Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna
sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan Teknik sipil, di samping
itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Jadi seorang
ahli teknik harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya,
penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila
dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban,
dan lain-lain. Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan massa tanah
tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Ilmu Rekayasa Tanah (Soil
Engineering) merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dalam
problema-problema praktisnya.

1.2 Manfaat dan tujuan


1.2.1 Manfaat
Manfaaat dari makalah ini adalah dapat mengetahui permeabilitas tanah dan
konsep tegangan efektif serta distribusi tegangan akibat pembebanan.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
 Dapat mengetahui permeabilitas tanah
 Dapat mengetahui konsep tegangan efektif dan tegangan (normal dan geser)
serta distribusi tegangan akibat pembebanan

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Permeabilitas tanah


Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa
permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori
makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Tanah adalah
kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini
memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik yang
lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya
pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami
granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah
liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis
besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah
koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung
butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien
permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas
untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan
permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah
(unfissured).
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga
(pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang
digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa aliran
fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa
tanah berada dalam keadaan jenuh.
Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh
koefisien permeabilitasnya. Koefisein permeabilitas tanah bergantung pada
berbagai faktor. Setidaknya, ada enam faktor utama yang memengaruhi
permeabilitas tanah, yaitu:
1. Viskositas Cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin kecil.

2
2. Distribusi Ukuran Pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya,
koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
3. Distibusi Ukuran Butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran butirannya,
koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
4. Rasio Kekosongan (Void Ratio) , yaitu semakin besar rasio kekosongannya,
koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin besar.
5. Kekasaran Partikel Mineral, yaitu semakin kasar partikel mineralnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
6. Derajat Kejenuhan Tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
Permeabilitas adalah kecepatan masuknya air pada tanah dalam keadaan
jenuh. Penetapan permeabilitas dalam tanah baik vertial makupun horizontal
sangat penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air. Tanah-tanah yang
mempunyai kecepatan permeabilitas lambat, diinginkan untuk persawahan yang
membutuhkan banyak air. Perkiraan kebutuhan air bagi tanaman memerlukan
pertimbangan-pertimbangan kehilangana air dari tanah melalui rembesan ke
bawah dan ke samping. Selain itu bagi daerah berdrainase buruk atau tergenang
memerlukan data kecepatan permeabilitas tanah agar perencanaan fasilitas
drainase dapat dibuat untuk dapat menyediakan jumlah air dan udara yang baik
bagi pertumbuhan tanaman. ( Santun dkk, 1980 )
Permeabilitas berhubungan erat dengan drainase. Mudah tidaknya air hilang
dari tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut. Air dapat hilang dari
permukaan tanah maupun melalui presepan tanah. Berdasarkan atas kelas
drainasenya, tanah dibedakan menjadi kelas drainase terhambat sampai sangat
cepat. Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, padi dapat hidup
 Permeabilitas (KHJ) adalah suatu sifat khas media sarang dan sifat geometri
tanah itu sendiri yang menunjukkan kemampuan tanah didalam menghantarkan
zat tertentu melalui pori- porinya

3
 Permeabilitas tanah, merupakan pengaruh pada lapisan yang kedap, serta
mempengaruhi ketebalan dan nisbah bentotit, itu semua yang sangat
menentukan permeabilitas tanah.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas


1. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara pasir, liat, dan debu yang
menyusun suatu tanah. Tekstur sangat berppengaruh pada permeabilitas. Apabila
teksturnya pasir maka permeabilitas tinggi, karena pasir mempunyai pori-pori
makro. Sehingga pergerakan air dan zat-zat tertentu bergerak dengan cepat.

2. Struktur tanah
Struktur tanah adalah agregasi butiran primer menjadi butiran sekunder
yang dipisahkan oleh bidang belah alami. Tanah yang mempunyai struktur mantap
maka permeabilitasnya rendah, karena mempunyai pori-pori yang kecil.
Sedangkan tanah yang berstruktur lemah, mempunyai pori besar sehingga
permeabilitanya tinggi.(Semakin kekanan semakin rendah)

3. Porositas
Permeabilitas tergantung pada ukuran pori-pori yang dipengaruhi oleh
ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Semakin kecil ukuran partikel,
maka semakin rendah permeabilitas.

4. Viskositas cairan
Viskositas merupakan kekentalandari suatu cairan. Semakin tinggi
viskositas, maka koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.

5. Gravitas
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk mengikat air.
Semakin kuat gaya gravitasinya, maka semakin tinggi permeabilitanya.

4
6. BI dan BJ
Jika BI tinggi, maka kepadatan tanah juga tinggi, sehingga permeabilitasnya
lambat atau rendah.

2.1.2 Faktor-faktor yang di pengaruhi permeabilitas


1. Infiltrasi
Infiltrasi kemampuan tanah menghantar partikel. Jika permeabilitas tinggi
maka infiltrasi tinggi.

2. Erosi
Erosi perpindahan massa tanah,jika permeabilitas tinggi maka erosi rendah.

3. Drainase
Drainase adalah proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat
mungkin dari profil tanah. Mudah atau tidaknya r hilang dari tanah menentukan
kelas drainase tersebut. Air dapat menghilang dari permukaan tanah melalui
peresapan ke dalam tanah. Pada tanah yang berpori makro proses kehilangann
airnya cepat, karena air dapat bergerak dengan lancer. Dengan demikian, apabila
drainase tinggi, maka permeabilitas juga tinggi.

4. Konduktifitas
Konduktifitas ias didapat saat kita menghitung kejenuhan tanah dalam air
(satuan nilai), untuk membuktikan permeabilitas itu cepata atau tidak.
Konduktifitas tinggi maka permeabilitas tinggi.

5. Run off
Run off merupakan air yang mengalir di atas permukaan tanah. Sehingga,
apabila run off tinggi maka permeabilitas rendah.

6. Perkolasi

5
Perkolasi merupakan pergerakan air di dalam tanah. Pada tanah yang kandungan
litany tinggi, maka perkolasi rendah. Sehingga, apabila perkolasi rendah maka
permeabilitasnya pun rendah.
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar
antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan
bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (N.Suharta dan
B. H Prasetyo.2008)

2.2 Konsep tegangan


2.2.1 Konsep tegangan efektif
Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan
tegangan yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan
efektif. Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil dikenal dengan tegangan
intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat
geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.
Tegangan Efektif dan Tegangan Netral
Terzaghi (1923) memberikan prisip tegangan efektif yang bekerja pada tanah
jenuh air yang dinyatakan dalam persamaan :
σ = σ’ + u (1.1)
dimana:
σ = tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan
akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya
tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah
sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban
butiran tanah efektif per satuan bidang luas

Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau


lapisan tanah dengan permukaan mendatar dan dengan permukaan air tanah pada

6
permukaan. Tegangan vertikal total (σz) merupakan tegangan normal pada bidang
horisontal pada kedalaman z, dengan persamaan :
σz = γsat z (1.2)
dimana :
σz = kedalaman titik di dalam tanah
γsat = berat volume tanah jenuh

Jika air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman akan
berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori (u), dapat
didefinisikan :
u = γw z (1.3)

Gambar 2.1 Tegangan efektif

Menurut persamaan (1.1) tegangan vertikal efektif (σz’) pada kedalaman z :


σz’ = σz – u
σz’ = z γsat – z γw
σz’ = (γsat – γw) z
σz’= γ’ z (1.4)
dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat tanah
terendam air

Tekanan air pori (uw) harus lebih kecil daripada tegangan yang terjadi dalam udara
(ua) akibat tarikan permukaan. Sehingga Bishop (1995) mengusulkan persamaan hubungan
tegangan total(σ) dan tegangan efektif (σ’) untuk tanah jenuh :
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)
(1.5)
dengan :
X = parameter yang ditentukan secara ekperimental

7
uw = tekanan air pori
ua = tekanan udara dalam pori

Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S = 0) maka X

=0

Gambar 2.2

Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan

Gambar 2.3

Pada gambar 1.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung
tanpa adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A dapat dihitung dengan
cara :
σ = H γw + (HA - H) γsat
(1.6)
dimana
σ = tegangan total pada titik A
γw = berat volume air
γsat = berat volume tanah jenuh air
H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang

8
HA = jarak antara titik A dan muka air

Tegangan total (σ) dari persamaan (1.6) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini
bekerja ke segala arah sama besar)
 Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik
sentuhnya.

