OLEH :
RAHMAN
R1D116067
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis
mengakui banyak mengalami kesulitan. Namun atas bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, terutama kepada dosen pembimbing ENERGI SUMBER DAYA
MINERAL, BapakMARWAN ZAM MILI, ST., MT. sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Untuk itu sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih serta
penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa dapat
melimpahkan rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya
itu kritik dan saran yang baik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan sertadalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha yang telah dilakukan. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM...............................................................................................
A. GENESA BIJIH......................................................................................................
B. SUMBER DAYA DAN CADANGAN..................................................................
C. PERSEBARAN BIJIH DI INDONESIA................................................................
BAB III PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN..............................................................
A. KONDISI PERTAMBANGAN..............................................................................
B. METODE PENAMBANGAN................................................................................
C. PRODUKSI, EKSPORT, IMPORT........................................................................
D. SISTEM PENGOLAHAN DAN KEBERADAAN SMELTER.............................
BAB IV PROSPEK DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH...........................................
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG NILAI TAMBAH.............................
B. HARGA BIJIH DAN HARGA LOGAM...............................................................
C. PENINGKATAN NILAI TAMBAH......................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
TABEL. 2.1. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2008)
TABEL. 2.2. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2003)
TABEL. 2.3. Sumber Daya dan Cadangan Besi Laterit
TABEL. 2.4. Sumber Daya dan Cadangan Pasir Besi tahun 2003
TABEL.2.5.Sumberdaya dan Cadangan Komoditi Utama Pertambangan(dalam Juta Ton)
DESDM dalam Alamsyah, 2006
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki berbagai sumber daya
mineral. Di samping potensi cadangannya cukup besar juga karena kualitasnya sangat baik
sehingga menjadi incaran para investor dari luar negeri. Selain itu, jenis mineral yang
dimiliki ternyata sangat bermanfaat bagi industri-industri manufaktur, bernilai ekonomi
tinggi, dan memiliki keterkaitan hulu dan hilir yang tinggi bagi sektor perekonomian lainnya.
Beberapa di antaranya adalah tembaga emas, perak, timah, bauksit, nikel dan pasir besi.
Hampir seluruh potensi tersebut sudah diusahakan/dieksploitasi baik oleh perusahaan
pemerintah, swasta nasional, maupun internasional, karena jenis-jenis tersebut memiliki nilai
ekonomi tinggi.
Bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan sendirinya di
alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya.Bahan
tersebut dapat berupa logam maupun non logam, dan dapat berupa bahan tunggal ataupun
berupa campuran lebih dari satu bahan. Proses terbentuknya endapan bahan galian adalah
komplek dan sering lebih dari satu proses yang bekerja bersama-sama. meskipun dari satu
jenis bahan, misalnya logam, kalau terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan
menghasilkan tipe endapan yang berbeda pula. Contohnya adalah endapan bijih besi, bijih
nikel, dan bijih bauksit.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. GENESA BIJIH
Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam maupun
bukan logam.Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi
untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan
lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan
oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang
cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam
pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses
laterisasi.Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah:
(1)Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium,
(2) Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan,
(3) Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah,
(4) Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering),
(5) Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan,
(6) Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum,
(7) Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan.
Sumber daya adalah bagian dari endapan bahan galian dalam bentuk dankualitas tertentu serta
mempunyai prospek yag beralasan yang memungkinkan untukditambang secara ekonomis .Lokasi,
kualitas, dan kuantitas karakteristik geologi dankemenerusan dari lapisan endapan telah
diketahui. Menurut tingkat keyakinan geologisumber daya terbagi atas 3 kategori yaitu
:1. Sumber daya jategori tereka2. Sumber daya kategori tertunjuk3. Sumber daya kategori terukur .
Cadangan adalah bagian dari sumber daya yang tertunjuk dan terukur
dapatditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan harus melelui
perhitungandilutiondanloses.
yang muncul pada saat batubara ditambang. Penentruan cadangan secaratepat telah dilaksanakan
yang mungkin termasuk pada studi kelayakan.Penetuatersebt harus telah mempertimbangkan
smeua faktor-faktor yang berkaitan sepertimetode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial, dan peraturanpemerintah. Penentuan ini harus dapat memperlihatkan bahwa pada saat
laporandibuat , penambangan ekonomis dapat ditentukan secara kemungkinan.
Dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan didasarkan pada tingkat keyakinangeologi dan kajian
kelayakan.Pengelompokan tersebut mengandung 2 aspek yaituaspek geologi dan aspek ekonomi.
Berdasarkan itngkat keyakinan geologi, sumber daya terukur harus
mempunyaitingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya terunjuk,
begitu juga sumberdaya terunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggin
Tabel. 2.1. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2008)
Sumber Daya (ton) Cadangan (ton)
Jenis Cebakan
Bijih Logam Bijih Logam
Bijih Besi Primer 381.107206,95 198.628764,63 2.216.005 1.383256,80
Laterit Besi 1.585.195.899,30 631.601.478,77 80.640.000 18.061.569,20
Pasir Besi 1.014.797.646,30 132.919.134,62 4.732.000 15.063.748
Besi Sedimen 23.702.188,00 15.496.162,00 - -
Sumber : Neraca Sumber Daya Mineral Logam dan Non Logam, Pusat Sumber Daya Geologi
2008
Tabel. 2.2.Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2003)
Sumber Daya (ton) Cadangan (ton)
Jenis Cebakan
Bijih Logam Bijih Logam
Bijih Besi 76.147.311 35.432.196 - -
Laterit Besi 1.151.369.714 502.317.988 215.160.000 8.193.580
Pasir Besi 89.632.359 45.040.808 28.417.600 15.063.748
Sumber : Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun
2003, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2004
Tabel. 2.3. Sumber Daya dan Cadangan Besi Laterit
Sumber Daya (ton) Cadangan (ton)
Provinsi
Bijih Logam Bijih Logam
Nanggroe Aceh Darussalam 400.000 - - -
Lampung 135.000 93.150 - -
Banten 126.000 61.147.000 - -
Jawa Barat 500.000 225.000 - -
Jawa Timur 84 46,58 - - -
Kalimantan Selatan 560.247.700 265.371.407 - -
Sulawesi Selatan 371.500.000 182.035.000 - -
Sulawesi Tenggara 59.080.930 10.261.997 4.520.000 670.349
Maluku Utara 193.425.000 58.50.000 52.320.000 7.218.856
Sumber : Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun
2003, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2004
Tabel. 2.4. Sumber Daya dan Cadangan Pasir Besi tahun 2003
Sumber Daya (ton) Cadangan (ton)
Provinsi
Bijih Logam Bijih Logam
Nanggroe Aceh Darussalam 124.124 68.268 - -
Bengkulu 738.241 434.027 - -
Lampung 74 34 - -
Jawa Barat 23.165.506 11.925.668 10.465.200 5.894.001
Jogjakarta 60.606.000 30.727.000 - -
Jawa Timur 1.100 462 700.000 351.400
Nusa Tenggara Barat 4.270 2.859 - -
Nusa Tenggara Timur 175.000 89.250 - -
Sulawesi Selatan 3.402.500 1.357.125 - -
Sulawesi Tengah 609.772 1.824.110 - -
Sumber: Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun
2003, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
A. KONDISI PERTAMBANGAN
B. METODE PENAMBANGAN
NikelPenambangan secara terbuka dilakukan di Soroako, yang dilengkapi dengan
pabrik peleburah modern. Ekplorasi bijih nikel dilakukan dengan menggunakan alat bor
(mobile driil) dengan spiral bit dan pembutan sumur uji. Sumur uji digunakan sebagai bahan
perbandingan dengan data lubang bor, dan untuk menentukan recovery dari jenis
material.Pemboran dibagi dalam 2 tahapan, yaitu pemboran eksplorasi dan pemboran
pengembangan (development). Pemboran eksplorasi dilakukan dengan jarak lubang bor
antara 200 m x 200 m – 400 m x 400 m, sedangkan pemboran pengembangannya dilakukan
sebelum pemboran tambang dengan jarak 25 m x 25 m, 50 m x 50 m, dan 100 m x 100
m.Dari bubuk hasil pemboran (cutting) dan sumur uji dilakukan pengambilan contoh bijih
untuk setiap kedalaman 1 m. contoh diambil dari limonit berkadar sampai kedasar lubang.
Contoh dipreparasi dan dianalisis unutk mendapatkan data mutu bijih.Klasifikasi cadangan
bijih nikel dibagi dalam 3 kelas yaitu terukur, terkira dan terduga. Dan setiap tempat kerja
harus mempunyaicadangan tidak kurang dari 1 minggupenambangan 70.000 WMT r.o.m
(Wet Metrik tons).Dari hasil cadangan dihitung dengan menggunakan metodaLES(laterit
evaluation Sistem). Pemakain cara ini tergantung pada jenis dan kondisicadangan yang
mempertimbangkan dilution, baik top dilution karena adanya lapisan penutup, maupun
bottom dilution karena adanya batuan dasar.Data cadangan ini dikompilasi dengan
menggunakan komputer ataudengan perangkat lunakmineral resourse inventory(MRI) yang
dapat memberikan informasi mengenai cadangan bijh nikel.
Penambangan diklasifikasikan atas 2 jenis kualitas ore utama, yaitu limonit dan
saprolit.Sedangkan 1 jenis kualitas ore lagi yaitu low grade saprolit (LGSO) dimana kualitas
ore merupakan transisi antara saprolit dan limonit.Ke tiga jenis ore tersebut ditentukan oleh
Tim Eksplorasi dan Perencanaan Tambang. Pelaksanaan dilapangan akan diawasi oleh grade
controller. Limonit ditambang dan diangkut langsung ke tempat pemisahan ukuran
berdasarkan gravitasi atau Grizzly portable. Saprolit ditambang sebagian akan diangkut
langsung ke tempat penyaringan tetap atau disebut Grizzly portable. Pengambilan sample
dilakukan diatas truk dengan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan sebagian akan
dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara atau disebut Stockyard dan pengambilan
sample diatas truk atau pada tumpahan truk dengan ketentuan yang ditetapkan
sebelumnya. Penentuan ore akan diangkut langsung ke grizzly atau diangkut ke stockyard
oleh gradecontrol. Hal ini didasari oleh fackor kualitas. Penambangan harus mengikuti
prosedur tersebut dan penentuan lokasi stock akan ditentukan oleh pihakperusahaan. Operator
Tambang harus menjaga tidak terjadinya pengotoran ore baik limonit atau saprolit pada saat
penggalian di lokasi penambangan (front). Pembatuan jalan di front ataupun tempat
penggalian harus menggunakan batuan yang tidak mengandung silica tinggi diutamakan
menggunakan batuan/boulder sekitar area penggalian yang masih mengandung nikel. Selama
penggalian operator tambang harus memisahkan boulder yang berukuran besar sehingga
dipastikan tidak terangkut sebagai ore. Boulder dapat diangkut sebagai waste ataupun
dipindahkan ketempat aman yang tidak mengganggu kegiatan gali muat disekitar area
penambangan. Saprolit yang disimpan di stockyard pada saat diangkut kembali ke
grizlly portable dipastikan diangkut bersih, tidak terjadi pengotoran dari material lain diluar
tumpukan ore, dan boulder yang besar dipisahkan sehingga tidak terangkut ke grizzly. Tidak
ada pengambilan sample yang dilakukan pada kegiatan ini.
Bauksit diperoleh dalam bentuk lumpur basah.Lumpur ini dikeruk dengan alat-alat
modern, kemudian dicuci.Untuk melebur bauksit menjadi logam alumunium diperlukan
tenaga listrik yang sangat besar. Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di
setiap lokasi mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan
secara selektif dan pencampuran salah satu cara untuk memenuhi persyaratan ekspor.
a. Pembersihan lokal (land clearing) dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat diatas endapan
bijih bauksit.
b. Pengupasan lapisan penutup (Strepping of overburden) yang umumnya memeliki
ketebalan 0,2 meter. Untuk pengupasan lapisan penutup digunakan bulldozer.
c. Penggalian (digging) endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan bijih dengan
dump truck.
d. pencucian
e. Pengangkutan bijih bauksit bersih
f. Penimbunan dan pengapalan
g. Penanganan Tailing dan Air Limbah
h. Reklamasi dan Revegetasi
Dalam proses ini dibatasi jumlah silika reaktifnya karena sangat mengganggu dengan
menghasilkan doubel Na-Al-Silikat yang mempunyai sifat tidak larut. Fe2O3 dan TiO2 tidak
bereaksi dengan NaOH dan tetap dalam residu (Red Mud), sedangkan V2O5, Cr2O3, Ga2O3
larut sebagai by product.
Penambangan biji besi tergantung keadaan dimana biji besi tersebut ditemukan.Jika biji
besi ada di permukaan bumi maka penambangan dilakukan dipermukaan bumi (open-pit
mining), dan jika biji besi berada didalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah tanah
(underground mining).Karena biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur
dengan kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi tersebut terlebih
dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji yang lebih tinggi (25 -
40%). Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode : crushing, screening, dan washing
(pencucian). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 - 65%) serta
memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut .
Tujuan proses reduksi adalah untuk menghilangkan ikatan oksigen dari biji besi. Proses
reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen atau gas karbon monoksida (CO).
Proses reduksi ini ada 2 macam yaitu proses reduksi langsung dan proses reduksi
tidak langsung.
CH4 + H O CO + 3H22 (gas hidro (uap air- (gas reduktor) karbon) panas)
Dengan menggunakan gas CO atau hidrogen dari persamaan diatas maka proses
reduksi terhadap pellet biji besi dapat dicapai melalui reaksi kimia berikut ini :
Fe O23+ 3H22Fe + 3H O2 (pellet) (gas hidrogen) (Besi- (uap air) spons) atau Fe
O 23 + 3CO 2Fe + 3CO 2
2C + O22CO + Panas
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang
dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna
untuk mencairkan besi yang telah tereduksi tersebut.
Untuk pembuatan besi tuang, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk
lempengan-lempengan (ingot) yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran
(foundry). Sedangkan untuk pembuatan baja, besi kasar dalam keadaan cair langsung
dipindahkan dari tanur tinggi ke dalam tungku pelebur lainnya yang sering disebut : tungku
oksigen basa (basic oxygen furnace, atau disingkat BOF).
Dalam tungku BOF ini kadar karbon besi kasar akan diturunkan sehingga mencapai
tingkat kadar karbon baja.
C. PRODUKSI, EKSPORT, IMPORT
Angka ekspor berbagai komoditi mineral dan batubara yang tinggi secara umum
memang telah berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja, penerimaan negara, dan lain-
lain. Namun di sisi lain angka impor yang juga tidak kalah tinggi, telah berdampak negatif,
jika dihitung pasti lebih besar dari dampak positif yang diperoleh. Betapa tidak mengekspor
komoditi dalam bentuk material kasar, bongkahan atau wantah (raw materials) telah
menghasilkan devisa bagi negara, tetapi mengimpor komoditi dalam bentuk bahan setengah
jadi atau bahan jadi juga menyedot devisa dari menjual komoditi yang diekspor. Bukan tidak
mungkin lebih besar daripada sekedar memperoleh devisa dari menjual komoditi yang
diekspor. Hal ini disebabkan harga komoditi yang diimpor lebih mahal daripada yang
diekspor, yang notabene komoditi tersebut juga berasal dari lndonesia.Dalam “bahasa” yang
berbeda, negara pengolah bahan tambang memperoleh nilai tambah dari bahan tambang yang
diimpor dari lndonesia, dan mampu mengembangkan industri pengolahan beserta efek ganda
(multiplier effects) atas keberadaan industri pengolahan tersebut.
Gambar. 3.6. Rantai Produksi Nikel dan Kemungkinan Peningkatan Nilai Tambahnya
Gambar. 3.7. Rantai Produksi Aluminium dan Kemungkinan Peningkatan Nilai Tambahnya
Di Indonesia pada 2006, produksi bauksit sendiri naik 4% menjadi 1,50 juta Wmt
dibandingkan dengan tahun sebelumnya; akan tetapi volume penjualan pada tahun yang sama
mengalami penurunan sebesar 5,01% akibat kondisi cuaca pada akhir tahun yang
menghambat pengapalan. Ekspor bauksit terutama ditujukan ke Jepang.Dengan adanya
pabrik peleburan bauksit di Sumatra Utara, bauksit dapat diolah di dalam negeri dan diekspor
dalam bentuk almunium. Perkembangan ekspor bauksit antara 1998 – 2006 naik rata-rata
sebesar 5,68%. Dengan nilai tersebut diperkirakan jumlah ekspor 2007 naik menjadi 1,57 juta
Wmt. Kenaikan ini tidak lepas dari semakin tingginya tingkat kebutuhan alumunium di
Jepang dan Cina. Selama kurun waktu tersebut, rata-rata biaya produksi akan naik secara
signifikan pada kisaran 15,15%. Dengan asumsi tidak terjadi kenaikan terhadap komponen
produksi maka pada tahun 2007 biaya produksi menjadi US$ 12,47/Wmt.
Proses added-value mineral tidak terlepas dari alur proses pengolahan dan ekstraksi
bahan galian bijih yang telah cukup lama dikenal dalam kegiatan industri metalurgi. Secara
skematis jalur utama proses pengolahan bahan galian bijih ditunjukkan dalam Gambar 2,
dimana pada pandangan konvensional semua jalur proses diarahkan menjadi hasil akhir
logam murni atau paduannya. Masing-masing tahap pemrosesan tersebut memiliki tingkat
pertambahan kualitas dari produk yang dihasilkan. Meskipun hanya pengolahan mineral
seperti pencucian dan pengayakan (screening) pada mineral aluvial, bisa dimungkinkan
terjadi peningkatan nilai tambahnya karena pengurangan kandungan clay-nya dan mineral
berharga terkonsentrasi pada fraksi ukuran tertentu. Peran sampling dan analisisnya sangat
menentukan dalam merancang langkah-langkah pengolahan yang tepat. Proses ekstraksi lebih
lanjut yang melibatkan proses kimia dan/atau suhu tinggi pada umumnya memerlukan
investasi yang tinggi sehingga perlu dipertimbangkan keekonomiannya apabila skala
produksinya tidak cukup tinggi.
Nikel
Produk Hasil Peningkatan Nilai Tambah Dari Nikel
Gambar. 4.3. Pelat Bahan Cupronickel
A. KESIMPULAN
Bijih besi batuan dan mineral dari mana logam besi dapat secara ekonomis
diekstrak.Bijih-bijih biasanya kaya oksida besi dan bervariasi dalam warna dari abu-abu
gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah berkarat.Besi itu sendiri biasanya
ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite (FeO (OH),
limonit (FeO (OH) n (H2O).Atau siderite (FeCO3). Bijih membawa jumlah yang sangat
tinggi dari hematite atau magnetit (lebih besar dari besi ~ 60%) yang dikenal sebagai
"bijih alami" atau "bijih pengiriman langsung", yang berarti mereka dapat diberi makan
langsung ke pembuatan besi blast furnace. Sebagian besar cadangan bijih tersebut kini
telah habis. Bijih besi adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang
merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98% dari bijih besi
ditambang digunakan untuk membuat baja. [1] Memang, telah berpendapat bahwa bijih
besi "yang lebih integral untuk ekonomi global daripada komoditas lainnya, kecuali
mungkin minyak".
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya.Meteorit besi atau siderit,
dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara
komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang
menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di
Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia.
Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari
hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al
(OH) 3, boehmite γ-ALO (OH), dan diaspore α-ALO (OH), bersama-sama dengan oksida
besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio 2 .
Pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama Pierre Berthierpemberian
nama sama dengan nama desa Les Baux di selatan Perancis.
B. SARAN
Lingkungan akan baik tergantung orang yang ada disekitarnya merawat dengan
baik. Baik buruknya suatu daerah adalah penduduk yang mendiami daerah
tersebut.Apabila kita ingin hidup dalam lingkungan yang sehat, maka jagalah lingkungan
disekitar kita, untuk kita, milik kita, oleh tangan kita. Laporan ini seharusnya lebih
banyak sumber agar lebih melengkapi materidari bijih besi, bijih nikel dan bijih bauksit.
DAFTAR PUSTAKA
http://teknikmaju2.blogspot.com/2014/05/penambangan-nikel.html
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i=
526:aplikasi-proses-upgrading-bauksit-dan-tailing-pencucianbauksit&catid=126:laporan-
kegiatan-mineral-dan-batubara-2010&Itemid=118
http://www.ipteknesia.com/ristek/index.php?option=com_content&view=article
&id=266:b&catid=111:bauksit&Itemid=510
http://zincoxideindonesia.blogspot.com/2018/03/understandingsome-applications-of-
zinc.html
http://cara-proses.blogspot.com/2015/01/proses-penambangan-dan-pengolahan-
biji-besi.html
http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/tahap-proses-
pengolahan-bijih-nikel-laterite/