1
coracobrachialis, m. teres major. Berikut mengenai origo, insersio, persyarafan
dan funsi dari “Rotator Cuff”:
Supraspinatus
Origo : fossa supraspinatus
Insersio : diatas tuberculum majus
Persyarafan : nervus suprascapularis (C5)
Fungsi : abduksi
Infraspinatus
Origo : fossa infraspinata
Insersio : tuberculum majus, agak dorsal dan distal dari insersio otot
Supraspinatus
Persyarafan : nervus suprascapularis (C5)
Fungsi : eksorotasi
Subscapularis
Origo : permukaan scapula ventral
Insersio : tuberculum minus
Persyarafan : nervus subscapularis superior dan inferior (C5-C6)
Fungsi : endorotasi
Teres minor
Origo : permukaan belakang lateral scapula
Insersio : distal dari tuberkulum majus humerus
Persyarafan : nervus axillaris (C5)
Fungsi : membantu gerakan abduksi horizontal
2
trapezium (pada daerah origo) dan sebagian oleh m. deltoideus (pada daerah
insertio). Berjalan diatas kapsul sendi sampai permukaan atas tuberkulum majus.
Melekat pada humerus tepat pada lekukan sendinya. Ligaments pada sendi ini
adalah ligament cromioclavicular, ligament coracoclavicular (trapezoid dan
conoid), ligament transverse, ligament sternoclavicular, ligament Corocoacromial
dan ligament Costoclavicular.
2. Biomekanik Shoulder
3
sehingga ostheokinematika dan arthokinematikanya berlawanan. Resting
posisinya adalah 70⁰ fleksi shoulder dan 30⁰ fleksi (horizontal adduksi). Dan
Close Pack Position (CPP) adalah 90⁰ abd shoulder dan full exorotasi. Sendi
glenohumeral memiliki beberapa gerakan, yaitu:
2.1.2 Flexi - extensi:
Fleksi dihambat oleh ligament glenohumeral inferior
Ekstensi dihambat oleh ligament glenohumeral superior dan middle
Arthokinematika:
Flexi : glide posterolateral
Extensi : glide anteromedial
2.1.3 Abduksi - adduksi:
Abduksi dihambat oleh ligament glenohumeral inferior
Adduksi dihambat oleh trunk
Arthrokinematika:
Abduksi : glide ke inferior
2.1.4 Eksorotasi - endorotasi
Eksorotasi dihambat oleh ligament coracohumeral (superior –
medial - inferior)
Endoroatasi dihambat oleh ligament coracohumeral inferior
Arthrokinematika:
Endorotasi : glide posterolateral
Exorotasi : glide anteromedial
4
Depresi dibatasi oleh costa 1.
2.2.2 Protraksi – retraksi
Protraksi dibatasi oleh ligament sternoklavikula posterior dan
ligament costoclavicular.
Retraksi dibatasi oleh ligament sternoclavicula anterior.
2.2.3 Anterior - posterior rotasi, total ROM 3
Gerakan ini terjadi bila lengan elevasi.
Dibatasi oleh ligament acromioclavicular, ligament trapezoid dan
ligament conoidea.
5
2.3.3 Anterior-posterior rotasi (ROM ± 30⁰)
Rotasi ke anterior menyebabkan scapula sedikit terangkat ke depan
sehingga angulus inferior menjauhi thorax.
Rotasi ke posterior menyebabkan scapula sedikit terangkat ke
belakang sehingga angulus inferior menekan thorax.
Gerakan rotasi dihambat oleh ligamen conoidea dan trapezoidea.
6
penekanan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama antara tendon
supraspinatus dengan tendon dari caput longus biseps. Hal ini terjadi karena
tendon kedua otot tersebut saling bertumpang tindih dalam melewati trowongan
yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh kapsul sendi glenohumeral
sebagai dasarnya dan ligament coracoacromial serta acromion sebagai penutup
atasnya. Terkadang neurovascular yang mendampingi tendon otot supraspinatus
ikut terjebak sehingga terjadi ischemia otot supraspinatus yang di ikuti atrofi dan
parese.
4.1 Nyeri
Nyeri bila di tekan pada tendon otot supraspinatus yaitu tepatnya pada
daerah tuberculum majus humeri sedikit proximal. Nyeri tekan juga terjadi
pada otot deltoid medial sebagai nyeri rujukan. Saat lengan digerakan, nyeri
yang paling dirasakan adalah saat lengan melakukan abduksi 60̊ - 70̊ secara
aktif. Rasa nyeri ini kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu.
Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri
bila lengan diangkat.
7
4.2 Keterbatasan Gerak
Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi
dan eksorotasi. Keluhan nyeri timbul bila lengan diabduksikan aktif dari 60̊ -
70̊. Keterbatasan ini disebabkan oleh karena adanya rasa nyeri yang dirasakan
di seluruh daerah bahu dan dapat mengganggu tidur.
5. Penatalaksanaan Fisioterapi
5.1 Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab antara terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya
anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis, merupakan anamnesis
yang langsung ditujukan kepada pasien yang bersangkutan dan
Heteroanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain
(keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang mengetahui
keadaan pasien tersebut). Anamnesis yang akan dilakukan berupa:
8
dapur dari rak gantung, mengambil buku di rak buku atau mengambil
suatu barang yang letaknya lebih tinggi dari pada bahu.
5.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan
utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis
dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat pengobatan
yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang diperoleh.
Biasanya terjadi dalam melakukan aktifitas dengan
mengangkat beban berat secara terus menerus. Nyeri memberat ketika
mengangkat tangan. Rasa nyeri ini kumat-kumatan, namun pada
malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus.
5.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi penyakit
sewaktu anak-anak, penyakit serius, trauma, pembedahan dan riwayat
hospitalisasi. Hal ini perlu diketahui karena ada beberapa penyakit
yang sekarang dialami ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
dialami sebelumnya. Biasanya untuk penderita tendinitis supraspinatus
pernah mengalami trauma bahu.
5.1.5 Riwayat Keluarga
Dalam hal ini menanyakan tentang penyakit keturunan yang
diderita oleh keluarga pasien itu sendiri. Misalnya: Hipertensi,
diabetes mellitus dan penyakit jantung.
5.1.6 Riwayat Status Sosial
Riwayat sosial berisi tentang problem pasien yang akan
fisioterapi catat, misalnya: lingkungan kerja, tempat tinggal, aktifitas
rekreasi dan diwaktu senggang, aktifitas sosial. Untuk penderita
tendinitis supraspinatus sering mengangkat beban berat saat
melakukan pekerjaannya.
9
5.2 Pemeriksaan Obyektif
5.2.1 Tanda Vital
Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui keadaan umum
penderita berupa : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan,
temperatur, tinggi badan dan berat badan.
5.2.2 Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.
Pemeriksaan pada penderita tendinitis supraspinatus unilateral akan
terlihat perbedaan yang sangat mencolok antara bahu yang mengalami
gangguan dengan bahu yang tidak mengalami gangguan. Dijumpai
adanya pembengkaan dan kemerah-merahan di sekitar sendi bahu karena
adanya peradangan. Terkadang juga dijumpai adanya atrofi otot
supraspinatus.
5.2.3 Palpasi
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan,
dan memegang bagian tubuh pasien untuk mengetahui tentang adanya
spasme otot, nyeri tekan maksimum, suhu, oedema (pitting atau non-
pitting), kelembaban kulit dan tonus otot (hipertoni, normal dan
hipotoni). Pada kasus ini akan dijumpai spasme otot sekitar bahu, nyeri
tekan pada tendon m. supraspinatus yaitu pada tuberculum mayor
humeri, dan adanya peningkatan suhu lokal di daerah bahu.
5.2.4 Auskultasi
Auskultasi adalah merupakan pemeriksaan dengan menggunakan
indera pendengaran menggunakan alat bantu stetoskop. Pada kondisi
tendinitis supraspinatus tidak dilakukan.
5.2.5 Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk
mengetahui keadaan suatu rongga pada bagian tubuh tertentu. Pada
kondisi tendinitis supraspinatus tidak dilakukan.
10
5.2.6 Pemeriksaan Gerak Dasar
Dalam pemeriksaaan gerak dasar meliputi: gerak aktif, pasif, dan
isometric. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas gerak, lingkup
gerak sendi, sifat-sifat nyeri sepanjang LGS, hambatan yang terjadi
selama gerak serta pada akhir gerak (end feel) dan hal-hal lain yang
dapat mempengaruhi muscle spasme. Berikut penjelasannya:
5.2.6.1 Gerak Aktif
Gerakan ini dilakukan sendiri oleh pasien atas permintaan
fisioterapi. Sementara gerakan tersebut dilakukan pasien, kita
memperhatikan pola gerakan, koordinasi, dan jangkauan gerakan
serta pemeriksa menanyakan apakah pola gerakan tersebut
menimbulkan rasa nyeri. Pada kondisi tendinitis supraspinatus
gerakan abduksi akan terasa nyeri sehingga akan terjadi
keterbatasan gerak sendi bahu. Nyeri timbul sebagai proteksi
bagi tubuh karena tendon m. supraspinatus mengalami
pergesekan dengan sturuktur yang ada di sekitarnya.
5.2.6.2 Gerak Pasif
Gerakan dilakukan oleh terapis sementara penderita dalam
keadaan rileks, bertujuan untuk mengetahui luas garak sendi, end
feel, pola kapsuler, ada atau tidaknya rasa nyeri. Pada gerakan
abduksi pasif, penderita tendinitis supraspinatus tidak mengeluh
adanya rasa nyeri, karena ototnya dalam keadaan rileks.
5.2.6.3 Gerak Isometrik
Gerakan yang dilakukan oleh penderita secara aktif
sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan
arah gerakan yang dilakukan oleh pasien tanpa adanya
pergerakan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
memprovokasi nyeri pada muskulotendinogen. Pada kondisi
11
tendinitis supraspinatus, rasa nyeri akan bertambah saat pasien
diminta melakukan gerakan abduksi yang ditahan.
5.2.7 Kognitif, Intra dan Interpersonal
Kognitif adalah segala proses yang menentukan manusia untuk
mengetahui dan menyadari. Pada penderita tendinitis supraspinatus
biasanya kognitif baik, pasien mampu menjawab pertanyaan dan mampu
merespon perintah terapis. Intrapersonal adalah keadaan yang
berhubungan didalam diri pasien itu sendiri. Interpersonal adalah
hubungan interaksi pasien dengan orang yang ada di sekitarnya.
12
Gambar VAS
13
Gambar Goniometer
14
Gambar
15
supraspinatus tes appley tidak dapat dilaksanakan oleh penderita
karena adanya nyeri di sekitar persendian bahu.
Gambar
6. Diagnosa Fisioterapi
6.1 Impairment
16
Merupakan ketidak mampuan untuk melakukan atau berpartisipasi dalam
aktifitas dan tugas yang berhubungan dengan dirinya, aktifitas rumah, kerja,
rekreasi dan bermasyarakat. Contohnya pada pasien tendinitis supraspinatus
yaitu: tidak dapat melakukan pekerjaanya berhubungan dengan mengangkat
beban yang berat.
17
tranduser yang sesuai dengan luas daerah yang akan diterapi. Pastikan
sebelum terapi dilaksanakan semua kontrol tombol diposisikan nol.
7.3.2 Persiapan Penderita
Pasien diposisikan senyaman mungkin, daerah yang akan diterapi
harus terbebas dari pakaian. Kemudian lakukan tes sensasi pada kulit
yang akan diterapi. Setelah itu kontak medium gel dioleskan di kulit
yang akan diterapi. Sebelum mesin US dihidupkan tranduser sudah
menempel di daerah yang akan diterapi. Dan terapis memberitahukan
kepada pasien rasa yang akan timbul saat diterapi adalah hangat dan
apabila selama terapi berlangsung ada perasaan tidak enak, pasien
diminta untuk memberitahukannya.
7.3.3 Pelaksanaan
Terapis mengatur parameter pada mesin US, tentukan frekuensi
yang akan dipakai (1 MHz atau 3 MHz), tentukan jenis energi yang
diberikan (kontinue atau intermitten), berapa intensitas yang diberikan.
Sebelum mesin dihidupkan tranduser harus sudah menempel pada
daerah yang akan diterapi. Selama terpi berlangsung tranduser harus
selalu digerakkan dengan irama yang teratur dengan pelan-pelan
termasuk juga pada metode semi statis. Selama terapi berlangsung,
terapis harus selalu menanyakan kepada pasien tentang apa yang
dirasakan.Setelah terapi selesai, mesin dimatikan dan tranduser
diangkat. Bersihkan daerah yang diterapi dengan tissue atau handuk.
Begitu juga dengan trandusernya.
18
kesemua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah gerak yang
terhambat, dan rasa nyeri yang timbul perlu diperhatikan terutama
untuk gerakan abduksi dan internal rotasi. Karena pada arah tersebut
kemungkinan terjadi penekanan, pada bursa, tendon diantara caput
humeri dan ligament coracoacromialis. Gerakan kuat, kejut dan cepat
merupakan kontra indikasi, karena dapat merusak kapsul.
6.2.2 Latihan Aktif Assisted
Latihan aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara sadar
dan terjadi kontraksi otot dari dalam tanpa melawan tenaga dari luar
(gaya gravitasi). Latihan ini biasanya lebih mengungtungkan karena
adanya kontraksi secara sadar yang berarti penderita dapat ikut
mengontrol gerakan yang terjadi sampai batas toleransinya sehingga
penderita merasa lebih aman dan kemungkinan timbulnya ketegangan
otot karena takut dapat dieliminir dan gerakan lebih mudah dilakukan.
Arah gerakan dan luas jarak sendi sama dengan pada saat latihan pasif.
6.2.3 Latihan Isometrik
Merupakan latihan dimana penderita melakukan suatu gerakan,
terapis memberikan tahanan yang berlawan arah dan gerakan yang
dilakukan penderita tanpa adanya pergerakan pada sendi. Diberikan
pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama otot-otot yang bila
dikontraksikan tidak menimbulkan nyeri. Intensitas kontraksi
disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat dikerjakan kira-
kira 3 – 5 menit tiap jam disesuaikan keadaan penderita.
8. Evaluasi Terapi
Di dalam evaluasi terapi, fisioterapis akan melakukan evaluasi pada pasien
setelah dilakukan intervensi. Hal ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh dari intervensi, mengalami perkembangan atau tidak ada
perkembangan. Evaluasi ini meliputi: Evaluasi nyeri dengan VAS, evaluasi LGS
dengan goniometer dan evaluasi aktivitas fungsional dengan indek Barthel.
19