Endapan mineral (bahan tambang ) merupakan salah satu kekayaan alam yang
berpengaruh dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui
kuantitas dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu diusahakan dengan
tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan eksplorasinya. Semakin
lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan
yang bermanfaat untuk kepentingan manusia dan tidak termasuk kedalam bahan
galian logam, batubara, batu mulia, maupun migas dan panas bumi. Menurut
Madiadipoera, dkk. (1990), bahan galian industri dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
• Batugamping
• Dolomit
• Kalsit
• Batukeprus
• Fosfat
• Oniks
• Gips
• Rijang
• Bentonit
• Fireclay
• Ballclay
• Zeolit
• Felspar
• Yodium
• Doatomea
• Mangan
• Perlit
• Obsidian
• Batuapung
• Belerang
• Opal kalsedon
• Kayu terkersikan
• Tras
• Pasir vulkanik
• Alkali felspar
• Mika
• Asbes
• Lempung
• Kaolin
• Pasir kuarsa
• Sirtu
• Gypsum
• Talk
• Magnesit
• Barit
• Firofilit
• Toseki
• Kaolin
6. BGI yang terkait dengan batuan metamorf
• Marmer
• Batusabak
• Kuarsi
• grafit
mineral dan cadangan. Dasar atau kriteria klasifikasi di sejumlah negara terutama
adalah tingkat keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Hal ini dipelopori oleh US
Bureau of Mines dan US Geological Survey (3), yang hingga sekarang masih dianut
(2), Amerika Serikat (1), Kanada dan lain-lain. Negara-negara tersebut mengikuti
klasifikasi cadangan terbukti (proven) dan terkira (probable) dari Securitas dan
dalam hal ini Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council) telah
menyusun usulan klasifikasi cadangan dan sumberdaya mineral yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh semua pihak (5). Selain kriteria tersebut di atas, PBB juga
Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya klasifikasi sumber daya
mineral dan cadangan yang baku sehingga berbagai pihak baik instansi pemerintah
mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya mineral atau cadangan sering
menimbulkan kerancuan.
mineral tidak ada hubungannya dengan ukuran volume/tonase atau kadar / kualitas,
berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses
mengenai endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
daya mineral dan cadangan yang masih bisa diterima sesuai dengan tahap eksplorasi.
Kelayakan Tambang (Mine Feasibility) adalah tingkat kelayakan tambang dari suatu
endapan mineral apakah layak tambang atau tidak berdasarkan kondisi ekonomi,
Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral untuk
geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi
yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya
dilakukanapabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain
yang mempunyai kondisi geologi yang sama. Prospeksi (Prospecting) adalah tahap
mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia
dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga
merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang
membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas
dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat
digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci
diperlukan.
mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah
diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan
kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling)
mineral yang diekstrasi, adanya perubahan harga dan biaya, perkembangan teknologi
terkait, peraturan untuk masalah lingkungan dan peraturan lainnya serta data
eksplorasi yang dilaksanakan bersamaan dengan penambangan. Laporan tersebut
memberikan status mutakhir mengenai sumber daya mineral dan cadangan secara
rincian dan tepat. Layak Tambang adalah keadaan yang menunjukkan bahwa
endapan mineral dapat ditambang secara ekonomik. Belum Layak Tambang adalah
keadaan yang menunjukan bahwa salah satu atau beberapa faktor dalam studi
cadangan.
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan
pada tahap Survai Tinjau. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Prospeksi. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Eksplorasi Rinci. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral
geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua
faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
penyebaran endapan bahan galian secara mendatar, cara geosifika yang dilakukan itu
a) Untuk Mencari Logam Setelah cara geofisika dilakukan, maka tergantung pada
endapan yang akan diselidiki baru dilakukan penyelidikan secara geofisika. Untuk
mineral logam sulfida, biasanya dilakukan penyelidikan cara potensian diri, tahanan
magnet untuk mengetahui penyebaran alterasi dan batuan lain yang mengintrusi.
Demikian juga cara gaya berat untuk mengetahui struktur geologi. Sedangkan untuk
mineral logam oksida dilakukan penyelidikan geofisika cara magnet dan cara gaya
berat.
b) Untuk Survey Mineral Industri dan Batubara Survey cara geofisika tidak banyak
dipakai dalam mencari atau melokaslisasi endapan mineral industri atau batubara,
sebab tidak begitu sulit seperti endapan mineral logam. Penyebaran endapan-endapan
ini cukup luas. Pada masa-masa akhir ini, karena diperkirakan sebelum melakukan
pengeboran eksplorasi cara geofisika lebih mudah, maka cara geofisika juga
dilakukan. Yang banyak dilakukan adalah cara tahanan jenis untuk mengetahui tebal
lapisan, seperti kaolin, pasir kuarsa dan batubara. Selain tahanan jenis juga dipakai
cara seismik dangkal untuk menentukan tebal lapisan. Pada survey batubara juga
loging radioaktif, loging potensial dan loging caliper untuk menentukan bentuk
c) Untuk Survey Minyak Bumi dan Gas Alam serta Panas Bumi. Oleh karena
penyelidikan minyak bumi dan gas alam berhubungan erat dengan bentuk struktur
penyelidikan panas bumi, yang juga banyak hubungannya dengan struktur dan jenis
lapisan tempat uap panas bumi didapat, maka cara penyelidikan geofisika yang
dipakai adalah cara gaya berat dan cara tahanan jenis. Sekarang ini sedang
Eksplorasi endapan bahan galian ini dibandingkan dengan endapan mineral logam,
lebih sederhana. Hal ini disebabkan adanya penyebaran endapan ini yang luas dan
formasinya tidak sulit. Dengan demikian penentuan cadangan dan mutunya tidak
begitu sulit seperti mineral logam. Sebagai contoh endapan bauan beku atau intrusi
sesederhana seperti mineral industri, hal ini disebabkan terjadinya mineral logam
tidak teratur. Sebagai contoh ada yang berbentuk orok (dike), urat atau tersebar
(disseminated).
f) Cara-Cara Penentuan Cadangan Dan Mutu Endapan Bahan Galian. Menentukan
cadangan suatu endapan bahan galian, perlu ada pembuktian yang dapat dilihat. Oleh
karena endapan bahan galian pada umumnya terletak dibawah permukaan, maka
atas, perlu memahami dulu bentuk endapan itu dari hasil pemetaan geologi,
tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam Sukandarumidi,
dapat dibagi menjadi : Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping :
Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum. Sub
Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya : bentonit, ballclay
B. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit,
pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt,
ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika,
dan asbes
D. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan
letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok kalsedon,
F. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer,
Maka sebagian besar bahan galian industri termasuk bahan galian tidak
termasuk a atau b atau lebih dikenal sebagai Golongan C yang juga sering disebut
bahan galian industri dan di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral termasuk dalam Mineral Non Logam, yang di dalamnya termasuk batuan.
Definisi di atas sekarang ini sudah tidak tepat lagi, karena dengan semakin
yang panjang dan komplek. Demikian pula dengan batas-batas bahan galian industri
sangat sukar ditetapkan, sebagai contoh, bahan galian kromit, zirkon, bauksit,
mangan, dan tanah jarang yang merupakan bahan galian logam, namun dapat pula
diklasifikasikan sebagai bahan galian industri bila produknya berbentuk mineral yang
telah diolah dan digunakan langsung sebagai bahan baku dalam industri manufaktur.
Dalam industri manufaktur dan konstruksi, peranan bahan galian industri sebagai
bahan baku sangat penting, yang pada umumnya berfungsi untuk memperbaiki mutu
ataupun untuk memperoleh produk akhir dengan spesifikasi tertentu. Tidak sama
halnya dengan bahan galian logam, dalam bahan galian industri tidak dikenal adanya
proses daur-ulang dari produk padat mineral (kecuali gelas), serta tidak ada bahan
substitusi selain di antara bahan galian itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah dalam
hal ini Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral sedang mengajukan Undang-
Undang mengenai pengaturan Mineral dan Batubara, yang masih berupa konsep dan
penggolongan bahan galian akan sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri
terdapat dalam semua formasi batuan, mulai dari formasi batuan berumur Pra-Tersier
sampai Kuarter, baik yang berasosiasi dengan batuan beku dalam dan batuan
volkanik maupun berasosiasi dengan batuan sedimen dan batuan malihan. Mineral
non logam sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dapat
dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dari bahan galian itu. Dengan kata lain
bahwa mineral non logam sebenarnya sangat vital bagi kehidupan manusia, hampir
semua peralatan rumah tangga, gedung, bangunan air, obat, kosmetik, alat tulis dan
gambar, barang pecah belah dan lain-lain, dibuat langsung atau dari hasil pengolahan
bahan galian tersebut Sebenarnya mineral non logam tersebar luas di Indonesia,
pesat. Hal ini sejalan dengan kemudahan dan kebijaksanaan Pemerintah dalam
dalam negeri maupun untuk komoditi ekspor non-migas, sudah banyak pengusahaan
mineral non logam yang memberikan sumbangan besar bagi pembangunan nasional,
Sumatera: Semen Padang, Baturaja dan Semen Andalas (kena bencana tsunami,
Aceh) dan Pulau Timor: Semen Kupang. Industri lainnya yang banyak membantu
pembangunan nasional adalah dengan bahan baku mineral non logam adalah: industri
keramik, industri agregat batuan untuk kontruksi, dari skala kecil sampai skala besar.
Serta masih banyak lagi industri, yang mempergunakan bahan baku mineral non
logam.
Dengan terbitnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
daerah sebagai daerah otonom, maka daerah memiliki kewenangan untuk mengelola
sumber daya alam agar dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang
efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi yang tentunya
dalam rangka memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan
dan menghindari tumpang tindih lahan, lingkungan dan banyak hal lainnya,
atau Minerba
suatu golongan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat [2] diatur
korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang,
fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay,
zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit,
zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping
untuk semen, dan batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah
diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,
basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal
kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai
ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan
timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping,
onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure
mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan. Potensi bahan galian industri (mineral non logam) hampir dijumpai di
semua wilayah Indonesia, dari jenis komoditinya mungkin lebih dari 100 jenis,
dengan waktu kurang lebih 3-4 jam, baik itu berupa ceramah umum dan diskusi
sangat sulit untuk dapat memahami keseluruhan mengenai mineral non logam, untuk
itu bahan diklat dibuat secara ringkas, tanpa mengabaikan tujuan dari diklat ini, yaitu
Acuan Evaluasi Pemetaan bahan galian non logam ini mengacu pada :
1. SNI 13-4688-1998, Penyusunan peta sumber daya mineral, batubara dan Gambut
galian
7. Pedoman teknis inventarisasi sumber daya mineral, batubara dan bitumen padat
Timah
Pulau Belitung, Sungai Liat, Pulau Bangka, Pabrik pelabuhan bijih timah terdapat di
Nikel
digunakan dalam baja tahan karat dalam pipa tekanan tinggi yaitu pada bagian
Bauksit
Bintan (Riau) dan Singkawang (Kalimantan Barat). Selain itu, terdapat pula di
Kalimantan Tengah.
Mangan
(Jawa Barat). Tambang mangan juga terdapat di Lampung, Maluku, NTB dan
Sulawesi Utara.
Tembaga
Cikotok : JawaBarat
Kompara : Papua
Perak, Ag
Kekerasan : 2,5 – 3.
Intan
Marmer
Sumatra Barat.
Sumber : http://learnmine.blogspot.co.id/2013/05/penggolongan-bahan-galian-
industri.html