Oleh
∂2 f ∂2 f ∂2 f ∂f ∂f
A + B + C +D +E + Ff + g = 0 (1)
∂x 2 ∂x∂y ∂y 2 ∂x ∂y
Persamaan di atas merupakan persamaan diferensial parsial order dua dan dua dimensi
dengan x dan y sebagai variabel bebas dan f sebagai variabel terikatnya..
Mengacu pada bentuk persamaan di atas, maka persamaan diferensial parsial dapat
dibagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Persamaan Ellips, jika B2-4AC<0
b. Persamaan Parabola, jika B2-4AC=0
c. Persamaan Hiperbola, jika B2-4AC>0
Persamaan (1) di atas dapat diubah dalam bentuk penyelesaian matriks menjadi
∂2 f
2
A B C ∂x2 − D ∂f − E ∂f ∂y − F + G
∂ f ∂x
dx dy 0 = d ( ∂f ∂x ) (2)
∂x∂y
0 dx dy 2 d ( ∂f ∂y )
∂ f
∂y 2
Jika di persamaan diferensial biasa (ODE) kita memerlukan kondisi batas, maka di PDE
ini kita memerlukan:
a. Kondisi awal, dan
b. Kondisi batas.
Setelah kita memiliki kondisi awal dan kondisi batas, maka kita dapat
menyelesaikan PDE ini dengan menggunakan berbagai metode. Dua metode yang
paling sering dipakai adalah metode beda hingga (Finite Difference Method) dan
metode elemen hingga (Finite Element Method). Dalam mata kuliah ini, kita hanya
mempelajari penyelesaian PDE dengan menggunakan metode beda hingga (FDM).
Untuk mengenali pengertian kondisi awal dan kondis batas maka perhatikanlah
Gambar 1 berikut ini.
P(1,2)
P(1,1)
P(2,1)
Gambar 1.
Pada Gambar 1, ada sebuah bidang dua dimensi x dan y yang ditentukan oleh dimensi
waktu, t. Informasi untuk bidang ini yang harus ada sebelum proses perhitungan
dilakukan adalah nilai di titik-titik batas yang ditandai dengan warna merah dan nilai-
nilai awal di semua titik pada saat t=0. Setelah informasi tersebut diperoleh, maka kita
dapat menghitung nilai nilai di titik-titik warna biru pada selang waktu ∆t.
Bentuk umum dari persamaan turunan ellips dalam bentuk persamaan Laplace adalah:
∂2 f ∂2 f ∂2 f
+ + =0 (3)
∂x 2 ∂y 2 ∂z 2
Jika kita menarik operator Laplace sebagai ∇2 , dimana
∂ ∂ ∂
∇= + + ,
∂x ∂y ∂z
Persamaan Laplace seperti di atas ditemukan penerapannya dalam aliran fluida, difusi
massa, difusi panas, elektrostatis dan sebagainya. Untuk menjelaskan aplikasi
persamaan
dy
q(x+dx)
q(x) x
dz
z
dx
Misalkan ada kubus yang terbuat dari material padat dialirkan panas ke bidangnya.
Maka aliran panas dalam benda kubus tersebut mengikut hukum konduksi Fourier
sebagai berikut:
dT
q = −kA (5)
dn
Dimana q adalah transfer energi per satuan waktu (J/detik), T adalah temperatur (K), A
adalah luas tampang bidang aliran panas tersebut (m2), dT/dn adalah kemiringan normal
temperatur (K/m) dan k adalah koefisien konduktifitas suhu material. Sehingga jika
mengacu ke Gambar 2, maka jumlah energi bersih yang masuk ke benda tersebut
adalah sama dengan selisih energi yang masuk (q(x)) terhadap energi yang keluar
(q(x+dx)), atau sebagai berikut:
∂q ( x ) ∂q ( x)
q net , x = q ( x) − q ( x + dx ) = q ( x) − q ( x) + dx = − (6)
∂x ∂x
Pada saat telah tercapai keadaan yang mantap (steady) maka jumlah aliran panas yang
masuk adalah sama dengan jumlah energi panas yang keluar. Ini menjadikan qnet
menjadi nol. Karenanya jumlah dalam 3 arah pun menjadi nol atau
∂ ∂T ∂ ∂T ∂ ∂T
k + k
+ k =0 (10)
∂x ∂x ∂y
∂y ∂z ∂z
Jika konstanta k adalah sama pada semua waktu, maka persamaan (10) dapat menjadi:
∂2 T ∂2 T ∂2 T
+ + 2 =0. (11)
∂x 2 ∂y 2 ∂z
Atau jika kita memakai Operator Laplace ∇2 , maka persamaan (11) menjadi,
∇2 .T = 0 . (12)
Contoh klasik yang sering dimunculkan ketika orang berbicara persamaan turunan
parsial parabolis adalah persamaan difusi, yaitu:
∂f
= α∇2 f (14)
∂t
Jika kita mengacu pada kasus perpindahan panas di PDE ellips, maka disini kita
menganggap bahwa sistemnya adalah sebuah sistem yang tak mantap. Dalam kondisi
ini, terjadi proses penyimpanan panas/energi di bahan padat tersebut sehingga selisih
panas/energi yang masuk dan yang keluar tidak sama dengan nol. Energi/panas yang
tersimpan dalam bahan padat tersebut dapat ditulis dalam persamaan matematika
berikut ini.
E simpan = dm .CT = ( ρdV )CT = ( ρCT ) dV (15)
Dimana ρ adalah rapat massa benda padat (kg/m ), dV adalah perubahan volume (m3), T
3
adalah temperatur (K) dan C adalah panas spesifik (J/kg-K). Dengan demikian, jumlah
energi/panas yang disimpan bahan padat tersebut adalah:
∂ ∂T ∂ ∂T ∂ ∂T ∂( ρCT )
k + k
+ k = (16)
∂x ∂x ∂y
∂y ∂z ∂z ∂t
Jika ρ, C, dan k adalah tetap, maka persamaan dapat dirubah menjadi sebagai berikut,
∂T ∂ 2T ∂ 2T ∂ 2T
= α 2 + 2 + 2 (17)
∂t ∂x ∂y ∂z
∂T
= α∇2T (18)
∂t
Dimana α=k/ρC adalah koefisen difusivitas suhu (m2/detik). Persamaan (17) jika dicari
discriminannya sesuai dengan Persamaan (1) maka B2-4AC=0 sehingga persamaan (17)
disebut sebagai persamaan parabolis.
Persamaan (17) juga dapat dirubah menjadi penyelesaian matriks sebagai berikut:
α 0 0 ∂2T ∂x 2 ∂T ∂t
dx 2
dt 0
∂ T ∂x∂t = d ( ∂T ∂x ) (19)
d ( ∂T ∂t )
2
0 dx dt ∂ T ∂t
2
Salah satu contoh paling umum dari PDE Hirperbolis adalah persamaan gelombang
sebagai berikut:
∂2 f
= c 2 ∇2 f (20)
∂t 2
Untuk menyelesaikan PDE dengan metode FDM maka kita perlu mengacu
pertama sekali dengan pembagian sistem grid. Grid yang dimaksud adalah wilayah
hayalan yang terdiri dari kotak-kotak seperti dapat dillihat pada Gambar 1. Proses
merubah persamaan turunan menjadi bentuk yang operasional dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Metode maju (Forward FDM)
Contoh:
∂f f − fi
≈ i +1
∂x ∆x
b. Metode tengah (Centered Scheme FDM)
∂f f − f i −1
≈ i +1
∂x 2∆x
c. Metode mundur (Backward Scheme FDM)
∂f f − f i −1
≈ i
∂x ∆x
Untuk PDE order dua, maka penyelesaiannya adalah
∂2 f f − 2 f i + f i −1
≈ i +1
∂x 2
∆x 2
5. 2 Penyelesaian PDE Ellips
Untuk masalah yang dua dimensi, maka kita dapat juga menggunakan metode di atas
dengan mengganti variabel bebasnya menjadi variabel x dan y. Cara lain adalah dengan
menggunakan metode penyelesaian 5 point. Metode ini membagi wilayah titik-titik
grid menjadi seperti di gambar 3 berikut.
f(i,j+1)
j+1
∆y
f(i-1,j) f(i,j) f(i+1,j)
j
j-1 f(i,j-1)
i-1 i i+1
∆x
Dengan memisalkan β=∆x/ ∆y, maka persamaan (27) di atas dapat diubah menjadi
( )
f i +1, j + β 2 f i , j +1 + f i −1, j + β 2 f i , j −1 − 2 1 + β 2 f i , j = 0
(28)
f i, j =
1
( f i +1, j + f i , j +1 + f i −1, j + f i , j −1 ) (30)
4
Contoh Soal 1.
Sistem dua dimensi dari sebuah plat tipis dengan lebar 10 cm dan panjang 15 cm
dengan ketebalan 1 cm. Bentuk plat dapat dilihat di Gambar 4 berikut ini.
y
1 cm
15 cm
10 cm
Bagian atas dari pelat temperaturnya dijaga selalu sebagai fungsi dari T=100sin(πx/w),
sedangkan 3 tepi yang lain dijaga supaya selalu bersuhu 0oC. Jika dimensi ketebalan
pelat dianggap tidak penting sehingga pelat dianggap 2 dimensi, maka hitunglah suhu
pelat dengan menganggap keadaan telah mencapai keadaan mantap (steady state).
Penyelesaian:
Pertama sekali, kita perlu membagi pelat 2 dimensi tersebut dalam bentuk grid seperti di
gambar berikut ini.
y
15
0
x
0 2.5 5.0 7.5 10.0
Dengan pembagian seperti di Gambar 5, maka ∆x= ∆y sehingga persamaan (29) atau
persamaan (30) dapat digunakan. Persamaan Laplace untuk masalah pelat ini dapat
ditulis ulang sebagai berikut.
∂ 2T ∂2T
+ =0.
∂x 2 ∂y 2
Maka persamaan (29) untuk soal ini dapat ditulis ulang menjadi
Ti +1, j +Ti , j +1 +Ti −1, j +Ti , j −1 −4Ti , j = 0
Kondisi Batas:
Pada bagian atas suhu di titik-titik atas mengikutipersamaan
T = 100 sin( πx / w)
Jadi pada T0,7=100.sin(π.0/10)=0
T1,7=100.sin(π.2.5/10)=70.74οC
T2,7=100.sin(π.5.0/10)=100οC
T3,7=100.sin(π.7.5.0/10)=70.74οC
T4,7=100.sin(π.10/10)=0