Tegangan pada Tanah Jenuh Air dengan Rembesan


Tegangan efektif pada suatu titik akan mengalami perubahan dikarenakan
oleh adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini akan bertambah
besar atau kecil tergantung pada arah rembesan.
1. Rembesan ke Atas

Gambar 2.4
Pada gambar 1.4 menunjukan suatu lapisan tanah berbutir di dalam silinder
dimana terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan adanya penambahan air
melalui saluran pada dasar silinder.
Pada titik A
Tegangan total (σA) = H1γw
Tekaan air pori (uA) = H1γw
Tegangan efektif (σA’)= σA - uA = 0
Pada titik B
Tegangan total (σB) = H1γw + H2γsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + H2 + h) γw

9
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
= H2γsat - γw - h γw

2. Rembesan ke Bawah

Gambar 2.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5.
Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara
menambahkan air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB) = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
= (H1γw + zγsat) – (H1 + z – iz) γw
= z γ’ + iz γw (1.7)

Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di Sekeliling


Turap
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa
kemungkinan keruntuhan suatu turap di mana rembesan dalam tanah dapat
menyebakan penggelemmbungan (heave) pada daerah hilir sesuai yang ditunjukan
oleh gambar 1.6. Terzaghi (1992) menyimpulkan bahwa penggelembungan udara
pada umumnya terjadi pada daerah sejauh D/2 dari turap (di mana D adalah
kedalaman pemancangan turap).

10
Gambar 2.6

FS = W’
Dimana :
FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap

Penentuan Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan


Tegangan Efektif Melalui Metoda Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air pori
akan meningkat. Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah dan apabila
terus berlanjut maka tegangan efektif akan menjadi nol sehingga tanah kehilangan
kekuatannya. Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian yang diakibatkan likuifaksi
sangat besar, oleh karena itu perlu dibuat suatu peta kerentanan likuifaksi pada
daerah tertentu terutama yang terletak di daerah berpasir yang rawan gempa dan
memiliki arti strategis tertentu. Penentuan zona kerentanan likuifaksi sangat
bermanfaat karena membantu para perancang bangunan-bangunan sipil dalam
menentukan lokasi proyeknya dan menentukan perlakuan-perlakuan apa saja yang
diperlukan untuk menanggulangi fenomena ini.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis
tegangan efektif melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep
poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya
daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya
tegangan efektif mendekati nol.

11
2.2.2 Tegangan normal dan tegangan geser
1. Tegangan Normal
Menurut Frick (1978) Tegangan dibagi menjadi dua yaitu tegangan normal
dan tegangan geser, tegangan normal yaitu tegangan yang bekerja dalam arah tegak
lurus permukaan potongan melintang batang dengan notasi σ (tau).

Gambar 2.7 Tegangan normal

a) Sebuah batang berbentuk silinder akan ditarik sebesar P


b) Batang panjangnya sebesar L
c) Maka setelah diberi gaya sebesar P batang sepanjang L akan bertambah
sepanjang L + δ
d) Dari hasil tersebut didapatkan rumus

dimana :
σ = Tegangan normal (Mpa)
P = Gaya normal (N)
A = Luas penampang (mm2)

2. Tegangan geser
Menurut Frick (1978) Tegangan geser adalah tegangan yang terjadi akibat
ada dua arah gaya yang berlawanan dan tidak lurus bidang suatu benda. Menurut

12
Gere (2003) Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja dalam arah tangensial
terhadap penampang.

Gambar 2.8 Tegangan geser

Akibat aksi gaya tarik P, batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara
tumpu sehingga menimbulkan tegangan tumpu (bearing stress). Selain itu batang dan
pengapit cenderung menggeser baut dan memotong baut, sehingga timbul tegangan geser
(shear stress) pada baut.

τ = Tegangan geser rata-rata (Mpa)


D = Gaya sejejer penampang (N)
A = Luas penampang baut (mm2)

2.2.3 Distribusi tegangan akibat pembebanan


Hitungan tegangan-tegangan yang terjadi di dalam tanah berguna untuk
analisis tegangan-regangan (stress-strain) dan penurunan (settlement). Sifat-sifat
tegangan –regangan dan penurunan bergantung pada sifat tanah bila mengalami
pembebanan. Dalam hitungan tegangan di dalam tanah, tanah dianggap bersifat

13
elastis, homogen, isotropis, dan terdapat hubungan linier antara tegangan dan
regangan.
1. Metode Penyebaran Beban 2V : 1H
Bermacam-macam cara telah digunakan untuk menghitung tambahan
tegangan akibat beban fondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai
banding z/B bertambah.salah satu cara pendekatan kasar yang sangat sederhana
untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban dipermukaan diusulkan oleh
Boussinesq. Caranya denganmembuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 Vertikal
dibanding 1 Horisontal). Dalam cara ini, dianggap beban fondasi Q didukung oleh
piramid yang mempunyai kemiringan sisi 2V : 1H

Gambar 2.9

2. Penyebaran Tegangan pada Tanah Berlapis


Modulus elastisitas tanah bagian atas adalah E1, sedang yang dibawahnya
adalah E2, dengan E1>E2 dan H adalah tebal lapisan bagian atas. Pada gambar
berlaku untuk H = B. Kurva E1/E2 = 1 adalah sama dengan teori Boussinesq.
Dalam Gambar 2.2 terlihat bahwa untuk E1>E2 > 1, nilai ∆σz/q untuk z/B
tertentu berkurang dengan kenaikan E1/E2 (dibandingkan dengan cara
Boussinesq) Tegangan yang terjadi di dalam massa tanah dapat disebabkan oleh
beban yang bekerja di permukaan atau oleh beban akibat berat sendiri tanah.

14
Tegangan yang berasal dari beban di permukaan tanah berkurang bila kedalaman
tanah bertambah. Sebaliknya, tegangan yang berasal dari berat sendiri tanah
bertambah bila kedalamannya bertambah Regangan volumetrik pada material
yang bersifat elastis dinyatakan oleh persamaan:
∆V 1− 2µ
V = E ( σ +σ +σ )
x y z

Dengan:
∆V = perubahan volume V = volume
µ = angka poisson = modulus elastisitas
E
σx, σy, σz = tegangan-tegangan dalam ara x, y, z.

Bila penurunan akibat beban terjadi pada kondisi tanpa drainase (undrained) atau
volume tetap, maka ∆V/V = 0, maka kondisi ini µ = 0,5 dan jika pembebanan
menyebabkan terjadi perubahan volume atau ∆V/V > 0, maka µ < 0,5.

3. Teori Boussinesq
Beban Titik
Analisis tegangan yang terjadi di dalam massa tanah akibat pengaruh
b e b a n t i t i k d i permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan teori
Boussinesq (1885). Anggapan-anggapan yang dipakai dalam teori Boussinesq
adalah:
1. Tanah merupakan b a h a n yang bersifat elastis, homogen, isotropis, dan
semi tak terhingga (semi-infinite).
2. Tanah tidak mempunyai berat.
3. Hubungan tegangan-regangan mengikuti hukum Hooke.
4. Distribusi t e g a n g a n a k i b a t b e b a n y a n g b e k e r j a tidak
bergantung pada jenis tanah.
5. Distribusi tegangan simetsi terhadap sumbu vertikal (z)
6. Perubahan volume tanah diabaikan
7. Tanah tidak sedang mengalami tegangan sebelum beban Q diterapkan.

15
Teori Boussinesq (1885) untuk tambahan tegangan vertical akibat
beban titik dianalisis dengan meninjau system tegangan pada koordinat silinder.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori
makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.
2. Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan
yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan efektif.
Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil dikenal dengan tegangan
intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat
geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.

3.2 Saran
Sebaiknya jika ingin lebih memahami harus melakukan praktikum langsung
agar lebih memudahkan untuk memahami teori tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com/2011/03/tegangan-efektif.html
https://dhamarar.blogspot.com/2018/02/tegangan-normal-dan-tegangan-geser-
pada.html
https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-TSP301-distribusi-tegangan.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai