Rujukan Berjenjang
Rujukan Berjenjang
TINJAUAN PUSTAKA
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasioal (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam
1. Prinsip Kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu dapat membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau disebut
dengan subsidi silang (BPJS Kesehatan, 2014). Hal tersebut terwujud karena
merupakan sesuatu yang tidak untuk memberikan keuntungan kepada sebagian orang
(Thabrany, 2009). Pengelolaan dana amanat oleh (BPJS) bertujuan untuk memenuhi
4. Prinsip Portabilitas
Kepesertaan bersifat wajib agar seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta BPJS
namun tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta
formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri,
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-
kepentingan peserta.
Kepesertaan JKN merupakan setiap orang termasuk warga asing yang bekerja
paling singkat selama enam bulan di Indonesia yang telah membayar iuran (Kemenkes
RI, 2013).
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi orang yang
2. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah orang yang tidak tergolong
2) Anggota TNI;
3) Anggota Polri;
4) Pejabat Negara;
Upah.
2) Pekerja yang tidak termasuk angka (1) yang bukan penerima Upah;
3) Pekerja sebagaimana dimaksud angka (1) dan angka (2), termasuk warga
1) Investor;
2) Pemberi Kerja;
3) Penerima Pensiun;
4) Veteran;
6) Bukan Pekerja yang tidak termasuk angka (1) sampai dengan angka (5)
2) Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
5) Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada angka (1) sampai dengan angka (4) yang mendapat hak
pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
2. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan
sendiri; dan
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
Sedangkan peserta bukan PBI JKN juga dapat mengikutsertakan anggota keluarga
yang lain. Pendaftaran peserta dapat dilakukan di kantor BPJS Kesehatan wilayah
setempat atau terdekat. Adapun hak-hak yang didapatkan oleh peserta JKN yaitu:
1. Memperoleh identitas peserta yang berisi identitas nama serta nomor identitas
peserta.
1. Membayar iuran.
1. Iuran
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan
2. Pembayaran iuran
b. Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja dan
pekerja
c. Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh
pemberi kerja.
2.1.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas dua jenis yaitu manfaat medis
berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi
kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
2. Imunisasi dasar
3. Keluarga berencana
untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh pemerintah
4. Skrining kesehatan
Diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, pelayanan yang
bertujuan kosmetik, tidak sesuai dengan prosedur, general check up, pengobatan
pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. Hal itu untuk menekan tingginya pasien yang
berkunjung ke rumah sakit. Dalam hal ini tentunya mutu pelayanan kesehatan di FKTP
menjadi sangat penting. Mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas
kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu
adanya peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga
Untuk tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berperan
menyusun standar profesi bagi seluruh dokter. Standar yang harus dimiliki oleh dokter
yaitu Standar Kompetensi yang merupakan standar minimal yang dikuasai oleh setiap
Kedokteran ketika berada di lokasi pelayanan yang terdiri dari Pedoman Nasional
Kedokteran yaitu implementasi dalam praktek yang mengacu pada Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI). Untuk menjamin mutu pelayanan, setiap dokter wajib
mengetahui cara yang tepat untuk penanganan penyakit tersebut dan menentukan
Setiap dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
merujuk
dan tuntas
Setiap dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
dokter.
tuntas. Namun jika pada pasien telah terjadi komplikasi atau adanya penyakit kronis lain
yang sulit, pasien dalam keadaan daya tahan tubuh yang menurun, maka dokter harus
membuat pertimbangan dan memutuskan dilakukan rujukan pada pasien tersebut. Untuk
itu diperlukan adanya panduan bagi dokter pelayanan primer yang merupakan bagian
dari standar pelayanan dokter pada pelayanan primer. Panduan tersebut akan menjadi
acuan bagi seluruh dokter pelayanan primer dalam menerapkan pelayanan yang bermutu
yang sadar mutu sadar biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat, memiliki pedoman baku
minimal dengan mengutamakan upaya maksimal sesuai kompetensi dan fasilitas yang
ada serta memiliki tolok ukur dalam melaksanakan jaminan mutu pelayanan. Nama-
nama penyakit dalam pedoman ini yaitu penyakit dengan tingkat kemampuan dokter 4A,
penatalaksanaan dan rujukan yang sesuai. Pemilihan penyakit pada panduan praktik
Doker akan melakukan rujukan apabila memenuhi salah satu dari kriteria TACC (Time-
Age-Complication-Comorbidity) berikut:
Comorbidity : apabila terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat
kondisi pasien.
Berikut 155 diagnosis penyakit yang ditetapkan BPJS Kesehatan di fasilitas kesehatan
12
2.3 Sistem Rujukan Berjenjang
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh
peserta jaminan kesehatan dan seluruh fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2013).
Pelayanan sistem rujukan dapat memberikan kontribusi pada standar pelayanan medis
yang tinggi dengan membatasi upaya medis yang berlebihan dan adanya pembagian
tugas yang efisien antara dokter umum dengan dokter spesialis. Pelayanan kesehatan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik seperti Rumah Sakit Tipe
13
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasien JKN yang ingin mendapatkan pelayanan yang
tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
yang melakukan sistem rujukan sesuai dengan prosedur akan masuk dalam penilaian QI-
9 (Quality Indicator-9) terbaik yang dapat mengkuti kegiatan Regional dan Nasional
horizontal merupakan rujukan yang dilakukan antar satu tingkatan sedangkan rujukan
vertikal yaitu rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan
dari pelayanan yang tingkat rendah ke pelayanan tingkat tinggi. Rujukan vertikal
sub-spesialistik dan perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
14
Gambar 2.2 Alur Sistem Rujukan
kebutuhan medisnya yaitu dimulai dari pasien berobat ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
rumah sakit.Pelayanan Rujuk Balik dilakukan jika pelayanan kesehatan yang diberikan
2. Bencana;
15
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya
kepada FKTP secara pra-upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar
di FKTP. Sistem kapitasi dibayar berdasarkan jumlah peserta terdaftar perbulan tanpa
2. Insentif bagi pemberi pelayanan kesehatan relatif lebih stabil karena tidak
kesehatan.
dan efisien.
Logic model merupakan salah satu cara untuk menjabarkan suatu program secara
lengkap dan lebih terperinci mulai dari komponen masukan (input) yang dimiliki oleh
16
suatu program, proses yang dilakukan serta dampak yang dihasilkan oleh suatu program
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta keterkaitan antar komponen-
komponen dari suatu program tersebut. Selain itu, penggunaan logic model tersebut juga
dapat membantu secara sistematika mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga
Komponen dasar logic model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
komponnen input, activities, output, outcome dan impact. Komponen input merupakan
sumber daya yang digunakan dalam suatu program untuk mencapai tujuan program
tersebut (Kellog, 2004). Komponen activities merupakan proses pelaksanaan dari suatu
program yang akan dilaksanakan (Kellog, 2004). Komponen output merupakan keluaran
perubahan spesifik yang terjadi dari pelaksanaan program tersebut (Kellog, 2004).
Komponen impact merupakan tujuan dari suatu program yang ingin dicapai dalam
Menurut Departement of Health Education and Well Fare, USA yang dikutip
dalam Lapau (1997), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Faktor Regional
f. Adanya asuransi.
pelayanan kesehatan;
dan pendapatan;
pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain dkk (2003) dalam jurnal manajemen
1. Karakteristik peserta;
3. Pemahaman kapitasi;
18
Hasil penelitian yang didapat dari variabel diatas faktor persepsi kebutuhan
medis, pemahaman kapitasi, persepsi risiko keuangan menyatakan adanya hubungan dan
pengaruh tingginya rasio rujukan kesehatan peserta Askes Sosial PT Askes di Kabupaten
Banyumas.
rawat jalan tingkat pertama peserta wajib PT Askes pada tiga puskesmas di Kota Aceh
tahun 2007 yaitu sekitar 30-75 % rujukan adalah rujukan rawat jalan tingkat pertama di
dapatkan oleh pasien atas permintaannya/keluarga sendiri dan bukan atas indikasi medis.
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh pasien ketika ditanya mengapa mereka
meminta rujukan diantaranya adalah para pasien merasa kecewa dengan obat-obatan
yang disediakan di puskesmas, peralatan medis di puskesmas tidak lengkap, jika berobat
ke rumah sakit memiliki kesempatan untuk diperiksa oleh dokter spesialis (Zuhrawardi,
2008).
pertama peserta Askes Sosial PT Askes kantor cabang Sukabumi tahun 2012 yang
banyak terdapar rujukan berdasarkan indikasi non medis, ketersediaan dokter masih
kurang dilihat dari segi tenaga kerja dan waktu sehingga pelayanan kepada pasien belum
optimal, ketidaksesuaian drop obat dari dinas kesehatan dengan yang diajukan
mempengaruhi angka rujukan dan diagnosis rujukan tertinggi yaitu penyakit Diabetes
berkelanjutan(Kesumawati, 2012).
19