http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 9-18
ISSN: 2443-2202
Suriata
Bimbingan dan Konseling, Universitas Borneo Tarakan
email: suriata_nishahoky@yahoo.com
Abstract: The study aimed at discovering (1) the analysis on the values of Karia’s culture, (2) the
implication of Karia’s culture in guidance and counseling service. The study was a qualitative
approach with a case study. Data were analyzed using descriptive data analysis and observation
analysis. The subjects of the study were prominent people, teenagers who will conduct Karia’s culture,
teenagers who have conducted karia’s culture, and experts of guidance and counseling. The results of
the study revealed that (1) five main values of Karia’s culture were kafoluku (self understanding and
behavior), kabhansule (understanding of role), kalempagi (growth and development), kafosampu (faith
and independence), katandano wite (humble and trusteeship), linda (self existence); (2) the implication
of values of Karia’s culture in guidance and counseling service was indicated in basic service of
family guidance.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran nilai-nilai budaya karia. (2)
Implikasi budaya karia dalam layanan bimbingan dan konseling. Teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah analisis data deskriptif, dan analisis observasi. Subjek penelitian ini yaitu tokoh adat, remaja
yang akan melaksanakan budaya karia, remaja yang telah melaksanakan karia, dan ahli Bimbingan
dan Konseling. Hasil penelitian ini mengemukakan (1) lima nilai utama budaya karia yang diuraikan
ke dalam prosesi budaya karia antara lain: kafoluku (pemahaman diri dan tingkah laku), kabhansule
(pemahaman peran), kalempagi (pertumbuhan dan perkembangan), katandano wite (rendah hati dan
amanah), dan linda (aktualisasi diri). (2) Implikasi nilai-nilai budaya karia dalam layanan bimbingan
dan konseling dalam penelitian ini teridentifikasi dalam bentuk layanan dasar bidang bimbingan
keluarga.
9
10 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 1 Juni 2015
nilai-nilai dari generasi dahulu ke pihak generasi Bimbingan yang diberikan dalam budaya
yang sedang tumbuh. karia memiliki tujuan yang sejalan dengan
Menurut Daoed Joesoef (Salam, 2002: bimbingan dan konseling yaitu agar peserta didik
116) : dapat memahami diri termasuk potensi dan tugas
Kebudayaan kiranya dapat diartikan perkembangannya, mampu memahami ling-
sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan kungan, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta terhadap norma yang berlaku dalam lembaga
perasaan (estetika) manusia dalam rangka pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
perkembangan kepribadian manusia, Secara umum sasaran dari bimbingan dan
perkembangan hubungan manusia dengan konseling adalah mengembangkan apa yang
manusia, hubungan manusia dengan alam, dan terdapat pada diri tiap-tiap individu secara
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha optimal agar setiap individu bisa berguna bagi
Esa. dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat
Salah satu tradisi yang diwariskan yaitu pada umumnya. Secara lebih khusus sasaran
budaya karia yang berasal dari Propinsi Sulawesi pembinaan pribadi melalui layanan bimbingan
Tenggara. Sebagai propinsi kepulauan, Sulawesi dan konseling mencakup tahapan-tahapan
Tenggara terdiri dari empat etnis asli yaitu Muna, pengembangan kemampuan-kemampuan: (1)
Tolaki, Buton, dan Morenene. Budaya karia pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri,
sendiri merupakan tradisi pingitan bagi anak (2) pengenalan lingkungan, (3) pengambilan
perempuan yang berasal dari etnis Muna. Dalam keputusan, (4) pengarahan diri, dan (5)
adat suku Muna, setiap anak perempuan yang perwujudan diri (Sukardi dan Kusmawati, 2008:
akan memasuki usia remaja diwajibkan untuk 9).
menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat Natawidjaja (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 6)
hari empat malam, dua hari dua malam, atau mengartikan bimbingan dan konseling sebagai
sehari semalam tergantung kesepakatan antara suatu proses pemberian bantuan kepada individu
penyelenggara karia dengan tetua adat yang dilakukan secara berkesinambungan,
(pomantoto), atau disesuaikan dengan tingkat supaya individu dapat memahami dirinya,
sosial atau kasta dalam masyarakat Muna. sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan
Menjadi tanggung jawab bagi setiap orang dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tua di Muna untuk mendidik anak perempuan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
mereka dengan pengetahuan dasar sebelum keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada
memasuki masa dewasa dan kehidupan berumah umumnya. Bimbingan dan konseling membantu
tangga. Seperti dalam sebuah ungkapan filosofi individu mencapai perkembangan diri secara
orang tua Muna “kadekiho polambu, ane paeho optimal sebagai makhluk sosial.
omandehao kofatawalahae ghabu” yang berarti Budaya karia yang terus dijalankan oleh
jangan engkau menikah, sebelum engkau masyarakat Muna hingga saat ini, belum mampu
memahami empat penjuru/sisi dapur. Ungkapan menghasilkan pemahaman nilai yang mendalam
ini memberikan penegasan betapa pentingnya dari peserta karia dari tiap prosesi yang
memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal dilakukan. Dari hasil studi awal penulis,
anak sebelum menjadi perempuan dewasa yang ditemukan fakta para remaja yang dikaria hanya
siap berumah tangga. sebatas melaksanakan ritual namun tidak
Budaya karia tidak hanya terbatas pada memahami kandungan filosofi dari kegiatan
proses dan konsep urutan-urutan pelak- upacara adat karia. Hal ini berbuah menjadi
sanaannya, tetapi yang paling penting adalah sebuah kekhawatiran bagi kalangan orang tua di
bagaimana pemahaman dan pendalaman nilai- Muna, apalagi terpaan transformasi dan
nilai dari setiap sesi kegiatan dan simbol-simbol globalisasi yang dapat mengubah karakter hidup
yang ada di dalamnya. Tradisi karia bertujuan remaja yang perlahan-lahan meninggalkan nilai-
untuk membekali anak perempuan dengan nilai- nilai moral budayanya.
nilai etika, moral, dan spiritual berkaitan dengan Budaya karia sebagai salah satu wujud jati
statusnya sebagai anak, calon ibu, istri, maupun diri budaya masyarakat Muna memiliki peran
posisinya sebagai bagian dari masyarakat yang penting dan relevan dengan upaya pembentukan
telah memasuki masa dewasa. karakter. Nilai-nilai budaya karia mengandung
proses bimbingan bagi kaum perempuan dalam
Suriata, Analisis nilai-nilai budaya ... | 11
hal pembinaan watak, karakter, dan pemahaman juga merupakan bagian dari pendidikan kaum
diri. Secara umum tujuan pelaksanaan budaya perempuan dalam menghadapi bahtera
karia sejalan dengan sasaran bimbingan dan kehidupan berkeluarga.
konseling yaitu untuk mengenal, memahami dan Prosesi pelaksanaan karia terdiri dari 8
mengembangkan diri tiap individu secara prosesi yakni: a) Kafoluku yaitu peserta
optimal sehingga mampu bermanfaat bagi dimasukkan dalam tempat yang telah dikemas
dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya. khusus tempat karia yang disebut suo khusus
Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk bagi putri-putri raja dan songi untuk golongan
menganalisis nilai-nilai budaya karia yang masyarakat umum. Tahapan ini merupakan
dijalankan oleh masyarakat Muna dan analogis bahwa manusia berada di alam arwah
selanjutnya mengkaji lebih mendalam implikasi yaitu tempat gelap gulita hanya Tuhan yang
nilai-nilai budaya karia tersebut dalam layanan dapat mengetahuinya. b) Proses Kabhansule
bimbingan dan konseling. Adapun yang menjadi yaitu proses perubahan posisi yang dipingit.
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Awalnya posisi kepala sebelah barat dengan
gambaran nilai-nilai budaya karia dan baring menindis kanan selanjutnya posisinya
memahami implikasi budaya karia dalam dibalik kepala ke arah timur, kedua tangan di
layanan bimbingan dan konseling. bawah kepala tindis kiri. Kondisi ini diibaratkan
Karia dalam pengertian “kari” yang pada posisi bayi yang masih berada dalam
artinya sikat/alat pembersih mengandung kandungan yang senantiasa bergerak dan
pengertian secara filosofi yaitu merupakan berpindah arah atau posisi. c) Proses Kalempagi
proses pembersihan diri seorang perempuan diawali dengan proses debhalengka yaitu
menjelang dewasa atau peralihan dari remaja ke membuka pintu kaghombo (pingitan). Secara
dewasa. Proses ini dilakukan dengan harapan filosofi kalempagi berarti pelampauan atau
bahwa seorang wanita ketika telah disyarati melewati yaitu proses peralihan dari remaja ke
dengan ritual karia maka dianggap lengkaplah usia dewasa. Oleh karena itu menurut tradisi di
proses pembersihan diri secara hakiki. Keper- Muna bahwa yang dikaria harus usia remaja
cayaan masyarakat Muna bahwa upacara ritual yang menjelang dewasa. d) Kafosampu
karia menjadi kewajiban bagi setiap orang tua (Pemindahan peserta karia dari rumah ke pan-
yang memiliki anak perempuan. Karena itu ggung) Pada hari keempat menjelang maghrib,
proses pembersihan diri melalui ritual karia para gadis pingitan siap dikeluarkan dari rumah
menjadi tanggung jawab orang tua. atau ruang pingitan ke tempat tertentu yang
Berdasarkan filosofi adat Muna bahwa disebut bhawono koruma (panggung). Pada
ritual karia sebagai proses pembersihan diri waktu mereka diantar ke panggung tidak boleh
dengan harapan bahwa anak perempuan yang menginjak atau menyentuh tanah. Gadis-gadis
menjelang dewasa telah disiapkan dari sejak dini yang mendampingi peserta karia harus yang
sebagai tempat persemaian rahasia (benih-benih masih hidup kedua orang tuanya. Mereka
keturunan) dari laki-laki untuk mendapatkan bertugas memegang sulutaru, yaitu semacam
keturunan yang saleh dan salehah. Konsep ini pohon terang yang terbuat dari kertas warna-
terkait dengan pendidikan seumur hidup (long warni dan di puncaknya dipasangkan lilin yang
life education). Ternyata di Muna telah menyala. Pengertian lain dari sulutaru adalah
diaplikasikan dalam kehidupan keluarga melalui merupakan isyarat, harapan dari peserta karia
ritual karia. Hal ini dapat teramati dalam proses agar ke depan memperoleh jalan hidup yang
upacara karia bahwa pelaksanaannya bukan lebih cerah. Oleh karena itu, nyala lilin di puncak
hanya sekedar upacara ritual, tetapi merupakan sulutaru menjadi simbol masa depannya. e)
proses pembinaan mental, moral agama, dan Proses Katandano Wite adalah langkah keempat
perilaku agar kelak memperoleh benih-benih dalam proses karia. Katandano wite yaitu
keturunan yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai sentuhan tanah pada ubun-ubun, dahi, dan
dengan pemahaman orang tua di Muna bahwa, selanjutnya seluruh persendian hingga pada
mendidik anak harus dilakukan sebelum anak itu telapak kaki para peserta karia dengan etika
lahir bahkan sebelum roh kedua orang tuanya sebagai berikut:
hidup bersatu dalam satu rumah tangga. Ritual Pegawai sarah mengambil tanah dari
karia disamping sebagai proses pembersihan diri, tempat yang telah disediakan (piring putih)
12 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 1 Juni 2015
kemudian melakukan proses katandano wite tenggelam, terapung, dan ada pula yang hanyut
(sentuhan tanah) dari ubun-ubun turun ke dahi terbawa air. Berdasarkan pemaknaan orang tua
dengan menggambarkan huruf alif. Setelah bahwa kondisi mayang pinang berkaitan dengan
katandano wite selesai maka proses selanjutnya masa depan peserta karia baik jodoh maupun
adalah pembacaan doa selamat sebagai tanda rezeki. Tetapi itu hanya sebatas praduga dan
syukur bahwa segala kegiatan telah selesai dan kebenarannya tidak dapat dipastikan (La Oba
mendoakan agar peserta karia, seluruh keluarga, dkk, 2008).
dan seluruh yang hadir di acara tersebut dapat Menurut Tolbert (Hikmawati, 2011: 1)
menjalani kehidupan yang penuh berkah dan bimbingan adalah seluruh program atau semua
tanggung jawab. f) Linda Setelah rangkaian kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan
acara selesai maka pomantoto atau pemandu yang diarahkan pada membantu individu agar
melakukan tari linda sebagai pendahuluan yang mereka dapat menyusun dan melaksanakan
kemudian disusul oleh peserta karia secara rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam
berurutan yang dimulai dari putri tuan rumah dan semua aspek kehidupannya sehari-hari.
seterusnya disusul oleh peserta yang lain secara Bimbingan merupakan layanan khusus yang
bergiliran berdasarkan urutan duduknya. berbeda dengan bidang pendidikan lainnya.
Pemaknaan tari linda yang dipertunjukkan oleh Bimbingan menurut Prayitno (2004: 99)
peserta karia dapat dimaknai dalam beberapa adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
aspek yaitu: (1) dari aspek estetika bahwa oleh orang yang ahli kepada seorang atau
sebagai perempuan harus mampu menunjukkan beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
kemampuan sesuatu yang indah dan berseni maupun dewasa; agar orang yang dibimbing
sebagai lambang keempuan wanita yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya
menggambarkan jiwanya yang halus; (2) dari sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan
aspek kejuangan bahwa perempuan yang dikaria kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
telah mampu melampaui perjuangan melawan dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang
hawa nafsu dalam songi, sehingga sebagai berlaku.
simbol kegembiraan maka dilakonkan suatu Tujuan umum bimbingan dan konseling
tarian yaitu linda. ; (3) dari aspek pembentukan adalah untuk membantu individu memper-
keluarga, bahwa dalam pertunjukkan tari linda kembangkan diri secara optimal sesuai dengan
yang dilakoni oleh peserta karia biasa terjadi tahap perkembangan dan predisposisi yang
sebagai langkah awal perkenalan antara laki-laki dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-
dan perempuan untuk kemudian saling jatuh bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
cinta yang dipertalikan dengan kagholuno (seperti latar belakang keluarga, pendidikan,
samba. g) Kahapui (Membersihkan) Esok status sosial ekonomi), serta sesuai dengan
harinya setelah acara kafosampu diadakanlah tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini,
acara kahapui, yaitu acara ritual pemotongan bimbingan dan konseling membantu individu
pisang yang telah ditanam atau disiapkan di untuk menjadi insan yang berguna dalam
depan rumah penyelenggara acara karia. kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan,
Pemaknaan pohon pisang dalam proses ini pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian,
merupakan simbol bahwa kehidupan pisang yang dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan
silih berganti, bila dipotong satu maka akan diri sendiri dan lingkungannya (Prayitno, 2004:
tumbuh yang lain sebagai penggantinya. h) 114).
Kaghorono Bhansa sebagai penutup dari Dilihat dari masalah individu, ada empat
rangkaian acara upacara karia adalah kaghorono jenis bidang bimbingan yaitu: (1) bimbingan
bhansa. Pada acara ini, bhansa/mayang pinang belajar, (2) bimbingan sosial pribadi, (3)
yang dipakai untuk memukul-mukulkan badan bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga.
peserta karia dihanyutkan ke dalam sungai. Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang
Filosofi dari acara ini adalah melepaskan diarahkan untuk membantu individu dalam
segala etika buruk yang ada pada peserta karia. menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
Tetapi oleh sebagian orang tua di Muna hal ini belajar. Yang tergolong masalah belajar yaitu
menjadi isyarat jodoh, nasib, dan takdir peserta pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan atau
karia. Misalnya, pada saat dilakukan kaghoro konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-
bhansa, kondisi mayang pinang ada yang tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan
Suriata, Analisis nilai-nilai budaya ... | 13
sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, akan dimasukinya kelak (Yusuf dan Nurihsan,
dan lain-lain. Bimbingan belajar dilakukan 2008: 10).
dengan cara mengembangkan suasana belajar- Pelayanan bimbingan dan konseling
mengajar yang kondusif agar terhindar dari mempunyai lingkup yang cukup luas. Ditinjau
kesulitan belajar. dari segi pelayanan yang diberikan, layanan
Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan dan konseling dapat mencakup
bimbingan untuk membantu para individu dalam layanan berikut: (1) Layanan orientasi, yaitu
memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. pelayanan bimbingan dan konseling yang
Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memungkinkan peserta didik (konseli)
memantapkan kepribadian dan mengembangkan memahami lingkungan yang baru dimasuki
kemampuan individu dalam menangani masalah- peserta didik, untuk mempermudah dan
masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan memperlancar berperannya peserta didik di
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi lingkungan yang baru itu. (2) Layanan informasi,
yang seimbang dengan memperhatikan keunikan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan memungkinkan peserta didik (konseli) menerima
yang dialami oleh individu. dan memahami berbagai informasi yang dapat
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
membantu individu dalam perencanaan, pengambilan keputusan untuk kepentingan
pengembangan dan pemecahan masalah-masalah peserta didik (konseli). (3) Layanan penempatan
karir seperti: pemahaman terhadap jabatan dan dan penyaluran, yaitu pelayanan bimbingan dan
tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan konseling yang memungkinkan peserta didik
kemampuan diri, pemahaman kondisi ling- (konseli) memperoleh penempatan dan
kungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyaluran yang tepat misalnya penempatan dan
penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah- penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar
masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir jurusan atau program studi, program pelatihan,
terkait dengan perkembangan kemampuan magang, kegiatan kurikuler atau ekstrakurikuler
kognitif, afektif, maupun keterampilan individu sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta
dalam mewujudkan konsep diri yang positif, kondisi pribadinya. (4) Layanan pembelajaran,
memahami proses pengambilan keputusan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
maupun perolehan pengetahuan dalam kete- memungkinkan peserta didik (konseli)
rampilan yang akan membantu dirinya memasuki mengembangkan diri berkenaan dengan sikap
sistem kehidupan sosial budaya yang terus dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar
menerus berubah. yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
Bimbingan keluarga merupakan upaya belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan
pemberian bantuan kepada individu sebagai kegiatan belajar lainnya. (5) Layanan konseling
pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu perorangan, yaitu pelayanan bimbingan dan
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, konseling yang memungkinkan peserta didik
memberdayakan diri secara produktif, dapat (konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap
menciptakan dan menyesuaikan diri dengan muka (secara perorangan) dengan guru
norma keluarga, serta berpartisipasi aktif dalam pembimbing (konselor) dalam rangka
mencapai kehidupan keluarga yang bahagia. pembahasan dan pengentasan permasalahan
Bimbingan perkembangan di lingkungan pribadi yang dideritanya. (6) Layanan bimbingan
pendidikan merupakan pemberian bantuan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan
kepada seluruh peserta didik yang dilakukan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta
secara berkesinambungan, supaya mereka dapat didik secara bersama-sama melalui dinamika
memahami dirinya (potensi dan tugas-tugas kelompok memperoleh berbagai bahan dari
perkembangannya), dan memahami ling- narasumber tertentu (terutama dari guru
kungannya sehingga mereka mampu meng- pembimbing/konselor) dan atau membahas
arahkan diri, dan menyesuaikan diri secara secara bersama-sama pokok bahasan (topik)
dinamis dan konstruktif terhadap norma yang tertentu yang berguna untuk menunjang
berlaku atau tuntutan lembaga pendidikan, pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan
keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai
14 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 1 Juni 2015
individu maupun sebagai pelajar, dan untuk layanan bimbingan dan konseling. Untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. (7) memperoleh data yang dibutuhkan dalam
Layanan konseling kelompok, yaitu pelayanan penelitian ini, maka digunakan alat pengumpul
bimbingan dan konseling yang memungkinkan data yang meliputi teknik wawancara mendalam,
peserta didik (konseli) memperoleh kesempatan observasi, dan dokumentasi. Data yang
untuk pembahasan dan pengentasan terkumpul kemudian dianalisis dalam kegiatan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika yang meliputi reduksi data, display data dan
kelompok. (8) Aplikasi instrumentasi bimbingan mengambil kesimpulan dan verifikasi, prosedur
dan konseling, yaitu kegiatan pendukung analisis data. Teknik keabsahan data yang
bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan digunakan dalam penelitian ini yakni triangulasi.
data dan keterangan tentang peserta didik Untuk menguji keabsahan data yang telah
(konseli), keterangan tentang lingkungan peserta diperoleh maka peneliti melakukan triangulasi
didik dan “lingkungan yang lebih luas”. metode dan triangulasi sumber sehingga data
Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan yang diperoleh memiliki tingkat kepercayaan
berbagai instrumen, baik tes maupun nontes. (9) yang tinggi berdasarkan fokus dan tujuan
Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan penelitian.
pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
relevan dengan keperluan pengembangan peserta
didik (konseli). (10) Konferensi kasus, yaitu Berdasarkan hasil penelitian dengan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling menggunakan pendekatan kualitatif
untuk membahas permasalahan yang dialami menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya karia
oleh peserta didik (konseli) dalam suatu forum yang terbagi dalam delapan prosesi, diantara
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak prosesi tersebut yakni kafoluku, kabhansule,
yang diharapkan dapat memberikan bahan, kalempagi, katandano wite, dan linda, hasil
keterangan, kemudahan dan komitmen bagi analisisnya merujuk pada satu layanan
terentaskannya permasalahan tersebut. (11) bimbingan dan konseling yaitu pada bidang
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan keluarga.
bimbingan dan konseling untuk memperoleh Seperti yang diungkapkan Yusuf dan
data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi Nurihsan (2008: 10) yang menjelaskan bahwa
terentaskannya permasalahan peserta didik dilihat dari masalah individu, ada empat jenis
(konseli) melalui kunjungan ke rumahnya. bidang bimbingan dan konseling yaitu: (1)
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial pribadi,
dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. (12) (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga.
Alih tangan kasus yaitu, kegiatan pendukung Bimbingan keluarga sebagai salah satu bidang
bimbingan dan konseling untuk mendapatkan bimbingan dan konseling merupakan upaya
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas pemberian bantuan kepada individu sebagai
masalah yang dialami peserta didik (konseli) pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu
dengan memindahkan penanganan kasus dari menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memberdayakan diri secara produktif, dapat
memerlukan kerja sama yang erat dan mantap menciptakan dan menyesuaikan diri dengan
antara berbagai pihak yang dapat memberikan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi
bantuan atas penanganan masalah tersebut aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
(Sukardi dan Kusmawati, 2008: 10). bahagia.
Adapun hasil analisisnya dapat kita lihat
pada tabel berikut:
METODE Tabel 4.2. Prosesi dan Nilai Budaya Karia
Individu yang telah memiliki pemahaman berpartisipasi aktif mencapai kehidupan keluarga
diri maka secara tidak langsung akan paham yang bahagia. Orientasi harapan masa depan
akan perannya dalam keluarga, lembaga dalam hal membina keluarga juga menjadi
pendidikan dan masyarakat. Nilai prosesi perhatian dalam layanan bimbingan. Seperti yang
kabhansule dan kalempagi memberikan wujud diungkapkan Sukardi dan Kusmawati (2008: 13)
bimbingan yang membantu individu memahami bahwa dalam bimbingan, individu dibantu untuk
diri sekaligus memahami perannya sehingga mengenal dan berhubungan dengan lingkungan
mampu mengarahkan diri, menghadapi tantangan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur,
atau kesulitan dan mengatasi suatu masalah yang tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan,
berujung pada pencapaian kebahagiaan hidup. dan salah satu pokoknya yakni orientasi tentang
Secara umum sasaran dari bimbingan hidup berkeluarga.
adalah mengembangkan apa yang terdapat pada Seperti yang kita ketahui, tak jarang
diri tiap-tiap individu secara optimal agar setiap individu terlibat banyak masalah yang
individu bisa berguna bagi dirinya sendiri, diakibatkan oleh kelemahan-kelemahan diri
lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya. seperti kepribadian yang sombong, egois, manja
Hal ini sejalan dengan kebutuhan tiap manusia dan tidak mandiri, serta mudah putus asa. Dalam
untuk mengembangkan diri dalam bentuk kondisi inilah, bimbingan hadir untuk mengatasi
aktualisasi diri di lingkungannya. Untuk hal tersebut. Karena seperti pendapat Yusuf
meningkatkan aktualisasi diri, berbagai potensi (2006: 44) bahwa seseorang dapat dikatakan
dan kondisi positif individu dalam rangka telah berhasil bila mampu memecahkan masalah
perkembangan dirinya harus terus terpelihara dan dengan baik, tidak mudah frustasi, putus asa,
terkembangkan. atau bersikap sabar dalam menghadapi suatu
Boy dan Pine dalam Yusuf (2006: 35) masalah. Suatu bimbingan diarahkan untuk
mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan adalah memantapkan kepribadian dan mengembangkan
membantu siswa/individu menjadi lebih matang kemampuan individu dalam menangani masalah-
dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu masalah dirinya.
siswa/individu maju dengan cara positif, Lebih lanjut, Prayitno dalam Sukardi dan
membantu dalam sosialisasi dengan Kusmawati (2008: 2) mengungkapkan bahwa
memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
sendiri. Persepsi dan wawasan individu berubah, kepada seseorang (individu) atau sekelompok
maka timbullah reorientasi positif terhadap orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi
kepribadian dan kehidupannya. pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini
Dalam budaya karia tepatnya pada prosesi mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya
tari linda, remaja perempuan melakukan tari dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a)
linda sebagai sebuah ungkapan kegembiraan. mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b)
Nilai utama dari prosesi ini yaitu diharapkan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara
kepada mereka yang telah dikaria mampu positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan,
mengembangkan potensi yang dimiliki dan (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri.
berani untuk mengaktulisasikan diri dalam Secara khusus bimbingan dan konseling
lingkungannya. Nilai ini tentunya memiliki bertujuan untuk membantu siswa atau peserta
implikasi yang jelas bagi sebuah layanan didik agar dapat mencapai tugas-tugas
bimbingan dimana bimbingan yang dikemas perkembangan dalam hal keimanan kepada
dalam tari linda membantu individu menjadi Tuhan Yang Maha Esa. Seperti yang
lebih matang dan lebih mengaktualisasikan diungkapkan Yusuf (2006: 41) bahwa tujuan
dirinya, membantu individu maju dengan cara bimbingan dan konseling yaitu (a) agar individu
positif, membantu dalam sosialisasi dengan memiliki komitmen yang kuat dalam
memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
sendiri. ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
Layanan bimbingan utamanya bimbingan dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan
keluarga sebagai upaya pemberian bantuan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,
kepada individu agar mereka mampu maupun masyarakat pada umumnya, (b)
menciptakan keluarga yang harmonis, mem- memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama
berdayakan diri secara produktif, serta lain, dengan saling menghormati dan memelihara
Suriata, Analisis nilai-nilai budaya ... | 17