi non ulkus dan prevensi stres ulcus.
Dosis: Untuk pengobatan dispepsia: 1-2 tablet atau 10-20 ml. Untuk pengobatan
8. BUPIVACAINE (Marcain)
9. CALCIUM
Efek: inotropik ringan, mengurangi efek depresi citrate pada jantung, pada transfusi
Indikasi: Pada tranfusi darah (lebih dari 1 unit/5 menit pada orang dewasa)
hiperkalemia, tetani.
10. CIMETIDINE
lambung
Sediaan: injeksi 100mg/ml dalam ampul 2 ml. Tablet 200mg, 400 mg, 800 mg.
Indikasi: pengobatan ulkus lambung dan ulkus duodenum jinak refluks esofagitis
Dosis:
IV : 100-200 mg/jam selama 2 jam, bila perlu dapat diulang setelah 4-6 jam.
Infus: 400 mg dalam 100ml NaCl 0,9% diberikan dalam 1 jam dan diulang seteah
4-6 jam. Dapat juga dengan infus kontinyu 50-100 mg/jam selama 24 jam
Oral: 400 mg 2xsehari atau dosis tunggal 800 mg selama 4-6 minggu
ginekomasti (jarang))
11. DIAZEPAM
Dosis:
IV 5-20 mg, dengan efek bervariasi pada Titrasi, mulai dengan 0,1
PR 0,25 mg/kgBB
Efek samping: Mengantuk, kurang kooperatif, depresi napas atau obstruksi terutam
pada pasien tua, kadang terjadi hipotensi. Metabolit diazepam dapat terakumulasi
pada pemberian per infus selama beberapa hari dengan dosis tingi. Dianjurkan
Perhatian: pada pemberian intravena dapat menyebabkan kerusakan pada vena dan
pada pemberian jangka lama sebaiknya digunakan jalur vena sentral, sebaiknya
nyeri
12. LARGACTIL
Efek: Merupakan transquiliser mayor dengan efek sedatif anti emetic dan berguna
untuk pengobatan hiccup yang persisten. Selain itu juga merupakan vasodilator dan
13. DIGOXIN
positif)
Sediaan: Injeksi: 250 mg/ml dalam ampul. Tablet: 62,5 mg, 125 mg
Dosis:
IV: 0,5 mg dalam 15 menit dan diulang setelah 6 jam kemudian dilanjutkan
pemberian peroral.
Oral: Untuk digitalis cepat mulai dengan 0,75-1,5 mg diikuti dengan 0,25 mgsetiap
Lama kerja: Half life: 34-51 jam dan lebih lama pada gagal ginjal
Efek samping: Pada pasien dengan insufisiensi renal atau hipokalemia biasanya
lebih mudah terjadi keracunan digoxin dengan gejala: mual, muntah, aritmia
Perhatian: pemebrian digoxin intravena harus pelan atau perinfus dan hanya pada
situasi darurat. Dosis harus diturunkan bila pasien telah mendapat obat glikoside
14. EPHEDRINE
darah, meningkatkan laju denyut nadi dan kontraktilitas melalui reseptor alpha dan
15. FUROSEMIDE
indikasi sampai dapt dipastikan bahwa penderita benar tidak kekurangan cairan
Dosis: 0,3 – 1 mg/kgBB. Pada gangguan renal dibutuhkan dosis yang tidak tinggi
hipokalemia
darah vena, pada dosis yang besar juga menyebabkan dilatasi arteri koroner
Infus: 50 mg dilarutkan dalam 250 dextrose 5% titrasi juga dapat diberikan dengan
syringe pump
Perhatian: pemberian lewat infus harus dimonitor dengan sangat ketat dan obat
17. HYDROCORTISONE
Indikasi: asma akut, shock anaphylactic, reaksi alergi, reaksi obat, reaksi transfusi,
Pediatric: sampai umur 1 tahun 25mg; 1-5 tahun 50mg; 6-12 tahun 100mg
osteoporosis, ulcus pepticum. Perubahan netral dapat terjadi seperti: euphoria dan
disphoria. Gangguan pertumbuhan pada anak. Pada pengobatan lama dapat juga
Perhatian: untuk mencegah efek withdrawal, maka perlu dilakukan tapering dosis
18. LABETALOL
lambatnya laju denyut nadi, dan menurunkan kekuatan kontraksi. Juga pada
60
reseptor alpha sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Akibatnya akan terjadi
19. METHYLDOPA
Sediaan: 50 mg/ml dalam ampul 5 ml. Tablet: 125 mg, 250 mg, 500 mg
Dosis: IV: 250 mg- 500 mg dalam 500 ml Dextrose 5%, infus
Lama Kerja: 8-48 jam (oral), onset 4-6 jam, Durasi 16 jam (iv)
20. MORPHINE
Efek: Merupakan Analgesik opiat yang bekerja pada otak dan medula spinalis
Dosis: Dewasa : 10-15 mg larutan dalam 10 ml titrasi atau dengan syringe pump
Efek samping: mual, muntah, depresi nafas, kontraksi otot polos kadang kolik
kantung empedu, dapat memperburuk nyeri pada kolik renal, sedasi gatal di kulit
21. LIGNOCAINE
Efek: sebagai anestesi lokal, juga menstabilkan membran sel miokard sehingga
Sediaan: 0,5%, 1%, 2%, 4%, 5%, 10% dalam ampul 2 ml atau vial 2 ml dan 50 ml
Indikasi:
1:200.000
IV: untuk aritmia ventrikuler: 1-1,5 mg/kgBB plain bolus dan diikuti dengan infus
kalau perlu
22. PHETIDINE
Perhatian: pasien <5 kg, cidera kepala, penyakit saluran nafas, orang tua
62
23. NALOXONE
Efek samping: bila naloxone digunakan untuk mereverse suatu over dosis opiat
maka efek analgesiknya akan ikut hilang sehingga problem nyeri akan timbul
24. NIFEDIPINE
25. NITROPRUSID
Efek samping: hipotensi, muntah, pusing dan nyeri perut terutama apabila tetesan
tekanan darahnya. Obat ini harus terlindung dari cahaya dan segera digunakan
26. NORADRENALINE
tekanan darah
Dosis: larutkan 4 mg dalam 250 ml D5%, infus dimulai dengan dosis 4-8 mg/menit
titrasi
27. PHENYTOIN
ambang kejang
Suspensi: 30 mg/5 ml
Indikasi: untuk prevensi dan mengontrol kejang pada grandmal epilepsi dan lobus
tiap 6 jam
Efek samping: toxic akut ataxia, nystagmus dan bicara tidak jelas, hirsutisine,
28. SALBUTAMOL
Efek: merupakan bronkodilator kuat yang bekerja pada reseptor beta 2 susunan
Dosis dewasa:
perinfus
29. VERAPAMIL
Dosis: intravena 5 mg pasien dan diulang setelah 5 menit sampai dosis maksimum
10-15 mg
30. WARFARIN
Efek: memperpanjang coagulasi darah dan dapat diukur melalui protrombin time.
Dosis: 10 mg/hari selama 3 hari diikuti 2-8 mg/hari sampai nilai protrombin time
normal
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan, MR. petunjuk praktis anestesiologi edisi 11.
3. Oloan SM. Anestesi umum dan anestesi lokal. Medan: FKUMI.2012. Hal 1-5,
43-47
4. MansjoerA, Supro H, Wardani, dkk. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid II.
6. Mangku, dr, Sp. An. KIC & Senapathi, dr, Sp. An., 2010. Buku Ajar Ilmu
7. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR., 2007. Pelumpuh Otot. Petunjuk Praktis
9. Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.
10. Morgan Jr GE, Mikhail MS, Murray Mj., 2006. Clinical Anesthesiology. 4th ed.
11. Fendrick, A.M., Pan, D.E., and Johnson, G.E., 2008. OTC Analgesics and Drug
12. Suleman, A., 2006. Tinjauan Farmakologis Obat-Obat Analgesik Untuk Rasa
13. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2007. Pharmacology.
14. Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Pendekatan Proses Keperawatan. EGC. Kovac,
MedicineAbstrack, pp : 1-2.
15. Oxford University Press, 2011., Concise Medical Dictionary. 9th ed. UK:
16. Rachmat, L., Sunatrio S., 2004. Obat pelumpuh otot. Anestesiologi. Bagian
17. Bready LL, Mullin RM, Noorily SH. 2007. Anesthesia Breathing System. In:
Decision Making in Anesthesiology. 4th ed. Texas: Mosby Elsevior. Hal 14-8
18. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2006. Breathing System. In: Clinical
Anesthesiology. 4th ed. McGraw-Hill. New York: Lange Medical Books. Hal
242-52
19. Roth PA, Howley JE. 2007. Anesthesia Delivery Systems. In: Basic of
20. Michael AE, Ramsay MD. 2000. Anesthesia and Pain Management at Baylor
21. Brockwell RC, Andrews JJ. 2010. Inhaled Anesthetic Delivery Systems. In: