Glaucoma
DISUSUN OLEH
M. Luthfi Mandani
(2014730064)
PEMBIMBING
dr. Hj. Riana Azmi, Sp.M
dr. Mohammad Reza Mossadeq, Sp.M
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya. Penyusun menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran kritik yang membangun sangat
dibutuhkan untuk membuat laporan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Penyusun
1 Definisi
2 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2002 mengungkapkan bahwa glaukoma
merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi sekiar 4,4 juta (sekitar
12,3% dari jumlah kebutaan di dunia). Pada tahun 2020 jumlah kebutaan akibat glaukoma
diperkirakan meningkat menjadi 11,4 juta. Prevalensi glaukoma juga diperkirakan meningkat,
dari 60,5 juta pada tahun 2010 menjadi 79,6 juta pada tahun 2020. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.
Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang paling sering dijumpai, sekitar
0,4-0,7% orang berusia >40 tahun dan 2-3% orang berusia >70 tahun diperkiran menderita
glaukoma sudut terbuka
3 Etiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang dapat disebabkan
bertambahnya produksi humor aqueous oleh badan sillier ataupun berkurangnya pengeluaran
humour aqueous di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
Tekanan intraocular adalah keseimbangan antara produksi humour aqueous, hambatan
terhadap aliran aqueous, dan tekanan vena episklera. Ketidakseimbangan antara ketiga hal
tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraocular, akan tetapi hal ini lebih sering
disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humour aqueous atau aliran humor aqueous yang
lemah.
Peningkatan tekanan intraocular akan mendorong perbatasan antara nervus optikus dan
retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke nervus optikus berkurang sehingga
sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk
bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu
diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
4 Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1 Tekanan darah rendah atau tinggi
2 Fenomena autoimun
3 Degenerasi primer sel ganglion
4 Usia diatas 45 tahun
5 Riwayat glaukoma pada keluarga
6 Miopia atau hipermetropia
7 Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1 Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2 Makin tua usia, makin berat
3 Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4 Pekerja las, resiko 4 kali lebih sering
5 Riwayat keluarga dengan glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6 Merokok, resiko 4 kali lebih sering
7 Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8 DM, resiko 2 kali lebih sering
5 Patofisiologi
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan
fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan trabecular meshwork, kanal Schlemm, biji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris.
Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan
membrane desement, kanal Schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sclera kornea dan disini
ditemukan scleral spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Trabekular meshwork
mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan
uvea.
Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (aqueous humor)
bola mata oleh adan siliar dan hambatan yang terjadi pada trabecular meshwork. Aqueous
humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil
menuju bilik mata depan dan terus ke bilik mata depan, tepatnya ke trabecular meshwork,
mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik
sudut terbuka, hambatannya terletak pada trabecular meshwork maka akan terjadi penimbunan
cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma
akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan
trabekulum tidak dapat dicapai oleh sarkus.
6 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan etiologinya:
a. Glaukoma Primer 1. Glaukoma sudut terbuka
2. Glaukoma sudut tertutup
b. Glaukoma Sekunder 3. Glaukoma pigmentasi
4. Sindrom eksfoliasi
5. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
6. Akibat kelainan traktus uvea
7. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
8. Trauma
9. Pascaoperasi
10. Glaukoma neovascular
11. Peningkatan tekanan episklera
12. Akibat steroid
c. Glaukoma Kongenital 1. Glaukoma kongenital primer
2. Glaukoma yang berkaitan dengan
kelainan perkembangan mata lain
3. Glaukoma yang berkaitan dengan
kelainan perkembangan ekstraokular
d. Glaukoma Absolut Stadium akhir dari glaukoma apabila
tidak terkontrol
a. Glaukoma Primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah
memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti :
Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata
menyempit
Kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis), berupa
trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering
beripa trabekulodigenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma primer bersifat bilateral yang tidak selsalu simetris dengan sudut
bilik mata tertutup ataupun terbuka, pengelompokkan ini berguna untuk
penatalaksanaan dan peneitian.
1. Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Kronis)
Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan
yang tertutup. Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti:
tajam penglihatan kurang (kabur mendadak)
nyeri hebat periorbita
Pusing
Mual muntah
mata merah, bengkak, berair
melihat halo (pelangi disekitar objek)
Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan :
Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-sklera dan berkurang
kearah forniks
Pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiva
Mid-dilatasi pupil dan reflex pupil negative
Kornea tampak edema dan keruh
Kamera okuli anterior sempit
TIO meningkat
Visus sangat turun hingga 1/300
Lapang pandang menyempit
Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab TIO
meningkat atau karena manifestasi dari keadaan/penyakit lain. Glaukoma sekunder
dapat disebabkan oleh :
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
Akibat kelainan lensa (fakogenik)
Akibat kelainan traktus uvea
Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
Trauma
Pascaoperasi
Glaukoma neovaskular
Peningkatan tekanan episklera
Akibat steroid
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan gejala
klinis :
mata berair berlebihan
peningkatan diameter kornea (buftalmos)
kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya membrane
descement
fotofobia sehingga bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi sinar dengan
menyembunyikan mata
peningkatan tekanan intraocular
peningkatan kedalaman kamera anterior
pencekungan diskus optikus
d. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolut dapat terlihat kornea keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi glukomatosa, mata keras seperti batu dengan rasa sakit.
Pengobatan glaucoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
diliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
7 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman penglihatan
progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi disekitar lampu.
Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual muntah, mata merah,
bengkak, berair, halo/pelangi disekitar lampu
Glaukoma sekunder : keluhan mengarah pada penyakit/keadaan lain yang
dapat menjadi penyebab peningkatan TIO.
Glaukoma kongenital : mata berair berlebihan, bola mata membesar, silau,
bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi sinar dengan menyembunyikan
mata.
Glaukoma absolut : kebutaan total, mata lelah, mata keras seperti batu, nyeri
periorbita.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang pandang,
katarak, uveitis, retinopati diabetic, oklusi vascular dan trauma
Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata
Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM, penyakit CVS
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM, migraine, Hipertensi, vasospasme.
f. Riwayat Pengobatan
Antihipertensi dan steroid topical
g. Riwayat Alergi
d. Pupil
Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative.
e. Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.
Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan
tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lainnya.
Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas
20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medic secara umum. Dikenal beberapa alat
tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
Tonometri Palpasi
b. Gonioskopi
Gambar 2.8 Pemeriksaan Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskoi adalah tindakan untuk melihat pertemuan iris dengan kornea
disudut bilik mata digunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran
yang dapat menunjukkan keadaan sudut bilik mata. Gonioskopi adalah suatu cara untuk
melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang
terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup
dan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
i. Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris,
disebut sudut tertutup
ii. Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis
Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat sempit sangat mungkin
menjadi sudut tertutup
iii. Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang
kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup
iv. Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk scleral
spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup
v. Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka
Gambar 2.10 Nervus optikus normal dan lesi glaukoma nervus optikus
d. Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan ini penting baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti
perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus
selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer juga sentral. Pada glaukoma yang
masih dini, lapang pandang perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang
pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika
glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa
penyempitan yang dimula dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan
kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-olah lihat
melalui teropong untuk kemudian menjadi buta. Pemeriksaan yang digunakan adalah
perimetri.
e. Tes Provokasi
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum 1L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraocular diukur setiap 15
menit selama 1,5 jam. Kenaikan 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap
glaukoma.
ii. Pressure Congestive test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60mmHg, selama 1 menit. Kemudian
ukur tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan, sedang bila
bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.
iii. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test.
Kenaikan 11mmHg dianggap mencurigakan, sedangkan kenaikan 39mmHg atau
lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd gt 1, selama 2 minggu. Kenaikan TIO
8 mmHg menunjukkan glaukoma
f. Pachymetry
Pachymetry adalah suatu tes untuk mengukur ketebalan dari kornea. Setelah mata
diberikan anestesi, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan pada permukaan
depan mata (kornea). Ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan
intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan tekanan mata yang
tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan tekanan
yang rendah secara salah. Lebih jauh, kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor
risiko tambahan untuk glaucoma
8 Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa
Prinsip dari tatalaksana glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan intraocular.
a. Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme, bradikardi,
depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal jantung kongestif,
bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari derajat I
Contoh Obat :
Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
b. Karbonik anhydrase inhibitor
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO : 15-20%
Efek Samping :
Topikal → sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitis alergi, edema
kornea
Oral → Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi,
ketidakseimbangan elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah (anemia aplastic,
trombositopenia), rasa metalik
Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic,
trombositopenia, penyakit anemia sel sabit
Contoh obat
Topikal :
Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Brinzolamide suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Sistemik :
Asetazolamid 250 mg tab; ½-4 tab/hari, 6-12 jam
c. Agonis alfa adrenergic
Farmakodinamik :
Non-selektif : memperbaiki aliran aqueous
Selektif : menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan tekanan
vena apisklera atau meningkatkan aliran keluar uveosklera
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen, nyeri
kepala
Contoh obat :
Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
d. Agen Parasimpatomimetik (Miotika)
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi, penurunan
tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler,
toksisitas kornea, penutupan sudut paradoksal
Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan
Contoh obat :
Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12 jam
Carbachol larutan 1,5%, 3%; 2-4x/hari, 4-12 jam
e. Analog prostaglandin
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau trabecular
Reduksi TIO : 25-33%
Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva,
peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi
periokular, perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi
virus herpes
Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes
Contoh obat :
Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam
Travoprost, 0.004%, 1X/hari, 24-36 jam
Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam
Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam
f. Obat lainnya :
Dipivefrine, larutan 0,1%, 2/hari, 12-18 jam; adrenergic; meningkatkan keluarnya
aquos humor melalui saluran uveosklera
g. Gabungan tetap
Timolol/dorzolamide, 0,5%/2%, 2/hari, 12 jam
Timolol/latanoprost, 0,5%/0.005%, 1X/hari, 24 jam
h. Neuroprotektor
Obat neuroprotektif dimasukkan kedalam kelompok berikut :
Anti radikal bebas
Obat anti eksitotoksik
Anti apoptosis
Obat anti radang
Faktor neurotrofik
Metal ion chelators
Ion channel modulators
Terapi gen
2. Terapi Bedah
Indikasi terapi bedah :
TIO tidak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg
Lapang pandang terus mengecil
Pasien yang tidak dapat dipercaya pengobatannya
Tidak mampu membeli obat seumur hidup
Tidak tersedia obat yang diperlukan
Prinsip operasi : fistulasi, mebuat jalan baru untuk mengeluarkan humor aqueous,
karna jalan yang normal tidak dapat digunakan lagi
a. Trabekulopati Laser (LTP)
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar pada
trabecular meshwork dan kanal Schlemm sehingga mempermudah aliran keluar
humor aqueous. Rediksi tekanan yang terjadi membuat berkurangnya terapi obat-
obatan serta penundaan operasi glaukoma. Teknik ini biasanya digunakan sebagai
terapi awal glaukoma sudut terbuka primer.
Indikasi :
Glaukoma sudut terbuka dengan TIO yang masih belum terkontrol setelah
pemberian terapi medikamentosa yang maksimal
Terapi primer pada pasien dengan kepatuhan terhadap pengobatan
medikamentosa rendah
Untuk glaukoma sudut terbuka bersamaan dengan dilakukannya bedah drainase
dimana diperlukan penurunan TIO lebih lanjut.
Sebelum ekstrasi katarak pada pasien glaukoma sudut terbuka dengan control
yang buruk
Kontraindikasi :
Sudut tertutup atau sangat sempit
Edema kornea yang menutupi pandangan sehingga sudut tidak dapat dinilai
Glaukoma lanjut dan progresif cepat dengan kepatuhan medikamentosa rendah
Inflamasi intraocular atau terdapat darah pada bilik mata anterior
Usia kurang dari 25 tahun
b. Iridektomi dan Iridotomi perifer
Sumbatan pupil pada glaukoma sudut tertutup dapat ditatalaksana dengan
membentuk komunikasi langsung antara kamera okuli anterior dan posterior yang
menghilangkan perbedaan tekanan di antara keduanya. Hal ini dapat dicapai dengan
laser neodinium : YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan iridektomi
perifer. Cincin laser membakar iris perifer sehingga mengkontraksikan stroma it is,
membuka kamera okuli anterior secara mekanis.
Indikasi :
Glaukoma sudut tertutup
Mata yang lain dimana mata yang satu telah terserang glaukoma akut
Sudut sempit
Penutupan sudut sekunder dengan sumbatan pupil
Glaukoma sudut terbuka dengan sudut sempit
Kontraindikasi :
Edema kornea
Bilik mata depan dangkal
c. Bedah drainase
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal,
sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera anterior ke jaringan
subkonjungtiva atau orbita dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang
drainase.
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering dilakukan. Komplikasi
trabekulektomi adalah kegagalan fibrosis pada jaringan episklera menutup jalur
drainase yang baru. Biasanya terjadi pada pasien berusia muda, berkulit hitam dan
pasien yang pernah menjalani bedah drainase atau tindakan bedah lain yang
melibatkan jarngan episklera. Terapi ajuvan dengan antimetabolite biasanya
fluorourasil dan mitomisin berguna untuk memperkecil risiko ini. Apabila
trabekulektomi tidak efektif, dapat dilakukan penanaman suatu selang silicon untuk
membentuk saluran keluar permanen humor aqueous. Jenis operasi lainnya yaitu
sklerostomi, goniotomi, viskokanalostomi untuk menatalaksana glaukoma kongenital
dimana terjadi sumbatan drainase humor aqueous di bagian dalam jaringan trabecular.
d. Siklodestruktif
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari badan siliar.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukannya
destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk mengontrol tekanan
intraocular. Metode yang digunakan adalah : krioterapi, diatermik, utrasonografi
frekuensi tinggi, terapi laser neodinium : YAG termal mode atau laser diode.
3. Edukasi
a. Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan
b. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan glaukoma
c. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma pada
keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur
3.9 Komplikasi
Glaukoma absolut
Kebutaan total
Neovaskularisasi iris
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2018. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta :FKUI.
2. Vaughan, D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi ed 9. Jakarta. EMS. 2005.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Panduang Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Depkes RI. 2014.
5. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.
6. Epstein, DL. Chandler and Grant’s Glaucoma 3 ed. Philadelphia : Lea & Febiger,
1986.
7. Gleadle, Jonathan. At A Glance : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta EGC
Medical Series. 2005.
8. Ilyas, Sidarta. Glaukoma ed 3. Jakarta. Sagung Seto. 2007.
9. Crick and Khaw. 2003. A Textbook of Ophtalmology 3rd Edition.
10. Neeru Gupta, Tin Aung, Nathan Congdon, et al. 2015. ICO Guideline for
Glaucoma Eye Care