Anda di halaman 1dari 23

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

Disusun Oleh : Kelompok III


1. Arum Paramita (015.01.3173)
2. Bq. Izzatul Islami (015.01.3174)
3. Dita Oktapiani (015.01.3178)
4. Gilang Aji Pratama (015.01.3182)
5. Hesti Mulyana (015.01.3185)
6. Muhammad Asnul Husni (015.01.3205)
7. Nunung Laksminiar (015.01.3211)
8. Nunung Safitri (015.01.3212)
9. Sugiarti (015.01.3227)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “Model
Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)”. Dalam karya tulis ini, kami juga
menyediakan pembahasan tentang konsep dasar MAKP. Apa yang kami lakukan
dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat
kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan
yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami
harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Mataram, 23 Oktober 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian ........................................................................................................... 3
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP .............................. 3
C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional ...... 5
D. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan ................................. 10
E. Penghitungan Beban Kerja ............................................................................... 11
F. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) ................................. 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komperhensif serta
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat secara
berkualitas (Kozier, 1995).
Menejemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk
memberikan asuahan keperawatan secara profesional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan
asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling
menopang dan berkesinambungan.
Banyaknya tuntutan dalam pengembangan pelayanan kesehatan di masyarakat
umum, termasuk didalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus
dipahami dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu bekerja
secara nyata dan diterima dalam memberikan pelayanan yang berkemanusiaan sesuai
ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
melakukan manajemen keperawatan dengan harapan, adanya pengelolaan yang sesuai
dan mampu mengefektifkan pembagian pelayanan keperawatan dengan lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
Namun perlu disadari, tanpa adanya kerjasama dalam mewujudkan dan
mengelolanya, maka tulisan ini hanyalah menjadi teori semata. Untuk itu, penyusun
tertarik untuk membahas Konsep Dasar Manajemen Model Asuhan Keperawatan
Profesional.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penulisan ini
adalah:
1. Bagaiman definisi asuhan keperawatan profesional MAKP?
2. Apa saja faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP?
3. Bagaimana metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan
professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan?
4. Bagaimana cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan definisi metode asuhan keperawatan profesional (MAKP).
2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan
MAKP.
3. Untuk menjelaskan metode pengelolaan sistem pemberian asuhan
keperawatan professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan.
4. Untuk menjelaskan cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang
meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan
untuk menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang
rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di Rumah
Sakit (Sitorus, 2006).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produk/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen (mandiri), maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu bicara
mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen;
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;

3
c. Mempertahankan eksistensi institusi;
d. Meningkatkan kepuasan kerja;
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan;
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standar.
2. Standar praktik keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995)
yang terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission on
Accreditation of Health Care Organisation (1999: 1; 4: 249-54) terdapat 8
standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999; 4: 249-
54):
a. Menghargai hak-hak pasien;
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah Sakit (SPMRS);
c. Observasi keadaan pasien;
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan.
3. Model Praktik
a. Praktik keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di Rumah Sakit dengan sikap dan
kemampuannya.
b. Praktik keperawatan rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan Rumah
Sakit.

4
c. Praktik keperawatan berkelompok
Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu di masa depan, karena
adanya pendapat bahwa rawat Rumah Sakit perlu dipersingkat, mengingat
biaya perawatan di Rumah Sakit diperkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik keperawatan individual
Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/
golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan
kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc


Laughin, Thomas, & Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah
asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer.
Terdapat 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
a. Sesuai visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

5
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga, dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
e. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaanya
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan,
yaitu:

6
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka
setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas, dan pengawasan yang baik;
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.

Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.
Kelebihan:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

7
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan:
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Kepala Ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri;
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

8
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.

Kekurangan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai displin
ilmu.

Tim Medis Kepala ruang Sarana RS

PP I PP I
PA I PA I
PA 2 PA 2

Pasien Pasien

Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat primer

Pasien/klien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Evening Night Jika Diperlukan Days

Diagram System Asuhan Keperawatan Primer (Marquis Dan Huston, 1998: 138)

9
d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan
hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.
Kelebihan:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus;
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangan:
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

D. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan
tenaga keperawatan di ruang rawat inap.
1. Metode rasio
Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur
sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan dan sering
digunakan karena sederhana dan mudah. Namun, ada kelemahannya yaitu
hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas perawat dan kapan tenaga perawat tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit Rumah Sakit.
2. Metode need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan
yang diberikan kepada pasien selama di Rumah Sakit.
3. Metode demand

10
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat.
4. Menghitung tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)
Konsep ini didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam
setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode
52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun
nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang
digunakan untuk perawatan pasien yang didasarkan pada tingkat
ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawat yang
dibutuhkan.

E. Penghitungan Beban Kerja


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat
anatara lain :
1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
3. Rata-rata hari perawatan
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.
Ada tiga cara dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personel
antara lain sebagai berikut.
1. Work sampling
Teknik ini digunakan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang
dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu.
Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan
kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah

11
pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel
pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.
2. Time and motion study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan
yang dilakukan oleh peringkat kusonel yang sdang kita amati. Melalui teknik
ini akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat
atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang
ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.
3. Daily log
Daily log atau pencatatan kegiatan kegiatan sendiri merupakan bentuk
sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel
yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Menuliskan secara rinci
kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari
pengamatan dengan daily log.

F. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Perubahan model sistem pemberian asuhan keperawatan sejalan dengan


perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, model
sistem asuhan keperawatan juga harus berubah menuju praktik keperawatan
profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah
metode tim, primer, kasus dan gabungan (moduler) (Nursalam, 2014).
Berikut langkah-langkah pengelolaan MAKP:
1. Pengumpulan data

12
Pengumpulan data bisa didapatkan dari sumber daya manusia (M1-Man),
jumlah tenaga di ruangan Rumah Sakit, kebutuhan tenaga, penghitungan BOR
(Bed Occupacy Rate), diagnosis penyakit terbanyak, dan penghitungan beban
kerja perawat.
2. Analisis SWOT
Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a. Pengisian item IFAS dan EFAS.
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data. Data tersebut dibedakan menjadi 2,
yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek Weakneses serta
Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi aspek
Opportunity serta Threatened.
b. Bobot
Pemberian bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi
perusahaan/ Rumah Sakit.
c. Peringkat (Rating)
Data rating didapatkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
pengukuran langsung.
3. Identifikasi Masalah
Identifikasi setiap masalah berdasarkan ketenangan (M1), sarana dan
prasarana (M2), Metode (M3), prioritas masalah, dan mutu (M5).
4. Perencanaan (rencana strategis)
a. Pengertian
Supriyanto dan Damayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis
merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan
atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga
organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.
b. Penyusunan perencanaan strategis

13
Proses perencanaan strategis meliputi tiga tahap yaitu:
1) Perumusan yang meliputi pembagian misi, penentuan tujuan utama,
penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta
pemilihan alternative;
2) Penerapan; dan
3) Pengendalian.
c. Indikator perencanaan strategis
Supriyono dan Damayanti (2007) menyatakan bahwa perencanaan
strategis yang berhasil efektif dan efisien dapat didasarkan pada:
1) Pemahaman, visi, misi, dan tujuan organisasi;
2) Pemahaman lingkungan eksternal organisasi (peluang dan ancaman);
3) pemahaman kemampuan sumber daya internal (kekuatan dan
kelemahan);
4) penguasaan manajemen efektif, dan dapat dipengaruhi oleh budaya
organisasi.
d. Faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis
Menurut Asmarani (2006) ada tiga faktor yang mempengaruhi
perencanaan strategis, di antaranya:
1) Faktor manajerial
2) Faktor lingkungan
3) Budaya organisasi
5. Pelaksanaan
Penerapan MAKP sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebagaimana tertuang dalam GANN chart.
6. Evaluasi
a. Evaluasi struktur.
b. Evaluasi proses.
c. Evaluasi hasil.

14
G. Manajemen Peran
Pelakaksanaan MPKP dalam satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga
keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang meliputi kepala ruangan , clinical
care manager (CCM), Perawat Primer (PP), serta Perawat Asosiet (PA). peran dan
fungsi PP dan PA harus jelas dan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pada ruang
rawat MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII
Keperawatan, dan pada tingkat MPKP tingkat I adalah perawat dengan
kemampuan S, Kep/Ners dengan pengalaman (Sitorus 2011).
1. Tugas dan tanggung jawab kepala ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah kemampuan
DIII Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun
a. Mengatur diskusi dengan staf untuk ememcahkan masalah di ruangan
b. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di
ruangan
c. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien dan keuarga dan tim kesehatan lain
d. Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan
e. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi
MPKP
f. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP dapat digantikan PA senior
tetapi tetap dengan pengawasan CCM
g. Memantau dan mengevaluasi penampilan kinerja CCM, PP dan PA
h. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
i. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
bersama CCM
2. Tugas dan tanggung jawab clinical care manager (CCM)
Clinical Care Manager adalah seseorang dengan pendidikan S1
keperawatan/Ners, dengan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun

15
a. Membimbing PP pada implementasi MPKP, kegiatan yang dilakukan
adalah :
1) Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan
yang sudah ditetapkan PP
2) Membarikan masukan kepada PP dan memberikan pujian terkait
dengan diagnosis keperawatan dan renpra yang telah dibuat
3) Bila pada dokumentasi belum ada renpra, maka bersama-sama PP
menetapkan diagnosis dengan menggunakan standar renpra yang
sudah disepakati bersama
4) Membahas tentang pembagian tugas PA bersama PP
5) Mengoservasi dan memberikan masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP dan PA
b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait asuhan keperawatan
d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian
e. Mengidentifikasi masalah penelitian
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam asuhan keperawatan
g. Bekerjasama dengan kepala ruang dalam mengevaluasi mutu asuhan
keperawatan dan mengevaluasi implementasi MPKP
h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP
i. Merencakan pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi asuhan
keperawatan
3. Tugas dan tanggung jawab Perawat Primer (PP)
Perawat primer pada MPKP pemula adalah seorang yang berpendidikan DII
a. Melakukan kontrak klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru
c. Menetapkan rencanakan asuhan keperawatan berdasarkan analisis
renpra sesuai dengan hasil pengkajian

16
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya.
e. Menetakan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali
giliran jaga (shift). Pembagian berdasarkan jumlah klien, tingkat
ketergantungan kliendan tempet tidur berdekatan
f. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan
keperawatan
g. Memonitor dokumentasi
h. Memantau dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
i. Me;akukan tindakan keperawatan yang tidak bisa dilakukan oleh PA
j. Mengatur pelaksanaan kondul da pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah teria klien dibawah tanggung jawabnya
bersama PA
l. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila
tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari
untuk membahas kondisi keperawatan klien (tergantung kondisi klien)
o. Bila PP cuti, tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk
dengan bimbingan kepala ruangan / CCM
p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien / keluarga
q. Membuat perencanaan pulang
r. Bekerjasama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang
memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice
(EBP)
4. Tugas dan tanggung jawab Perawat Asosiet (PA)
Pada MPKP pemula perawat asosiet adalah yang berpendidikan DII
keperawatan, dan kemungkinan yang berpendidikan SPK bias menjadi PA

17
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien / keluarga
c. Menerima klien baru dan orientasi klien/keluarga jika PP tidak
ditempat
d. Melakukan tindakan keperawatan terhadap klien berdasarkan renpra
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan pada tempat yang tersedia
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak tersedia
g. Memeriks kerapian dan kelengkapan status keperawatan
h. Membuat laporan pergantian dinas dan diparaf
i. Mengkomunikasikam kepada PP/PJ dinas bila, menemukan masalah
yang perlu diselesaikan
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
k. Berperan serta memberikan pendidikan kesehatan
l. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
m. Membantu tim lain yang membutuhkan
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan koordinasi dengan PP.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemaparan di atas, bahwa model asuhan keperawatan
profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Selain adanya kerangka kerja dalam MAKP juga banyak faktor-faktor yang
berhubungan dalam perubahannya serta ada metode untuk pengelolaan sistem MAKP
tersebut.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan, yaitu supaya perawat ketika
bekerja di Rumah Sakit dapat mengaplikasikan teori yang telah dipaparkan dalam
makalah ini guna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang lebih
efektif dan efisien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Sembiring, A. (2015, Maret 23). Scribd., [online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/document/259654271/Model-Asuhan-Keperawatan-
Profesional. Diakses: [Oktober 15, 2016]

20

Anda mungkin juga menyukai