Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No.

1 2017, Hal. 555-562

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENGINDERAAN JAUH


Sukma Perdana Prasetya1
Ita Mardiani Zein2
1Program Studi S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2Program Studi S1 Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya


Jalan Ketintang, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Corresponding author: sukmaperdana@unesa.ac.id

Abstrak

Penginderaan Jauh berkembang pesat pada berbagai bidang seperti: bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang
industri dan bidang pelayanan masyarakat umum. Penggunaan citra satelit sebagai bagian penting dalam penginderaan
jauh sekarang dikembangkan dalam kurikulum sekolah dan standar pendidikan nasional untuk geografi di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang layak
digunakan untuk pembelajaran Penginderaan Jauh dan menguji keefektifan LKPD melalui strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning/PBL) terhadap hasil belajar. Penelitian ini melibatkan 60 siswa SMA Muhamamdiyah 3
Surabaya kelas XII IPS. Metode pengembangan menggunakan model Borg dan Gall (1989) yang telah dimodifikasi menjadi
tiga tahap, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan pengujian. Penelitian ini menghasilkan media pembelajaran LKPD yang
layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran geografi untuk Penginderaan Jauh. Penggunaan media LKPD dalam
pembelajaran materi Penginderaan Jauh dapat meningkatkan aktivitas siswa, minat siswa dan mendapat respon positif
siswa dalam meningkatkan hasil belajar karena materi Penginderaan Jauh dapat disampaikan lebih konkrit dan aplikatif.

Kata Kunci: Pembelajaran, Penginderaan Jauh

PENDAHULUAN

Data penginderaan jauh dari citra satelit yang beresolusi tinggi dapat dijadikan pembelajaran berupa implementasi
praktik interpretasi citra satelit. Makalah ini menyajikan konsep dan contoh implementasi praktis. Makalah ini dimulai
dengan hasil studi komparatif internasional tentang penggunaan citra satelit di sekolah sebagai dasar konsep didaktis untuk
menggunakan media pembelajaran sekolah di Indonesia. Untuk tingkat menengah ke bawah, metode pembelajaran
interaktif mengenai fungsi dasar penginderaan jauh telah dikembangkan. Selain itu, baik untuk tingkat menengah atas,
interpretasi citra penginderaan jauh menjadi topik terpilih untuk dianalisis lebih lanjut seperti perubahan global dan
urbanisasi yang sedang berlangsung (Naumann et al,.2013) . Contoh penerapan penginderaan jauh di bidang pendidikan
menunjukkan kemungkinan penggunaan masalah dan tindakan yang berorientasi pada aplikasi penginderaan jauh sebagai
media dan alat pengajaran geografi.

Bekerja dengan data penginderaan jauh di sekolah sering dilakukan aplikasi secara analog misalnya untuk
memeriksa berbagai sudut pandang untuk satu area atau untuk memperbaiki kemampuan membaca peta. Di masa Google
Earth, geo-caching dan sistem navigasi anak-anak dan remaja kebanyakan fasih menggunakan teknik baru dan perangkat
lunak baru. Jadi mengapa tidak menggunakan data penginderaan jauh digital di kelas? Selain kurangnya kemampuan
guru, kurangnya alat yang sesuai untuk bekerja dengan data satelit yang berbeda tingkatan, dapat didilihat sebagai
hambatan untuk aplikasi PJ (Bhan, 1997). Alat penerapan materi PJ meliputi permainan belajar interaktif, berbasis web
aplikasi penginderaan jauh dan perangkat lunak untuk menganalisis data satelit (Golightly, 2010).

Saat ini konsep geografis melalui dukungan teknologi penginderaan jauh semakin berkembang pesat di berbagai
negara. Oleh karena itu sudut pandang guru dan murid yang berbeda tentang luas dan jenis citra satelit yang digunakan
dalam pelajaran telah diperiksa dalam kuesioner online internasional. Selain lingkungan pribadi dan sekolah, kemampuan
teknis siswa dalam menangani citra satelit telah diperiksa. Negara peserta dipilih berdasarkan hasil studi PISA tahun 2003
dalam kompetensi ilmu alam. Sekolah sasaran adalah sekolah menengah dengan murid berusia 12 sampai 18 tahun.
Kuesioner untuk guru dan murid tersedia dalam bahasa masing-masing (www.ph-heidelberg.de/satbild).

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

555
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

Negara-negara terpilih menunjukkan bahwa di Jerman, Polandia dan Inggris lebih dari 50% murid telah bekerja
dengan citra satelit di sekolah, di Inggris lebih dari 80%. Di Turki, Korea Selatan dan AS kurang dari 50% murid telah
bekerja dengan citra satelit. Analisis pertama juga menunjukkan bahwa citra satelit memiliki potensi besar bila digunakan di
sekolah. Di enam negara lebih dari 70% siswa menjawab dengan tepat / hampir benar saat ditanya apakah karya dengan
citra satelit itu menarik. selain itu juga ditanyakan tentang motivasi belajar materi Penginderaan Jauh sebagai penentu
penting untuk proses belajar yang efektif . hampir di semua negara secara menunjukkan secara signifikan besarnya minat
belajar siswa terhadap materi Penginderaan Jauh (Naumann et al,.2013).

Gambar 1. daya tarik, motivasi dan tingkat kesulitan dalam mempelajari materi penginderaan jauh di berbagai
negara (sumber: diadaptasi dari Naumann et al,.2013).

Menurut Handoko (2006) pembelajaran berbasis masalah (PBL) dinilai tepat menyatukan teori dan
aplikasi penginderaan jauh. Strategi ini dapat memaksimalkan fungsi otak dan sesuai dengan kondisi alam
semesta melalui pengalaman langsung. Melalui pembelajaran berbasis masalah pada materi penginderaan jauh,
siswa akan lebih mudah menginterpretasi citra di wilayah (lingkungan) sekitarnya yang mereka saksikan dan
alami dalam kehidupan sehari-hari daripada mereka melakukan interpretasi citra pada wilayah yang jauh dari
jangkauannya.
Dalam menerapkan strategi PBL dalam pembelajaran Penginderaan jauh diperlukan media Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD. LKPD tersebut memuat apa-apa saja atau instruksi yang harus dilakukan oleh siswa,
termasuk di dalamnya dilengkapi juga dengan isi materi dan evaluasi pembelajaran. LKPD dikembangkan
dengan tujuan untuk mengorientasikan siswa dalam masalah, sehingga dapat menstimulasi siswa untuk
mengambangkan alternatif pemecahan masalahnya.

METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu pengembangan LKPD Materi Penginderaan Jauh
dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL). Subjek dalam penelitian ini adalah 60
siswa Sekolah Menengah Atas Kelas XII yang memprogram Ilmu Sosial pada SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Model
pengembangan dalam penelitian ini mengacu langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall1 (1989),
dimodifikasi untuk menyederhanakannya menjadi tiga tahap utama, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan pengujian.

1. PENDAHULUAN 2. PENGEMBANGAN 3. PENGUJIAN

studi pustaka
Menerapkan Penilaian
Uji coba
Observasi awal
http://semnastafis.unimed.ac.id dalam
ISSN: 2598-3237 (media cetak)
produk
terbatas
ISSN: 2598-2796 (media online)
pembelajaran

556

Rancangan Draft
draft LKPD bebasis
produk draft
akhir masalah
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

Gambar 2. skema alur penelitian dan pengembangan (diadaptasi dari Borg dan Gall, 1989)

PEMBAHASAN
Penyusunan rancangan pembelajaran diawali dari studi pustaka dan observasi awal mengenai pembelajaran
Penginderaan Jauh. Rancangan diawali dengan penentuan tujuan pembelajaran (Kompetensi dasar), materi, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pengembangan
Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini berupa media Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Setelah pengembangan dilanjutkan dengan menerapan dalam pembelajaran pada materi Penginderaan Jauh dengan
strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan bantuanmedia LKPD.

1 2 3 4 5 6

Ciri Spasial Kesimp


N
b U R P Baya Te S Aso ulan Objek
o
entuk kuran ona ola ngan kstur itus siasi
1
2
3

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

557
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

4
5
6

Gambar 3. Contoh salah satu lembar kerja peserta didik tentang interpretasi bentang alam pada citra Penginderaan Jauh

Pengujian Model
Pengujian model dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menyebarkan instrumen untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapam LKPD dalam pembelajaran PJ. Pengujian ini menggunakan one-shot
design (Tuckman, 1999 ). Pada desain ini, setelah kelas dilaksanakan eksperimen berupa pembelajaran pada tahap
selanjutnya dilakukan observasi melalui penyebaran angket. Desain tersebut seperti tergambar berikut ini:
X O
dimana: X = perlakuan pembelajaran geografi dengan menggunakan LKPD PJ
O = observasi melalui angket tanggapan siswa
Variabel bebas adalah strategi pembelajaran, yang meliputi penerapan LKPD strategi PBL. Sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar domain kognitif, yang diukur pada level hubungan pemahaman (understand relationship) dan
keterampilan menerapkan (apply skills) yang diklasifikasikan dalam taksonomi belajar Reigeluth (1999). Penetapan dua
level hasil belajar ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di SMA, yaitu tujuan pembelajaran penginderaan jauh di
SMA agar siswa memiliki kemampuan memahami dan memanfaatkan hasil citra penginderaan jauh.

Penelitian pengembangan ini telah menghasilkan suatu produk berupa media Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
materi Penginderaan Jauh yang akan diterapkan melalui strategi pembelajaran berbasis masalah (PBL). LKPD materi
Penginderaan jauh diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep dan meningkatkan
kemempuan interpretasi citra Penginderaan Jauh mereka.
Pada tahap pendahuluan peneliti melakukan observasi untuk mengetahui kesenjangan kinerja, menetapkan tujuan,
menganalisis peserta didik, sumber daya yang tersedia, dan rencana kerja. Pada tahap design (desain) peneliti
mengadakan atau membuat hal yang dibutuhkan, menyusun evaluasi formatif desain, dan menghasilkan strategi pengujian.
Pada tahap pengembangan LKPD yang telah divalidasi oleh 2 orang validator media dan 1 orang validator materi
dikembangkan sampai media dinyatakan layak untuk diuji cobakan pada uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan
uji coba kelompok besar. Tahap ini peneliti mendapatkan masukan dan saran dari beberapa ahli media dan materi, adapun
masukan dan saran sebagai berikut :

Tabel 1. Saran dan Masukan dari Ahli Pembelajaran dan Materi

Validator Saran
Media LKPD materi Penginderaan Jauh disesuaikan dengan materi yang ada, cari referensi buku yang baik
atau mutakhir
Materi Memperhatikan kesesuaian media pembelajaran dengan materi yang diajarkan

Setelah mendapatkan saran dan masukan kemudian dilakukan perbaikan produk untuk kemudian berlanjut ke
tahap validasi. Hasil validasi sebagai berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli

Validasi Presentase (%) Keterangan


Media 84% Sangat layak
Ahli Materi 88% Sangat layak

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pada LKPD yang di kembangkan sangat layak digunakan sebagai
media bahan ajar. Pada tahap pelaksanaan media yang sudah diuji cobakan pada uji coba perorangan, uji coba kelompok
kecil dan uji coba kelompok besar selanjutnya diterapkan pada situasi belajar yang sesungguhnya. Penerapan LKPD materi
Penginderaan Jauh melalui strategi PBL dengan urutan sebagai berikut:

Tabel 3. Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Penginderaan Jauh

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

558
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

No Langkah-langkah Strategi Kegiatan Implementasi


Pembelajaran berbasis
Masalah
1 Orientasi siswa pada 1. Guru menjelaskan tujuan 2. menjelaskan sekilas materi
Masalah dan mengarahkan pembelajaran, menjelaskan logistik dengan menyampaikan
siswa ke permasalahannya yang dibutuhkan, dan memotivasi tahapan dan kunci-kunci
siswa terlibat dalam aktifitas interpretasi penginderaan jauh.
pemecahan masalah. 3. Memotivasi siswa dengan
memperlihat citra pengindraan
jauh yang di dalamnya terdapat
objek bentang alam dan
bentang buadya.
4. Mendeskripsikan berbagai
logistik penting (peta konsep)
dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan
mengatasi masalah
2 Mengorganisir siswa dalam 1. Guru membagi siswa ke dalam 4. membagi siswa ke dalam
Belajar untuk memecahkan kelompok yang jumlah anggotanya 5 kelompok yang jumlah
masalah orang. anggotanya 4-5 orang.
2. Guru membantu siswa dalam 5. membagikan bahan ajar
mendefinisikan dan mengorganisir kepada siswa yang berisi
tugas-tugas belajar yang tentang materi unsur bentang
berhubungan dengan masalah. alam
Permasalahan yang didefinisikan 6. siswa secara berkelompok
mengarah pada hubungan antara diberi kesempatan untuk
fakta-fakta dengan masalah yang membaca materi dan
didefinisikan. melakukan brainstorming
3. Siswa membuat beberapa definisi tentang materi unsur bentang
sebagai informasi awal yang perlu alam dan budaya
disediakan.
3 Membimbing Penyelidikan 7. Guru mendorong siswa untuk 10. Membagikan LKPD PBL
individual maupun mengumpulkan informasi yang pada setiap kelompok
kelompok sesuai. Tahap ini memfasilitasi 11. Siswa memahami tugas
proses eksplorasi dan perencanaan masalah yang diberikan secara
untuk memecahkan masalah. kelompok melalui LKPD PBL
8. Siswa menyusun dugaan sementara, tersebut.
siswa berfikir melakukan hubungan- 12. Masing-masing
hubungan logis dalam menentukan kelompok diminta
jawaban pertanyaan yang membantu mendiskusikan LKPD PBL dan
untuk menguji apakah hipotesis yang mengerjakannya
dibuatnya benar atau masih 13. Masing-masing
membuktikan perbaikan. kelompok menyusun jawaban
9. Siswa melaksanakan eksperimen atas masalah yang disajikan
dan penyelidikan untuk mengadakan dalam LKPD PBM .
penjelasan dan pemecahan masalah. 14. Guru berekeliling
membimbing siswa dalam
merusmuskan jawaban

4 Mengembangkan dan 15. Guru membantu siswa dalam 16. Guru berekeliling
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan membimbing siswa dalam
karya yang sesuai seperti laporan, merusmuskan jawaban
video dan model dalam membantu 17. Masing-masing ketua
mereka membagi tugas dengan kelompok menyajikan hasil
temannya. Dalam hasil karya tersebut kerja kelompoknya
sudah terdapat kesimpulan 18. Kelompok yang bukan
alternative-alternatif pemecahan penyaji diberi kesempatan
masalah secara kolaboratif. menaggapinya

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

559
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

19. Guru mengikuti diskusi


kelas dan memberi bimibingan
bila mengalami kesulitan

5 Menganalisis dan 20. Guru membantu siswa untuk 21. Ketua dan notulen
mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi merumuskan kesimpulan
pemecahan masalah terhadap penyelidikan mereka dan melaui bimbingan guru dengan
proses yang digunakan menetapkan solusi dalam
memecahkan masalah
22. Guru melaukan refleksi
dengan menerima umpan balik
dari sisiwa
23. Guru memberikan
penguatan dan bersama-sama
merangkum unsur bentang
alam
24. Tiap kelompok diminta
untuk menyerahkan laporan
kelompok sebagai bahan
portofolio untuk penilaian hasil
pembelajaran.

Sumber : diadaptasi dari Arends, 2007.

Langkah 2: Mengorganisir siswa dalam Belajar untuk


Langkah 1: Orientasi siswa pada Masalah dan mengarahkan
memecahkan masalah
siswa ke permasalahan materi Penginderaan Jauh

Langkah 3: Membimbing Penyelidikan individual Langkah 3: Membimbing Penyelidikan individual maupun


maupun kelompok kelompok

Gambar
Langkah 4: Siswa Mengembangkan dan4.menyajikan
skema alurhasil
strategi
karyaPBLLangkah
pada materi Pengindreaan Jauh
5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

560
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

Untuk tahap pengujian media dinilai dengan melaksanakan tes untuk menentukan effektifitas. Effektifitas
pembelajaran materi Penginderaan jauh dengan media LKPD melalui strategi PBL diketahui dari hasil belajar siswa yang
dilaksanakan dengan mengerjakan tes di akhir pembelajaran. Hasil belajar siswa rata-rata mencapai 80 dengan nilai
tertinggi 88 dan nilai terendah 64.
Penilaian aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran menggunakan LKPD melaui strategi
PBL. Observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran menggunakan belajar materi PJ. Hasil observasi aktivitassiswa disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas siswa


Pertemuan 1 2 3 4 5 6 7
Aktiviatas siswa 68% 72% 76% 86% 88% 88% 90%

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa yang menggunakan LKPD melalui strategi PBL pada
proses pembelajaran adalah 68% dan 90% yang berdasarkan interpretasi aktifitas siswa termasuk dalam kategori “cukup
aktif” dan “sangat aktif”. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan 1 sampai pertemuan ke 7 yang
menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan sudah baik. Diperoleh hasil persentase rata-rata aktivitas
adalah 81% termasuk dalam kategori sangat baik atau persepsi siswa terhadap pembelajaran PJ sangat positif.
Hasil respon siswa didapat dari analisa hasil angket yang telah diberikan kepada siswa setelah melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan LKPD yang telah dikembangkan. Berikut ini merupakan hasil analisa dari angket
respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan LKPD:

Tabel 4. Hasil Respon siswa terhadap LKPD


Aspek Penilaian Presentase (%)
Desain dan tampilan LKPD menarik 86,45
LKPD dapat materi menjadi lebih konkrit 83,87
Bahasa bersifat komunikatif 82,5
Media LKPD bersifat kontekstual dan mudah dipahami 86,45
Media LKPD meningkatkan minat belajar geografi 80
media LKPD mencakup materi yang disampaikan 77,41
Pembelajaran menggunakan LKPDdapat memudahkan
81,9
siswa dalam belajar
Pembelajaran menggunakan LKPD dapat menambah
87,74
pengetahuan baru

Berdasarkan pada tabel 3 di atas diketahui rata-rata hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan LKPD secara keseluruhan mendapatkan presentase sebesar 83%. Hal ini menunjukkan bahwa respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan media LKPD sangat baik.
Efektifitas penggunaan media LKPD dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan media LKPD menunjukkan bahwa pengembangan media LKPDtersebut dapat membantu siswa dalam
belajar ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan hasil kegiatan uji coba yang dilakukan pada siswa mendapatkan hasil respon yang sangat baik yaitu
dengan presentase sebesar 83,21%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif dan sangat terbantu
dengan adanya penggunaan media LKPD dalam kegiatan pembelajaran. Media yang mampu meningkatkan minat siswa

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

561
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 555-562

dalam belajar akan mendukung efektivitas pembelajaran. Temuan Huang et al., (2016), menyatakan bahwa media yang
dapat menghadirkan eksplorasi dan menarik minat siswa akan meningkatkan hasil belajar. Menurut Prasetya (2014),
keberadaan media LKPD dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan minat, memperjelas, dan mempermudah pemahaman
siswa terhadap materi geografi yang mempunyai bidang kajian wilayah dipermukaan bumi.Temuan Sahasrabudhe dan
Shivraj (2014), menegaskan pemilihan media yang tepat dengan domain belajar dan karakteristik siswa dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan terjadi peningkatan secara terus-menerus dalam
penggunaan LKPD untuk pembelajaran materi geografi. Pemilihan media LKPD Penginderaan Jauh memberikan latihan
siswa dalam memecahkan masalah yang membuat pembelajaran lebih bermakna dan aplikatif, sehingga membantu siswa
dalam memahami unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh, hal ini akan meningkatkan prestasi belajar geografi.
Melalui pembelajaran ini siswa dapat melihat, menyentuh, dan merasakan secara langsung fenomena geosfer dipermukaan
bumi melalui representasi media dalam LKPD.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengembangan media pembelajaran melalui LKPD pada materi Penginderaan Jauh, maka
diperoleh kajian sebagai berikut (1) Revisi produk merupakan upaya perbaikan yang diperoleh dari hasil analisis baik dari
ahli media, ahli materi maupun siswa tentang produk yang divalidasi. Media LKPDyang sudah divalidasi dapat digunakan
untuk pembelajaran. (2) media LKPD yang layak dapat digunakan dengan baik untuk meningkatkan minat, aktivitas dan
hasil belajar siswa; (3) media LKPD yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dapat mencapai tujuan pembelajaran
yaitu tercapainya indikator-indikator materi Penginderaan Jauh.

REFERENSI
Arends, RI. 2007. Learning to Teach (7thed). New York: McGraw-Hill Companies. Inc.
Bhan, S.K, 1997. Training and Education in Remote Sensing. Journal of the Indian Society of Remote Sensing, Dehradun:
25(1), 1-18.
Borg, W dan Gall, M.1989. Educational research an introduction. Colopon: United States of America.
Golightly A ,2010, Microteaching to Assist Geography Teacher-Trainees in Facilitating Learner-Centered Instruction. Journal
of Geography 109: 233–242.
Handoko, D. 2006. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Mizab Learning Center.
Huang, TC, Chen. CC, & Chou. Y. W, 2016, animating eco-education: To see, feel, and discover in an augmented reality-
based experiential learning environment. Computers & Education 96: 72-82.
Naumann S, Siegmund A, Ditter R, Haspel M, Jahn M, Siegmund A, 2013, Remote Sensing in School – Theoretical
Concept and Practical Implementation, www.ph-heidelberg.de/satbild

Prasetya, SP, 2014, Learning Media Geography.Yogyakarta: Publisher Ombak.


Reigeluth, CM. 1999. Instructional-Design Theories and Models; A New Paradigm of Instructional Theory. Volume II. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Sahasrabudhe V & Shivraj S, , 2014, Appropriate media choice for e-learning effectiveness: Role of learning domain and
learning style, Computers & Education 76: 237-249
Tuckman, W B, 1999. Conducting Educational Research. 5nd Edition. Harcourt Brace & Company.

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

562

Anda mungkin juga menyukai