Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keadilan berasal dari bahasa arab “adl” yang artinya bersikap dan berlaku
dalam keseimbangan.Keseimbangan meliputi keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan keserasian dengan sesama makhluk.Keadilan pada hakikatnya
adalah memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya atas
kewajiban yang telah di lakukan.Yang menjadi hak setiap orang adalah di akui
dan di perlakukan sesuai harkat dan mertabatnya yang sama derajatnya di
mata Tuhan YME.Hak-hak manusia adalah hak-hak yang diperlukan manusia
bagi kelangsungan hidupnya di dalam masyarakat.
Keadilan dalam kehidupan manusia adalah sangat prinsip dan di manapun
tidak mengenal waktu dan tempat selalu di perjuangkan.Keadilan adalah
bagian dari hak asasi yang telah di miliki manusia sejak di lahirkan tanpa
perbedaan.Manusia tidak dapat di pisahkan dari keadilan,karena dengan
keadilanlah manusia dapat mempertahankan hidupnya.
Namun kita sering mendengar bahwa keadilan masih belum terealisasi
dengan baik dalam kehidupan keluarga,bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara.Contohnya masih banyak pekerja rumah tangga mendapat
perlakuan tidak adil dari majikannya,seorang istri yang tidak mendapat hak
yang seharusnya ia dapatkan dari suaminya,seorang anak yang tidak mendapat
haknya dari orang tuanya,ataupun hak-hak warga negara yang belum
terpenuhi seperti,hak untuk hidup layak,merdeka dari kemiskinan,hak
mendapatkan pendidikan dan hak untuk menyatakan pendapat.
Terkadang manusia merasa bahwa hidup ini tidak adil,sebenarnya bukan
hidupnya yang tidak adil melainkan lingkungan yang kurang memberikan rasa
adil atau bahkan dirinya sendiri yang sulit untuk bersikap adil terhadap
sesama.Kita dapat menuntut keadilan appabila kita sudah melaksanakan apa
yang menjadi sebuah kewajiban,namun kita belum atau tidak mendapatkan
hak atas apa yang telah kita kerjakan.
Didalam negara berkembang,masalah keadilan terasa sekali dalam proses
pembangunan bangsanya.Salah satu wujud dari keadilan adalah bilamana

1
pemerintah dan rakyatnya terdapat saling pengertian yang baik.Hal ini
berkaitan dengan fungsi menciptakan keadilan bagi seluruh rakyatnya.Suatu
negara dapat di katakan maju apabila seluruh rakyatnya sudah mendapatkan
keadilan.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep suatu keadilan?


2. Bagaimana prinsip suatu keadilan?
3. Bagaimana perlakuan adil dan tidak adil?
4. Tokoh i
3. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui konsep suatu keadilan?


2. Mengetahui prinsip suatu keadilan?
3. Mengetahui perlakuan adil dan tidak adil?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Adil dan Rasa Keadilan

Menurut arti kata “adil” adalah tidak sewenang-wenang kepada diri sendiri
maupun pihak lain. Jadi, konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai individu,
dan kepada pihak lain sebagai anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan
Sang Pencipta. Tidak sewenang-wenang dapat berupa keadaan yang :
1. Sama (seimbang)
2. Tidak berat sebelah
3. Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang
4. Patut/layak, dapat diterima karena sesuai
5. Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain
Adil bersifat kodrati, artinya sudah di bekali oleh Tuhan sang Pencipta kepada
manusia sebagai bagian dari kehidupan manusia. Adil bersumber pada “unsur
rasa” dalam diri manusia yang didukung oleh akal sehat dan diwujudkan pada
perbuatan.Sebagai makhluk budaya, manusia menilai peristiwa atau kejadian yang
ada disekitarnya, atau yang dialaminya.Keadaan seperti ini disebut “keadilan”,
karena bersumber pada unsur rasa dalam diri manusia, maka disebut “rasa
keadilan”.Rasa keadilan mendorong manusia untuk berbuat benar (akal), berbuat
baik (rasa), berbuat jujur (karsa), dan bermanfaat. Keadilan juga mengarahkan
pada perbuatan manusia menuju kedamaian,kesejahteraan, dan kebahagiaan.

Ditinjau dari bentuk ataupun sifat-sifatnya, keadilan dikelompokan


menjadi tiga jenis :
a. Keadilan Legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan legal atau keadilan moral adalah
keadilan yang mengikuti penyesuaian atau pemberian tempat
seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya, dan yang
dianggap sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan. Keadilan dan
hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang
membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil

3
setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya
paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu
disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan
legal.
b. Keadilan Distributif
Rani saat ini duduk di kelas 1 SMA dan adiknya Leni saat ini duduk di
kelas 4 SD. Namun kedua orang tua mereka memberikan uang jajan
yang sama besar. Hal tersebut tidak adil karena seharusnya uang jajan
Rani dan Leni dibedakan karena usia mereka yang terpaut jauh dan
kebutuhan sekolah yang berbeda.
Itu adalah contoh dari keadilan distributif seperti Aristoles berpendapat
bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak
sama (justice is done when equals are treated equally).
c. Keadilan komutatif
Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap
orang sama banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang
telah diberikan (dari kata commute = mengganti, menukarkan,
memindahkan). Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian
keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian
dalam masyarakat.

2. Prinsip Keadilan.

Masyarakat adalah kumpulan individu yang di satu sisi mau


bersatu karena adanya ikatan untuk memenuhi kepentingan bersama,
tetapi di sisi lain, masing-masing individu ini mempunyai pembawaan
(modal dasar) serta hak yang berbeda, dan semua itu tidak bisa dilebur
dalam kehidupan sosial. Persoalannya, bagaimana mempertemukan
hak-hak dan pembawaan yang berbeda di satu pihak dengan keinginan
untuk bersama demi terpenuhinya kebutuhan bersama dipihak lain?

4
Ringkasnya, bagaimana mempertemukan hak individu dan kewajiban
sosial secara seimbang dan selaras sehingga tidak ada yang terugikan
dan terabaikan.Sebuah hubungan sosial yang berkeadilan.Di sinilah
yang mau dijawab oleh Rawls.

Menurut Rawls, keadilan adalah kejujuran (fairness). Agar


hubungan sosial seperti di atas bisa berjalan secara berkeadilan, ia
harus diatur atau berjalan sesuai dengan dua prinsip yang dirumuskan.
Pertama, kebebasan yang sama (principle of equal liberty), bahwa
setiap orang mempunyai kebebasan dasar yang sama. Kebebasan dasar
ini, antara lain, (1) kebebasan politik, (2) kebebasan berfikir, (3)
kebebasan dari tindakan sewenang-wenang, (4) kebebasan personal,
dan (5) kebebasan untuk memiliki kekayaan.

Kedua, prinsip ketidaksamaan (the principle of difference), bahwa


ketidaksamaan yang ada di antara manusia, dalam bidang ekonomi dan
sosial, harus diatur sedemikian rupa, sehingga ketidaksamaan tersebut,
(1) dapat menguntungkan setiap orang, khususnya orang-orang yang
secara kodrati tidak beruntung dan (2) melekat pada kedudukan dan
fungsi-fungsi yang terbuka bagi semua orang. Artinya, Rawls tidak
mengharuskan bagian semua orang adalah sama, seperti kekayaan,
status, pekerjaan dan lainnya, karena hal itu tidak mungkin, melainkan
bagaimana ketidaksaaman tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
terjadi ikatan, kerja sama dan kaitan saling menguntungkan juga
membutuhkan di antara mereka.

Dalam hubungan di antara dua prinsip keadilan tersebut, menurut


Rawl, prinsip pertama berlaku lebih dibanding prinsip kedua.Artinya,
prinsip kebebasan dari I tidak dapat diganti oleh tujuan-tujuan untuk
kepentingan social ekonomi dari prinsip II.Penegasan ini penting guna
menghindari “kesalahan” dari konsep keadilan utilitarinisme.Menurut
utilitarinisme, kegiatan yang adil adalah kegiatan yang paling besar
menghasilkan keuntungan social ekonomi bagi sebanyak mungkin
orang (the greatest happiness for the greatest number).Artinya,

5
keadilan dipahami sebagai identik dengan tujuan memperbesar
keuntungan sosial-ekonomi, sehingga ruang bagi perjuangan untuk
kepentingan diri setiap orang menjadi sempit.Akibatnya, prinsip
kebebasan dapat diabaikan dan kepincangan partisipasi dapat
dihalalkan.

Prinsip Keadilan

_______________________________

Prinsip I Prinsip II
____________________________________

(a) Keuntungan setiap orang (b) Terbuka semua

_____________________ ______________________

(1) Efisiensi (2) Perbedaan (1) Terbuka bakat ( 2) Kesempatan

(1) KA (2) KB (3) AA (4) KD

1. Kebebasaan Alami (KA).

Prinsip ini merupakan perpadan antara (a.1) prinsip efisiensi, dan (b.1)
kesamaan dalam arti karir terbuka bagi bakat. Sistem ini mengandaikan
terpenuhinya prinsip I, “kebebasan yang sama”. Diasumsikan juga oleh sistem ini
bahwa keadaan ekonomi secara kasar berada pada pasar bebas. Bagi sistem KA,
suatu kegiatan stuktur social-ekonomi dianggap adil jika setiap orang mempunyai
kebebasan mewujudkan bakat dan kemampuannya untuk mendapatkan apa yang
diinginkan sejauh tidak membawa membawa kerugian pada pihak lain.35
Rawls mengkritik sistem ini karena bisa melahirkan kesewenang-
wenangan.Kesewenang-wenangan ini muncul berdasarkan atas kenyataan bahwa
masing-masing individu mempunyai bakat dan keberuntangan alami yang
berbeda. Ada sebagian individu yang mempunyai bakat dan keberuntungan alami
yang baik, sementara ada sebagian lainnya yang mempunyai bakat dan
keberuntungan

6
kurang bagus. Berdasarkan bakat dan kemampuan yang menguntungkan tersebut suatu
pihak dapat mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, sementara pihak lain hanya puas
dengan apa yang mereka dapatkan. Karena itu, mereka tidak bisa diberikan fasilitas dan
kebebasan yang sama. Tegasnya, interpretasi ini tidak memenuhi kriteria sebagai sebuah
keadilan.

2. Kesamaan Bebas (KB).

Interpretasi ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pertama (KA). Koreksi


dibuat dengan memperluas prinsip kesamaan dalam arti karir terbuka bagi bakat (b.1),
menjadi kesamaan dalam kesempatan yang fair (b.2). Hasilnya, dengan pengandaian
prinsip I, system KB merupakan perpaduan antara prinsip efisiensi (a.1) dengan
kesamaan dalam kesempatan yang fair (b.2). Dengan interpretasi seperti ini,
persoalan tentang adanya bakat-bakat dan kemampuan yang berbeda dapat
diatasi.Yaitu, misalnya, diberikan sarana dan latihan yang lebih pada bakat-bakat
yang kurang guna mengejar dan memperoleh kedudukannya dalam sosial, sehingga
bisa menghindari kesewenang-wenangan.

3. Aristokrasi Alam (AA).

Interpretasi ketiga ini merupakan perpaduan antara prinsip perbedaan (a.2) dengan
prinsip kesamaan dalam arti karir terbuka bagi bakat (b.1).Secara teoritis, system AA
sudah mengajukan tuntutan bagi perkembangan dari yang kurang beruntung.Namun,
dalam pelaksanaannya, hal itu masih diserahkan pada kebaikan hati yang beruntung tanpa
ada aturan tegas dan sangsi.System ini menerapkan prinsip “noblesse oblige” (darah
kebangsawanan membawa kewajiban).Artinya, mereka yang beruntung secara nasib
dibiarkan memperoleh kekayaan yang besar karena nantinya mereka berkewajiban untuk
membantu dan menaikkan nasib kelompok yang secara alamiah kurang beruntung.Di
tanah air, system ini agaknya pernah diterapkan pada masa orde baru. Saat itu, para
konglomerat diberi modal dan kesempatan besar dengan harapan bahwa setelah berhasil
mereka diharapkan akan membantu usaha kaum usaha kelas menengah dan kecil.

4. Kesamaan Demokratis (KD).

System KD ini dibangun untuk mengatasi kelemahan-kelemahan system


sebelumnya sekaligus menggunakan kelebihan-kelebihannya, khususnya system KB dan
AA. Dari KB diambil keunggulan “prospek yang sama” sedang dari AA diambil
keunggulan “memperkembangan mereka yang secara alamiah kurang beruntung”.

7
Artinya, system KD merupakan perpaduan antara prinsip perbedaan (a.2) dengan prinsip
kesamaan dalam kesempatan yang fair (b.2).
Bagaimana kedua prinsip ini digabungkan? Menurut Rawls, tuntutan bahwa yang
beruntung harus berperan dalam mengembangkan prospek bagi mereka yang kurang
beruntung, dilakukan dengan cara menyediakan sarana dan pelatihan. Yaitu, mereka yang
beruntung wajib menyediakan dana untuk penyediaan sarana dan pelatihan bagi kalangan
yang kurang beruntung dalam rangka meningkatkan kemampuan dan menyamamakan
prospek. Dengan ketentuan ini, kesewenang-wenangan dalam pembagian kekayaan bisa
diatasi.Ini merupakan interpretasi yang terbaik dari sistem keadilan, dan Rawls berharap
sistem kesamaan demokratis (KD) ini bisa menjadi pedoman untuk menciptakan
kerangka kerja yang memungkinkan terpenuhinya keadilan sebagai fairness.

3. Perlakuan Adil & Perlakuan Tidak Adil


a. Perlakuan Adil

Setiap manusia dapat melihat perlakuan adil itu dari sudut pandangnya masing-masing,
sehingga tanggapannya mungkin sama dan mungkin juga tidak sama satu sama lainnya.
Kemungkinan ketidaksamaan itu terletak pada nilai bobot kualitas perlakuannya. Walaupun
satu sama yang lainnya memandang perlakuan itu sebagai perlakuan adil, karena nilai bobot
kualitas perlakuan adil ke perlakuan kurang adil, sampai perlakuan tidak adil.
Perlakuan adil itu ada apabila dihubungkan denagn kodrat manusia sebagai makhluk
sosial (zoon politicon) yang harus hidup bermasyarakat, manusia mempunyai berbagai
macam kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi dengan sempurna apabila berhubungan dengan
manusia lain dalam masyarakat atau alam lingkungan.
Manusia itu makhluk budaya, perlakuan kepada sesama manusia juga berbudaya atau
beradab. Perlakuan beradab adalah perlakuan adil artinya perlakuan kepada pihak lain juga
seperti perlakuan diri sendiri. Rasa keadilan termasuk masalah nilai,karena itu dapat berubah
menurut keadaan, waktu, dan tempat. Akibat perlakuan adil timbullah kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupan yang bermasyarakat.
Contoh :
1. Dua orang pencuri tertangkap basah oleh warga sedang melakukan aksinya. Mereka
diserahkan kepada pihak yang berwajib dan keduanya di sidang di pengadilan,
dan hakim manjatuhkan vonis hukuman 5 tahun penjara untuk kedua pencuri
tersebut. Tidak ada perbedaan sangsi yang mereka terima. kedua pencuri tersebut masing-

8
masing di
hukum penjara selama 5 tahun sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Tentunya
contoh kasus ini mencerminkan sebuah keadilan. Yakni mereka di hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan masing-masing pencuri menerima sangsi yang sama.
sehingga terciptalah yang namanya ADIL.
2. Anak kembar sedang meributkan sebuah buku bacaan, dan seorang ibu membelikannya
untuk mereka berdua.

b. Perlakuan Tidak Adil

Sebaliknya, apabila perlakuan manusia tidak didasari oleh rasa keadilan, yang akan
terjadi adalah perlakuan tidak adil. Perlkauan tidak adil adalah perlakuan sewenang-
wenang.Akibat perlakuan sewenang-wenang adalah penderitaan dan ketidakpastian,
kehidupan manusia menjadi tidak menentu, tidak tentram dan gelisah.
Perlakuan tidak adil biasanya terjadi oleh majikan kepada pembantu rumah
tangganya.Biasanya majikan menyuruh pembantunya kerja keras tanpa kenal waktu istirahat,
si pembantu tidak diberi makan seperti hewan.

4. Keadilan Manusia dan Keadilan Tuhan

1. Pengakuan Kepada Perlakuan Adil

Sebagai makhluk budaya, dalam diri manusia selalu terdapat tiga unsur budaya, yaitu
cipta , rasa , dan karsa. Karena rasa keadilan bersifat kodrati dan asasi, maka perlakuan adil
diakui walaupun ada yang secara terbatas ataupun secara universal.Contohnya, di Afrika
Selatan yang dulu pernah menerapkan diskriminasi rasia, perlakuan adil diakui secra terbatas
hanya dikalanagan orang-orang sesama kulit putih, sedangkan di negara-negara lain
perlakuan adil diakui secara universal.Perbedaan itu muncul dalam budaya karena penekanan
unsur budaya yang berbeda.

9
2. Keadilan Manusia

Keadilan manusia yang terjadi dala hubungan antara sesama manusia dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu keadilan koordinatif, keadilan subornatif , dan keadilan
superordinatif .
a. Keadilan Koordinatif

Keadilan koordinatif terjadi dalam hubungan antara sesama anggota masyarakat (anggota
kelompok). Dalam hubungan tersebut, kedudukan pihak-pihak setara, sejajar, dan tidak
melebihi satu sama lain. Menurut Prof. Djojodigoeno (1958), hubungan koordinatif
dibedakan menjadi dua, yaitu hubungan pamrih dan hubungan paguyuban. Dalam hubungan
pamrih setiap pihak dibebani kewajiban dan diberi hak yang seimbang, dan harus saling
memenuhi kewajiban untuk memperoleh haknya.Misalnya keadilan dalam jual beli. Nilai
barang yang akan diserahkan kepada pembeli sama dengan nilai uang yang akan dibayarkan.
Dalam hubungan paguyuban, salah satu pihak dibebani kewajiban pengabdian tanpa imbalan
material.Pengabdian yang satu kepada pihak lainnya itu merupakan perlakuan yang patut
atau layak bagi kemanusiaan, misalnya seorang dokter merawat pasien sampai sembuh tanpa
mengharapkan upah.

b. Keadilan Subornatif

Keadilan subornatif terjadi dalam hubungan rakyat dengan penguasa atau warganegara dengan
pemerintah.Keadilan subornatif dimulai dari kesediaan rakyat atau warganegara melaksanakan
kewajiban atau pengabdian kepada penguasa atua pemerintah. Prof. Notonagoro (1971)
menyebut keadilan subornatif dengan istilah “keadilan komulatif”. Dalam keadilan komulatif,
yang menjadi dasar adalah ketaatan atau kepatuhan rakyat atau warganegara kepada penguasa.
Beberapa contoh wujud keadilan subornatif dalam hubungan rakyat/ warganegara dengan
penguasa, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pegawai negeri yang mengabdi kepada negara selama berpuluh-puluh tahun setelah
purnabakti diberi hak pensiun.
2. Warganegara yang telah berjasa membela kepentingan negara diberi penghargaan berupa
medali.

10
3. Warganegara yang berkarya dan menyelamatkan lingkungan diberi penghargaan
kalpataru
c. Keadilan Superordinatif

Keadilan superordinatif terjadi dalam hubungan penguasa dan rakyat.Dalam hubungan


superordinatif, inisiatif pelaksanaan memenuhi kebutuhan rakyat dimulai dari penguasa kepada
rakyat. Pemenuhan kebutuhan rakyat oleh penguasa merupakan realisasi janji penguasa kepada
rakyat ketika akan diangkat sebagai penguasa.
Hal yang dijadikan ukuran penguasa memberi perlakuan kepada rakyat adalah kuantitas dan
kualitas kewajiban dan pengorbanan yang diberikan rakyat kepada penguasa atau
negara.Perlakuan penguasa kepada rakyat yang didasarkan kuantitas dan kualitas kewajiban dan
pengorbanan ini oleh Notonagoro (1971) disebut “keadilan distributif”.
Dalam keadilan distributif, penguasa menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh rakyat
atau warganegara.Apabila persyaratan yang harus dipenuhi, penguasa memberikan perlakuan
yang sesuai dengan persyaratan itu.

3. Keadilan Tuhan

Keadilan tuhan terjadi dala hubungan manusia dengan Tuhan.Keadilan Tuhan bersifat mutlak.
Tuhan adalah pencipta segala apa yang ada di langit dan di bumi, termasuk manusia. Prof. Dr.
Harun Nasution menyatakan bahwa keadilan adalah ajaran yang sangat penting dalam agama.

5. Usaha Menciptakan Keadilan

Beberapa usaha dapat ditempuh untuk menciptakan keadilan, sehingga dapat dihilangkan atau
setidaknya dapat dikurangi sifat-sifat manusia yang tidak adil :
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Mengenal seni dan karya seni.
4. Menganut pola hidup sederhana.
5. Banyak memperoleh informasi mengenai manusia yang memperjuangkan keadilan .

11
Umar bin Abdul Aziz, Sosok Pemimpin yang Adil

Adil, jujur, sederhana dan bijaksana. Itulah ciri khas kepemimpinan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai ‘khalifah kelima’ yang
bergelar Amirul Mukminin, setelah Khulafa Ar-Rasyidin. Pada era kepemimpinannya, Dinasti
Umayyah mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang mengharumkan nama Islam.

Khalifah pilihan itu begitu mencintai dan memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya. Ia
beserta seluruh keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke
baitulmal (kas negara), begitu diangkat menjadi khalifah. Khalifah Umar II pun dengan gagah
berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentuk praktik korupsi.

Tanpa ragu, Umar membersihkan harta kekayaan para pejabat dan keluarga Bani Umayyah yang
diperoleh secara tak wajar. Ia lalu menyerahkannya ke kas negara. Semua pejabat korup dipecat.
Langkah itu dilakukan khalifah demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Baginya,
jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus
ditunaikan secara benar.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Umar justru
menangis ketika tahta dianugerahkan kepadanya. Meski Umar bukan berasal dari trah Bani
Umayyah, keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah
Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Sulaiman dalam surat wasiatnya memilih Umar bin
Abdul Aziz sebagai penggantinya.

Setelah Khalifah Sulaiman tutup usia, Umar dilantik sebagai khalifah pada 717 M/99 H. Seluruh
umat Islam di kota Damaskus pun berkumpul di masjid menantikan pengganti khalifah.
Penasihat kerajaan Raja’ bin Haiwah pun segera berdiri dan membacakan surat wasiat Khalifah
Sulaiman. ‘’Bangunlah wahai Umar bin Abdul- Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang
tertulis dalam surat ini,’’ ungkap Raja’.

Umar pun terkejut mendengar keputusan itu. Ia pun segera bangkit dan dengan rendah hati
berkata, ‘’Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah
terlebih dulu dan tak pernah aku memintanya. Sesungguhnya aku mencabut bai’at yang ada
dilehermu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki.’’ Umat Islam yang berada di masjid
menolak untuk mencabut ba’iatnya.

Semua bersepakat dan meminta Umar untuk menjadi khalifah. Umar pun akhirnya menerima
ba’iat itu dengan berat hati. Ia menangis karena takut kepada Sang Khalik dengan ujian yang
diterimanya. Beragam fasilitas dan keistimewaan yang biasa dinikmati khalifah ditolaknya.
Umar memilih untuk tinggal di rumahnya.

Meski berat hati menerima jabatan khalifah, Umar menunaikan kewajibannya dengan penuh
tanggung jawab. Keluarganya mendukung dan selalu mengingatkan Umar untuk bekerja keras
memakmurkan dan menyejahterakan rakyat. Sang anak, Abdul-Malik, tak segan-segan untuk
menegur dan mengingatkan ayahnya agar bekerja keras memperhatikan negara dan rakyat yang

12
dipimpinnya.

Selepas diangkat menjadi khalifah, Umar yang kelelahan mengurus pemakaman Khalifah
Sulaiman berniat untuk tidur. ‘’Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?’’
ujar Abdul Malik. ‘’Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan
ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini,’’ jawab Umar. ‘’Lalu apa yang akan
engkau lakukan ayahanda?’’ tanya sang anak. ‘’Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu
zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk shalat bersama rakyat,’ ucap Umar.

Lalu Abdul-Malik berkata, ‘’Wahai ayah, siapa yang menjamin engkau akan masih hidup sampai
waktu zuhur? Padahal sekarang engkau adalah Amirul Mukminin yang bertanggung jawab untuk
mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi.’’ Umar pun segera bangkit dari peraduan sembari
berkata, ‘’Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong
aku di atas agamaku.’’

Umar pun bekerja keras membaktikan dirinya bagi rakyat dan umat. Pada era kepemimpinannya,
Dinasti Umayyah meraih puncak kejayaan. Sayang, dia hanya memimpin dalam waktu sekejap
saja, yakni dua tahun. Meski bukan berasal dari keturunan Umayyah, darah kepemimpinan
memang mengalir dalam tubuh Umar bin Abdul Aziz. Ia ternyata masih keturunan dari Khalifah
Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz terlahir pada tahun 63 H/ 682 di Halwan sebuah
perkampungan di Mesir. Namun ada pula yang menyebutkan, Umar lahir di Madinah.

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, Gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik.
Sedangkan ibunya bernama Ummu Asim binti Asim. Dari Ummu Asim-lah, darah Umar bin
Khattab mengalir ditubuh Umar bin Abdul Aziz . Umar bin Khtattab meminta anak laki-lakinya
Asim untuk menikahi gadis miskin dan jujur. Dari hasil pernikahan itu lahirlah seorang anak
perempuan bernama Laila atau Ummu Asim.

Ummu Asim lalu menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan dan lahirlah Umar bin Abdul-Aziz.
Sosok pemimpin Umar bin Abdul Aziz yang adil dan bijaksana sudah sempat dilontarkan Umar
bin Khattab. Sang khalifah kedua itu sempat bermimpi melihat seorang pemuda dari
keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda itu kelak akan
menjadi pemimpin umat Islam.

Mimpi itu akhirnya terbukti. Umar bin Abdul Aziz sewaktu kecil wajahnya memang sempat
tertendang kuda, sehingga bagian keningnya mengalami luka. Umar kecil dibesarkan di
Madinah. Ia dibimbing sang paman bernama Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis
terbanyak. Umar tinggal di Madinah hingga sang ayah wafat.

Umar lalu dipanggil Khalifah Abdul Malik ke Damaskus dan menikah dengan anaknya bernama
Fatimah. Pada 706 H, Umar diangkat menjadi Gubernur Madinah oleh Khalifah Al- Walid. Saat
memimpin Madinah, Umar sempat memugar dan memperluas bangunan Masjid Nabawi. Sejak
masa kepemimpinannya, Masjid Nabawi memiliki menara dan kubah. Umar tutup usia pada
tahun 101 H/720 M. Syahdan, dia meninggal karena diracun. Kejujuran, keadilan, kebijaksanaan
serta kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam memimpin rakyat dan umat sudah sepantasnya
ditiru oleh para pemimpin Muslim.

13
Pembaruan DI Masa Khalifah Umar II

Masa kepemimpinannya tak berlangsung lama, namun kejayaan Dinasti Umayyah justru tercapai
pada era Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah membersihkan harta kekayaan tak wajar di
kalangan pejabat dan keluarga bani Umayyah, Khalifah Umar melakukan reformasi dan
pembaruan di berbagai bidang.

Di bidang fiskal, misalnya, Umar memangkas pajak dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga
menghentikan pungutan pajak dari mualaf. Kebijakannya itu telah mendongkrak simpati dari
kalangan non-Muslim. Sejak kebijakan itu bergulir, orangorang non-Muslim pun
berbondongbondong memeluk agama Islam.

Khalifah Umar II pun menggunakan kas negara untuk memakmurkan dan menyejahterakan
rakyatnya. Berbagai fasilitas dan pelayanan publik dibangun dan diperbaiki. Sektor pertanian
terus dikembangkan melalui perbaikan lahan dan saluran irigasi.

Sumur-sumur baru terus digali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Jalan-
jalan di kota Damascus dan sekitarnya dibangun dan dikembangkan. Untuk memuliakan tamu
dan para musafir yang singgah di Damscus, khalifah membangun penginapan. Sarana ibadah
seperti masjid diperbanyak dan diperindah. Masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis.
Khalifah Umar II pun memperbaiki pelayanan di dinas pos, sehingga aktivitas korespondesi
berlangsung lancar.

Begitu dekatnya Khalifah Umar II dihati rakyat membuat kondisi keamanan semakin kondusif.
Kelompok Khawarij dan Syiah yang di era sebelumnya kerap memberontak berubah menjadi
lunak. Umar II tak menghadapi perbedaan dengan senjata dan perang, melainkan mengajak kubu
yang berbeda pendapat itu melalui diskusi.

Pendekatan persuasif itu berhasil. Golongan Khawarij dan Syiah ternyata taat pada penguasa dan
tak menghentikan pemberontakan. Sebagai pemimpin rakyat dan umat, Umar II melarang
masyarakatnya untuk mencaci atau menghujat Ali bin Abi Thalib dalam khutbah atau pidato.
Kebijakan itu mengundang simpati kaum Syiah.

Hal itu begitu kontras bila dibandingkan dengan khalifah sebelumnya yang selalu menghujat
imam kaum Syiah. Khalifah terdahulu menerapkan kebijakan itu untuk menjauhkan rakyatnya
dari pengaruh Syiah. Khalifah Umar II telah berhasil mendamaikan perseteruan antara Syiah dan
Sunni - sesuatu yang boleh dibilang hampir mustahil tercapai. Di wilayah-wilayah yang
ditaklukkan, Khalifah Umar juga mengubah kebijakan.

Ia mengganti peperangan dengan gerakan dakwah Islam. Strategi itu ternyata benarbenar jitu.
Pendekatan persuasif itu mengundang simpati dari pemeluk agama lain. Secara sadar dan ikhlas
mereka berbondong- bondong memilih Islam sebagai agama terbaik. Raja Sind amat terkagum-
kagum dengan kebijakan itu. Ia pun mengucapkan dua kalimah syahadat dan diikuti rakyatnya.
Masyarakat yang tetap menganut agama non-Islam tetap dilindungi namun dikenakan pajak yang

14
tak memberatkan.

Cermin Kesahajaan Sang Khalifah

Saat Umar II terbaring sakit menjelang kematiannya, para menteri kerajaan sempat meminta agar
isteri Amirul Mukminin untuk mengganti pakaian sang khalifah. Dengan rendah hati puteri
Khalifah Abdul Malik berkata, ‘’Cuma itu saja pakaian yang dimiliki khalifah.’’ Hal itu begitu
kontras dengan keadaan rakyatnya yang sejahtera dan kaya raya.
Khalifah pilihan itu memilih hidup bersahaja. Menjelang akhir hayatnya khalifah ditanya,
‘’Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan engkau wasiatkan buat anakanakmu?’’ Khalifah balik
bertanya, Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa.’’ Umar melanjutkan, ‘’Jika
anak-anakku orang shaleh, Allah-lah yang mengurusnya.’’ Lalu khalifah segera memanggil buah
hatinya, ‘’Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama,
menjadikan kalian semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka.

Kedua,kalian miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga. Sesungguhnya wahai
anak-anakku, aku telah memilih surga.’’Umar berhasil menyejahterakan rakyat di seluruh
wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said,
seorang petugas zakat masa itu berkat, ‘’Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk
memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-
orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorangpun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan
semua rakyat pada waktu itu berkecukupan.’’

Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar II mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman,
Gubernur Irak agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah
membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun di Baitul Mal masih banyak uang. Khalifah
Umar memerintahkan. ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah ia uang untuk
melunasi utangnya.’’

Abdul Hamid kembali menyurati Kalifah Umar. ‘’Saya sudah membayar utang mereka, tetapi di
Baitul Mal masih banyak uang.’’ Khalifah memerintah lagi. ‘’Kalau ada orang lajang yang tidak
memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.’’ Abdul Hamid
sekali lagi menyurati Khalifah, ‘’Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun, di
Baitul Mal ternyata masih banyak uang.’’ Adakah pemimpin seperti itu saat ini?

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut arti kata “adil” adalah tidak sewenang-wenang kepada diri sendiri maupun pihak
lain. Jadi, konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai individu, dan kepada pihak lain
sebagai anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan Sang Pencipta. Tidak
sewenang-wenang dapat berupa keadaan yang :
1. Sama (seimbang)
2. Tidak berat sebelah
3. Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang
4. Patut/layak, dapat diterima karena sesuai
5. Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain.
Adil, jujur, sederhana dan bijaksana. Itulah ciri khas kepemimpinan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai ‘khalifah kelima’
yang bergelar Amirul Mukminin, setelah Khulafa Ar-Rasyidin. Pada era
kepemimpinannya, Dinasti Umayyah mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang
mengharumkan nama Islam.

Khalifah pilihan itu begitu mencintai dan memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya.
Ia beserta seluruh keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya
ke baitulmal (kas negara), begitu diangkat menjadi khalifah. Khalifah Umar II pun
dengan gagah berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentuk praktik
korupsi.

B. SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

16

Anda mungkin juga menyukai