BAB II
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian
dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian
penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama (Sulistyarini &
termasuk meningen, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Infeksi awal
(Sulistyarini & Minarso, 2016). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut:
a) Pasien kambuh: pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
lainnya.
4. Extensively drug-resistant tuberculosis (TB XDR): TB MDR
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
atau OAT lini kedua jenis suntikan secara tidak bersamaan dikenal
dengan:
a) Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART,
atau
b) Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
2. Pasien TB dengan HIV negatif: pasien TB dengan:
a) Hasil tes HIV negatif sebelumnya, atau
b) Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.
3. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: pasien TB tanpa ada
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit (Price
& Wilson, 2015). Menurut Smeltzer & Bare (2015), faktor resiko TB yaitu:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
pernah di imunisasi BCG, ada sumber kontak, ventilasi kurang dari 10%
luas lantai, tidak ada cahaya matahari masuk ke rumah, dan interaksi antara
perilaku merokok dengan rumah penghuni yang padat. Faktor yang paling
(Simbolon, 2007).
2.1.4 Patofisiologi
13
kuman basil TB yang berasal dari orang yang terinfeksi (Price & Wilson,
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang,
korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas) (Smeltzer & Bare,
2015).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi.
minggu setelah pemajanan (Smeltzer & Bare, 2015). Pada infeksi awal
basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan
2015).
Lamanya waktu dari masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut masa inkubasi TB. Hal in berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
inkubasi TB biasanya selama 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman dapat tumbuh hingga > 100
kuman, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler
penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons
sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan
manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku yang tidak biasa dan
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
Gejala maleise ini ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
dirasakannya.
e. Batuk/batuk darah: batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Sifat
f. Sesak nafas: pada penyakit TB paru yang ringan (baru tumbuh) belum
dirasakan adanya esak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit
nafasnya.
h. Sering terserang flu: terjadi karena daya tahan tubuh pasien yang rendah
pada semua orang yang dicurigai menderita TB klinis aktif, namun nilai tes
diperkirakan memiliki gejala TB, khususnya batuk produktif yang lama dan
infeksi tetapi belum tentu terdapat penyakit secara klinis. Namun, tes ini
paru, deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan
ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total,
parenkim.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar
digunakan program pengendalian TB saat ini adalah OAT lini pertama dan
a. Kategori 1
Paduan OAT Kategori 1 yang digunakan di Indonesia adalah
pasien baru:
1. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
2. Pasien TB paru terkonfirmasi klinis
3. Pasien TB ekstra paru
Paduan OAT kategori 1 diberikan selama 6 bulan, dibagi menjadi 2
tahapan yaitu 2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap lanjutan. Paduan
kombinasi dosis tetap (KDT) dan obat lepas (kombipak). Untuk saat ini
b. Kategori 2
Paduan OAT Kategori 2 yang digunakan di Indonesia adalah
tahapan yaitu 3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap lanjutan. Paduan
kombinasi dosis tetap (KDT) dan obat lepas (kombipak). Untuk saat ini
2.1.8 Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
aktif,
b. Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya dengan mengkomsumsi
makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik
itu dirumah maupun di tempat kerja atau kantor, dan menjaga kebugaran
berolahraga, dan
c. Pemberian vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), tujuannya untuk
yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman atau bakteri dari diri sendiri.
Hal ini biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk
menular lagi. Berikut ini adalah beberapa cara untuk membantu menjaga
itu sekolah, tidak melakukan aktivitas ditempat kerja (ngantor), dan tidak
22
tidur sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha
posisi mereka dalam kehidupan konteks budaya dan norma sesuai dengan
tempat mereka hidup. Ini adalah konsep luas yang dipengaruhi oleh
2.2.2 Aspek-Aspek
Secara umum terdapat 5 bidang (domain) yang dipakai untuk
(Akhmad, 2013):
23
kerja.
Bref) dan Short Form 36 (SF 36) yang dibuat oleh Ware (1992). Dalam
kaitannya dengan pasien TB, kuisioner yang digunakan adalah Short Form
36 (SF 36). Hal ini dikarenakan kuisioner Short Form 36 (SF 36) di desain
24
sebagai alat ukur generik yang digunakan untuk survei populasi dan studi
Kuisioner Short Form 36 (SF 36) dari the medical outcome study
yaitu :
seperti biasanya.
25
Hal ini akan mempengaruhi kualitas hidupnya dari segi kesehatan fisik,
kondisi psikologis, sosial dan lingkungan. Maka kondisi inilah yang akan
2012).
Penelitian lain dari Ratnasari (2012), yang bertujuan untuk
penelitian ini yaitu ada hubungan yang sangat bermakna antara dukungan
dalam dirinya. Jika menghadapinya dengan positif maka akan baik pula
maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kualitas hidup pasien seharusnya
menjadi perhatian penting bagi para petugas kesehatan karena dapat menjadi
data tentang kualitas hidup juga dapat merupakan data awal untuk
(Octaviyanti, 2013).
tertinggi berada pada kelompok usia produktif. Hal ini didukung dengan
tahun dan rata-rata umur yang berobat berada pada rentang umur 32-38
tahun).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena
2015).
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dianggap sebagai salah satu unsur yang ikut
seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi, kantor, perusahaan
untuk memperoleh penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang
(Rohmat, 2010).
Penelitian Saraswati (2012), didapatkan bahwa responden
dukungan atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau
berasal dari pasangan atau orang yang dicintai, keluarga teman, rekan kerja,
yang utama adalah keluarga, yaitu dimana dua atau lebih individu yang
tinggal dalam satu rumah atau tinggal berdekatan satu sama lain, saling
memiliki suatu ikatan emosional, terikat dalam hubungan sosial, peran dan
tugas, dan berbagai ikatan budaya, rasa kasih sayang dan saling memiliki.
2.3.2 Bentuk-Bentuk
Bentuk-bentuk dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional
meliputi bantuan langsung atau nyata seperti saat seseorang memberi atau
yang lebih bersifat nasihat, memberitahukan hal yang baik terhadap apa
yang sudah dilakukan oleh individu tersebut seperti seseorang yang sedang
30
positif terhadap ide-ide, perasaan dan peforma orang lain (Saraswati, 2012;
Ushfuriyah; 2015).
31
Mycobacterium Tuberculosis
- Umur
- Jenis kelamin
- Tingkat Kualitas hidup:
pendidikan
- Status pekerjaan - Kesehatan fisik
- Kesehatan psikologi
- Tingkat aktivitas
- Hubungan sosial
- Lingkungan
Sumber: Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata,
Setiyohadi & Syam, 2015; Akhmad,
2013; Ratnasari, 2012; Retni, 2010.
2.5 Hipotesis
Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien