A. Latar belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu
tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam
upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan
semakin berkembang tapi bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak
begitu efisien, terutama dengan pasien post operasi harus memerlukan
penanganan yang berkompetent. Pada pasien post operasi misalnya, seorang
pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat proses
kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri.
Pengembalian fungsi fisik pasien post-op dilakukan segera setelah operasi
dengan latihan napas dan batuk efektf serta latihan mobilisasi dini.
Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa
insiden apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6%
dari total populasi penduduk. Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 orang telah
menjalani operasi apendektomi setiap tahunnya. Sumber lain juga
menyebutkan bahwa apendisitis terjadi pada 7% populasi di Amerika Serikat,
dengan insidens 1,1 kasus per 1000 orang per tahun. Penyakit ini juga
menjadi penyebab paling umum dilakukannya bedah abdomen darurat di
Amerika Serikat. Di negara lain seperti negara Inggris, juga memiliki angka
kejadian apendisitis yang cukup tinggi. Sekitar 40.000 orang masuk rumah
sakit di Inggris karena penyakit ini (WHO, 2004; Peter, 2010).
Kejadian apendisitis di indonesia menurut data yang dirilis oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang dengan
persentase 3.36% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 621.435 orang
dengan persentase 3.53%. Apendisitis merupakan penyakit tidak menular
tertinggi kedua di Indonesia pada rawat inap di rumah sakit pada tahun 2009
dan 2010.
Masalah yang sering terjadi pada post operasi adalah ketika pasien
merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka
tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat
tidur (Kozier et al, 2005). Dalam masa hospitalisasi, pasien sering memilih
untuk tetap di tempat tidur sepanjang hari, meskipun kondisi mereka mungkin
membolehkan untuk melakukan aktivitas atau pergerakan lain (Berger &
Williams, 2006).
Banyak pasien dirumah sakit yang harus menjalani imobilisasi,
apakah harus tirah baring karena terapi atau karena penyakit yang diderita.
Salah satunya adalah pasien yang menjalani paska operasi laparostomi.
Padahal hampir semua jenis pembedahan, setelah 24-48 jam pertama paska
bedah, pasien dianjurkan untuk segera meninggalkan tempat tidur atau
melakukan mobilisasi dini (Kozier et al, 2005). Menurut Oldmeadow et al
(2006) ambulasi dini dianjurkan segera pada 48 jam pasien paska operasi.
Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk
mempercepat pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah
operasi dengan latihan napas dan batuk efektif dan mobilisasi dini.Perawatan
post laparatomi merupakan bentuk perawatan yang diberikan kepada pasien
yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan perawatannya adalah mengurangi komplikasi, meminimalkan
nyeri,mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal
mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan
mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih
sadar (Arif, 2010). Dengan melihat kondisi pasien post operasi laparatomi
yang memerlukan perawatan maka perlu dilakukannya intervensi dengan
maksud untuk mengurangi tegangan melalui latihan pernapasan dan
mobilisasi dini untuk mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan
pasien serta dapat memberikan kepuasan atas perawatan yang diberikan.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta
mengetahui tentang mobilisasi dini pasca operasi dan mampu menerapkannya
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi
2. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi
3. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi
4. Menjelaskan rentang gerak dalam mobilisasi
5. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
6. Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
D. Metode
Metode yang digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan
adalah cermah, diskusi dan tanya jawab.
H. SETTING TEMPAT
Penyuluh
Peserta
Operator
fasilitator
observer
I. SUSUNAN KEGIATAN
2 Pelaksanaan
a. Mengkaji a. Mengemukakan 20 menit
pengetahuan audiens pendapat
tentang pengertian
mobilisisasi dini
pasca operasi
b. Memberi b. Mendengarkan
reinforcement
positif (+)
c. Menjelaskan tentang c. Mendengarkan dan
pengertian memperhatikan
mobilisasi dini post
operasi
d. Mengkaji d. Mengemukakan
pengetahuan adiens pendapat
tentang tujuan
mobilisasi dini post
operasi
e. Memberikan e. Mendengarkan
reinforcement (+)
f. Mejelaskan tujuan f. Mendengarkan dan
mobilisasi dini post memperhatikan
operasi
g. Mengkaji macam- g. Mendengarkan dan
macam mobilisasi memperhatikan
pasca operasi
h. Memberikan
reinforcemen (+) h. Mendengarkan dan
i. Menjelaskan memperhatikan
macam-macam
mobilisasi post i. Mendengarkan dan
operasi memperhatikan
j. Mengkaji
pengetahuan audiens j. Mendengarkan dan
tentang rentang memperhatikan
gerak dalam
mobilisasi
k. Memberikan k. Mendengarkan dan
reinforsemen (+) memperhatikan
l. Menjelaskan rentang
gerak dalam l. Mengajukan
mobilisasi pertanyaan jika ada
m. Mengkaji yang belum paham
pengetahuan
Menjelaskan m. Mengulang kembali
kerugian bila tidak
melakukan
mobilisasi
n. Mendengarkan
n. Menjelaskan tahap-
tahap mobilisasi dini
post operasi
o. Memberi
kesempatan audiens
untuk bertanya
p. Motivasi audiens
untuk mengulang
kembali apa yang
telah dijelaskan
q. Memberikan
reinforcement
positif /pujian atas
jawaban yang tepat
3 Penutup
a. Memberi pertanyaan a. Menjawab 5 menit
akhir sebagai
evaluasi
b. Bersama adiens b. Mendengarkan
menyimpulkan
materi yang telah
dibicarakan
c. Menutup c. Mendengarkan
penyuluhan dan
mengucapkan salam
Total waktu kegiatan : 30 menit
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. 75 % atau lebih peserta menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai rencana
c. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi.
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75 % peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian mobilisasi dini pada pasien post operasi
b. Menyebutkan tujuan, macam-macam imobilisasi pasien post operasi
c. Menyebutkan manfaat, kerugian, manfaat dan rentang gerak dalam
mobilisasi pasien post operasi
J. Materi
Terlampir
TINJAUAN TEORI
MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI
A. Pengertian Mobilisasi Dini Post Operasi
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan
setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai
dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan
ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut Carpenito (2000),
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.
Konsep mobilisasi dini sebenarnya adalah huntuk mencegah komplikasi
paska operasi. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan
fungsi fisiologis. Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu
pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah
beberapa jam post/pasca operasi.
2. Pada hari kedua pasien dapat duduk ditempat tidur dan duduk dengan
kaki menjuntai dipinggir tempat tidur
3. Pada hari ketiga pasien dapat berjalan dikamar seperti ke kamar mandi
dan bisa juga berjalan keluar kamar.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd:
Brown Co Biston.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :
EGC.