Anda di halaman 1dari 6

Coronaria Artery Disease

I. Anatomi dan Fisiologi


II. Definisi
CAD (Coronary Artery Disease) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah
penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi pada otot
jantung karena adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan arteri koroner.
CAD ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel
yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar diantara
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut arteroklerosis.
Menurut World Health Organisation (WHO) CAD adalah perunahan variabel
intima arteri yang merupakan akumulasi fikal lemak (lipid), komplek karbohidrat,
darah, jaringan fibrous.
III. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor
yang meningkatkan resiko terjadinya arteri koroner adalah :
1. Diet kaya lemak
2. Merokok
3. MalasBerolahraga
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika
terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko
terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan
juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola
makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah
berkembangnya sumbatan arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat
besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki resiko berikut :
1. merokok
rokok mengandung nikotin yang akan merangsang produksi adrenalin, hormon
pelawan stress, dan hormon noradrenalin, dimana hormon-hormon ini akan
membuat jantung berdetak lebih keras dan lebih kencang. Hal ini akan
membuat kebutuhan jantung terhadap oksigen bertambah. Nadi koroner yang
sehat akan memuai sendiri untuk memenuhi kebutuhan oksigen, tetapi jika
nadi tersebut terkena arteklerosis, peningkatan kebutuhan itu tidak dapat
terpenuhi.
2. Malas Berolahraga
3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
tekanan darah tinggi (Hipertensi) akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arteroklerosis koroner.
4. Diabetes Mellitus
Konsentrasi gula darah yang terkontrol akan menurunkan risiko gangguan
metabolism lemak dan kerusakan pembuluh darah yang kronis sebagai faktor
risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).
5. Riwayat Keturunan
IV. Patofisiologi
Pada fase permulaan PJK sukar didiagnosis karena tidak ada keluhan. Tetapi
PJK ditemukan secara kebetulan pada waktu dibuat EKG atau pada beberapa orang
baru terlihat kalau EKG dibuat dengan pemberian beban exercise
electrocardiography. Jika hasil testnya positif, penderita dapat diobati dan dilakukan
test ulangan. Apabila penderita ada keluhan, kalau diperlukan dapat dikerjakan
pemeriksaan angiografi untuk mengetahui keadaan sistem arteri koronaria. Stadium
dengan keluhan dapat berupa angina pektoris, infark miokard atau mati mendadak.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah
dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah.
Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh
penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi
tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah
pembentukan thrombus pada permukaan plak; dan penimbunan lipid terus menerus.
Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran
darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,
menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
V. Gejala Klinis
1. Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi),
maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau
perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan
darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi
pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa
tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
2. SesakNafas
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan. pada waktu kegiatan fisik,
berbaring, sesak nafas malam hari, pada penyakit lanjut sesak dirasakan waktu
istirahat.
3. Kelelahan atau Kepenatan
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan
aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala
ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (Jantung berdebar-debar)
Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri,
kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama
jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius.
5. Pusing dan Pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau
karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan
pingsan.
VI. Pemeriksaan dan Diagnosis
Dalam mengidentifikasi kondisi miokard infark diperlukan beberapa
pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Fisik, Elektrokardiografik (EKG) dan Tes Kimia
Darah melalui Laboratorium.
1. Pemeriksaan Fisik
a) Dalam keadaan akut melalui inspeksi pasien terlihat cemas, sedih dan gelisah.
b) Pasien merasa nyeri dada.
c) 3) Sesak napas.
d) Wajah terlihat pucat dan berkeringat.
e) Tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit meningkat pada kondisi
akut.
f) Tachyarrhythmias atau Bradycardia
g) Tekanan darah biasanya menurun dan akan kembali normal secara perlahan
selang 2 sampai 3 minggu. Hipertensi yang sifatnya sementara (transient
hypertension) dapat terjadi akibat nyeri yang intens.
h) Bunyi jantung ketiga sering terdengar jika terjadi gagal jantung atau syok
Bunyi ke empat (atrial sound) dapat didengar pada sebagian besar pasien.
i) Demam jarang mencapai 38°C pada 24 jam awal serangan.
2. Pemeriksaan Elektrokardiografik
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
Pada kasus PJK perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya
gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.
Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan
klinis pasien yang dicurigai mengidap coronary artery disease. Berbagai penanda
miokardium yang digunakan untuk memantau miokard infark adalah sebagai
berikut:
a) Creatin kinase (CK).
b) Troponin.
c) Laktat Dehidrogenase (LD).
d) SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase).
e) SGPT (Serum Glutamik Pyruvic Transaminase).
f) HBDH (Alfa Hydroxygutaric Dehidrogenase).
4. Intervensi Fisioterapi
Fisioterapi pada kasus CAD bertujuan untuk memperkecil pelebaran
kerusakan otot jantung (myocardial infarktion), memberikan faedah kejiwaan
melalui latihan-latihan, meningkatkan toleransi dalam aktivitas, mengembalikan
pasien dalam aktivitas kerja dan kehidupan yang normal, dan mengembalikan
keyakinan pasien dalam kehidupan normal. Latihan fisik dilakukan apabila pasien
tidak mengalami tanda-tanda shock atau kelelahan, dekompensasi jantung, aritmia
jantung, nyeri angina yang hebat dan lama, dan suhu tubuh yang di atas normal.
Latihan fisik dihentikan apabila : timbul chest pain, sesak nafas, fatique,
premature ventricular beat (monitor EKG), pusing/ dizziness, kram otot, target
heart rate tercapai, dan penurunan tekanan darah. Dan yang harus selalu
diperhatikan dalam latihan fisik untuk penderita CAD adalah tekanan darah dan
denyut nadi.
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien adalah :
a) Relaksasi
Tujuan relaksasi : mengontrol anxietas dan meningkatkan relaksasi,
menurunkan frekuensi respirasi, dan menghindari terjadinya ketegangan otot.
Jenis relaksasi : pregressive muscular relaxation (Yacobson), relaxation using
imagery the beach, dan relaxation using auto suggestion.
b) Diathermy
Diathermy merupakan suatu terapi dengan menggunakan panas sebagai media.
Infra Red Radiation merupakan modalitas diathermy yang menggunakan sinar
infra merah secara langsung ke kulit pasien. Tujuannya adalah mengurangi
spasme otot superfisial, memperlancar peredaran darah, dan melunakan kulit
dan connective tissue superfisial dengan adanya peredaran darah yang lancar.
c) Breathing exercise
Latihan pernafasan dirancang untuk mengedukasi kembali otot-otot
pernafasan dan meningkatkan ventilasi, serta meningkatkan pertukaran gas
dan oksigenasi. Pursed lip breathing merupakan tehnik bernafas dengan
melakukan inhalasi melalui hidung dengan mulut tertutup dan ekshalasi secara
perlahan melalui mulut. Jenis breathing exercise pursed lip breathing bertujuan
untuk meningkatkan exhalasi udara, meningkatkan tekanan aliran udara,
menurunkan gradient tekanan transmural, dan membantu pereduksian
hambatan udara.
d) Chest mobilization
Chest mobilization atau chest mob adalah jenis latihan untuk meningkatkan
pengembangan dada. Latihan mobilisasi ini dibagi menjadi : latihan kepala
dan leher, latihan spine, latihan shoulder, dan latihan chest. Pada pasien ini
diberikan latihan shoulder berupa merentangkan kedua lengan dan stretching
pectoralis.
e) Latihan fisik/ olah raga
Latihan fisik olah raga digunakan untuk mengembalikan kapasitas fisik pasien
seperti keadaan semula sesuai dengan kapasitas jantungnya. Penentuan jenis
harus lebih rendah dari kemapuan pasien, yaitu 60-80% dari kemampuan
metabolism equivalennya. Pada pasien ini dilakukan olah raga berupa static
bicycle, setara dengan 2-3 METS. Kemampuan dapat dimodifikasi melalui
lama durasi latihan. Olah raga hanya untuk maintenance bukan untuk
kompetisi.

DAFAR PUSTAKA

Hanykerorobun14 (2011). “Fisioterapi Pada Coronary Artery Disease”.


http://hanykerorobun14.blogspot.com/2011/12/fisioterapi-pada-coronary-artery.html?m=1.
(Diakses 4 April 2014 pukul; 22:00).
Rofik (2012). “Penyebab & Gejala Penyakit Jantung Koroner (PJK)”.
http://www.rumahsehatinsani.com/tag/merokok-dan-malas-berolahraga-memperbesar-risiko-
penyakit-jantung-koroner-dan-serangan-jantung/. (Diakses 6 April 2014 pukul; 08;00).

Putra, Firman (2011). “CAD (coronary artery disease)”.


http://firmanputrajab182.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html.
(Diakses 5 April 2014 pukul; 16:45).

Doktercantik (2012). “Hubungan Hipertensi dangan Penyakit Jantung Koroner”.


http://www.doktercantik.com/1379/hubungan-hipertensi-dan-penyakit-jantung-koroner.html.
(Diakses 6 April 2014 pukul; 08:15)

Anda mungkin juga menyukai