Anda di halaman 1dari 5

Resensi Buku

Judul Buku : Bekam : Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis


Judul Asli : Al-Hijamah Sunnatun Nabawiyyah wa
Mu’jizatun Thibbiyyah
Penulis : Syihab Al-Badri Yasin
Penerjemah : Hawin Murtadlo
Muraja’ah : Abu Umar Basyir
Editor Media : dr. Wadda’ A. Umar, dr. Sunardi
Penerbit : Al-Qowam
Cetakan : Cetakan I, Mei 2005
Cetakan XVI, Maret 2012
Tebal Buku : xviii + 124 hlm / 150 x 230 mm
ISBN : 979-3942-01-0
Harga Buku : Rp. 30.000,-

Synopsis :
Penduduk langit berkata kepada khôtimul anbiyâ’ (Nabi Muhammad
‫ )ﷺ‬pada malam Isrô’ Mi‘rôj, “Perintahkan umatmu untuk berbekam, wahai
Muhammad!” Harus diakui, bahwa kaum muslimin saat ini jarang sekali
yang mau mendalami dan mengamalkan ilmu kedokteran warisan Nabi ‫ﷺ‬
yang sangat lengkap. Di antara sebagian kedokteran warisan Nabi
(thibbun nabawi) yang dilupakan itu adalah bekam (al-hijâmah). Bahkan
banyak di antara umat Islam yang sama sekali belum pernah mendengar
istilah “bekam”, dan ini sangat naif sekali. Karena bekam adalah sebuah
kekayaan terpendam, mutiara tersembunyi, dan Sunnah Nabi yang
memiliki mukjizat medis yang dahsyat sebagai penyembuh dari segala
penyakit, dengan izin Alloh.
Dunia kedokteran modern pun ‘tercengang’ dengan model
pengobatan bekam ini yang terbukti memiliki daya penyembuh segala
penyakit, bahkan yang tergolong penyakit akut, seperti penyakit jantung,
paru-paru, tumor otak, deabetis, ginjal, radang usus besar, lumpuh
(stroke), kemandulan, wasir, dan lain sebagainya.
Sebagaimana Sunnah qouliah yang menganjurkan berbekam
diantaranya, diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas RA : “Kesembuhan itu
terdapat pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan alat bekam, dan ‘kay’
dengan api. Sesungguhnya aku melarang umatku dari kay. Sabda Nabi ‫ﷺ‬
“Jika ada obat yang bisa mencapai penyakit”, lantas dihubungkan dengan
sabda beliau ‫ ﷺ‬yang tersebut lebih dulu, “atau sundutan dengan api yang
tepat pada penyakit”. Sesungguhnya sundutan api itu bila tidak mengenai
penyakit, maka tindakan ini akan mengakibatkan efek samping yang
sangat buruk dan berbahaya, karena itu kay bisa menyembuhkan, akan
tetapi tidak dalam segala keadaan. Sementara itu bekam merupakan obat
yang bisa mencapai penyakit sebagaimana bisa dipahami dari makna
hadits di atas. Karena itulah beliau ‫ ﷺ‬mengisyaratkan agar kita berobat
dengan bekam, dengan sabda beliau, “Ini adalah cara pengobatan paling
baik yang digunakan manusia”. Bekam telah menjdi primadona dalam
pengobatan klasik, dan hingga tahun 1960 tidak ada majalah kedokteran
yang terbit kecuai menyebutkan manfaat-manfaat bekam. Bekam
sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits, sering disetakan dan
kadang bahkan lebih diunggulkan daripada madu dalam hal pengobatan.
Ustadz DR. Ali Muhammad Muthowi mengatakan tentang bekam,
“Bekam merupakan pengobatan yang populer dan banyak digunakan di
Mesir hingga akhir-akhir ini.” Ia memiliki landasan ilmiah yang cukup
dikenal, bahwa organ-organ dalam tubuh berhubungan dengan bagian-
bagian tertentu pada kulit manusia di titik masuk syaraf yang mensuplai
makanan kepada organ-organ tersebut di syaraf tulang belakang. Karena
sukanya beliau ‫ ﷺ‬berbekam, sampai-sampai beliau berbekam ketika
berpuasa, ihrom, dan musafir, karena ulama mengatakan bahwa
sesungguhnya ihrom yang dilakukan oleh Nabi ‫ ﷺ‬adalah dalam keadaan
safar.
Diriwayatkan secara Shohih dari Ibnu ‘Umar RA bahwa Nabi ‫ﷺ‬
memanggil seorang juru bekam, lantas beliau dibekamnya. Beliau
bertanya kepadanya, “Berapa upeti yang harus kau bayar kepada
tuanmu?” Ia menjawab, “Tiga sho’.” Beliaupun membebaskannya dari
upeti itu satu sho’, lantas beliau memberikan upahnya.
Nabi ‫ ﷺ‬melakukan bekam di sejumlah titik, yang masyhur dan paling
rutin adalah pada akhda’ain dan tengkuk. Yang dimaksud akhda’ain
adalah dua urat di samping leher. Bermanfaat untuk mengatasi sakit di
bagian kepala dan wajah. Adapun tengkuh adalah bagian dari punggung
dan bermanfaat menyembuhkan sakit pada bahu dan tenggorokan. Dalam
Sunan Ibnu Majah disebutkan, “Jibril turun kepada Nabi ‫ ﷺ‬dengan
perintah berbekam pada akhda’ain dan tengkuk. Beliau ‫ ﷺ‬berbekam pada
tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua puluh satu (HR. Tirmidzi :
51).
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar RA yang
berkata, “Wahai Nafi’, berbekamlah dengan berkah dari Alloh pada hari
Kamis, berupayalah menghindari berbekam pada hari Rabu, Jumat dan
Sabtu. Berbekamlah pada hari Senin dan Selasa, karena itu merupakan
hari di mana Ayyub disembuhkan dari bala’ dan Alloh menimpakan bala’
kepadana pada hari Rabu, karena sesungguhnya penyakit kusta da
belang mulai muncul selalu pada hari Rabu atau malam Rabu.”
Bekam menjadi satu hal yang sangat dihargai oleh para sahabat
Rosululloh ‫ﷺ‬. Diriwayatkan oleh Shohih Muslim dari Jabir, “Bahwa Ummu
Salamah meminta izin kepada Rosululloh ‫ ﷺ‬untuk berbekam, maka Nabi
‫ ﷺ‬memerintahkan Abu Thoybah untuk membekamnya.” Dalam hadits juga
diterangkan bahwa berbekam sebelum makan pagi merupakan
pengobatan yang sangat bermanfaat, karena ia dilaksanakan pada pagi
hari dan sebelum makan. Jabir bin Abdillah RA menjenguk Muqni’
(menengoknya ketika ia sakit). Lantas jabir berkata, “Aku tidak akan
beranjak sebelum ia (Muqni’) berbekam. Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda, “Sesungguhnya di dalam bekam
terdapat kesembuhan.”
Dari Ka’b bin Malik bahwa ada seorang perempuan Yahudi
menghadiahkan seekor kambing bakar kepada Nabi ‫ ﷺ‬di Khoibar.
Beliaupun bertanya, “Apakah ini?” Wanita itu menjawab, “Hadiah.” Wanita
itu berhati-hati jangan sampai mengatakannya sedekah, sehingga beliau
tidak mau memakannya sama sekali. Tak lama kemudian, Nabi ‫ ﷺ‬makan
dan para sahabat pun makan. Tiba-tiba beliau bersabda, “Hentikan!”
Kemudian beliau bertanya kepada wanita itu, “Apakah engkau telah
meracuni kambing ini?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Beliau bertanya,
“Mengapa?” Wanita itu menjawab, “Aku ingin, sekiranya engkau pendusta,
orang-orang akan segera bisa beristirahat dari kedustaanmu, tetapi jika
engkau seorang Nabi, maka itu tidak akan berbahaya bagimu.” Maka Nabi
‫ ﷺ‬berbekam tiga bekaman di tengkuk serta memerintahkan para sahabat
supaya berbekam. Maka, mereka pun berbekam, tetapi sebagian dari
mereka meninggal (HR. Abdurrozzaq).
Dari Anas berkata, “Bahwa berbekam dimakruhkan bagi orang yang
berpuasa apabila hal itu bisa menyebabkan kelemahan fisiknya.” Adapun
bila hal ini menyebabkannya tidak kuat berpuasa, sehingga ia berbuka
maka diharamkan, karena apa yang menyebabkan terjadinya sesuatu
yang haram, berarti haram juga. Adapun jika orang yang berpuasa tidak
membatalkan puasanya karena berbekam dan berbekam tidak
membuatnya lemah untuk menyempurnakan puasanya, maka tidak
mengapa.
Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Zubair dari ‘Aisyah di mana ‘Aisyah
pernah bercerita kepada ‘Abdulloh, “Bahwa Nabi ‫ ﷺ‬mandi karena empat
hal, yakni janabat, hari Jumat, berbekam, dan memandikan mayit (HR.
Abu Dawud, 348). Sejumlah ulama berpendapat bahwa bekam tidak
membatalkan wudhu, sedangkan mandi di sini hukumnya mustahab,
bukan wajib.
Imam Syafi’i dalam Kitabu th-Thubb wa ‘l-Athibba’, Dr. Mahmud
Dayyab, hal. 102, disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata, “Saya tidak
mengetahui suatu ilmu setelah ilmu tentang halal dan haram yang lebih
penting daripada ilmu kedokteran.” Beliau menyayangkan keteledoran
kaum Muslimin terhadap ilmu kedokteran. Beliau mengatakan, “Mereka
mengabaikan sepertiga ilmu dan menyerahkannya kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani.”
Buku ini semoga bisa menjadi ‘ketukan lembut’ yang menggugah
kaum muslimin untuk mulai ‘melirik’ bekam sebagai pengobatan alternatif
yang bernuansa religi, karena ia adalah Sunnah Al-Mushthofâ ‫ﷺ‬. Buku ini
juga dilengkapi dengan gambar titik-titik bekam, sehingga menjadi
referensi yang penting untuk mengenal lebih jauh apa dan bagaimana
pengobatan bekam itu.

Keunggulan isi buku


Buku ini sangat bagus untuk di implementasikan, karena terapi
bekam ini bisa diterapkan oleh masyarakat umum yang mengalami
gangguan penyakit-penyakit dalam tubuh dan disertai dengan gambar
titik-titik pembekaman.

Kelemahan isi buku


Cara penggunaan gelas udara dan bekam dirasa kurang maksimal
untuk dilakukan oleh orang awam dan boros bahan, karena harus ganti
kondom setiap 1 gelas bekam dan memerlukan kondom yang lain untuk
pembekaman area tubuh lain. Tidak disertakan bahan-bahan pendukung
lainnya, misalkan minyak pelumas, GPU, handuk, dan lain-lainnya.

Kritik dan saran buku


Alat bekam yang digunakan cukup yang umum masyarakat ketahui
(seperti gelas minum) dan mudah untuk dicuci, disterilkan dan dipakai
ulang serta tidak perlu membuang-buang bahan yang sekali pakai (mis:
kondom). Seperti tissu bisa sekali pakai namun murah dan terjangkau.

Yogyakarta, 7 Maret 2017


Resensator
Amirrudin Setiawan

Anda mungkin juga menyukai