Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Trigger finger (juga dikenal sebagai tenosinovitis stenosis) adalah keadaan dimana jari menjadi
‘terkunci’ setelah difleksikan terkait adanya inflamasi pada selubung sinvoial (synovial sheath) yang
menyebabkan tendon tidak dapat meluncur bolak-balik. Pada keadaan ini pasien dapat
memfleksikan jari tangannya namun saat diluruskan kembali dapat mengalami kesulitan sehingga
membutuhkan bantuan dari tangan lain. Trigger finger dapat terjadi pada semua jari-jari tangan
namun paling sering pada ibu jari dan jari manis.

Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD. 2015. Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation :
Musculoskeletal Disorders, Pain, and Rehabilitation. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan paling sering pada usia 50-60 tahun dan dilaporkan bahwa wanita memiliki
faktor risiko 6 kali dibandingkan laki-laki, meskipun alasan usia ini dan kecenderungan jenis kelamin
tidak sepenuhnya jelas. Pada penderita diabetes meningkat hingga 10%. Selain itu dikatakan bahwa
predileksi dari penyakit ini adalah pada tangan dominan.

Makkouk AH, Oetgen ME, Swigart CR, Dodds SD. 2007. Trigger Finger. Current Review Musculoskelet
Med. 1(2) : 92-96.

Etiologi

Pada sebagian besar kasus trigger finger penyebabnya adalah idiopatik. Akan tetapi pergerakan jari-
jari berulang diduga dapat menyebabkan trigger finger hal ini didukung dengan penemuan kasus
tersering pada tangan yang dominan. Selain itu, lokal trauma dan proses degeneratif juga dapat
menjadi pemicu penyakit ini. Pasien dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti rheumatoid
artritis, gout, diabetes melitus, arthritis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis, dan pigmented
vilonodular synovitis memiliki faktor risiko lebih besar terkena trigger finger dibandingan orang yang
tidak memiliki riwayat tersebut. Semua keadaan ini menyebabkan hipertrofi dan inflamasi yang
menjadi dasar penyakit ini.

Pada anak-anak, etiologinya dapat berupa kelainan kongenital berupa ketidaksesuaian ukuran
tendon fleksor ibu jari dan selubung tendonnya. Selain itu, kasus trigger finger pada anak-anak juga
dikaitkan dengan proses metabolik bawaan misalnya sindrom hurler dan proses inflamasi pada
juvenile rheumatoid arthritis.
Makkouk AH, Oetgen ME, Swigart CR, Dodds SD. 2007. Trigger Finger. Current Review Musculoskelet
Med. 1(2) : 92-96.

Jeanmonod R and Waseem M. 2018. Trigger Finger. StatPearls Publishing. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459310/.

Patofisiologi

Selama gerakan fleksi jari, katrol annular berada di bawah tingkat stres yang cukup besar. Fleksi
phalanx, terutama dengan daya cengkeram, menginduksi beban tinggi melintasi katrol paling
proksimal (katrol A1). Hipertrofi intratendineus katrol A1 terjadi sebagai respons terhadap
peningkatan stres. Peradangan dan penebalan juga dapat terjadi di tendon fleksor di mana akibat
peningkatan gesekan antara katrol dan tendon. Hal ini membentuk nodul. Peradangan yang terjadi
pada katrol A1 dan tendon fleksor, salah satu atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya
disproporsi ukuran, dan tendon fleksor tidak lagi dapat melakukan pergerakan normal yaitu bergerak
bolak-balik. Pasien mengalami ini sebagai sensasi patah (snapping) ketika mencoba untuk
meluruskan jari yang terkena.

Gambar 1. Anatomi Tendon Flexor Phalanx


Gambar 2. Anatomi Tendon Flexor Phalanx

Gambar 3. Trigger Thumb

Magee DJ, Zachazewski JE, Quillen WS. 2009. Pathology and Intervention in Musculoskeletal
Rehabilitation. Minsouri : Elsevier

Manifestasi Klinis

Pasien dengan trigger finger dapat merasakan sensasi click atau snapping saat melakukan gerakan
ekstensi dari posisi fleksi. Pada fase awal, pasien biasanya tidak merasakan nyeri akan tetapi seiring
bertambahnya derajat stenosis, pasien akan mengeluhkan nyeri yang semakin meningkat
intensitasnya hingga menurunnya kemmpuan untuk mengekstensikan jari secara aktif pada jari yang
terkena. Sehingga pasien membutuhkan bantuan tangan lain untuk mengekstensikan jarinya
(ekstensi pasif). Keluhan biasanya dirasakan saat sedang tidak beraktifitas terutama saat pagi hari.
Jari yang paling sering terkena adalah ibu jari, kemudian jari manis, jari tengah, jari kelingking dan
terakhir jari telunjuk. Dari riwayat penyakit juga biasanya pasien memiliki komorbid seperti
rheumatoid arthritis, diabetes melitus, gout, carpal tunnel syndrome, De Quervain’s tenosynovitis,
Dupuytren’s contracture, dan hipertensi.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan tegang pada lokasi katrol A1 yaitu sendi MCP. Sensasi ‘catching’
dapat dirasakan pada katrol A1 saat pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari yang terkena.
Nodul tendon flexor terkadang dapat teraba di MCP. Diagnosis biasanya sudah dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang mendukung.

Magee DJ, Zachazewski JE, Quillen WS. 2009. Pathology and Intervention in Musculoskeletal
Rehabilitation. Minsouri : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai