Anda di halaman 1dari 3

“ SANG PAHLAWAN REVOLUSI YANG MENGHIDUPKAN PENGETAHUAN”

Tanggal 25 November adalah hari guru. Guru? Guru merupakan penentu masa depan
Indonesia, karena di tangannyalah generasi generasi Indonesia dibentuk. Guru adalah
pahlawan pembangunan, karena di tangannyalah generasi generasi yg mengisi ruang publik
Indonesia di bentuk. Guru? Guru adalah pembentuk akal manusia, karena ditangannyalah
manusia-manusia dibentuk menjadi manusia.

“Mencerdaskan kehidupan bangsa” itulah salah satu cita-cita negeri ini. Yang bisa
menentukan terwujud atau tidaknya cita-cita negeri ini adalah guru. Orang yang mampu
mengubah karakter generasi penerusnya ke jalan yang baik adalah guru. Tanpa figur seorang
guru,mungkin Indonesia tidak akan dapat menikmati hasil jerih payah putra-putri Nusantara
yang sudah mendorong perkembangan, dan tanpa figur seorang guru, mungkin pelajar tidak
akan pernah mengetahui apa-apa.

Guru yang menghidupkan pengetahuan disalah satu lembaga pendidikan yang


tercinta. Guru yang menjalankan tugasnya dengan penuh semangat keikhlasan dan semangat
revolusioner mendidik anak bangsa. Guru yang tidak beriorientasi pada “rupiah”. Guru yang
menjadi motivator sejati siswa disekolah karena kepribadiannya yang bertindak untuk
perubahan tanpa memikir umur dan penyakit yang berada dalam tubuh beliau.

Beliau adalah inspirasi kami. Itu dibuktikan saat beliau mengajar pada suatu hari dia
semangat sekali walaupun dalam sekali-sekali dia merasakan kesakitan. Dalam sela-sela
proses pembelajaran dia menceritakan kehidupannya “Saya 12 bersaudara pekerjaan orang
tuaku seorang petani, tetapi Alhamdulillah kami sukses semua” kata beliau. “Orang tuaku
mengatakan jika kamu tidak lulus ke jenjang perkuliahan jangan pernah kembali ke rumah”
kata beliau. Perkataan ini membuat kami merasakan semangat yang tinggi untuk secepatnya
merealisasikan perkataan beliau.

Beliau adalah sosok revolusioner yang menghidupkan pengetahuan. Guru yang


mengajar dengan penuh semangat untuk memajukan pendidikan. “Saya tidak mau ada jam
kosong” kata beliau sambil menyodorkan buku untuk pelajarannya. Ini bukti bahwa beliau
mengajar dengan penuh ikhlas tanpa pamrih. Beliau mampu menjadi pendidik dan pemberi
motivasi semangat bagi siswanya untuk melawan kejamnya ujian nasioanal berbasis
komputer yang tidak punya rasa belaskasihan. Beliau adalah pendidik yang memiliki sikap
kedisiplinan yang tinggi sehingga beliau sering mengecek kelas-kelas yang berada di
lembaga pendidikan ini terutama kelas Akuntansi. Pada suatu hari ketika beliau
mengamanahkan kami untuk terus belajar disaat guru yang mengajar tidak masuk, tetapi yang
kami lakukan Cuma bermain dan belanja di kantin/alfamidi class, sungguh ironi ketika beliau
masuk di kelas untuk mengecek kelas kami tetapi beliau hanya mendapatkan rasa
kekecewaan akibat perbuatan kami yang tidak mau mendengarkan beliau. Sampai pada suatu
saat beliau benar-benar kecewa kepada kami sehingga dia mengeluarkan suatu kata yang
menusuk dalam hati kami yaitu “Saya doakan kamu tidak lulus” kata beliau sambil
merasakan kekecewaan.

Beliau mengajarkan kepada kami, bahwa hidup tidak sekedar menjadi manusia berilmu, akan
tetapi juga beriman dan beramal. Sebab dia tahu bahwa negeri ini butuh generasi yang
mempunyai iman untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Jika kita berkaca pada realita
yang terjadi di negeri ini banyak pemimpin-pemimpin yang berilmu tetapi tidak punya iman
yang kokoh dan kuat sehingga rakyat di negeri ini mengalami penderitaan walaupun negeri
ini dikenal sebagai negeri yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah.

Beliau mengajarkan kepada kami bahwa hidup bukan sekedar “menjadi apa” tapi
yang lebih penting “berbuat apa”. Dalam sebuah kutipan kata J. F Kennedy “Jangan tanyakan
apa yang sekolah beri kepada kamu tapi tanyakan apa yang kamu beri kepada sekolah” kata
ini menggambarkan perilaku beliau untuk siswanya. Beliau tidak pernah membanggakan
dirinya sebagai seorang yang guru tetapi dia membanggakan dia berbuat apa untuk
memajukan pendidikan.

Sosok perilaku beliau bertujuan untuk membawa kami kearah tingkat kedewasaan,
sehingga kami mampu berdiri sendiri untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.

“ING NGARSA SUNG TULADA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI
HANDAYANI (Didepan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang
baik untuk siswa, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dari belakang seorang guru harus
memberikan dorongan dan arahan)” Kata Ki Hadjar Dewantara. Kutipan kata ini
menggambarkan tindakan dan perilaku beliau.

Jika Ki Hadjar Dewantara merupakan bapak pendidikan, dan kami anggap beliau
adalah Ibu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai