0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan6 halaman
II. Definisi
CAD (Coronary Artery Disease) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi pada otot jantung karena adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan arteri koroner.
CAD ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar diantara percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut arteroklerosis.
II. Definisi
CAD (Coronary Artery Disease) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi pada otot jantung karena adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan arteri koroner.
CAD ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar diantara percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut arteroklerosis.
II. Definisi
CAD (Coronary Artery Disease) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi pada otot jantung karena adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan arteri koroner.
CAD ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar diantara percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut arteroklerosis.
II. Definisi CAD (Coronary Artery Disease) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi pada otot jantung karena adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan arteri koroner. CAD ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar diantara percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut arteroklerosis. Menurut World Health Organisation (WHO) CAD adalah perunahan variabel intima arteri yang merupakan akumulasi fikal lemak (lipid), komplek karbohidrat, darah, jaringan fibrous. III. Etiologi Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya arteri koroner adalah : 1. Diet kaya lemak 2. Merokok 3. MalasBerolahraga Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun. Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya sumbatan arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki resiko berikut : 1. merokok rokok mengandung nikotin yang akan merangsang produksi adrenalin, hormon pelawan stress, dan hormon noradrenalin, dimana hormon-hormon ini akan membuat jantung berdetak lebih keras dan lebih kencang. Hal ini akan membuat kebutuhan jantung terhadap oksigen bertambah. Nadi koroner yang sehat akan memuai sendiri untuk memenuhi kebutuhan oksigen, tetapi jika nadi tersebut terkena arteklerosis, peningkatan kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi. 2. Malas Berolahraga 3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) tekanan darah tinggi (Hipertensi) akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arteroklerosis koroner. 4. Diabetes Mellitus Konsentrasi gula darah yang terkontrol akan menurunkan risiko gangguan metabolism lemak dan kerusakan pembuluh darah yang kronis sebagai faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). 5. Riwayat Keturunan IV. Patofisiologi Pada fase permulaan PJK sukar didiagnosis karena tidak ada keluhan. Tetapi PJK ditemukan secara kebetulan pada waktu dibuat EKG atau pada beberapa orang baru terlihat kalau EKG dibuat dengan pemberian beban exercise electrocardiography. Jika hasil testnya positif, penderita dapat diobati dan dilakukan test ulangan. Apabila penderita ada keluhan, kalau diperlukan dapat dikerjakan pemeriksaan angiografi untuk mengetahui keadaan sistem arteri koronaria. Stadium dengan keluhan dapat berupa angina pektoris, infark miokard atau mati mendadak. Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis. Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak; dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma. V. Gejala Klinis 1. Nyeri Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia). 2. SesakNafas Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan. pada waktu kegiatan fisik, berbaring, sesak nafas malam hari, pada penyakit lanjut sesak dirasakan waktu istirahat. 3. Kelelahan atau Kepenatan Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan. 4. Palpitasi (Jantung berdebar-debar) Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri, kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius. 5. Pusing dan Pingsan Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. VI. Pemeriksaan dan Diagnosis Dalam mengidentifikasi kondisi miokard infark diperlukan beberapa pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Fisik, Elektrokardiografik (EKG) dan Tes Kimia Darah melalui Laboratorium. 1. Pemeriksaan Fisik a) Dalam keadaan akut melalui inspeksi pasien terlihat cemas, sedih dan gelisah. b) Pasien merasa nyeri dada. c) 3) Sesak napas. d) Wajah terlihat pucat dan berkeringat. e) Tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit meningkat pada kondisi akut. f) Tachyarrhythmias atau Bradycardia g) Tekanan darah biasanya menurun dan akan kembali normal secara perlahan selang 2 sampai 3 minggu. Hipertensi yang sifatnya sementara (transient hypertension) dapat terjadi akibat nyeri yang intens. h) Bunyi jantung ketiga sering terdengar jika terjadi gagal jantung atau syok Bunyi ke empat (atrial sound) dapat didengar pada sebagian besar pasien. i) Demam jarang mencapai 38°C pada 24 jam awal serangan. 2. Pemeriksaan Elektrokardiografik Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda. Pada kasus PJK perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis. 3. Pemeriksaan Laboratorium Evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai mengidap coronary artery disease. Berbagai penanda miokardium yang digunakan untuk memantau miokard infark adalah sebagai berikut: a) Creatin kinase (CK). b) Troponin. c) Laktat Dehidrogenase (LD). d) SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase). e) SGPT (Serum Glutamik Pyruvic Transaminase). f) HBDH (Alfa Hydroxygutaric Dehidrogenase). 4. Intervensi Fisioterapi Fisioterapi pada kasus CAD bertujuan untuk memperkecil pelebaran kerusakan otot jantung (myocardial infarktion), memberikan faedah kejiwaan melalui latihan-latihan, meningkatkan toleransi dalam aktivitas, mengembalikan pasien dalam aktivitas kerja dan kehidupan yang normal, dan mengembalikan keyakinan pasien dalam kehidupan normal. Latihan fisik dilakukan apabila pasien tidak mengalami tanda-tanda shock atau kelelahan, dekompensasi jantung, aritmia jantung, nyeri angina yang hebat dan lama, dan suhu tubuh yang di atas normal. Latihan fisik dihentikan apabila : timbul chest pain, sesak nafas, fatique, premature ventricular beat (monitor EKG), pusing/ dizziness, kram otot, target heart rate tercapai, dan penurunan tekanan darah. Dan yang harus selalu diperhatikan dalam latihan fisik untuk penderita CAD adalah tekanan darah dan denyut nadi. Jenis terapi yang diberikan kepada pasien adalah : a) Relaksasi Tujuan relaksasi : mengontrol anxietas dan meningkatkan relaksasi, menurunkan frekuensi respirasi, dan menghindari terjadinya ketegangan otot. Jenis relaksasi : pregressive muscular relaxation (Yacobson), relaxation using imagery the beach, dan relaxation using auto suggestion. b) Diathermy Diathermy merupakan suatu terapi dengan menggunakan panas sebagai media. Infra Red Radiation merupakan modalitas diathermy yang menggunakan sinar infra merah secara langsung ke kulit pasien. Tujuannya adalah mengurangi spasme otot superfisial, memperlancar peredaran darah, dan melunakan kulit dan connective tissue superfisial dengan adanya peredaran darah yang lancar. c) Breathing exercise Latihan pernafasan dirancang untuk mengedukasi kembali otot-otot pernafasan dan meningkatkan ventilasi, serta meningkatkan pertukaran gas dan oksigenasi. Pursed lip breathing merupakan tehnik bernafas dengan melakukan inhalasi melalui hidung dengan mulut tertutup dan ekshalasi secara perlahan melalui mulut. Jenis breathing exercise pursed lip breathing bertujuan untuk meningkatkan exhalasi udara, meningkatkan tekanan aliran udara, menurunkan gradient tekanan transmural, dan membantu pereduksian hambatan udara. d) Chest mobilization Chest mobilization atau chest mob adalah jenis latihan untuk meningkatkan pengembangan dada. Latihan mobilisasi ini dibagi menjadi : latihan kepala dan leher, latihan spine, latihan shoulder, dan latihan chest. Pada pasien ini diberikan latihan shoulder berupa merentangkan kedua lengan dan stretching pectoralis. e) Latihan fisik/ olah raga Latihan fisik olah raga digunakan untuk mengembalikan kapasitas fisik pasien seperti keadaan semula sesuai dengan kapasitas jantungnya. Penentuan jenis harus lebih rendah dari kemapuan pasien, yaitu 60-80% dari kemampuan metabolism equivalennya. Pada pasien ini dilakukan olah raga berupa static bicycle, setara dengan 2-3 METS. Kemampuan dapat dimodifikasi melalui lama durasi latihan. Olah raga hanya untuk maintenance bukan untuk kompetisi.
DAFAR PUSTAKA
Hanykerorobun14 (2011). “Fisioterapi Pada Coronary Artery Disease”.
http://hanykerorobun14.blogspot.com/2011/12/fisioterapi-pada-coronary-artery.html?m=1. (Diakses 4 April 2014 pukul; 22:00). Rofik (2012). “Penyebab & Gejala Penyakit Jantung Koroner (PJK)”. http://www.rumahsehatinsani.com/tag/merokok-dan-malas-berolahraga-memperbesar-risiko- penyakit-jantung-koroner-dan-serangan-jantung/. (Diakses 6 April 2014 pukul; 08;00).