Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin akan merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Adapun kerusakan interaksi

sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan kemunikasi dengan orang lain

karena merasa kehilangan hubungan keakraban dan tidak mempunyai kesempatan untuk

berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan

secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak

ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Direja, 2011).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena

orang lain mengatakan sikap yang negatif dan mengancam (Kusumawati & Hartono,

2010).

2. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif.Menurut Stuart dan

Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan

yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi

antara lain yaitu:

1. Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:


a) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu

dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman

bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,

kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan

memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya

diri dan dapat mengembangkan tingkah laku cuiga pada orang lain maupun

lingkungan dikemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa

ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

Kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses pertumbuhan

dan perkembangan individu mulai bayi sampai usia lanjut. Untuk mengembangkan

hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan diharapkan dapat dilalui.

Tugas-tugas hubungan sosial menurut tahap perkembangan:

1). Bayi

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam memenuhii

kebutuhannya. Bayi menggunakan komunikasi yang sederhana untuk

memenuhi kebutuhannya misalnya menangis. Respons ibu atau pengasuh

terhadap kebutuhan bayi, harus sesuai dengan harapannya agar bayi

berkembang rasa percaya diri terhadap lingkungan dan orang lain.

Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi tergantung pada orang lain akan

mengakibatkan rasa tidak percaya terhadap diri sendiri, orang lain dan menarik

diri (Haber dkk 1987 dalam Riyadi & Purwanto, 2009).

2). Pra sekolah

Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar

lingkungan keluarga. Anak menggunakan kemampuan yang telah dimiliki


untuk berhubungan dengan lingkungan diluar rumah. Dalam hal ini anak

membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian

pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan

dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan

hubungan interpersonal.

Kegagalan anak dalam berhunbungan dengan lingkungan disertai

respons keluarga yang negatif akan menyebablan anak menjadi tidak mampu

mengontrol diri, tidak mandiri, pesimis dan takut perilakunya salah.

3). Anak usia sekolah

Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan

sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama, kompetisi, dan

kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan

dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa di luar keluarga

merupakan sumber penting pada anak.

Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman sekolah, kurang

dukungan guru dan pembatasan dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap

kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri.

4). Remaja

Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman

sebaya, lebih memperhatikan hubungan dengan lawan jenis. Hubungan dengan

teman sangat tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tua mulai

independen.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya

dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan identitas,

ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang.


5). Dewasa muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen

dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan

dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain, seperti: memilih

pekerjaan, memilih karier, melangsungkan perkawinan.

Kegagalan individu dalam melanjutkan kuliah, pekerjaan, perkawinan

akan mengakibatkan indidvidu menghindari hubungan intim, menjauhi orang

lain dan merasa putus asa.

6). Dewasa Tengah

Individu pada usia dewasa ini, mengalami penurunan ketergantungan

pada orang tua, telah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya

individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka peran menjadi orang

tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat

menguji kemampuan hubungan onterdependen.

Kegagalan dalam tugas perkembangan ini akan menyebabkan

produktovitas dan kreativitas berkurang, individu hanya perhatian terhadap diri

sendiri dan kurang perhatian terhadap orang lain.

7). Dewasa Lanjut

Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan fisik, kegiatan

pekerjaan, pasangan hidup, anggota keluarga. Individu memerlukan dukungan

orang lain dalam menghadapi kehilangan.

b) Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkandiri dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan.Dapat juga disebabkan oleh karena


norma-norma yang salah yang dianutoleh satu keluarga, seperti anggota tidak

produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

c) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah

otak.Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota

keluarganya ada yang menderita skizofrenia.Klien skizofrenia yang mengalami

masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi,

pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur

limbik.

2. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal

maupun eksternal meliputi:

a) Stresor sosial budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti

perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh,

dirawat di rumah sakit atau dipenjara.

b) Stresor psikologi

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Trimelia (2011) adalah sebagai berikut:

1. Gejala subjektif

a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.

b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.


c) Klien merasa bosan.

d) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

e) Klien merasa tidak berguna.

2. Gejala objektif

a) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan.

b) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada.

c) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri.

d) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun.

e) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-

ulang.

f) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan).

g) Ekspresi wajah tidak berseri.

h) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri .

i) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.

j) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.

4. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama Ketergantungan Narsisme
Interdependen
1. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih

dapat diterima oleh norma- norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum

berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang respon ini meliputi:

a) Solitude (menyendiri)

Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk

menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b) Otonomi

Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,

perasaan dalam berhubungan sosial.

c) Mutualisme (bekerja sama)

Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu

untuk saling memberi dan menerima.

d) Interdependen (saling ketergantungan)

Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain

dalam rangka membina hubungan interpersonal.

2. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku

dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:

a) Kesepian, adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari

lingkungannya, merasa takut dan cemas.

b) Menarik diri, adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan

dengan orang lain.


c) Ketergantungan (dependen), akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan

rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini

orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah

pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri

atau tujuan, bukan pada orang lain.

d) Manipulasi, adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan

terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung

berorientasi pada diri sendiri.

e) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.

f) Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha

untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya

egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya

(Trimelia, 2011).

5. Akibat

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau

isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien

dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan

kecemasan (Prabowo, 2014).

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan

berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur,

mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan

kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan

tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga

berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk, 2009).
6. Mekanisme Koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang

merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering

digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi (Damaiyanti & Iskandar,

2012).

1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara

sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya

kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau

bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul menurut Prabowo (2014) yaitu:

1. Perilaku curiga : regresi, represi.

2. Perilaku dependen: regresi.

3. Perilaku manipulatif: regresi, represi.

4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi.

7. Penatalaksanaan

Dalami, dkk (2009) menyatakan bahwa isolasi sosial termasuk dalam kelompok

penyakit skizofrenia tak tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa

dilakukan adalah:

1. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan

menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri

dan kanan).Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30
detik dengan tujuan terapeutik.Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan

terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.

2. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses

terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan

tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien

apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara

verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.

3. Terapi Okupasi

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam

melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk

memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang (Prabowo,

2014).

8. Pohon Masalah

Skema 1 pohon masalah

Resiko gangguan persepsi


sensori: halusinasi

Effect

Isolasi sosial: menarik diri

Core problem

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah

Causa
(Nihayati, dkk, 2015)
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Klien menjawab dengansingkat “Ya”, “Tidak”, “Tidak tahu”.

2) Pasien tidak menjawab sama sekali.

b. Data Objektif

1) Apatis, ekspresi sedih, afek datar.

2) Menghindar orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang

lain.

3) Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan

orang lain.

4) Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.

5) Berdiam diri di kamar.

6) Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau

pergi saat diajak bercakap-cakap.

c. Faktor predisposisi

Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubunga sosial yaitu:

1). Faktor Perkembangan

Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan

yang harus terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan

mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya anak yang kurangnya kasih

sayang, dukungan, perhatian dan kehangatan dari orang tua akan memberikan

rasa tidak aman dan menghambat rasa percaya.


2). Faktor biologis

Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan

sosial. Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbik diduga

menyebabkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran struktur

otak yang abnormal: otak atropi, perubahan ukuran dan bentuk sel limbic dan

daerah kortikal.

3). Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat

menyebabkan gangguan hubungan sosial. Misalkan pada pasien lansia, cacat,

dan penyakit kronis yang diasingkan dari lingkungan.

d. Faktor presipitasi

1). Stresor sosial budaya

Adalah stress yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat.

Kejadian atau perubahan dalam kehidupan sosial-budaya memicu kesulitan

berhubungan dengan orang lain dan cara berprilaku.

2.) Stresor psikologis

Adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang

berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan

mengatasinya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut: (Nihayati, dkk, 2015)

1) Resiko perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri

2) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


3. Rencana Intervensi Keperawatan

Tindakan keperawatan:

1) Tujuan:

Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan hal berikut:

a. Membinan hubungan saling percaya.

b. Menyadari penyebab isolasi sosial.

c. Berinteraksi dengan orang lain.

2) Tindakan

a. Membina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.

b) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkannama dan panggilan yang

anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.

c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.

d) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang anda akan lakukan bersama pasien,

berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana,

e) Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk

kepentingan terapi.

f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.

g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial

a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan

orang lain.

c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul karab

dengan mereka.
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul

dengan orang lain.

e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.

c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

a) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.

b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.

c) Berikan kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang

lain yang dilakukan dihadapan anda.

d) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/ anggota

keluarga

e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi

dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.

f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.

g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan

orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau

kegagalannya. Beri dorongan terus- menerus agar pasien tetap semangat

meningkatkan interaksinya (Nihayati, 2015).


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

1. Pasien
No. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Isolasi Sosial: SP 1:
Menarik Diri a. Klien mampu Setelah 3 kali Diskusikan klien tentang:  Dengan mengetahui
mengidentifikasi pertemuan klien dapat  Orang yang tinggal serumah / sekamar penyebab klien
penyebab isolasi sosial: menyebutkan minimal  Orang yang paling dekat dengan klien di Menarik Diri dapat
siapa yang serumah, satu penyebab rumah / ruang perawatan ditemukan
siapa yang dekat, siapa Menarik Diri yaitu  Apa yang membuat klien dekat dengan mekanisme koping
yang tidak dekat dan dari:Diri sendiri, orang tersebut klien dalam
apa sebabnya Orang lain,  Orang yang tidak dekat dengan klien di berinteraksi sosial,
Lingkungan rumah / ruang perawatan serta strategi apa
 Apa yang membuat klien tidak dekat yang akan
dengan orang tersebut diterapkan kepada
 Upayakan apa yang sudah ia lakukan klien.
supaya dekat dengan orang lain
SP1:  Diskusikan dengan klien tentang manfaat  Dengan mengetahui
a. Klien mampu Setelah 3 kali hubungan sosial manfaat
mengidentifikasi pertemuan, klien dapat  Diskusikan bersama klien tentang berhubungan sosial
keuntungan menyebutkan manfaat berhubungan dan kerugian
mempunyai teman dan keuntungan  Diskusikan keuntungan mempunyai Menarik Diri, maka
bercakap-cakap mempunyai teman dan teman klien akan
bercakap-cakap  Diskusikan tentang keuntungan bercakap- termotivasi untuk
misalnya: banyak cakap berinteraksi dengan
teman, tidak kesepian,  Beri pujian terhadap kemampuan klien orang lain
bisa berdiskusi, saling mengungkapkan perasaannya.
menolong.
SP1: Setelah 3 kali  Tanyakan kepada klien tentang Kerugian  Dengan mengetahui
b. Klien mampu pertemuan, klien dapat tidak mempunyai teman kerugian tidak
mengidentifikasi menyebutkan kerugian  Diskusikan bersama klien tentang mempunyai teman
kerugian tidak tidak berinteraksi kerugian tidak bercakap-cakap dan bercakap-cakap,
mempunyai teman dan dengan orang lain,  Beri pujian terhadap kemampuan klien maka klien akan
bercakap-cakap misalnya: sendiri, mengungkapkan perasaannya. termotivasi untuk
kesepian, tidak bisa  Observasi perilaku klien saat berubungan berinteraksi dengan
berdiskusi. sosial. orang lain.

SP1: Setelah 3 kali Latih pasien berkenalan dengan pasien,  Melibatkan klien
c. Klien mampu pertemuan, klien dapat perawat atau tamu: dalam interaksi
berkenalan dengan berkenalan dengan  Jelaskan arti berkenalan dengan pasien, sosial akan
pasien dan perawat satu orang berkenalan perawat atau tamu mendorong klien
atau tamu dengan pasien dan  Jelaskan tujuan berkenalan dengan untuk melihat dan
perawat atau tamu pasien, perawat atau tamu merasakan secara
 Jelaskan cara berkenalan dengan pasien, langsung manfaat
perawat atau tamu dari berhubungan
 Demonstasikan cara berkenalan dengan sosial, serta
pasien, perawat atau tamu: meningkatkan
o Menyebutkan dulu nama kita dan konsep diri klien
nama panggilan yang kita sukai, lalu
menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan: “perkenalkan nama saya...
senang dipanggil.... Nama anda
siapa?”
 Bersama pasien lakukan cara berkenalan
dengan pasien, perawat atau tamu
 Anjurkan klien untuk mencoba
berkenalan dengan pasien, perawat atau
tamu
 Beri pujian jika klien berhasil
melakukannya.
SP1: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan  Memasukkan
d. Klien mampu klien mampu membuat untuk latihan berkenalan dalam jadwal kegiatan
memasukkan latihan dan melaksanakan  Beri motivasi klien untuk melakukan bercakap-cakap
berkenalan dalam jadwal kegiatan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ke jadwal
jadwal dalam jadwal harian. dibuat kegiatan harian
kegiatan harian.  Beri pujian terhadap kemampuan klien akan mencapai
memperluas pergaulannya melalui interaksi sosial
aktivitas yang dilaksanakan klien secara
bertahap
2. Isolasi Sosial: SP 2: Setelah 3 kali  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengevaluasi
Menarik Diri a. Klien mampu intervensi, klien mengingat topic kemarin yaitu latihan hasil latihan
melakukan kegiatan mampu berkenalan berkenalan sebelumnya serta
berkenalan beberapa dengan beberapa  Tanyakan pada klien mengenai latihan memberikan
orang sesuai jadwal orang berkenalan sebelumnya, apakah sudah kesempatan klien
dilakukan sesuai jadwal? mengungkapkan
 Diskusikan bersama klien hambatan perasaan terkait
latihan berkenalan hambatan yang
 Berikan pujian apabila klien melakukan dialami
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 2: Setelah 3 kali Latih pasien cara berbicara saat melakukan 2  Melibatkan klien
b. Klien mampu interaksi, klien mampu kegiatan harian dalam ineraksi
berbicara saat berbicara saat  Jelaskan arti berbicara saat melakukan sosial akan
melakukan kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian mendorong klien
harian (latih 2 sehari-hari  Jelaskan tujuan berlatih berbicara saat melihat dan
kegiatan) kegiatan harian merasakan secara
 Jelaskan cara berbicara saat melakukan 2 langsung
kegiatan sehari-hari keuntungan dari
 Demonstrasikan cara berbicara saat 2 berinteraksi sosial
kegiatan sehari-hari serta meningkatkan
 Lakukan bersama klien contoh cara konsep diri klien
berbicara saat melakukan 2 kegiatan
sehari-hari
 Anjurkan klien berbicara saat melakukan
2 kegiatan sehari-hari
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan
SP 2: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan  Memasukkan cara
c. Klien mampu klien mampu untuk latihan berkenalan dan berbicara berkenalan,
memasukkan untuk memasukkan untuk saat melakukan 2 kegiatan harian dalam berbicara saat
jadwal kegiatan jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian ke
berkenalan 2-3 orang berkenalan 2-3 orang  Beri motivasi klien untuk melakukan dalam jadwal
pasien, perawat atau pasien, perawat atau kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah kegiatan akan
tamu, berbicara saat tamu, berbicara saat dibuat membiasakan
melakukan kegiatan melakukan kegiatan  Beri pujian terhadap kemampuan klien pasien untuk
harian harian memperluas pergaulannya melalui berinteraksi sosial
aktivitas yang dilaksanakan dengan orang lain
sehingga isolasi
sosial teratasi
3. Isolasi Sosial: SP 3: Setelah 3 kali interaksi  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui
Menarik Diri a. Klien mampu diharapkan klien mengingat topik kemarin yaitu latihan apakah pasien
mengevaluasi kegiatan mampu melakukan berkenalan dan berbicara saat melakukan sudah melakukan
berkenalan dan jadwal latihannya 2 kegiatan harian latihan berkenalan
berbicara saat untuk berkenalan dan  Tanyakan pada klien mengenai latihan dan bicara saat 2
melakukan kegiatan berbicara saat berkenalan dan berbicara saat 2 kegiatan kegiatan harian
harian melakukan kegiatan harian, apakah sudah dilakukan sesuai sesuai jadwal
harian jadwal?
 Diskusikan bersama klien hambatan
latihan berkenalan dan bicara saat 2
kegiatan harian
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan dan bicara pada 2
kegiatan harian sesuai jadwal
SP 3: Setelah 2 kali interaksi Latih pasien cara berbicara saat melakukan  Dengan berlatih
b. Klien mampu berlatih Klien mampu berlatih 2 kegiatan harian baru berbicara pada 2
cara berbicara saat cara berbicara saat  Jelaskan arti berbicara saat melakukan kegiatan baru maka
melakukan kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian klien akan terbiasa
harian (latih 2 kegiatan harian (latih 2  Jelaskan tujuan berlatih berbicara saat berinteraksi dengan
baru) kegiatan baru) kegiatan harian orang lain saat
 Jelaskan cara berbicara saat melakukan melakukan kegiatan
2 kegiatan sehari-hari yang baru harian sehingga
 Demonstrasikan cara berbicara saat 2 terjadi sosialisasi
kegiatan sehari-hari yang baru dengan orang
 Lakukan bersama klien contoh cara disekitar pasien
berbicara saat melakukan 2 kegiatan
sehari-hari yang baru
 Anjurkan klien berbicara saat
melakukan 2 kegiatan sehari-hari yang
baru
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan
SP 3: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan  Memasukkan cara
c. Klien mampu klien mampu untuk latihan berkenalan dan berbicara berkenalan,
memasukkan jadwal memasukkan jadwal saat melakukan 4 kegiatan harian dalam berbicara pada 4
kegiatan untuk latihan kegiatan untuk latihan jadwal kegiatan harian ke
berkenalan 4-5 orang, berkenalan 4-5 orang,  Beri motivasi klien untuk melakukan dalam jadwal
berbicara saat berbicara saat kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah kegiatan akan
melakukan 4 kegiatan melakukan 4 kegiatan dibuat membiasakan
harian harian  Beri pujian terhadap kemampuan klien pasien untuk
memperluas pergaulannya melalui berinteraksi sosial
aktivitas yang dilaksanakan dengan orang lain
sehingga isolasi
sosial teratasi
4. Isolasi Sosial: SP 4: Setelah 3 kali interaksi  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui apakah
Menarik Diri a. Klien mampu klien mampu mengingat topik kemarin yaitu latihan pasien sudah
melakukan evaluasi melakukan evaluasi berkenalan dan berbicara saat melakukan latihan
kegiatan latihan kegiatan latihan melakukan 4kegiatan harian berkenalan dan
berkenalan, bicara berkenalan, bicara saat  Tanyakan pada klien mengenai latihan bicara saat 4
saat melakukan empat melakukan empat berkenalan dan berbicara saat kegiatan harian
kegiatan sesuai jadwal kegiatan sesuai jadwal melakukan 4 kegiatan harian, apakah sesuai jadwal
sudah dilakukan sesuai jadwal?
 Diskusikan bersama klien hambatan
latihan berkenalan dan bicara saat 4
kegiatan harian
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 4: Setelah 2 kali Latih pasien cara bicara sosial:  Berlatih bicara
b. Klien mampu berlatih interaksi, klien mampu  Jelaskan arti bicara sosial: meminta sosial dengan
cara bicara sosial: berlatih cara bicara sesuatu dan menjawab pertanyaan meminta sesuatu
meminta sesuatu, sosial: meminta  Jelaskan tujuan berlatih berbicara sosial: dan menjawab
menjawab pertanyaan sesuatu, menjawab meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan akan
pertanyaan pertanyaan membiasakan klien
 Jelaskan cara berbicara sosial: meminta untuk berinteraksi
sesuatu dan menjawab pertanyaan dan besosialisasi
 Demonstrasikan cara berbicara sosial: dalam lingkup
meminta sesuatu dan menjawab sosial dengan cara
pertanyaan yang benar
 Lakukan bersama klien contoh cara
berbicara sosial: meminta sesuatu dan
menjawab pertanyaan
 Anjurkan klien cara berbicara sosial:
meminta sesuatu dan menjawab
pertanyaan
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan

SP 4: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan  Memasukkan cara


c. Klien mampu klien mampu untuk latihan berkenalan, berbicara saat berkenalan,
memasukkan jadwal memasukkan jadwal melakukan 4 kegiatan harian, dan bicara berbicara pada 4
kegiatan untuk latihan kegiatan untuk latihan sosial: meminta dan menjawab kegiatan harian, dan
berkenalan 4-5 orang, berkenalan 4-5 orang, pertanyaan dalam jadwal bicara sosial:
berbicara saat berbicara saat  Beri motivasi klien untuk melakukan meminta dan
melakukan 4 kegiatan melakukan 4 kegiatan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah menjawab
harian, dan bicara harian, dan bicara dibuat pertanyaan ke
sosial: meminta dan sosial: meminta dan  Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam jadwal
menjawab pertanyaan menjawab pertanyaan memperluas pergaulannya melalui kegiatan akan
aktivitas yang dilaksanakan membiasakan
pasien untuk
berinteraksi sosial
dengan orang lain
sehingga isolasi
sosial teratasi
5. Isolasi Sosial: SP 5: Setelah 3 kali interaksi 
Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui apakah
Menarik Diri a. Klien mampu klien mampu mengingat topik kemarin yaitu latihan pasien sudah
melakukan evaluasi melakukan evaluasi
berkenalan dan berbicara saat melakukan latihan
kegiatan latihan kegiatan latihan
melakukan kegiatan harian dan berkenalan dan
berkenalan, bicara berkenalan, bicara saatsosialisasi bicara saat kegiatan
saat melakukan melakukan kegiatan  Tanyakan pada klien mengenai latihan harian dan
kegiatan harian dan harian dan sosialisasi berkenalan, berbicara saat melakukan sosialisasi sesuai
sosialisai sesuai kegiatan harian dan sosialisai, apakah jadwal
jadwal sudah dilakukan sesuai jadwal?
 Diskusikan bersama klien hambatan
latihan berkenalan dan bicara saat
kegiatan harian dan sosialisasi
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Latih kegiatan harian  Melakukan kegiatan
b. Klien mampu berlatih Klien mampu berlatih o Jelaskan arti latihan kegiatan harian membiasakan
kegiatan harian kegiatan harian o Jelaskan tujuan berlatih kegiatan pasien melakukan
harian aktivitas dan
o Jelaskan cara melakukan kegiatan berinteraksi dengan
harian lingkungan sosial
o Demonstrasikan cara melakukan sehingga pasien
kegiatan harian tidak mengalami
o Bersama klien lakukan kegiatan isolasi sosial
harian
o Anjurkan klien melakukan kegiatan
harian sendiri
o Berikan pujian apabila klien mampu
melakukan kegiatan harian
 Observasi klien saat melakukan
kegiatan apakah sudah mulai berbicara
atau belum
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Observasi kegiatan harian klien, apakah  Kemandirian klien
c. Klien mampu menilai Klien mampu menilai sudah sesuai dengan jadwal sebagai tolok ukur
kemampuan yang telah kemampuan yang  Diskusikan hambatan klien kegiatan kemajuan
mandiri telah mandiri sesuai jadwal perawatan pasien
 Beri pujian apabila klien sudah
melakukan jadwal kegiatan harian
secara mandiri
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Observasi kemandirian klien dalam  Sebagai bahan
d. Klien mampu menilai Klien mampu menilai melakukan interaksi sosial sesuai pertimbangan untuk
isolasi sosial teratasi isolasi sosial teratasi jadwal mengehentikan
 Tanyakan apakah klien masih takut intervensi
untuk berinteraksi dengan orang lain keperawatan
 Berikan pujian apabila klien melakukan
jadwal kegiatan harian secara mandiri
2. Keluarga

No. Diagnosa Perencanaan


Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
SP 1: Setelah 1 x interaksi, Diskusikan masalah yang dirasakan Mengetahui respon
a. Keluarga mampu keluarga mampu dalam,merawatklien. keluarga terhadap
mendiskusikan mengekspresikan masalah klien
Isolasi sosial:
1. masalah yang perasaan dalam,
menarik diri
dirasakan merawat klien
dalam,merawat
klien
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Jelaskan pengertian, tanda&gejala, dan Peningkatan
b. Keluarga mampu keluarga mampu proses terjadinya isolasi sosial (gunakan pengetahuan mengenai
menjelaskan memahami dan booklet) isolasi sosial, keluarga
tentang pengertian, menjelaskan kembli  Beri kesempatan keluarga untuk dapat memahami
tanda&gejala, dan tentang pengertian, bertanya perilaku klien dan ikut
proses terjadinya tanda&gejala, dan  Minta keluarga menjelaskan kembali empati serta peduli
isolasi sosial proses terjadinya apa yang sudah dijelaskan
isolasi sosial  Berikan pujian apabila keluarga mampu
menyebutkan kembali apa yang sudah
kita ajarkan.
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Jelaskan cara merawat klien dengan Melatih kemandirian
c. Keluarga mampu Keluarga mampu isolasi sosial dirumah keluarga
menjelaskan memahami dan  Beri kesempatan keluarga untuk
tentang cara menjelaskan kembali bertanya
merawat klien tentang cara merawat  Minta keluarga menjelaskan kembali
dengan isolasi klien dengan isolasi apa yang sudah dijelaskan
sosial dirumah sosial dirumah  Berikan pujian apabila keluarga mampu
menyebutkan kembali apa yang sudah
kita ajarkan.
SP 1: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti Memandirikan keluarga
d. Keluarga mampu keluarga mampu berkenalan dan berbicara saat kegiatan sebagai dukungan
melatih cara melatih cara merawat harian sosial
merawat berkenalan, berbicara  Jelaskan kepada keluarga tujuan
berkenalan, saat melakukan berkenalan dan berbicara saat kegiatan
berbicara saat kegiatan harian harian
melakukan kegiatan  Jelaskan kepada keluarga cara
harian berkenalan dan berbicara saat kegiatan
harian
 Demostrasikan kepada keluarga kepada
keluarga cara berkenalan dan berbicara
saat kegiatan harian
 Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri
berkenalan dan berbicara
saat kegiatan harian
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
e. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan klien sebagai anggota
sesuai jadwal dan sesuai jadwal pujian kepada klien bila klien dapat keluarga
memberi pujian melakukan kegiatan
SP 2: Setelah 1 kali  Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
a. Keluarga mampu interaksi, keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
mengevaluasi mampu mengevaluasi pertemuan sebelumnya berkenalan dan dilakukan pada
Isolasi Sosial: kegiatan keluarga kegiatan keluarga berbicara saat kegiatan harian pertemuan sebelumnya,
2.
Menarik Diri dalam melatih dalam melatih pasien  Observasi keluarga dalam melakukan keluarga mampu
pasien berkenalan berkenalan dan kegiatan melakukan kegiatan,
dan berbicara saat berbicara saat kegiatan keluarga termotivasi
kegiatan harian. harian.
SP 2: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kegiatan rumah tangga yang Dengan mengetahui
b. Keluarga mampu Keluarga mampu mempu melibatkan pasien berbicara: kegiatan yang
mengetahui mengetahui kegiatan makan, sholat bersama dirumah melibatkan pasien
kegiatan rumah rumah tangga yang berbicara, keluarga
tangga yang dapat dapat melibatkan termotivasi untuk
melibatkan pasien pasien berbicara mengajak klien
berbicara berbicara saat dirumah
SP 2: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti Memandirikan keluarga
c. Keluarga mampu Keluarga mampu membimbing pasien berbicara dirumah dalam membimbing
berlatih cara berlatih cara  Jelaskan kepada keluarga tujuan pasien berbicara
membimbing membimbing pasien membimbing pasien berbicara dirumah dirumah
pasien berbicara berbicara dirumah  Jelaskan kepada keluarga cara
dirumah membimbing pasien berbicara dirumah
 Demostrasikan kepada keluarga kepada
keluarga cara membimbing pasien
berbicara dirumah
 Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga cara membimbing pasien
berbicara dirumah
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri
cara membimbing pasien berbicara
dirumah
SP 2: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
d. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan klien sebagai anggota
sesuai jadwal saat sesuai jadwal pujian kepada klien bila klien dapat keluarga
besuk dan melakukan kegiatan
memberi pujian
SP 3: Setelah 1 kali  Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
a. Keluarga mampu interaksi, keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
mengevaluasi mampu mengevaluasi pertemuan sebelumnya berkenalan dan dilakukan pada
Isolasi Sosial: kegiatan keluarga kegiatan keluarga berbicara saat kegiatan harian pertemuan sebelumnya,
3.
Menarik Diri dalam melatih dalam melatih pasien  Observasi keluarga dalam melakukan keluarga mampu
pasien berkenalan berkenalan dan kegiatan melakukan kegiatan,
dan berbicara saat berbicara saat kegiatan keluarga termotivasi
kegiatan harian. harian.
SP 3: Setelah 1 kali  Jelaskan kepada keluarga arti melatih Dengan memandirikan
b. Keluarga mampu interaksi, keluarga pasien melakukan kegiatan sosial keluarga cara melatih
melatih pasien mampu melatih pasien seperti belanja, meminta sesuatu dll pasien melakukan
melakukan melakukan kegiatan  Jelaskan kepada keluarga tujuan melatih kegiatan sosial akan
kegiatan sosial sosial seperti belanja, pasien melakukan kegiatan sosial membuat pasien merasa
seperti belanja, meminta sesuatu dll seperti belanja, meminta sesuatu dll diperhatikan dan lebh
meminta sesuatu cepat bisa melakukan
dll  Jelaskan kepada keluarga cara melatih kegiatan sosial
pasien melakukan kegiatan sosial
seperti belanja, meminta sesuatu dll
 Demostrasikan kepada keluarga cara
melatih pasien melakukan kegiatan
sosial seperti belanja, meminta sesuatu
dll
 Lakukan bersama keluarga cara melatih
pasien melakukan kegiatan sosial seperti
belanja, meminta sesuatu dll
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri
cara melatih pasien melakukan kegiatan
sosial seperti belanja, meminta sesuatu
dll
SP 3: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti melatih Melatih pasien belanja
c. Keluarga mampu Keluarga mampu pasien belanja saat besuk saat besuk akan melatih
melatih pasien melatih pasien belanja  Jelaskan kepada keluarga tujuan melatih kemampuan sosialisasi
belanja saat besuk saat besuk pasien belanja saat besuk pasien, dan pada jam
 Jelaskan kepada keluarga cara melatih besuk keluarga bisa
pasien belanja saat besuk mengawasi langsung
 Demostrasikan kepada keluarga cara pasien
melatih pasien belanja saat besuk
 Lakukan bersama keluarga cara melatih
pasien belanja saat besuk
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri
cara melatih pasien belanja saat besuk
SP 3: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
d. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan klien sebagai anggota
sesuai jadwal saat sesuai jadwal pujian kepada klien bila klien dapat keluarga
besuk dan memberi melakukan kegiatan
pujian
Isolasi Sosial: SP 4: Setelah 1 kali interaksi  Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
4.
Menarik Diri a. Keluarga mampu Keluarga mampu kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
mengevaluasi mengevaluasi kegiatan pertemuan sebelumnya yaitu melatih dilakukan pada
kegiatan keluarga keluarga dalam berkenalan, berbicara saat kegiatan pertemuan sebelumnya,
dalam melatih melatih pasien harian dan belanja keluarga mampu
pasien berkenalan, berkenalan, berbicara  Observasi keluarga dalam melakukan melakukan kegiatan,
berbicara saat saat kegiatan harian, kegiatan keluarga termotivasi
kegiatan harian, dan dan berbelanja
berbelanja
SP 4: Setelah 1 x interaksi, Bantu dan latih keluarga untuk menjelaskan Kesiagaan keluarga
b. Keluarga mampu keluarga follow up ke RSJ tanda kambuh dan rujukan untuk perkembangan
menjelaskan follow mampufollow up ke dan kondisi klien
up ke RSJ/PKM, RSJ/PKM, tanda
tanda kambuh, kambuh, rujukan
rujukan
SP 4: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membantu Mempertahankan
c. Keluarga keluarga mampu klien melakukan kegiatan sesuai jadwal. program pengobatan
mampumembantu membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan secara optimal.
klien sesuai jadwal sesuai jadwal dan pujian kepada klien bila klien dapat
dan memberi pujian memberi pujian melakukan kegiatan
 Beri pujian
SP 5: Setelah 1 kali interaksi  Minta keluarga untuk mengulangi Melatih kesiagaan dan
a. Keluarga mampu Keluarga mampu kegiatan yang sudah dilakukan pada kemandirian keluarga
mengevaluasi mengevaluasi kegiatan pertemuan sebelumnya (berkenalan, dalam membimbing
kegiatan keluarga keluarga dalam bicara saat kegiata harian, belanja dan klien dirumah
dalam melatih melatih pasien kegiatan lain serta follow up ke RSJ
Isolasi Sosial:
5. pasien berkenalan, berkenalan, berbicara tanda kambuh dan rujukan)
Menarik Diri
berbicara saat saat kegiatan harian,  Observasi keluarga dalam melakukan
kegiatan harian, berbelanja dan kegiatan
berbelanja dan kegiatan lain serta  Beri pujian
kegiatan lain serta follow up
follow up
SP 5: Setelah 1 x interaksi,  Nilai kemampuan keluarga merawat Memandirikan keluarga
b. Keluarga mampu keluarga klien klien unruk merawat
merawat klien mampumerawat klien.  Observasi kemampuan kelurga saat dan membimbing klien
merawat klien saat tinggal dirumah
 Diskusikan hambatan dalam merawat
klien
SP 5: Setelah 1 x interaksi,  Nilai kemampuan keluarga melakukan Memandirikan keluarga
c. Keluarga mampu keluarga control ke RSJ/PKM klien untuk merawat
melakukan mampumelakukan dan membimbing klien
kontrol ke RSJ/ kontrol ke RSJ/ PKM saat tinggal dirumah
PKM
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2009). asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Yogyakarta:Trans
Info Media

Damaiyanti., & Iskandar. (2012). Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: Refika Adimata

Direja, A. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B.A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic course).
Jakarta: EGC

Keliat, B.A & Pawirowiyono, A. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Ed2.
Jakarta: EGC

Kusumawati., & Halton. (2012). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Nihayati, H.E., Rizky, F., & Yusuf. (2015). Buku ajar kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa. Jakarta: Nuha Medika

Stuart, G. (2007). Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta : EGC

Trimelia. (2011). Asuhan keperawatan klien halusinasi. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai