Anda di halaman 1dari 10

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

Yudi Imansyah

Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
Kampus II, Jl. Cimencrang - Panyileukan, Bandung, Jawa Barat 40292, Indonesia

yudiimansyah81@gmail.com

ABSTRACT

MTs Al Falah Cicalengka Bandung Regency is an Islamic educational institution that uses decision-making
procedures and policies that refer to applicable laws and regulations. the purpose of this study is to
determine the basic process of decision-making policy, especially in the field of financing management in the
institution concerned. The research used descriptive qualitative method. Decision is the most important stage
in the management of Islamic educational institutions, because this is a determinant of the advance and
withdrawal of educational institutions.

Keywords: Taking, decision, in Institution, Education

PENDAHULUAN
Setiap tindakan manusia sehari-hari, selalu didasari oleh keputusan yang diambil. Mulai aktivitas
individual hingga aktivitas dalam organisasi, semuanya didasari pada keputusan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Akan tetapi, karena keputusan-keputusan tersebut telah rutin diambil, kita biasanya tidak lagi
berfikir lama untuk menetapkan keputusan tersebut. Setiap tindakan seolah-olah dilakukan begitu saja secara
alami tanpa perlu pertimbangan.
Diluar tindakan rutin tersebut,permasalahan yang perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum
mengambil keputusan. Hal ini dikaenakan keputusan yang dibuat harus didasari pada pertimbangan matang
dari berbagai kemungkinan yang ada.
Keputusan untuk memilih ini tidak selalu mudah, terutama karena kita mempunyai berbagai
keterbatasan. Apabila dengan keterbatasan tersebut kita paksa untuk mendapatkan sesuatu yang sangat ideal,
tidak jarang keputusan tersebut menjadi salah. Akibatnya kita harus menanggung resiko memilih pilihan
yang kurang tepat sehingga merugikan diri sendiri maupun organisasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti mengambil keputusan untuk menentukan lokasi
penelitian di MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung. MTs Al falah merupakan lembaga pendidikan
islam yang refresentatif untuk di jadikan objek penelitian karena menjadi lembaga yang diminati oleh
masyarakat yang memang dianggap sebagai lembaga pendidikan islam yang memiliki program pendidikan
islam yangf maju dan menghasilkan output pendidikan yang berkualitas sebagai bentuk pengambilan
keputusan dan kebijakan lembaga pendidikan islam yang sedang di kaji oleh peneliti.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah konsep dasar pengambilan keputusan, Bagaimanakah kebijakan dasar pengambilan keputusan
di MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung, Bagaimanakah gaya dan model pengambilan keputusan di
MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung, Bagaimanakah model pengambilan keputusan partisipatif
dalam kepemimpinan di MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung. mengingat kajian penelitian ini
sangat luas, amaka peneliti membatasi masalah pada dasar kebijakan pengambilan keputusan di bidang
pengelolaan pembiyaan.
KAJIAN TEORITIK TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
LEMABAGA PENDIDIKAN
Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Dilihat dari segi pengertiannya, keputusan adalah pemutusan satu pengakhiran dari proses pemikiran
tentang satu masalah atau problem, untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi
masalah tersebut, dengan menjadikan pilihan pada salah satu alternatif tertentu.
Siagian mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai usaha sadar untuk menentukan satu alternatif
dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah. (Siagian, 1993, p. 24). Salusu mendefinisikan
pengambilan keputusan sebagai proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
sesuai setuasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. (Salusu, 1996, p. th). Handoko
mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses pemilihan serangkaian kegiatan di pilih sebagai
penyelesaian suatu masalah tertentu.(Handoko, 2011, p. 11).
Rusdiana menjelaskan bahwa pengambilan keputusan sangat erat hubungannya dengan seluruh kegiatan
organisasi,dan meliputi seluruh fungsi manajemen dalam organisasi. Lembaga pendidikan pun tidak terlepas
dari pengambilan keputusan itu sendiri, baik pengambilan keputusan pada tingkat sederhana maupun pada
tingkat yang sulit sesuai dengan alternatif yang di gunakan.(Rusdiana, 2016, p. 202).

Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan dalam Organisasi


Prinsip-prinsip dari pengambilan keputusan menurut Piet Saher Tian adalah sebagai berikut (Piet Saher
Tian, 1994, th):
a. Dapat di bedakan dengan jelas antara pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah;
b. Pengambilan keputusan harus selalu dilihat dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan yang hendak di capai;
c. Sebab pengambilan keputusan sering mengandung faktor mereka maka selalu diperlukan data
penunjang dan analisa yang konprehensif dalam mengambil suatu keputusan.
d. Pinpinan tidak haya mau mengambil keputusan, tetapi juga bertanggung jawab atas segala tindakan
keputusan itu.

Fungsi Pengambilan Keputusan


Fungsi pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a. Pangkal permulaan dari semua aktivitasi manusia yang dasar dan terarah, baik secara individu atau
kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, yaitu berkaitan dengan hari depan, masa yang akan datang yang
efeknya atau pengarahanya berlangsung cukup lama.

Tujuan Pengambilan Keputusan


Rusdiana menjelaskan, tujuan dari pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Rusdiana, 2016, p.
204):
a. Tujuan yang bersifat tunggal, terjadi apabila keputusan yang di hasilkan hanya menyangkut satu
masalah. Artinya, sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
b. Tujuan yang bersifat ganda, terjadi apabila keputusan yang di ambil sekaligus memecahkan dua masalah
atau lebih yang bersifat kontradiktif atau yang tidak kontradiktif.

Unsur-unsur Pengambilan Keputusan


Menurut Ibnu Syamsi (1995) dalam Rusdiana (Rusdiana, 2016, p. 205), unsur-unsur pengambilan
keputusan yang harus di pertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dari pengambilan keputusan, yaitu mengetahui terlebih dahulu tujuan yang ingin di capai dari
pengambilan keputusan tersebut.
b. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah yang di pilih untuk mencapai
tujuan tersebut.
c. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan
manusia.
d. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengsambilan keputusan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, menurut Eti Rodiaty (2008) yang di kutip
oleh Rusdiana adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal letak
posisinya, apakah sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker),
ataukah staf (staffer).
b. Masalah
Atau problem adalah hal-hal yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan
penyimpangan dari hal-hal yang diharapkan, direncanakan atau dikhendaki dan harus di selesaikan.
c. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan secara bersama-
sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat
d. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari paktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya
berbuat, atau kemampuan kita. Sebagian besar paktor tersebut merupakan sember daya.
e. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perseorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi maupun
tujuan usaha, pada umumnya telah di tentukan. Tujuan yang di tentukan dalam prengambilan keputusan
merupakan tujuan antara atau onbjektif.

Kebijakan Dasar Pengambilan Keputusan


Esensi Kebijakan Pengambilan Keputusan
Secara etimologi, istilah kebijakan berasal darti kata “bijak” yang berarti selalu menggunakan akal
budidaya; pandai; mahir; “selanjutnya, dengan memberi imbuhan “ke-“dan,”-an,”kata”kebijakan berarti”
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemingpinan. Pengertian tersebut memberikan dua poin penting yang perlu di pahami. pertama,
pengambilan keputusan mesti di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan logis sehingga dapat diterima
oleh semua pihak yang menjadi sasaran keputusan tersebut. kedua, pengambilan keputusan yang pada
gilirannya melahirkan satu atau lebih keputusan yang dapat di jadikan sebagai garis besar untuk melakukan
suatu pekerjaan, profesi atau kepemingpinan. (Rusdiana, 2016, p. 114).
Bertitik tolak dari pengertian tersebut, pengertian kebijakan dalam pendidikan merupakan keseluruhan
proses dan hasil perumusan langkah-langkah setrategis pendidikan, yang dijabarkan dari visi dan misi
pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk
suatu kurun waktu tertentu.
Begitu pula halnya dalam kebijakan pendidikan islam, harus pula relevan dengan visi dan misi
pendidikan islam. Menurut tilar (2008) yang di kutip oleh rusdiana, visi pendidikan islam untuk Indonesia
adalah mewujudkan nilai nilai keislaman dalam pembentukan manusia Indonesia, yaitu manusia yang shaleh
dan produktif.Adapun esensi kebijakan pengambilan keputusan dalam organisasi pendidikan adalah sebagai
berikut. keputusan adalah pengakhiran dari pada proses pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai
masalah sebagai sesuatu yang dianggap merupakan penyimpangan dari pada yang dikehendaki, direncanakan
atau di tuju dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternative pemecahannya.
Menurut Siafian (2003) yang dikutip oleh rusdiana pengambilan keputusan merupakan suatu
pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah dihadapi. masalah tersebut menyamgkut pengetahuan
tentang hakikat dari masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data, mencari
alternative yang paling rasional dan hasil penilaian yang dicapai sehingga akibat dari keputusan yang diambil
akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus diperbuat untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menjatuhkan pilihan (choice) pada salah satu alternative tertentu.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kebijakan pengambilan keputusan adalah memilih dan
menetapkan satu alternative yang dianggap paling tepat dari beberapa alternative yang dirumuskan.
keputusab itu harus bersifat fleksibel, analitis, dan memungkinkan untuk dilaksanakan dengan dorongan
sarana prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan material).

Dasar Pengambilan Keputusan


Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam, bergantung dari permasalahannya (Rusidana,
2016, p. 202). Keputusan dapat di ambil berdasarkan perasaan semat-mata, dapat pula keputusan dapat di
buat berdasarkan rasio. Selain bergantung pada permasalahannya,pengambilan keputusan juga bergantung
pada individu yang membuat keputusan. (Rusidana, 2016, p. 202). Atas dasar hal ini, Terry (Syamsi, 2000),
mengemukakan beberapa dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a. Instuisi. pengambilan keputusan yang di dasarkan pada instuisi adalah cara seorang peminpin
mengambil keputusan dengan menggunakan inner feeling. Ada dua keuntungan yang dapat di peroleh
dengan menggunakan instuisi dalam mengambil keputusan, yaitu cepat dan pengaruhnya dapat di batasi.
b. Fakta. pengambilan keputusan berdasarkan pada fakta yang lebih rasional dan objektif karena
menggunakan metodolog. Sebelum mengambil keputusan, fakta tersebut dapat dianalisis, diklasifisikan,
dan diinterprestasikan.
c. Pengalaman; pengambilan keputusan yang di dasarkan pada pengalaman adalah cara seorang pemimpin
mengambil keputusan dengan menjadikan peristiwa masa lalu sebagai acuan dalam mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan yang di dasari pada pengambilan cenderung lebih bersifat tradisonal
dan menjaga status quo.
d. Kekuasaan; yaitu kekuatan/kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan dan keputusannya dilaksanakan oleh bawahannya. Pada sisi lain dapat di katakana bahwa
penerima keputusan memberikan authority kepada pembuat keputusan (decision maker).

Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan


Ada beberapa perspektif dalam mempertimbangkan sebuah keputusan, sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan dalam perspektif agama
b. Pengambilan keputusan dalam perspektif psikologi
c. Pengambilan keputusan dalam perspektif sosiologi
d. Pengambilan keputusan dalam perspektif filsafat pendidikan

Gaya dan Model Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pendidikan


Gaya dan Model Pengambilan Keputusan
Manajer dalam mengambil keputusan dapat berperan dalam berbagai gaya. Gaya manajer dalam
pengambilan keputusan akan banyak diwarnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan,
perilaku, pengalaman, dan sejenisnya. Para manajer memiliki berbagai gaya menyangkut pengambilan
keputusan dan penyelesaian berbagai persoalan. Salah satu padangan mengenai gaya-gaya pengambilan
keputusan mengemukakan bahwa ada tiga cara yang berbeda dimana para manajer dalam mendekati masalah
tersebut antara lain: pertama, menghindari masalah. Seseorang penghindar masalah mengabaikan informasi
yang menunjuk ke sebuah masalah. Para penghindar masalah ini tidak aktif dan tidak ingin menghadapi
masalah.
Kedua, penyelesaian masalah. Seorang penyelesai masalah mencoba menyelesaikan masalah-masalah
yang muncul. Mereka bersikap reaktif menghadapi masalah-masalah yang timbul. Ketigapencari masalah.
Seorang pencari masalah secara aktif mencari masalah-masalah guna diselesaikan atau mencari peluang-
peluang baru untuk dikejar. Mereka menempuh pendekatan proaktif guna mengantisipasi masalah-masalah
sebelum timbul. Para manajer dapat menggunakan masing-masing pendekatan.
Dan supaya menjadi organisasi-organisasi yang sukses, inovatif, kreatif, organisasi itu membutuhkan
manajer secara proaktif mencari peluang dan cara untuk melakukan segala sesuatunya.

Teknik Pengambilan Keputusan


Menurut Syamsi dalam buku Rusdiana (Rusdiana, 2016, p. 18), khusus pengambilan keputusan dalam
kelompok, ada dua teknik yang dilakukan.
1. Teknik Delphi
Pada teknik ini setelah pimpinan pendidikan memberitahukan adanya masalah yang perlu dipecahkan
bersama. Bersama mengemukakan pendapat atau ide, saran, dan pandangan secara tertulis mengenai
rencana keputusan yang akan diambil. Teknik Delphi ini dimaksudkan untuk menghindari hubungan
langsung yang kurang harmonis, karena menonjolnya ide yang lebih bagus dari salah seorang
dibandingkan dengan ide yang lain. Dengan teknik ini dapat dihindarkan perasaan tersinggung bagi
yang idenya kurang baik. Akan tetapi, kelemahannya antara lain hanya karena untuk menghindarkan
rasa tidak enak, tidak diberikan kesempatan berkomunikasi secara langsung. Padahal, setiap personel
organisasi ada baiknya jika ada pendapat yang lebih baik itu dianggap sebagai penambahan pengetahuan
bagi yang lainnya.
2. Teknik Kelompok Nominal
Pertemuan kelompok ini merupakan pertemuan kelompok structural yang tugasnya memberikan
tanggapan dan saran secara tertulis. Setiap orang diminta menulis ide pokok atau pendapatnya di white
board secara bergantian. Kemudian dibicarakan bersama secara terbuka dan tuntas, jika tidak ada kata
sepakat maka dilakukan voting.Perbedaan kedua teknik pengambilan keputusan di atas pada pokoknya
adalah bahwa teknik Delphi merupakan teknik pengambilan keputusan kelompok secara lebih tertututp;
sedangkan teknik kelompok nominal lebih bersifat terbuka.

Proses dan Tahapan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pendidikan


Dalam pemecahan masalah menurut Handoko dalam buku rusdiana (Rusdiana,2016, p. 217) proses
pengambilan keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnya meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan masalah
c. Menentukan alternatif
d. Mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari pengambilan keputusan setiap alternatif
e. Memilih alternatif yang baik
f. Evaluasi
Menurut Herbart A. Simon dalam Rusdiana (Rusdiana, 2016, p. 220), tiga tahap yang ditempuh dalam
pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap penyelidikan, yaitu mempelajari lingkungan terhadap kondisi yang memerlukan keputusan.
Pada tahap ini data mentah yang diperoleh, diolah, dan diuji serta dijadikan petunjuk untuk mengetahui
atau mengenal persoalan.
2. Tahap perancangan, yaitu pendaftaran, pengembangan, penganalisaan arah tindakan yang mungkin
dilakukan.
3. Tahap pemilihan, yaitu kegiatan pemilihan arah tindakan dari semua yang ada.

Model Pengambilan Keputusan Partisipatif dalam Kepemimpinan Organisasi Lembaga Pendidikan


Karakteristik Model Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan Partisipatif
Para teoretikus mengemukakan empat prosedur pengambilan keputusan, yang menurut Yukl dalam
Rusdiana (2016:220), merupakan kontinum yang digambarkan sebagai berikut(Rusdiana, 2016, p. 222)

Kelebihan Pengambilan Keputusan Partisipatif


Menurut Yukl (1991) dalam Rusdiana (Rusdiana, 2016, p. 222), beberapa keuntungan potensial
pengambila keputusan, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas sebuah keputusan apabila anggota organisasi mempunyai informasi dan
pengetahuan yang tidak dimiliki pemimpin tersebut dan bersedia bekerja sama dalam mencari suatu
pemecahan yang baik untuk suatu masalah keputusan.
b. Secara khusus kelebihan kepemimpinan partisipatif, yaitu sebagai berikut.
1) Konsultasi ke bawah
2) Konsultasi lateral
3) Konsultasi ke atas
4) Konsultasi dengan pihak luar

Efektifitas Model Pengambilan Keputusan Partisipatif


Efektivitas keseluruhan dari sebuah keputusan bergantung pada dua variabel intervensi, yaitu
penerimaan keputusan dan kualitas keputusan adalah sebagai berikut:
a. Orang-orang yang mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pengambilan keputusan cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan hal tersebut dan merasakannya sebagai keputusannya.
b. Partisipasi juga member pengertian yang lebih baik mengenai sifat masalah keputusan dan alasan
mengapa suatu altternatif tertentu diterima dan yang lainnya ditolak.
c. Memungkinkan orang memperoleh peluang untuk melindungi kepentingan mereka jika benar-benar
terancam.
d. Sebuah keputusan yang telah dibuat oleh sebuah proses kelompok yang dianggap sah.

Keterbatasan Pengambilan Keputusan Partisipatif


Pengambilan keputusan partisipatif memiliki keterbatasan sebagai berikut:
a. Memerlukan banyak waktu, kadang bertele-tele, dalam keadaan darurat untuk berkonsultasi dan
berdiskusi tidak efektif, pemimpin harus cepat dan tanggap dalam mengambil keputusan.
b. Terjadinya partisipasi semu (pseudoparticipation), yaitu pemimpin mencoba untuk melibatkan bawahan
dalam tugas, bukan dalam proses pengambilan keputusan.
Implementasi Model Pengambilan Keputusan Partisipatif dalam Kepemimpinan Organisasi
Pendidikan
Mengenai implementasi pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif dalam kepemimpinan
pendidikan berkaitan erat dengan perilaku birokrasi pendidikan, kepala sekolah, dan guru sebagai anggota
organisasi pendidikan dalam pengambilan keputusan. Peran serta ketiga pemimpin pendidikan dalam
pengambilan keputusan ditegaskan oleh French (1960) dalam Rusdiana (Rusdiana, 2016, p. 226) bahwa
peran serta menunjukkan suatu proses antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang
lainnya dalam membuat rencana, kebijaksanaan dan keputusan.
Adanya peran serta ada jaminan bahwa anggota organisasi pendidikan tetap mempunyai control atas
keputusan-keputusan yang diambil, yaitu sebagai berikut:
a. Peran pemimpin pendidikan dalam pengambilan keputusan partisipatif.
b. Peran bawahan dalam pengambilan keputusan.
Adapun menurut Amirullah Haris Budiyana mengatakan bahwa teori manajemen mengenal perbedaan
antara dua model utama dalam pembuatan keputusan. Kedua model tersebut adalah mode klasik dan model
perilaku (Amirullah Haris Budiyana, 2004, p. 153).
PEMBAHASAN DAN TEMUAN
Kebijakan Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan tahapan utama yang menentukan arah serta tujuan sebuah lembaga
pendidikan islam. Kemudian, dasar kebijakan pengambilan keputusan bukan ha nya di ambil ketika lembaga
menghadapi masalah tertentu, akan tetapi juga di ambil saat mengembangkan lembaga pendidikan.
MTs Al Falah Cicalengka didirikan pada tahun 1982 dengan akreditasi pertama kali mendapatkan nilai
A. Kemudian, pada dasarnya MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung memiliki fungsi yang sama
dengan lembaga pendidikan pada umumnya, yaitu bertujuan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa
serta mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Akan tetapi MTs Al Falah ini
memiliki tujuan utama yaitu menginternalisasi nilai-nilai Al qur’an ke dalam diri peserta didik serta
membentuk kultur dan akhlak mulia yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari baik saat pembelajaran di
kelas, maupun di asrama.MTs Al Falah merupakan lembaga pendidikan yang berbasis boardingschool
sehingga pembelajaran dan penanaman nilai-nilai Al-qur’an tidak hanya dilakukan di kelas, namun juga di
internalisasikan dalam pembelajaran di asrama baik putra maupun putri. Semua peserta didik diharuskan
mengikuti proses pembelajaran pesantren serta harus mengikuti aturan yang berlaku baik di kelas maupun di
asrama. (Wawancara dengan Kepala Madrasah MTs Al Falah Cicalengka Tanggal 26 Pebruari 2016

Visi, Misi dan Strategi MTs Al Falah Cicalengka


Lembaga pendidikan adalah lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas
manusia baik dalam segi akademik maupun non akademik agar dapat memenuhi tuntutan masyarakat dimasa
sekarang dan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, Lembaga pendidikan harus memiliki visi, misi, dan
tujuan yang jelas yang akan menjadi target pencapaian lembaga pendidikan.sebagai bentuk kebijakan dasar
pengambilan keputusan.
MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung merupakan lembaga pendidikan yang berkualitas serta
memiliki target yang jelas. Dibawah ini penulis paparkan visi dan misi MTs Al Falah Cicalengka sebagai
berikut:

Visi: Menjadi Madrasah Tsanawiyah terdepan dilingkungan Kementerian Agama bahkan Kementerian
pendidikan dan kebudayaan dalam pengembangan dibidang Alqur’an.

Misi: Mengembangkan potensi siswa menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang
seimbang dengan amal yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Strategi optimalisasi pelayanan akademik dengan cara:


a. Pelayanan akademik:
1) Menyelenggarakan kelas unggulan.
2) Menyelenggarakan kelas rata-rata.
3) Melengkapi sarana pendamping pembelajaran pelayanan kesiswaan.
4) Membuat sarana kegiatan siswa dalam rangka menunjang life skill siswa.
b. Pelayanan kesiswaan
1) Membuat sarana kegiatan siswa dalam rangka menunjang life skill siswa.
2) Menjalin kebersamaan yang kuat antara sesama guru.
3) Membuat kelompok guru yang sesuai bidang yang diembannya.

Visi dan Misi MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung merupakan gambaran bahwa MTs Al
Falah sebagai lembaga yang visioner atau berpandangan jauh kedepan sehingga pengelola madrasah
senantiasa melakukan inovasi pendidikan dan perubahan kultur untuk mengikuti perkembangan zaman serta
membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai Al qur’an dan memiliki keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan amal.

Faktor Faktor yang mempengaruhi dasar kebijakan pengambilan keputusan


Secara umum faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan di MTs Al Falah Cicalengka
Kabipaten bandung khususnya dalam kebijakan pembiayaan madrasah adalah jabatan dan setruktur
organisasi. dimana dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan selalu mengakomodir rekomendasi
dari pengurus yayasan asyahidiyah. karena sekolah ini berada di bawah yayasan tersebut sehingga dalam
setiap pengambilan keputusan serta kebijakan sangat tergantung kepada kebijakan yayasan.
Selain dari itu, proses pengambilan kebijakan yang bersifat setrategis juga selalu mempertimbangkan
aspek budaya organisasi dan dengan persetujuan komite madrasah serta arah kebijakan yayasan, kewenangan
kepala madrasah yang memang sangat terbatas, sehingga kepala madrasah selalu berhati hati dan
memperhatikan seluruh aspek serta kepentingan pemilik yayasan.

Program Pendidikan di MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten Bandung Sebagai Bentuk kebijakan
dasar Pengambilan Keputusan
Pada dasarnya, bentuk nyata dasar kebijakan pengambilan keputusan dalam sebuah lembaga pendidikan
islam adalah berbentuk program lembaga serta surat keputusan dalam rangka menyelesaikan suatu masalah
dan mencapai tujuan lembaga. di bawah ini dijelaskan program lembaga sebagai kebijakan pengambilan
keputusan khususnya pada bidang mengelolaan pembiayaan di MTs Al Falah Cicalengka Kabupaten
Bandung yaitu sebagai berikut
1. Program peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dengan beberapa cara yaitu
sebagai berikut:
a. Pembinaan dan pengarahan dari yayasan.
b. Pembinaan dan pengarahan dari kepala madrasah.
c. Mengikuti program sertifikasi tenaga pendidik.
2. Programpenyelenggaraan proses pembelajaran di kelas.
3. Program penyelenggaraan UTS dan UAS serta UN.
4. Program pengembangan kompetensi pesertadidik melalui:
a. Pembekalan siswa melalui kegiatan keorganisasian.
b. Melalui program ekskul.
c. Program rihlah sesuai dengan mata pelajaran.
d. Mengikuti perlombaan antar madrasah.
5. Program penerimaan pesertadidik baru.
6. Program penambahan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan.
7. Program wisuda dan pelepasan pesertadidik kelas 9.

Proses pengalokasian anggaran pembiayaan pendidikan di MTs Al Falah Cicalengka selalu berdasarkan
program yang telah disepakati dalam proses perencanaan. Pengalokasian anggaran dilakukan secara
bertahapsesuai dengan urutan program yang telah disusun dalam kalender pendidikan. Selain dari itu, dalam
setiap pelaksanaan program besar selalu didahului dengan pembentukan kepanitiaan yang dilakukan oleh
kepala madrasah.
Dalam pengalokasian anggaran pembiayaan pendidikan di MTs Al Falah Cicalengka dilakukan sesuai
dengan klasifikasi program yaitu sebagai berikut:
a. Pengeluaran insidental
Pengelolaan keuangan khususnya dalam proses pengalokasian merupakan hal yang sangat sensitif,
sehingga pihak pengelola madrasah memberikan tugas tambahan bagi guru honor khusus Ibu Niar sebagai
staf bendahara yang diberikan wewenang untuk melakukan pengeluaran anggaran harian sesuai dengan
kebutuhan. Pengalokasian anggaran harian ini, harus disertai dengan bukti pembayaran serta dicatat dalam
buku harian bendahara madrasah.Pengeluaran pembiayaan harian di MTs Al Falah Cicalengka meliputi
transpot kepala madrasah ataupun staf guru yang lain untuk memenuhi tugas atau keperluan lembaga contoh
seperti rapat kepala sekolah, rapat guru dan lain sebagainya. Selain dari itu, pengeluaran pembiayaan harian
dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ATK, prasarana pembelajaran, perbaikan dan perawatan sarpras
yang berskala kecil dan lain sebagainya. Seluruh pengeluaran harian madrasah harus dicatat dan diketahui
oleh bendahara harian yang selalu bertugas di kantor madrasah agar seluruh pengeluaran anggaran
pembiayaan pendidikan dapat dipertanggungjawabkan dalam tahapan selanjutnya yaitu evaluasi dan laporan
pertanggungjawaban baik dihadapan kepala madrasa`h, yayasan, dan pemerintah. Seluruh proses ini
dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan pembiayaan pendidikan di MTs Al Falah Cicalengka dapat
dipertanggung-jawabkan serta menjadi penunjang utama peningkatan kualitas layanan pendidikan baik bagi
siswa dalam proses pendidikan maupun bagi orang tua siswa.

b. Pengeluaran Bulanan
Proses pendidikan akan berjalan secara maksimal apabila lembaga pendidikan mampu memenuhi
seluruh hak yang harus diterima oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang salah satunya adalah
pemenuhan pembayaran gaji guru baik guru tetap maupun guru honor. Pengelola MTs Al Falah Cicalengka
selalu berusaha membayar gaji guru sesuai dengan jam mengajar bagi guru honor. Kemudian, pembayaran
gaji guru tetap dan guru yang telah disertifikasi dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.(Wawancara
dengan Bendahara I, tanggal 16 maret 2016).
Sistem pembayaran gaji yang dilakukan oleh pengelola madrasah telah mengalami perubahan besardari
sistem kompensional yaitu pembayaran gaji secara manual, kini telah menggunakan sistem perbankkan
dimana setiap pembayaran gaji guru baik guru tetap, mapun guru honor dilakukan melalui transfer yang
langsung masuk ke dalam rekening masing-masing. Hal ini, dibuktikan melaui wawancara dengan beberapa
guru baik yang tetap maupun guru honor mereka mengatakan bahwa pembayaran gaji guru selalu tepat
waktu. Sistem pembayaran yang tepat waktu, mendorong para pendidik untuk mengajar lebih maksimal dan
disiplin.(Wawancara dengan guru pada tanggal (4 novenber2017).

c. Pengeluaran Rutin Program Tahunan


Proses operasional lembaga pendidikan, di MTs Al Falah Cicalengka disesuaikan dengan program yang
telah disepakati bersama. Pengeluaran atau pengalokasian pembiayaan pendidikanpun disesuaikan dengan
program rutin yang selalu dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan. Pengalokasian pembiayaan
pendidikan baru akan disalurkan apabila masing-masing penanggungjawab program telah mengajukan
anggaran kebutuhan kegiatan.Secara garis besar, program tahunan yang bersifat rutin di MTs Al Falah
Cicalengka meliputi penyelenggaraan kegiatan UTS, Ujian Nasional,Ujian Akhir Semester, masa
penerimaan siswa baru, dan wisuda pelepasan siswa kelas 9. Dalam pelaksanaan program tahunan yang
bersifat rutin ini, biasanya melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Pembentukan kepanitiaan kegiatan
2) Penyusunan rencana kegiatan
3) Penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhan kegiatan
4) Pengajuan anggaran kebutuhan kepada bendahara I

Pengalokasian keuangan atau pembiayaan pendidikan disalurkan secara berangsur-angsur kepada


bendahara panitia sesuai dengan kebutuhan dan jadwal kegiatan. Seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh
panitia harus dicatat dan dipergunakan seoptimal mungkin agar tujuan dari suatu kegiatan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien. Seluruhproses dan prosedur yang diberlakukan di MTs Al Falah Cicalengka
dalam proses pengalokasian pembiayaan bertujuan agar penggunaan pembiayaan pendidikan dipergunakan
seminimal mungkin akan tetapi mendapatkan hasil yang memuaskan atau sesuai dengan target.
Pengalokasian pembiayaan di MTs Al Falah Cicalengka dalam setiap program merupakan tanggung
jawab kepanitiaan penyelenggara kegiatan, bendahara satu dan bendahara dua, wakil kepala madrasah yang
bersangkutan dan kepala madrasah sebagai penanggungjawab umum oprasional lembaga pendidikan.

d. Pengeluaran rutin program pengembangan pesertadidik


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran yang
nyaman agar dapat mengembangkan seluruh potensi pesertadidik. Demikian pula di MTs Al Falah
Cicalengka, pengembangan potensi peserta didik bukan hanya melalui proses pembelajaran di kelas akan
tetapi pengelola madrasah berupaya mengembangkan potensi siswa melalui berbagai program meliputi
penyelenggaraan kegiatan ekskul, latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS) dan latihan dasar
kepemimpinan kepramukaan (LDKP).
Pada dasarnya, pengalokasian pembiaan secara prosedur sama persis dengan pengalokasian pembiayaan
seperti program yang lainnya, akan tetapi dalam pengalokasian pembiayaan di program pengembangan siswa
ini, memiliki prosedur yang berbeda contohnya, program peringatan hari besar islam yang dikelola oleh
siswa dengan membentuk kepanitiaan kegiatan. Demikian pula dengan pengalokasian pembiayaan,
pengelola madrasah menyerahkan pengelolaan keuangan kepada siswa dengan pengawasan yang ketat
diwakili oleh wakil kepala madrasah bidang kesiswaan.Pengelolaan alokasi pembiayaan yang diserahkan
kepada siswa bertujuan untuk melatih dan mendidik siswa agar belajar mengelola keuangan dan kegiatan
secara umum agar menjadi bekal dan menanamkan nilai-nilai kemandirian dan sifat amanah. Proses
penyaluran pembiayaan melalui siswa, dilakukan secara berangsur-angsur dan mendapatkan pengawasan
serta pengarahan dari wakil kepala madrasah bidang kesiswaan dan Pembina kegiatan yang bersangkutan,
agar pengelolaan keuangan dan kegiatan dikelola dengan efektif dan efisien.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan dasar pengambilan keputusan di MTs A l Falah Cicalengka Kabupaten
Bandung merupakan proses penyusunan program baik jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang. selain dari itu pengambilan kebijakan dan keputusan dilakukan untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang di hadapi lembaga. kemudian faktor utama yang mempengaruhi pengambilan kebijakan
adalah adanya keterbatasan wewenang kepala sekoalh yang berada di bawah yayasan.

DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana. A (2016). Pengembangan Organisasi Lembaga Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Amirullah Haris Budiyana.(2004).Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Richard L. Daft. (2010). Era Baru Manajemen (New Era of Management). Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai