Anda di halaman 1dari 16

Struktur Ginjal dan Mekanisme Kerjanya

Uzairie bin Anwar


102013490
Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6
Jakarta Barat 11510
Emel: uzaiwar@gmail.com

Abstrak

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari
ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner)
adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk
di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Kata Kunci: Ginjal, batu ginjal, urolitiasis

Abstract

The kidneys are the organs of excretion in vertebrates is shaped like a peanut. As part of
the urinary system, the kidneys serve to filter impurities (especially urea) from the blood and
threw it together with water in the form of urine. Branch of medicine that studies the kidneys and
the disease is called nephrology. Kidney stones in the urinary tract (urinary calculus) is hard as a
rock mass that forms in the urinary tract and can cause pain, bleeding, infection or blockage of
urine flow. These stones can form in the kidneys (kidney stones) and in the bladder (bladder
stones). The process of stone formation is called urolithiasis (renal lithiasis, nephrolithiasis).

Keywors: kidney, kidney stones, urolithiasis


Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk hidup selain membutuhkan makanan juga membutuhkan


air minum sebagai cairan tubuh. Ketika kita selesai beraktivitas apalagi setelah berolah
raga berat, biasanya kita akan berkeringat. Setelah itu kita akan merasa haus dan kemudian
minumair. Minuman itulah yang menjadi pengganti cairan tubuh yang hilang karena keluar
lewatkeringat. Pengaturan homeostasis cairan tubuh itu dilakukan oleh organ ginjal kita. Selain
cairan tubuh, ginjal juga mengatur homeostasis asam basa, osmolaritas, mengatur
hormonal,metabolisme dan juga ekskresi. Sesuai dengan skenario seorang laki-laki 40 tahun
mengeluh nyeri hebat pada perut dan diduga menderita penyakit batu ginjal, maka pada makalah
kali ini kita akan lebih membincang tentang struktur ginjal serta persarafan dan vaskularisasinya
disamping kita juga akan membahas tentang fungsi serta mekanisme kerja ginjal. Kita juga
sedikit akan menyentuh tentang penyakit batu ginjal.

Struktur Ginjal

Manusia mempunyai sepasang ginjal. Ginjal manusia dewasa memiliki berat lebih kurang
200 gram dan panjang 10 cm. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat
sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal1.
Ginjal kananterletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi
atas iga 11(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga
12.Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L31. Dari batas-
batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Gambar 1. Bagian-bagian ginjal

Ginjal manusia terbagi atas dua lapisan, yaitu korteks (luar) dan medula (dalam)1.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
 Korteks adalah bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari
korpusrenalis/Malpighi (glomerulus dan kapsula Bowman), tubulus kontortus
proksimal dantubulus kontortus distalis
 Medula terdiri dari 9-14 massa-massa triangular yang disebut pyiramid. Di
dalamnyaterdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul
(ductus colligent).
 Columna renalis adalah bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis adalah bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
 Hilus renalis adalah suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atauduktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis adalah bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul
dancalix minor.
 Kaliks minor merupakan percabangan dari calix major.
 Kaliks major merupakan percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis adalah bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.
 Ureter adalah saluran yang membawa urin menuju vesika urinaria

Gambar 2: Struktur Anatomi Ginjal

Pada lapisan korteks ginjal, terdapat satuan struktural dan fungsional terkecil yang
disebut nefron1,2. Satu buah ginjal manusia mengandung kurang lebih 1 juta nefron. Setiap
nefron terdiri atas badan Malpighi (badan renalis) yang tersusun dari kapsul Bowman dan
glomerulus. Struktur nefron dapat kalian lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur nefron


Kapsul Bowman berdinding rangkap dengan glomerulus di dalam cekungan kapsulnya.
Glomerulus merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya bertaut menjadi satu
dengan dinding kapsul Bowman1. Sementara itu, tubulus-tubulus yang menyusun nefron adalah
tubulus proksimal, tubulus distal, dan tubulus pengumpul / kolektipus yang dikelilingi oleh
pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah kapiler ini dinamakan arteriol eferen yang
meninggalkan glomerulus menuju vasarekta. Vasarekta merupakan kapiler yang mengelilingi
lengkung Henle. Adapun pembuluh darah kapiler yang menuju glomerulus dinamakan arteriol
aferen. Arteriol ini banyak menyuplai darah bagi glomerulus.

Pada lapisan medula ginjal terdapat ansa Henle. Ansa Henle merupakan saluran ginjal
atau tubulus yang menghubungkan antara tubulus distal pada daerah korteks dengan tubulus
proksimal. Saluran ansa Henle ini ada yang menurun dan menaik. Orang dewasa memiliki
panjang seluruh tubulus lebih kurang 7,5-15 m3. Pada lapisan medula juga terdapat tubulus
kolektipus yang mengalirkan zat sisa metabolisme (urine) menuju ureter.

Ginjal dibungkus oleh kapsul jaringan lemak dan jaringan ikat padat kolagen (kapsula
fibrosa). Struktur tersebut disebut sebagai kapsula ginjal. Di sebelah dalam kapsula ginjal,
terdapat bagian korteks dan di sebelah dalam korteks terdapat medulla. Korteks berisi korpus
renalis atau korpus malphigi yang merupakan kesatuan dari glomerulus dan kapsula Bowman.
Selain itu juga terdapat tubulus kontortus dan arteri atau vena yang mendarahinya. Di medulla,
dapat ditemukan struktur duktus namun tidak terdapat jaringan glomerulus.Dengan adanya
perbedaan khas tersebut, secara mikroskopis, ginjal dapat dibedakan dengan jelas mana bagian
korteks dan mana bagian medullanya.

Korteks ginjal mengandung korpus renalis yang merupakan permulaan dari setiap nefron.
Korpus renalis mengandung kapiler glomerulus yang diselubungi oleh dua lapis epitel yang
disebut kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul atau lapisan visceral kapsula Bowman
menyelimuti kapiler glomerulus. Pada lapisan ini terdapat podosit, yaitu sel yang memiliki
prosesus primer dan sekunder yang menyelimuti kapiler glomerulus dengan saling bersilangan.
Sementara itu, lapisan parietal di sebelah luarnya, yang tersusun dari epitel selapis skuamosa,
membulat dan membentuk rongga di antara keduanya yang disebut rongga urin atau rongga
kapsular. Di sinilah hasil ultrafiltrat ditampung untuk selanjutnya diteruskan ke tubulus kontortus
proksimal. Korpus renalis memiliki dua kutub yaitu kutub vaskular dan kutub tubular. Kutub
vaskular berarti kutub tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen. Daerah ini
ditandai dengan adanya struktur makula densa, yaitu sel reseptor berbentuk palisade di dinding
tubulus kontortus distal yang dekat dengan glomerulus. Di daerah ini juga dapat ditemukan sel
jukstaglomerular atau sel granular yang merupakan modifikasi dari otot polos dinding arteriol
aferen. Makula densa, sel jukstaglomerular, dan kumpulan sel mesangial ekstraglomerular
membentuk aparatus jukstaglomerular.Struktur ini berfungsi dalam pengaturan volume dan
tekanan darah.

Struktur nefron berikutnya adalah tubulus-tubulus yang berperan dalam proses reabsorpsi.
Berikut ini merupakan ciri khas penampakan mikroskopis dari masing-masing tubulus2,3:

 Tubulus kontortus proksimal


o Epitel selapis kuboid dengan brush border sehingga batas sel dengan lumen
tampak tidak jelas, Batas antar sel juga tidak jelas karena membran sel lateral
berinterdigitasi dengan sel tetangga, sitoplasma asidofilik dan granular. Jarak
antar inti sel jauh. Ditemukan di jaringan korteks

 Ansa henle segmen tebal pars desendens


o Epitel selapis kuboid dengan brush border sehingga batas sel dengan lumen
tampak tidak jelas, Batas antar sel juga tidak jelas karena membran sel lateral
berinterdigitasi dengan sel tetangga, sitoplasma asidofilik dan granular. Jarak
antar inti sel jauh, Ditemukan di jaringan medulla.

 Ansa henle segmen tipis


o Epitel selapis skuamosa, mirip dengan kapiler namun tidak memiliki sel darah
pada lumennya. Tidak dapat dibedakan antara asendens dan desendens
 Ansa henle segmen tebal pars asendens
o Epitel selapis kuboid tanpa brush border sehingga batas sel dengan lumen tampak
cukup jelas dibanding tubulus kontortus proksimal , Batas antar sel juga tidak
jelas karena membran sel lateral berinterdigitasi dengan sel tetangga, Sitoplasma
terlihat lebih pucat, Jarak antar inti sel lebih rapat dibanding tubulus kontortus
proksimal. Ditemukan di jaringan medulla.

 Tubulus kontortus distal


o Epitel selapis kuboid tanpa brush border sehingga batas sel dengan lumen tampak
cukup jelas dibanding tubulus kontortus proksimal, Batas antar sel juga tidak jelas
karena membran sel lateral berinterdigitasi dengan sel tetangga, Sitoplasma
terlihat lebih pucat, Jarak antar inti sel lebih rapat dibanding tubulus kontortus
proksima. Ditemukan di jaringan korteks

 Duktus koligens
o Epitel selapis kuboid dengan batas antar sel atau membran sel yang jelas

Pendarahan Ginjal4

Arteri yang mendarahi ginjal adalah arteri renalis. Arteri renalis berasal dari aortasetinggi
vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi limaarteriae
segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-segmen atau
area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmentalis,masing-masing satu
buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris
mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares berjalan menuju
cortex di antara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae
interlobares bercabang menjadi arteriae arcuate yang melengkung diatas basis pyramides renales.
Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di
dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares. Vena
renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalisdan mengalirkan darah ke vena cava
inferior.
Serabut-serabut aferen ren berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis
melalui nervi thoracici. Aliran limfenya adalah nodi aortici laterales di sekitar pangkal
arteriarenalis.

Fungsi Ginjal5

Ginjal adalah satu organ yang penting dalam tubuh badan manusia. Ginjal mempunyai
beberapa rangkai fungsi tertentu yang banyak membantu dalam menjaga kesihatan tubuh badan.
Antara fungsi-fungsi ginjal adalah:

1. Mempertahankan keseimbangan air


2. Regulasi jumlah ion dalam tubuh
3. Mempertahankan volume plasma
4. Mempertahan keseimbangan asam basa
5. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh
6. Mengeksresi senyawa asing
7. Mengeksresi sisa metabolism
8. Fungsi hormon:
a. Sekresi erithropoeitin
b. Sekresi renin
c. Sekresi calcitrol

Filtrasi Glomerulus
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui alteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus5. Cairan filtrasi pada glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk menuju ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria,
dan akhirnya keluar berupa urine.
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus melewati tiga
lapisan berikut yang membentuk membran glomerulus5,6:

1. dinding kapiler glomerulus,


2. membran basal,
3. lapisan dalam kapsula Bowman.

Gambar 4. Lapisan-lapisan di membran glomerulus


Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng, Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkan 100 kali lebih permeabel terhadap air dan zat
terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.

Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati
porikapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil.
Namun,karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma lain,
yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam
filtrat,dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula Bowman.

Lapisan akhir membran glomerulus adalah lapisan dalam kapsula Bowman. Lapisan ini
terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang mengelilingi glomerulus6. Setiap podosit
memiliki banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot process sekitar.
Celah sempit di antara foot process yang berdampingan (celah filtrasi) membentuk jalur tempat
cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsula Bowman.
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian
dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Filtrasi glomerulus
dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di kapiler tempat lain.

Laju Filtrasi Gomerulus(GFR) dapat diukur dengan menggunakan zat zat yang difiltrasi
glomerulus akan tetapi tidak di sekresi maupun di reabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat
yang terdapat pada urine diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat pada cairan plasma. Pengaturan GRF rata rata normal pada laki laki 125ml/menit, GFR
pada wanita lebih rendah dibandingkan pada pria.

Faktor faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain :


1. Ukuran anyaman kapiler,
2. Permiabilitas kapiler,
3. Tekanan Hidrostatik dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar lumen
kapiler.

Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan seperti :
1.Tekanan hidrostatik 55 mm Hg,
2.Tekanan pada capsula bowman 15 mm Hg,
3.Tekanan osmotik koloid plasma 30 mm Hg.

Ketiga faktor diatas berperan penting dalam peningkatan laju filtrasi, semakin tinggi tekanan
kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada
capsula bowman serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya
filtrasi yang terjadi pada glomerulus. Komposisi filtrat pada glomerulus dalam cairan filtrat tidak
ditemukan erytrocit, sedikit mengandung protein ( 1/200 protein plasma ). Jumlah elektrolit dan
zat zat terlarut lainnya sama dengan yang terdapat dalam cairan interstil pada umumnya. Dengan
demikian komposisi cairan filtrasi glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali dengan
protein yang terlarut.Sekitar 99% cairan filtrasi tersebut di reabsorpsi kembali ke dalam tubulus
ginjal.

Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus bergantung kepada6:

1. Tekanan Glomerulus
a. semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi
b. semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju filtrasi
c. semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
2. Aliran darah ginjal, semakin cepat tekanan darah ke glomerulus semakin meningkat laju
filtrasi.
3. Perubahan diameter arteriola eferen dan aferen
a. apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabkan tekanan darah ke
glomerulus menurun keadaan ini akan menyebabkan laju filtrasi menurun begitu
pun sebaliknya.
b. Apabila terjadu vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan laju filtrasi
glomerulus begitupun sebaliknya.
4. Perubahan tekanan arteri peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehingga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.

Mekanisme miogenik dari arteriol aferen serupa dengan autoregulasi di sistem arteriol lain.
Ketika otot di dinding arteriol teregang karena meningkatnya tekanan darah, channel ion regang
terbuka, dan sel otot terdepolarisasi. Depolarisasi membuka pintu ion kalsium dan otot dinding
pembuluh darah kontraksi. Vasokontriksi menambah tahanan darah yang mengalir,dan kemudian
darah yang melalui arteriol berkurang. Pengurangan darah yang mengalir mengurangi tekanan
filtrasi di glomerulus. Dengan kata lain penurunan LFG membantu tubuh mempertahankan
volume darah.
Gambar 5. Mekanisme umpan balik tubuloglomerular membantu autoregulasi LFG

Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus adalah kontrol lokal dimana cairan mengalir
melalui tubulus mempengaruhi LFG. Konfigurasi nefron yang terpilin-pilin membuat bagian
akhir dari ansa henle ascendens untuk melalui antara arteriol aferen dan eferen. Tubulus dan
dinding arteriol dimodifikasi di daerah dimana mereka bertemu satu sama lain dan bersama-sama
membentuk apparatus juxtaglomerular.

Reabsorpsi pada Tubulus

Hampir 99% dari cairan filtrasi di reabsorpsi kembali bersama zat zat yang terlarut di dalam
cairan filtrasi tersebut, akan tetapi tidak semua zat zat yang terlarut dapat direabsorpsi sempurna
antara lain glukosa dan asam amino.

Reabsorbsi Air

Reabsorbsi air berlaku di tubulus proksimal(65%), ansa henle desenden(15%), tubulus distal dan
duktus collagen. Pada tubulus proksimal dan ansa henle desenden, air di reabsorbsi secara osmotik
dan mekanismenya tidak dapat dikendalikan. Pada tubulus distal, reabsorbsi dilakukan secara
bervariasi dan dikendalikan oleh aldosterone. Juga sama pada duktus koligens tetapi
mekanismenya dikendalikan oleh ADH.

Reabsorbsi Glukosa

Glukosa di reabsorbsi di segmen awal tubulus proksimal dan simport dengan reabsorbsi ion
Natrium. 100% di reabsorbsi dan ko-transport dengan ion Natrium.

Reabsorbsi Natrium

Natrium di reabsorbsi secara aktif dan pasif di ginjal dimana 80% enersi ginjal digunakan untuk
menjalankannya. Reabsorbsi natrium berlaku di tubulus proksimal(67%), ansa henle(25%),
tubulus distalis dan duktus koligens(7-8%). Di tubulus proksimal, reabsorbsi natrium secara aktif
dan tidak dapat dikendalikan dan ion klorin turut ikut. Di ansa henle reabsorbsi natrium dalam
bentuk natrium klorida dan juga tidak dapat dikendalikan. Di tubulus distal pula, reabsorbsi
bervariasi dan ianya dikendalikan oleh aldosteron.

Sekresi di Ginjal

Sekresi adalah perlepasan zat-zat seperti ion hydrogen, ion organik, natrium klorida, dan ion
kalium. Di tubulus proksimal, ion hydrogen dan ion organik di sekresi7. Ion hydrogen di sekresi
secara bervariasi dan bergantung pada keasaman cairan tubuh manakala ion organik di sekresi
secara tidak terkendali. Di ansa henle, sekresi natrium klorida berlaku secara pasif dan tidak
dapat dikendali. Di tubulus distal, sekresi kalium dan ion hydrogen dijalankan secara bervariasi.
Sekresi ion kalium dikendalikan oleh aldosterone manakala ion hydrogen dikendalikan oleh pH
cairan. Di duktus koligen, sekresi ion hydrogen berlaku secara bervariasi dipengaruhi oleh pH
cairan.
Kesimpulan

Melihat kembali kepada skenario, dapat diambil kesimpulan bahawa rasa nyeri pada pasien
berlaku kerana pasien menderita batu ginjal. Terbentuknya batu ginjal disebabkan oleh adanya
pengurangan atau kurangnya volume pada urine atau kelebihan unsur senyawa yang membentuk
batu dalam kandung kemih atau saluran urine. Batu ginjal mengandung susunan senyawa alami
yang mengandung kalsium yang terdiri dari oxalate atau fosfat dan senyawa kimia lainnya yang
mendukung pembentukan dari batu ginjal yang berada pada saluran kencing seperti asam urat
dan asam amino cystine. Sumbatan batu ginjal itu menyebabkan rasa nyeri pada pasien
terutamanya ketika ingin berkemih. Maka untuk mencegah penyakit ini, kita seharusnya
meminum banyak air supaya tidak berlaku kekurangan dalam volume urin kita.
Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.319-21.3.


2. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.Jakarta:
EGC; 2003.h.248-55.4.
3. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th ed. China: McGraw-Hill;
2013. p. 415-18.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.250-4.5.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;2011.h.553-
80.6.
6. Silverthorn DU, Johnso BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC.
Human physiology. Fifth Edition. San Fransisco: Pearson; 2010.p.631-4.
7. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy & physiology. 9th ed.
San Francisco: Pearson Education; 2012. p. 960-3

Anda mungkin juga menyukai