Anda di halaman 1dari 28

MATERIAL TEKNIK

Disusun Oleh:
Nama : Dimas Wahyu Pambudi (17508134021)
Prodi : D3 Teknik Mesin
Kelas : B2

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
1

MATERIAL TEKNIK

A. Klasisfikasi Material untuk keperluan Teknik


Material untuk keperluan teknik dibagi menjadi dua bagian yaitu Logam dan Non
Logam.
1. Logam adalah sebuah unsur, senyawa, atau paduan yang biasanya keras tak tembus
cahaya, berkilau, dan memiliki konduktifitas listrik termal yang baik.
Logam dibagi menjadi dua jenis yaitu logam ferro dan non ferro.
- Logam Ferro diantaranya adalah Besi (Fe), Baja karbon, Besi cor, Baja paduan.
Baja paduan dipecah menjadi beberapa bagian diantaranya adalah Baja tahan
karat, Baja perkakas, Baja Mangan, Baja Nickel, Baja Si, Baja Chrom, dll.
- Logam Non Ferro diantaranya adalah Alumunium (Al), Tembaga (Cu), Nickel
(Ni), Magnesium (Mg), Titanium (Ti), Cobalt (Co), Seng (Zn), Cadmin (Cd),
Timbal (Pb), Zirkonium (Zr), dll.
2. Non Logam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih
mudah menarik elektron valensi dari atom lain daripada melepaskannya. Non
Logam diantaranya adalah Polimer, Keramik, Komposit.
- Polimer diantaranya adalah Termoplastik, Termoset.
- Keramik diantaranya adalah (high temperature material).
- Komposit diantaranya adalah MMC (Metal Matrix composit), PMC (Polymer
Matrix composit), CMC (Ceramic Matrix comoposit).
B. Sifat Logam
Logam mempunyai sifat – sifat diantaranya adalah
- Daya hantar listrik dan panas yang baik.
- Kekuatan relatif tinggi.
- Kekakuan (stiffness) yang tinggi
- Ulet
- Dapat dibentuk dengan baik
- Tahan terhadap impak
- Mengkilap bila di gosok
2

C. Polimer
Polimer adalah rantai berulang atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa
molekul identic yang disebut monomer. Sifat Polimer diantaranya adalah
- Daya hantar listrik dan panas yang rendah
- Kekuatan relatif rendah
- Elastisitas tinggi
- Ulet
- Dapat dibentuk dengan baik

D. Keramik
Keramik adalah material organik dan material non metal dengan ikatan ion dan kovalen
( dengan kata lain keramik adalah paduan antara senyawa logam dan bukan logam).
Sifat – sifat keramik diantaranya adalah
- Kuat
- Keras
- Sangat getas
- Sifat hantar listrik dan panas rendah
3

E. Komposit
Komposit adalah material yang terdiri dari dua atau lebih material menjadi satu tetapi
sifat material penyusun tidak berubah. Sifat komposit diantaranya adalah ringan, kuat,
ulet, kekuatannya lebih tinggi dari matriksnya. Jenis komposit :
- Komposit matrik logam (MMC) :
Digunakan untuk komponen tertentu yang sifat mekaniknya rendah.
- Komposit matrik polimer (PMC) :
Kekerasan dan kekuatan rendah tetapi keuletannya tinggi sehingga dengan
penguat logam kekuatan dan kekerasannya meningkat.
- Komoposit matrik kemarik (CMC) :
Kekerasan dan kegetasannya tinggi sehingga dengan penguat logam tingkat
keuletannya meningkat.
F. Konsep Fasa dan kelarutan
Ilustrasi Fase dan Kelarutan :
a). Tiga bentuk air-gas, cair, dan padat masing
masing fase.
b). Air dan alkohol memiliki kelarutan yang tidak
terbatas.
c). Garam dan air memiliki kelarutan yang terbatas.
d). Minyak dan air hampir tidak memiliki kelarutan.

©2003 Brooks/Cole, a division

(Air dalam Wujud Gas) (Air dalam Wujud Cair) (Air dalam Wujud Padat)
4

G. Struktur Logam

Prinsip Kristal Logam


Struktur dari logam :
- BBC (Body Centrered Cubic)
Unit Struktur BCC sesuai namanya berbentuk kubus dimana terdapat atom atom
disetiap pojoknya dan satu berada ditengah. Pada temperature dibawah 1333oF
(723oC) struktur kristal besi berupa BCC dan dinamakan besi alpha atau ferrite.

- FCC (Face Centrered Cubic)


Atom – atom kalsium, aluminium, tembaga, timbal, nickel, emas dan platina
membentuk suatu struktur kristal dengan sebuah atom ditiap – tiap pojok kubus
dan satu ditengah disetiap kubus. Jika besi berada diatas tempertaur kritis, maka
susunan atomnya berbentuk FCC dan namakan besi gamma atau austenite.

- HCP (Hexagonal Close Packed)


Struktur HCP banyak ditemukan pada kebanyakan logam seperti berilium, seng,
kobalt, titanium, magnesium, dan cadmium. Karena jarak struktur lattice, baris
5

baris atom tidak dapat bergerak dengan mudah, sehingga logam ini memiliki
plastisitas dan keuletan yang lebih rendah dari struktur kubik.

H. Crystal Structures of Iron


6

I. Diagram Fase

• Phases:
– α-Ferrite (α)
– Austenite ()
– δ-Ferrite (δ)
– Cementite (Fe C)
3
7

J. Diagram Fase Fe-Fe3c

Plain carbon steel dan alloy steel :


Secara teoritis
Region:
Pure Iron < 0.008% wt C
Steel 0.008 < % wt C < 2.14
Cast Iron 2.14 < %wt C < 6.70
8

α-Ferrite (α)
- Larutan padat karbon di α-Besi
- Struktur BCC
- Karbon hanya sedikit larut dalam matriks
- Kelarutan maksimum 0,022% berat C pada 727oC hingga sekitar 0,008 wt% C
dalam suhu kamar
Austenite ()
- Larutan padat karbon dalam δ-Besi
- Struktur FCC  dapat menampung lebih banyak karbon daripada ferit
- Kelarutan maksimum 2,14% wt C pada 1147oC, kemudian menurun menjadi
0,8% berat C pada 727oC.
- Perbedaan dalam kelarutan padat antara  dan α adalah dasar pengerasan
dalam banyak baja.
δ-Ferit (δ)
- Larutan padat karbon dalam δ-Besi
- Struktur BCC
- Tidak ada kepentingan teknologi yang menyebabkan hanya stabil pada suhu
tinggi.
- Kelarutan maksimum ferit menjadi 0,09% berat C pada 1493oC
Cementite (Fe3C)
- Senyawa intermetalik Fe-C
- Fe3C: 6,7% berat C + 93,3% berat Fe
- Bentuk ketika batas kelarutan karbon dalam α-ferit melebihi di bawah 727oC
- Struktur kristal ortorombik: sangat keras dan rapuh.

Example: Calculating composition of steel with 0.38 wt%C


o o
T 3a = 730 C T3b=725 C
9

Example: Calculating composition of steel with 0.38 wt%C


o o
ttk (e) pada T = 730 C Titik (f) pd T=725 C

0.76  0.38
W (proeutectoid ferrite)  x100%
(0.76  0.022)
 52%
Wγ(that will form pearlite)  1  52%  48%

6.70  0.38
Wαt(total ferrite)  x100%
6.70  0.022
= 95%
WFe C (Cementite)  1  95%  5%
3
10

K. Chemical Composition of Steel


11

PROSES PENGECORAN LOGAM


Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat diklasifikan menjadi dua
katagori :
1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai.
2. Pengecoran dengan cetakan permanen.

Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk mengeluarkan produk
corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu dibutuhkan cetakan yang baru untuk setiap
pengecoran baru, sehingga laju proses pengecoran akan memakan waktu yang relatif lama.
Tetapi untuk beberapa bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir dapat menghasilkan
coran dengan laju 400 suku cadang perjam atau lebih.

Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan logam, sehingga
dapat digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju proses pengecoran lebih cepat
dibanding dengan menggunakan cetakan sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus
mempunyai titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.

Cetakan pasir : cetakan yang paling banyak digunakan, keunggulannya adalah :

- Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nickel, dan
titanium.
- Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran yang besar.
- Jumlah produksi dari satu sampai jutaan .

Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir :


Dalam gambar 3.1 ditunjukkan tahapan pengecoran logam dengan menggunakan
cetakan pasir sebagai berikut :
12

Tahapan pembuatan cetakan pasir :


1. Pemadatan pasir cetak di atas pola;
2. Pelepasan pola dari pasir cetak - rongga cetak;
3. Pembuatan saluran masuk dan riser;
4. Pelapisan rongga cetak;
5. Bila coran memiliki permukaan dalam (mis : lubang), maka dipasang inti;
6. Penyatuan cetakan; 7. Siap untuk digunakan.

Pola dan Inti : Pola merupakan model benda cor dengan ukuran penuh dengan
memperhatikan penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan pada akhir pengecoran.
Bahan pola : kayu, plastik, dan logam.
Jenis – jenis pola pada gambar 3.2 :

(a) Pola padat (disebut juga pola tunggal) :


Pola padat dibuat sama dengan geometri benda cor dengan mempertimbangkan
penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan. Biasanya digunakan untuk jumlah
produksi yang sangat kecil.
Walaupun pembuatan pola ini mudah, tetapi untuk membuat cetakannya lebih sulit,
seperti membuat garis pemisah antara bagian atas cetakan ( cope ) dengan bagian
bawah cetakan ( drug ). Demikian pula untuk membuat sistem saluran masuk dan
riser diperlukan tenaga kerja yang terlatih.
(b) Pola belah :
Terdiri dari dua bagian yang disesuaikan dengan garis pemisah (belahan)
cetakannya. Biasanya digunakan untuk benda coran yang memiliki geometri yang
lebih rumit dengan jumlah produksi menengah. Proses pembuatan cetakannya lebih
mudah dibandingkan dengan memakai pola padat.
(c) Pola dengan papan penyambung :
Digunakan untuk jumlah produksi yang lebih banyak. Pada pola ini, dua bagian
pola belah masing-masing diletakan pada sisi yang berlawanan dari sebuah papan
kayu atau pelat besi.
13

(d) Pola cope dan drug :


Pola ini hampir sama dengan pola dengan papan penyambung, tetapi pada pola ini
dua bagian dari pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang terpisah.
Pola ini biasanya juga dilengkapi dengan sistem saluran masuk dan riser.
Inti :

Pola menentukan bentuk luar dari benda cor, sedangkan inti digunakan bila
benda cor tersebut memiliki permukaan dalam. Inti merupakan model dengan skala
penuh dari permukaan, dalam benda cor, yang diletakan dalam rongga cetak
sebelum permukaan logam cair dilakukan, sehingga logam cair akan mengalir
membeku diantara rongga cetak dan inti, untuk membentuk permukaan bagian luar
dan dalam dari benda cor. Inti biasanya dibuat dari pasir yang dipadatkan sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Seperti pada pola, ukuran inti harus
mempertimbangkan penyusutan dan pemesinan.

Pemasangan inti didalam rongga cetak kadang-kadang memerlukan pendukung


(support ) agar posisinya tidak berubah. Pendukung tersebut disebut chaplet , yang
dibuat dari logam yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari pada titik lebur
benda cor. Sebagai contoh, chaplet baja digunakan pada penuangan besi tuang,
setelah penuangan dan pembekuan chaplet akan melekat ke dalam benda cor (lihat
gambar 3.3). bagian chaplet yang menonjol ke luar dari benda cor selajutnya
dipotong

Cetakan dan Pembuatan Cetakan :

Pasir cetak yang sering dipakai adalah :


- pasir silika (SiO2), atau
- pasir silika yang dicampur dengan mineral lain (mis. tanah lempung) atau resin
organik (mis. resin phenolik, resin turan, dsb).
Ukuran butir yang kecil akan menghasilkan permukaan coran yang baik, tetapi
ukuran butir yang besar akan menghasilkan permeabilitas yang baik, sehingga dapat
membebaskan gas-gas dalam rongga cetak selama proses penuangan. Cetakan yang
14

dibuat dari ukuran butir ynag tidak beraturan akan menghasilkan kekuatan yang lebih
tinggi dari pada butir yang bulat, tetapi permeabilitasnya kurang baik.

Beberapa indikator untuk menentukan kualitas cetakan pasir :


(1) Kekuatan, kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentuknya dan tahan
terhadap pengikisan oleh aliran logam cair. Hal ini tergantung pada bentuk
pasir, kualitas pengikat dan faktor-faktor yang lain.
(2) Permeabilitas, kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan
gas dari dalam cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir
cetak.
(3) Stabilitas termal, kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk
menahan keretakan dan pembengkokan akibat sentuhan logam cair.

(4) Kolapsibilitas ( collapsibility ), kemampuan cetakan membebaskan coran


untuk menyusut tanpa menyebabkan coran menjadi retak.
(5) Reusabilitas, kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan
kembali (didaur ulang).
Klarifikasi Cetakan Pasir :
- Cetakan pasir basah.
- Cetakan pasir kering, atau
- Cetakan kulit kering.
Cetakan pasir basah, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air. Keunggulan :
- Memiliki kolapsibilitas yang baik.
- Permeabilitas baik.
- Reusabilitas yang baik, dan
- Murah.
Kelemahan :
- Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada berberapa coran,
tergantung pada logam dan geometri coran.
Cetakan pasir kering, dibuat dengan menggunakan bahan pengikat organik, dan
kemudian cetakan dibakar dalam sebuah oven dengan temperatur berkisar antara 204o
sampai 316o C. Pembakaran dalam oven dapat memperkuat cetakan dan mengeraskan
permukaan rongga cetakan.
Keunggulan :
- Dimensi produk cetak lebih baik.
Kelemahan :

- Lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pasir basah;


- Laju produksi lebih rendah karena dibutuhkan waktu pengeringan;
- Pemakaian terbatas untuk coran yang medium dan besar dalam laju produksi
rendah – medium.
15

Berbagai pengecoran cetakan permanen :

1. Pengecoran tuang ( slush casting )


Digunakan untuk benda cor yang berlubang dengan cetakan logam tanpa inti.
Tahapan pengecoran:
- Logam cair dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sejenak sampai terjadi
pembekuan pada bagian yang bersentuhan dengan dinding cetakan;
- Cetakan kemudian dibalik, sehingga bagian logam yang masih cair akan tertuang
keluar dari rongga cetakan;
- Diperoleh benda cor yang berlubang, ketebalannya ditentukan oleh lamanya waktu
penahan sebelum cetakan dibalik.
Contoh penggunaan: patung, alas lampu, boneka, dan lain-lainnya.
Logam cor yang biasa dipakai : timah hitam, seng, dan timah putih.

2. Pengecoran bertekanan rendah ( low pressure casting ) Pada pengecoran jenis ini
cetakan diletakkan diatas ruang kedap udara ( airtight chamber ), kemudian gas
bertekanan rendah dialirkan ke dalam ruang tersebut sehingga logam cair yang berada
di dalam ladel tertekan ke atas melalui saluran batu tahan api masuk ke dalam cetakan,
seperti ditunjukkan dalam gambar 3.9.

Keuntungan :
- Hasil cetakan bersih bebas dari inklusi,
- Kerusakan akibat porositas gas dan oksidasi dapat diperkecil,
- Sifat mekaniknya meningkat.

3. Pengecoran cetakan permanen vakum ( vacuum permanent mold casting )


Merupakan bagian dari pengecoran bertekanan rendah, bedanya disini cetakannya
divakum, sehingga cairan logam akan ditarik ke dalam rongga cetak karena adanya
perbedaan tekanan.
Kelebihan proses ini dibandingkan pengecoran bertekanan rendah adalah :
- Kerusakan karena porositas udara dapat dikurangi;
- Kekuatan benda cor lebih baik.
16

Kode Dan Standar Baja


Standarisasi Material adalah aturan yang dilakukan oleh asosiasi, institusi suatu Negara
produsen material yang meliputi pengaturan, cara penulisan, pengelompokan,
pengklasifikasian, penserian suatu material. Dengan adanya standarisasi material kalangan
teknologi, industri dan masyarakat memperoleh pemahaman dan persepsi yang sama tentang
suatu material.

Berikut beberapa standar yang berlaku untuk material logam.


ASTM (American Sytem for Testing Material)
AISI (American Iron and Steel Institute)
UNS (Unifield Numbering System)
AA (Aluminum Association)
SAE (Society Automotive Engineering)
DIN (Deutsches Institut fur Normung)
JIS (Japanese Industrial Standard)
17

Stainless steel
Mengapa sebut stainless steel atau baja tahan karat, dan mengapa stainless steel tidak berkarat
? Disebut sebagai baja tahan karat (stainless steel) karena jenis baja ini tahan terhadap
pengaruh oksigen dan memiliki lapisan oksida yang yang stabil pada permukaan baja. Artikel
ini membahas pengertian stainless steel, jenis dan macam stainless steel serta karakteristik
stainless steel.

Stainless steel bisa bertahan dari pengaruh oksidasi karena mengandung unsur
chromium lebih dari 10,5%, unsur chromium ini yang merupakan pelindung utama baja
dalam stainless steel terhadap gejala yang di sebabkan kondisi lingkungan.

1. Kelompok Stainless Steel Martensitic

Martensitic memiliki kandungan chrome sebesar 12% sampai maksimal 14% dan carbon pada
kisaran 0,08 – 2,0%. Kandungan karbon yang tinggi merupakan hal yang baik dalam me-
respon panas untuk memberikan berbagai kekuatan mekanis, misalnya kekerasan baja.

Baja tahan karat kelas martensitic menunjukkan kombinasi baik terhadap ketahanan korosi dan
sifat mekanis mendapat perlakuan panas pada permukaannya sehingga bagus untuk berbagai
aplikasi. Baja tahan karat kelompok ini bersifat magnetis.

Pada kelompok atau klasifikasi martensic di bagi dalam beberapa tipe yang antara lain adalah:

a. Type 410

Memiliki kandungan chrome sebanyak 13% dan 0,15% carbon, jenis yang paling baik di
gunakan pada pengerjaan dingin.

b. Type 416

Memiliki kandungan yang sama dengan type 410, namun ada penambahan unsur shulpur.
18

c. Type 431

Mengandung 175 chrome, 2,5% nikel dan 0,15% maksimum carbon.

2. Kelompok Stainless Steel Ferritic

Ferritic memiliki kandungan chrome sebanyak 17% dan carbon antara 0,08 – 0,2%. Memiliki
sifat ketahanan korosi yang meningkat pada suhu tinggi. Namun sulit di lakukan perlakuan
panas kepada kelompok stainless steel ini sehingga penggunaan menjadi terbatas, Baja tahan
karat kelompok ini bersifat magnetis.Pada kelompok atau klasifikasi ferritic di bagi dalam
beberapa tipe yang antara lain adalah

a. Type 430

Memiliki kandungan chrome sebanyak 17%, dan kandungan baja yang rendah. Tahan sampai
temperature / suhu 800%, biasanya di buat dalam bentuk baja strip.

3. Kelompok Stainless Steel Austenitic

Austenitic memiliki kandungan chrome pada kisaran 17% – 25% dan Nikel pada kisaran 8 –
20% dan beberapa unsur / elemen tambahan dalam upaya mencapai sifat yang di inginkan.
Baja tahan karat kelompok ini adalah non magnetic.

Pada kelompok atau klasifikasi austenitic di bagi dalam beberapa tipe yang antara lain adalah:

a. Type 304

Tipe ini dibuat dengan bahan dan pertimbangan ekonomis, sangat baik untuk lingkungan
tercemar dan di air tawar namun tidak di anjurkan pemakaiannya yang berhubungan langsung
dengan air laut.

b. Type 321

Merupakan variasi dari type 304 namun dengan penambahan titanium dan carbon secara
proporsional. Lumayan baik untuk pengerjaan suhu tinggi.

c. Type 347

Mirip dengan type 321 tetapi dengan penambahan niobium (bukan titanium).

d. Type 316

Pada tipe ini ada penambahan unsur molibdenum 2% – 3% sehingga memberikan perlindungan
terhadap korosi, baik di gunakan pada peralatan yang berhubungan dengan air laut.
Penambahan nikel sebesar 12% tetap mempertahankan struktur austenitic.
19

e. Type 317

Mirip dengan type 316, namun ada penambahan lebih pada unsur/elemen molybdenum sebesar
3% – 4%, memberikan peningkatan ketika berhubungan langsung dengan air laut pada suhu /
temperature dingin.

f. Moly

Lebih dikenal dengan istilah UNS S31254, merupakan jenis yang memiliki ketahanan tinggi
terhadap air laut karena tingginya kadar chromium dan molibdenum.

g. L Grade

Memiliki kandungan carbon rendah (316L) dibatasi antara 0,03% – 0,035%, hal ini akan
menyebabkan pengurangan kekuatan tarik.

4. Kelompok Stainless Steel Duplex

Merupakan kelompok terbaru yang memiliki keseimbangan chromium, nikel, molibdenum dan
Nitrogen pada campuran yang sama antara kelompok austenite dan kelompok ferit.

Hasilnya adalah sebuah kekuatan yang tinggi, sangat tahan terhadap korosi. Direkomendasikan
pada suhu -50 sampai dengan +300 ° C. Biasanya di sebut uNS, sebagai merk dagang.

Beberapa type antara lain adalah:

a. UNS S31803

Ini merupakan kelas tipe duplex yang paling banyak di gunakan. Komposisi-nya adalah: 0,03%
maksimum carbon, 22% chrome, 5,5% nikel dan 0,15 Nitrogen.

b. UNS S32750

Tipe duplex yang rendah menurut sifat mirip dengan type 316, tapi dua kali lipat kekuatan
tarik-nya. Komposisi-nya adalah : 0,03% carbon, 23% chrome, 4% nikel dan 0,1% adalah
nitrogen.

c. UNS S32750

Ini merupakan tipe super untuk kelompok duplex, ketahanan terhadap korosi yang meningkat.
Komposisi dari type ini adalah: 0,03% maksimum carbon, 25% chrome, 7% nikel, 4%
molibdenum dan 0,028 nitrogen.
20

Diagram Fasa

Sifat magnetik stainless steel tergantung komposisi paduan.


SS dasar memiliki struktur ‘ferritic’ dan bersifat magnetik.
Namun ketika ditambahkan nikel (untuk penguat struktur) akan mengubah sifat struktur besi
dan menjadi tidak magnetik.
SS yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari memiliki komposisi nikel dalam
jumlah besar sehingga bersifat tidak magnetic.
SS yang tdk bersifat magnetik adalah austenitic stainless steel karena pengaruh kandungan
unsur nikel antara 8-13%. Mekanisme austenitic stainless steel tidak bersifat megnetik yaitu
unsur nikel yang berkisi FCC menjembatani terbentuknya fase austenit dengan cara merubah
fase ferit (BCC) menjadi fase gama (FCC) austenit.
21

Standarisasi dan Pengkodean


22
23
24

Sifat Kimia: tahan korosi


25

Aplikasi stainless steel di dunia :

B` bjhb`

Skema pembuatan stainless steel


26

Apilikasi bidang transportasi


27

Aplikasi bidang pertanian

Anda mungkin juga menyukai