Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung danusus
halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz.2002).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3
juta penduduk \setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali
setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahun.6
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang
datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan,
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batamyang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikutidengan Shigella spp,
Salmonella spp, V.Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni,
V Cholera non-01, danSalmonella paratyphi A.
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit(
jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan
diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natriumdan
kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat jugaterjadi
cairan atau dehidrasi ( Setiati, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari penyakit gastroenteritis (diare) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit gastroenteritis ?
3. Bagaimana bentuk checklist dari penyakit kumbah lambung ?

Keperawatan Medikal Bedah 1 1


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari penyakit gastroenteritis.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit
gastroenteritis.
3. Untuk mengetahui checklist dari penyakit kumbah lambung.
D. Manfaat
1. Dapat mengatahui konsep teori dari penyakit gastroenteritis.
2. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit
gastroenteritis.
4. Dapat mengatahui checklist dari penyakit kumbah lambung.

Keperawatan Medikal Bedah 1 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis Diare

1. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia berfungsi untuk
menerima makana, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring)
,kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu organ terbuka tempat masuknya makan dan air
pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umum nya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut di lapisi oleh selaput lendir. Pengecapan di
rasakan oleh organ yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin, pahit. Dalam mulut
terjadi proses potong memotong yang di lakukan oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, graham) menjadi
bagian-bagian kecil yang mudah di cerna. Ludah dari kelenjar ludah
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim (misal nya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.

Keperawatan Medikal Bedah 1 3


b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limpe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makan, letak nya di belakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Esofagus merupakan
saluran berotot yang relative lurus dan berjalan memanjang di antar
faring dan lambung. Sebagian besar esopagus terletak didalam rongga
toraks dan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di
rongga abdomen beberapa sentimeter dibawah diafragma. Mobilitas
yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau
deglutition, dalam proses menelan yang sebenarnya mengacu pada
keseluruhan proses pemindahan makanan dari mulut melalui esophagus
lalu kedalam lambung. Dalam proses menelan di bagi menjadi 2tahap,
yaitu; Tahap orofaring dan tahap esophagus. Tahap orofaring
berlangsung sekitar satu detik yang berupa perpindahan bolus melalui
faring dan masuk ke esophagus. Saat masuk faring sewaktu menelan,
blus harus diarahkan kedalam esophagus dan dicegah untuk tidak
masuk kesaluran lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata
lain, makanan harus dicegah untuk tidak masuk kembali ke mulut,
masuk ke saluran hidung dan trakea. Semua ini dilakukan melalui
aktifitas yang telah terkoordinasi. Tahap esophagus, merupakan tahap
untuk memulai menelan. Pusat menelan memulai gelombang peristaltic
primer yang mengalir dari panggkal ke ujung esophagus, mendorong
bolus yang ada di depan nya melewati esophagus lalu ke lambung.
Gelombang peristaltik berlangsung sekita lima sampai sembilan detik
mencapai ujung bawah esophagus.

Keperawatan Medikal Bedah 1 4


c. Lambung
Lambung adalah ruang yang berbentuk kantung yang berbentuk
huruf “ J ”, yang terletang diantara esophagus dan usus halus. Lambung
dibagi tiga bagian berdasarkan perbedaan otomatis, histologist dan
fungsional, di antaranya yaitu; fundus, dan antrum. Fungsi terpenting
pada lambung adalah menyimpan makanan yang masuk samapai di
salurkan ke usus dangan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung adalah untuk
mensekresikan asam hidroklorida (HCL) dan enzim-enzim yang
memulai pencernaan protein. Dalam lambung terdapat empat aspek
motilitas lambung, yaitu :
1) Pengisian lambung
2) Penyimpanan lambung
3) Pencampuran lambung
4) Pengosongan lambung
Tiga faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah
1) Lemak
Lemak merupakan perangsang terkuat untuk menghambat motilitas
lambung sehingga apabila kita amati kecepatan pengosongan
makanan yang sangat berlemak itu kurang lebih memakanwaktu
enam jam dibandingkan dengan makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein itu mungkin telah meniggalkan lambung
tiga jam yang lalu
2) Asam lambung
Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCL), kimus
kimus yang sangat asam akan di keluarkan kedalam deodenum
tempat kimus mengalami netralisis oleh natrium bikarbonat
(NaHCO-3). Asam yang tidak dinetralkan akan mengiritasi mukosa
duodenum dan menyebabkan inaktivasi enzim-enzim pencernaan
pankreas yang disekresikan kedalam lumen duodenum. Dengan

Keperawatan Medikal Bedah 1 5


demikian, asam yang tidak dinetralkan akan menghambat isi
lambung lebih lanjut sampai proses netralisis selesai.
3) Hipertonisitas
Pada pencernaan molekul protein dan kanji duodenum, dibebaskan
sejumlah besar asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan
penyerapan molekul-molekul asam amino dan glukosa tersebut
tidak seimbang dengan kecepatan pencernaan protein dan
karbohidrat maka molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut
tetap berada di dalam kimus dan meningkatkan osmolaritas isi
duodenu, apa bila halk ini terus berlanjut maka secara reflkes
pengosongan lambung akan dihambat hingga proses penyerapan
mengimbangi proses pencernaan.
4) Usus halus
Usus halus adalah tempat berlangsung nya sebagian besar
pencernaan dan penyerapan. Setelah isi lumen meniggalkan
usus halus, maka tidak terjadi lagi pencernaan, walaupun usus
besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air.
5) Usus besar
6) Anus

2. Definisi
Diare adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis diare pada
anak balita bisa didefinisikan sebagi meningkatnya frekuensi buar air
besar tiga kali atau lebih, tinja kosistensinya menjadi lebih lunak dari
biasanya, sehingga hal itu dianggap tidak normal oleh ibunya. Secara
klinik, diare dibedakan menjadi 3 macam yaitu, diare cair akut, disentri,
dan diare persistensi (Wahyudi, 2009).
Menurut Sudoyo (2006), diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak
dari biasa nyalebih daeri 200 gram atau 200 ml / 24 jam. Sedangkan

Keperawatan Medikal Bedah 1 6


menurut Hendarwanto (2002) dalam Sipahutar (2008), diare adalah buang
air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan,
dengan demikian kandu ngan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi.
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun
anak0-anak. Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam
bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya
berlangsung lebih dari dua hari atau lebih. Terkadang orang tua kerap
bertanya-tanya apakah bayi nya mengalami diare. Pada anak-anak kosisten
tinja lebih di perhatikan dari pada frekuensi BAB, hali ini dikarenakan
frekuensi BAB pada bayi lebih sering dibandingkan orang dwasa, bisa
sampai lima kali dalam satu hari. Frekuensi BAB yang sering pada anak
balita belumtentu dikatakan diare apabila kistensi tinjanya seperti hari-hari
padaumumnya. Seorang ibu dapat mengetahui kapan anaknya terkenz
diare, dan tergantung pada situasi anak (sophia, 2009).
3. Klasifikasi Diare
Menurut Mansjoer dkk, (2006) jenis diare terbagi dari 4 (empat) macam
antara lain:
a. Diare Akut
Diare Akut adalah berlangsung kurang dari (14) empat belas hari
umumnya kurang dari (7) tuhuj hari sehingga mengakibatkan dehidrasi
yang merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Diare Persisten
Diare Persisten adalah berlangsung lebih dari (14) empat belas hari
secara terus-menerus sehingga mengakibatkan penurunan berat badan
dan metabolisme.
c. Diare Disentri
Diare Disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
Anorexia sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan
cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

Keperawatan Medikal Bedah 1 7


d. Diare Masalah Lain
Anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai
penyakit. Lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.
4. Etiologi
Tingginya angka kematian diare tersebut masih disebabkan oleh
beberapa faktor antar lain : karena kesehatan lingkungan yang belum
memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, kepadatan penduduk,
sosial ekonomi maupun pendidikan atau pengetahuan dan perilaku
masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
penyakit diare ini (Depkes RI, 2003). Menurut Mansjoer dkk (2003),
penyebab diare dapat di bagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Internal adalah infeksi pencernaan yang nerupakan
penyebab diare pada anak disebabkan oleh bakteri Shigella,
Salmonella, dan E.Coli.
2) Infeksi Parentral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut yang banyak terdapat pada bayi dan anak
di bawah dua tahun.

b. Faktor Mal Absorbsi


Malaborsi karbohidrat, disakarida (Intoransi, Laktosa Maltosa dan
Subkrosa) dan monosakarida ( Intoleranci Glukosa, Frugtosa dan
Glaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang
malabsorbsi lemak dan protein
c. Faktor Makanan
Faktor makanan adadalah seperti makanan beracun, basi dan alergi
terhadap makanan yang ia makan.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak
namun sering terjadi).

Keperawatan Medikal Bedah 1 8


5. Patofisiologi
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi
disebabkan invasi bakteri dansitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala
klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir
dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang bsar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak
mendapat cairan pengganti.
Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.
a. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
magnesium.
b. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik
absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal
ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam
lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP)juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
c. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 9


eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non
infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease (IBD)atau akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat atau
terjadinya gerakan hiperperistaltik yang mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabelatau diabetes melitus.
Sebaliknya, bila paristeltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputipenempelan bakteri pada sel epitel dengan atau
tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
6. Manifestasi Klinis

a. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat


b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada atau tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membran mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. BB menurun

Keperawatan Medikal Bedah 1 10


h. Malaise

7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan tinja
1) Mikroskopis dan mikroskopis.
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah
Dengan cara menentukan pH dan cadanagan alkali (lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan AGD menurut ASTRUP (bila memungkinkan)).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginja.
d. Pemeriksaan elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca, dan Fosfor dalam serum (terutama pada
penderita diare yang disertai kejang).
e. Pemeriksaan intubasi
Untuk mengetahui jenis jasad renik untuk parasit secara kualitatif dan
kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Penatalaksanaan
 Pemberian cairan (jenis cairan, cara pemberian dan jumlah.)
a. Cairan peroral
o Dehidrasi ringan dan sedang : cairan yang berisi NaCl,
NaHCO3, KG dan glukosa.
o Diare akut dan kolera, umur > 6 bulan : kadar Na 90 meq/L.
o Dehidrasi ringan/sedang, umur < 6 bulan : pada Na 50 – 60
meq/L formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana
hanya mengandung garam dan gula ( NaCl dan Sukrosa ayau air
tajin yang diberi garam dan gula)
b. Cairan parenteral
Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada tersedianya cairan setempat.
Umumnya RL. Cara memberikan cairan :

Keperawatan Medikal Bedah 1 11


o Belum ada dehidrasi.
Peroral sebanyak anak mau minum (ade libitum) atau 1 gelas
tiap defekasi.
o Dehidrasi ringan
 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB/oral (intragastrik).
 Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ade libitum.
o Dehidrasi sedang
 1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB/oral atau intragastrik
(sonde).
 Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ade libitum.
o Dehidrasi berat
 Anak 1 bulan – 2 tahun BB 3 – 10 kg
- 1 jam pertama
40 ml/kg BB/jam = 10 tts/kg BB/I (set infuse berukuran
1 ml = 15 tts) atau 13 tts/kg BB/menit.
- 7 jam berikutnya
12 ml/kg BB/jam = 3 tts/kg BB/menit atau 4 tts/kg
BB/menit.
- 16 jam berikutnya
125 ml/kg BB oralit peroral/intragatrik. Bila anak tidak
mau minum teruskan dengan intravena 2 tts/kg BB/menit
(set infuse 1 ml = 15 tts). Atau 3 tts/kg BB/menit (set
infuse 1 ml = 20 tts)
 Anak : 2 – 5 tahun, BB 10 – 15 kg
o 1 jam pertama
30 ml/kg BB/jam atau 8 tts/kg BB/menit (1 ml = 15 tts)
atau 10 tts/kg BB/menit (1 ml = 20 tts).
o 7 jam berikutnya.
10 ml/kg BB/jaml -m atau 3 tts/kg BB/menit (1 ml = 15
tts) atau 4 tts/kg BB/menit (1 = 20 tts)
o 16 jam berikutnya

Keperawatan Medikal Bedah 1 12


125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak
tidak mau minum teruskan dengan intravena 2 ttts/kr
BB/menit (1 ml = 20 tts).
o Anak : 5 – 10 tahun, BB 15 – 25 kg 1 jam pertama
20 ml/kg BB/jam atau 5 tts/kg BB/menit ( 1 ml = 15 tts)
atau 7 tts/kg BB/menit (1 ml = 20 tts).
o 7 jam berikutnya
10 ml/kr BB/jam atau 2,5 tts/kg BB/menit (1 ml = 15 tts)
atau 3 tts/kg BB/menit (1 ml = 20 tts)
o 16 jam berikutnya
105 ml/kg BB oralit/oral. Bila anak tidak mau minum
teruskan dengan intavena 1 tts/kg BB/menit (1 ml = 15
tts) atau 1 ½ tts/kg BB/menit (set infuse 1 ml 20 tts).
o Bayi baru lahir (neonatus) BB 2-3 kg
Kebutuhan cairan :
125 ml + 10 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan : 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian
NaHCO3 1 ½ %).
Kecepatan : 4 jam pertama 25 ml/kg/BB/jam atau 6
tts/kg BB/I (1 ml = 15 tts) atau 8 tts/kg BBA (1 ml = 20
tts).
20 jam berikutnya.
150 ml/kg/BB/20 jam atau 20 tts/kg BB/I (1 ml = 15 tts)
atau titik 2 ½ tts/kg BB/I (1 ml = 20 tts).
o Bayi berat badan lahir rendah BB < 2 kg.
Kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan : 4 :1 (4 bagian glukosa 10 % + 1 bagian
NaHCO3 )
Kecepatan cairan = pada bayi baru lahir

Keperawatan Medikal Bedah 1 13


 Pengobatan diatetik (Makanan)
Untuk anak < 1 tahun dan > 1 tahun dengan BB < 7 kg jenis
makanannya adalah :
o Susu (ASI dan atu susu formula mengandung laktosa rendah dan
asma lemak tidak jenuh, seperti : LLM AL miron).
o Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
bila anak tidak mau minum susu.
o Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara pemberian :
Hari pertama 1 : setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI tau susu foemula tetapi diare masih sering, diberikan
oralit selang seling dengan ASI. Missal : 2 kali ASI/susu khusus : 1
kali oralit.
Hari 2 – 4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh.
Hari 5 : Bila tidak ada kelainan klien dipulangkann.
Kembali susu atau makanan.
 Obat-obatan
Prinsip : mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll).
Obat yang diberikan adalah :
o Obat anti sekresi.
 Asetosa. Dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
 Klorpomazin. Dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari.
o Obat spasmolitik
Papaverin, ekstrakbeladon, opium loperamit tidak digunakan pada
klien diare. Obat pengeras tinja seperti kaolin, peptin, charcoal
tabonal tidak bermanfaat mengatasi diare sehingga tidak diberikan
lagi.

Keperawatan Medikal Bedah 1 14


o Anti biotic.
Umumnya anti biotok tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Pada klien kolera diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/kg BB/hari.
ATS diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : UMA,
paringitis, bronchitis, bronkopneumoni.
9. Komplikasi
Seagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang , berat, hipotonik, isotonik, dan atau
hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejal meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada EKG).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan villi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
10. Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare pada balita dapat dilakukan oleh ibu-ibu dengan
beberapa cara antara lain (Depkes RI, 2003).
a. ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi.. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan dari usia 4 sampai 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini. ASI steril berbeda dengan sumber susu
lain, susu formula atau cairan lain didiapkan dengan air atau bahan
yang terkontaminasi dalam botol yang kotor, tanpa cairan atau makan
lain dan tanpa menggunakan botol, menghindari anak dari bahaya
bakteri yang menyebabkan diare. Pemberian ASI selama diare

Keperawatan Medikal Bedah 1 15


mengurangi akibat negatif selamaa masa pertumbuhan terhadap
keadaan gizi bayi. Pemberian ASI mengurangi parahnya kejadian
diare. Pada bayi yang tidak diberi secara penuh dalam 6 bulan pertama
kehidupan, resiko mendapat diare 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menusui, penggunaan botol untuk
peberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena
diare sehingga mengakibatkan gizi buruk.
b. Memberikan Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi ecara bertahap harus
dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan, karena
masa teseut merupakan masa berbahaya yaitu meningkatnya resiko
terkena diare atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian.
c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Kuman infeksi penyebab diare ditularkan melalui jalur pekal oral,
mereka dapat ditulari dengan memasukkan ke dalam mulut cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, tangan atau
jari-jari, makanan-makanan yang disiapkan dalam panci yang telah
dicuci dengan air tercemar dan lain-lain.
d. Mencuci Tangan
Biasakan mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah membuang
air besar, membuang tinja anak, sebalum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak, dan sebelum makan.
e. Menggunakan Jaban / WC
Keluarha harus membuang air besar di WC yang berfungsi dengan
baik agar dapat dipakai seluruh anggota keluarga dan harus
dibersihkan secara teratur, bila tidak ada jamban sebaiknay buang air
besar jauh dari rumah, jalan setepak, dan tempat anak bermain yang
jaraknya lebih kurang 10 meter dari air serta menghindari buang air
besar tanpa alas kaki.

Keperawatan Medikal Bedah 1 16


f. Memuat Tinja
Balita yang Besardalam membuat tinja balita harus secara bersih dan
benar, hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga antara lain; tinja
bayi atau anak kecil dibuang ke WC, bantu anak buang air besar di
tempat yang bersih dan mudah di jangkau, bila tidak ada jamban pilih
tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lobang atau di kebun
dan kemudia ditimbun, bersihkan tempat dengan benar setelah buang
air besar dan cuci tangan dengan sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Beri anak imunisasi campak
segera setelah 9 bulan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 17


B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
A. Identitas
Diare akut lebih terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare
untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola
makan, kebersihan dan keperawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji
untuk mengetahui tingkat perilaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
terhubung dengan epideminologi (tempat, waktu dan orang) (Lab.
FKUI, 1988).
B. Keluhan Utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifetasi
klinis berupa BAB yang tidak normal atau cair lebih banyak dari
biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare da apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi,
faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari
3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules,
muntah.
Kualitas, BAB konsisten, awitan, badan terasa lemah, sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ragional, perut terasa mulas, anus tersa basah.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3 – 5 hari,
diare berkepanjangan > 7 hari dan diare kronis > 14 hari (LAB IKA
FKUA, 1984)

Keperawatan Medikal Bedah 1 18


D. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran Kemih, OMA (Otitis
Media Akut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA
FKUA, 1984).
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga
yang berhubungan dengan distribusi penularan.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kuman serta personal hygiene yang
kurang mudah terkena kuman penyakit diare.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara
bermain anak yang kurang higienis dapat mempermudah
masuknya kuman lewat Fecal-oral.
4. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga
(orang tua).
F. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene
berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah
ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan
berat badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik
pada anak < 1 tahun/ > dengan berat badan < 7 kg dapat diberikan
ASI/ susu formula dengan rendah laktosa, umur > 1 tahun dengan
BB > 7 kg dapat diberikan makanan padat atau makanan cair.
2. Pola Eliminasi

Keperawatan Medikal Bedah 1 19


BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah
dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab
dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output
terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3. Pola Istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu
karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
4. Pola Aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
G. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995)
1. Sistem Neurologi
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali
bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat,
sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaan diamati
komposmentis, apatis, samnolen, delirius, stupor, dan koma.
Palpasi, adakah parese, anastasia.
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Pengindraan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang.
Inspeksi :
Kepala, kesimetrisan muka, cephal hematoma (-), caput sucedum
(-), warna dan distribusi rambut serta kondisi kulit kepala kering,
pada neonatus dan bayi ubun-ubun serta tampak cekung.
Mata, amati mata conjungtiva adakan anemis, sklera adakah
icterus. Refleks mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis
atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolemik refleks pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan
asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis

Keperawatan Medikal Bedah 1 20


respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, nampak
adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada
kemungkinan infeksi parenteal yang akhirnya menyebabkan
terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984).
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan
untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maksimal umur
2 tahun. Mata, tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
3. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi, kulit kering, sekresi sedikit, selaput mukosa kering.
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali
dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang, dan
> 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa
dingin.
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus
cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart
rate meningkat karena casodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer
menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama
dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar
pada kasus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri
umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm kea rah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5, dan 8.

Keperawatan Medikal Bedah 1 21


Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi,
auskultasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan
lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi, retraksi interkostal atau
subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan,
adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau
ekspirasi.
Palpasi, kaji adanya massa, nyeri tekan, kesimetrisan ekspansi,
tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho
pneumonia atau infeksi lainnya.
6. Sistem Pencernaan
Subyektif, kelaparan dan haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih
dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lender atau darah.
Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-), dan kesimetrisan
abdomen.
Auskultasi, bising usus (dengan menggunakan diafragma
stetoskop), peristaltic usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan
lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakah nyeri tekan, superficial pembuluh darah, massa (-).
Hepar dan lien tidak teraba.
7. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Keperawatan Medikal Bedah 1 22


Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labia
mayor menutupi labia minor, pembesaran skrotum (-), rambut (-),
BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau menggunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau
sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pembesaran skrotum, infeksi testis atau femosis.
8. Sistem Muskuloskeletal
Subyektif, lemah.
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun.
Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Menurut Doengoes M, (2000) diagnose yang mungkin muncul pada pasien
yang mengalami diare adalah :
a. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan diare.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik,
diare lama, iritasi kulit atau jaringan.
d. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman
diare, kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebab penyakit.
e. Resiko shock hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan.
f. Resiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare.
g. Gangguan pola eliminasi BAB; diare berhubungan dengan proses
inflamasi usus.

Keperawatan Medikal Bedah 1 23


h. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua tentang penyakit
anaknya.
i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Ketidak Setelah Mandiri
seimbangan dilakukan 1. Pantau tanda 1. Penurunan volume
cairan dan intervensi dan gejala cairan bersirkulasi
elektrolit keperawatan kekurangan menyebabkan
selama ... x 24 cairan kekeringan jaringan
jam diharapkan (dehidrasi). dan pemekatan urine.
keseimbangan Deteksi dini
cairan dan memungkinkan
elektrolit dapat terapi pergantian
dipertahankan cairan segera untuk
secara optimal memperbaiki defisit.
dengan kriteria 2. Pantau intake 2. Haluaran dapat
hasil : dan out put. melebihi masukan,
yang sebelumnya
 Tanda-tanda tidak mencukupi
vital dalam untuk
batas normal mengkompensasi
 Tanda-tanda kehilangan cairan.
dehidrasi (-), Dehidrasi dapat
turgor kulit meningkatkan laju
elastis, filtrasi glomerulus
membran membuat haluaran
tidak adekuat untuk

Keperawatan Medikal Bedah 1 24


mukosa membersihkan sisa
basah, metabolism.
haluaran urine 3. Timbang BB 3. Penimbangan BB
terkontrol, setiap hari. harian yang tepat
mata tidak dapat mendeteksi
cowong dan kehilangan cairan.
ubun-ubun 4. Penatalaksanaa 4. Penatalaksanaan
besar tidak n rehidrasi : rehidrasi :
cekung. a. Anjurkan a. kandungan Na,
 Konsistensi keluarga K dan glukosa
BAB bersama dalam LGG,
liat/lembek klien untuk oralit dan
dan frekuensi meminum pedyalit
1 kali dalam yang mengandung
sehari banyak elektrolit
 Pemeriksaan (LGG, oralit sebagai ganti
laboratorium atau cairan yang
serum pedyalit 10 hilang secara
elektrolit BJ cc/kr BB/ peroral. Bula
urine 1,008- mencret). menyebarkan
1,010; BUN gelombang
dalam batas udara dan
normal mengurangi
 BGA dalam distensi.
batas normal b. Pemberian b. Klien yang tidak
cairan sadar atau
parenteral tingkat dehidrasi
(IV line) ringan dan
sesuai sedang yang
dengan kurang
umur dan intakenya atau

Keperawatan Medikal Bedah 1 25


penyulit dehidrasi berat
(penyakit perlu pemberian
penyerta). cairan cepat
melalui IV line
sebagai
pengganti cairan
yang telah
hilang.
Kolaborasi
5. Pemeriksaan 5. Serum elektrolit
serum sebagai koreksi
elektrolit (Na, keseimbangan cairan
K, dan Ca dan elektrolit. BUN
serta BUN). untuk mengetahui
faali ginjal
(kompensasi).

6. Obat-obatan 6. Antisekresi
(antisekresi, berfungsi untuk
antispasmoliti menurunkan sekresi
k dan cairan dan elektrolit
antibiotik) untuk
keseimbangannya.
Antispasmolitik
berfungsi untuk
proses absorpsi
normal. Antibiotik
sebagai antibakteri
berspektrum luas
untuk menghambat
endoktosin.

Keperawatan Medikal Bedah 1 26


Perubahan Setelah Mandiri
nutrisi kurang dilakukan 1. Diskusikan dan 1. Makanan ini dapat
dari intervensi jelaskan tentang merangsang atau
kebutuhan keperawatan pembatasan diet mengiritasi saluran
tubuh selama ... x 24 (makanan yang usus.
jam diharapkan berserat tinggi,
kebutuhan berlemak dan
nutrisi terpenuhi air panas atau
dengan kriteria dingin).
hasil : 2. Timbang BB 2. Perubahan berat
 Nafsu makan setiap hari. badan yang menurun
baik menggambarkan
 BB ideal peningkatan
sesuai dengan kebutuhan kalori,
umur dan protein dan vitamin.
kondisi tubuh 3. Nafsu makan dapat
 Hasil 3. Ciptakan dirangsang pada
pemeriksaan lingkungan situasi rileks dan
laborat yang menyenangkan.
protein dalam menyenangkan
batas normal selama waktu
(3-5 makan dan
mg/dalam) bantu sesuai
dengan
kebutuhan.
4. Diskusikan dan 4. Makanan sebagai
jelaskan tentang bahan yang

Keperawatan Medikal Bedah 1 27


pentingnya dibutuhkan tubuh
makanan yang untuk proses
sesuai dengan metabolism dan
kesehatan dan katabolisme serta
peningkatan peningkatan daya
daya tahan tahan tubuh
tubuh. terutama dalam
keadaan sakit.
Penjelasan yang
diterima dapat
membuka jalan
pikiran untuk
mencoba dan
melaksanakan apa
yang diketahuinya.
Kolaborasi
5. Dietetik 5. Dietentik
a. Anak, 1 a. Pada diare
tahun / > 1 dengan usus
tahun yang terinfeksi
dengan BB enzim laktose
< 7 kg inaktif sehingga
diberi susu intoleransi
(ASI atau laktose.
formula
rendah
laktosa),
makan
setengah
padat/maka
nan padat.

Keperawatan Medikal Bedah 1 28


b. Umur > 1 b. Makanancukup
tahun gizi dan
dengan BB disesuaikan
> 7 kg dengan kondisi
diberi kesehatan.
makan
susu/cair
dan padat
6. Rehidrasi 6. Klien yang tidak
Parenteral (IV sadar atau tingkat
line). dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang
intakenya atau
dehidrasi berat perlu
pemberian cairan
cepat melalui IV line
sebagai pengganti
cairan yang telah
hilang.
7. Vitamin merupakan
7. Supportif
bagian dari
(pemberian
kandungan zat gizi
vitamin A).
yang diperlukan
tubuh terutama pada
bayi untuk proses
pertumbuhan.
Gangguan Setelah Mandiri
rasa nyaman dilakukan 1. Dorong klien 1. Mencoba untuk
nyeri. intervensi untuk mentoleransi nyeri,
keperawatan melaporkan dari pada meminta
selama ... x 24 nyeri. analgesik.

Keperawatan Medikal Bedah 1 29


jam diharapkan 2. Kaji laporan 2. Nyeri kolik hilang
nyeri klien kram abdomen timbul pada
berkurang atau nyeri, catat penyakit Crohn.
dengan kriteria lokasi, lamanya, Nyeri sebelum
hasil : intensitas (skala defekasi sering
 Klien 0 - 10). Sedikit terjadi pada KU
mengatakann dan laporkan dengan tiba-tiba, di
yeri yang perubahan mana dapat berat
dirasakansud karakteristik dan terus menerus.
ahhilang, nyeri. Perubahan pada
nilaiskalanye karakteristik nyeri
rinyadari 3 dapat menunjukkan
menjadi 0. penyebaran
 Klientidakme penyakit/terjadinya
ringiskesakita komplikasi, mis.,
n. fistula kandung
kemih, perforasi,
toksik megakolon.
3. Catat petunjuk 3. Bahasa
non-verbal, tubuh/petunjuk non-
mis., gelisah, verbal dapat secara
menolak untuk psikologis dan
bergerak, fisiologik dan dapat
berhati-hati digunakan pada
dengan hubungan petunjuk
abdomen, verbal untuk
menarik diri, mengidentifikasi
dan depresi. luas/beratnya
Selidiki masalah.
perbedaan
petunjuk verbal

Keperawatan Medikal Bedah 1 30


dan non-verbal.
4. Kaji ulang 4. Dapat menunjukkan
faktor-faktor dengan tepat
yang pencetus atau faktor
meningkatkan pemberat (seperti
atau kejadian sters, tidak
menghilangkan toleran terhadap
nyeri. makanan) atau
mengidentifikasi
terjadinya
komplikasi.
5. Izinkan pasien 5. Menurunkan
untuk memulai tegangan abdomen
posisi yang dan
nyaman mis., meningkatkanrasa
lutut flaksi. kontrol.
6. Berikan 6. Meningkatkan
tindakan relaksasi,
nyaman (mis., memfokuskan
pijatan kembali perhatian,
punggung, ubah dan meningkatkan
posisi) dan kemampuan koping.
aktivitas
senggang.
7. Bersihkan area 7. Melindungi kulit
rektal dengan dari asam usus,
sabun ringan mencegah
dan air/lap ekskoriasi.
setelah defekasi
dan berikan
perawatan kulit,

Keperawatan Medikal Bedah 1 31


mis., salep A &
D, salep sween,
jell karaya,
desitin, jeli
minyak.
8. Berikan rendam 8. Meningkatkan
duduk dengan kebersiha dan
tepat. kenyamanan pada
adanya iritasi fisura
perianal.
9. Observasi 9. Fistula dapat terjadi
adanya dari erosi dan
isiorektal dan kelemahan dinding
fistula perianal. usus.
10. Observasi/c 10. Dapat menunjukkan
atat distensi terjadinya obstruksi
abdomen, usus karena
penigkatan inflamasi, edema,
suhu, penurunan dan jaringan parut.
TD.
Kolaborasi
11. Lakukan 11. Istirahat usus penuh
modifikasi diet dapat menurunka
sesuai resep, nyeri, keram.
mis.,
memberikan
cairan dan
meningkatkan
makanan padat
sesuai
toleransi.

Keperawatan Medikal Bedah 1 32


12. Berikan obat 12. Obat :
sesuai
indikasi:
a. Analgesik a. Nyeri bervariasi dari
ringan sampai berat
dan perlu
penanganan untuk
memudahkan
istirahat adekuat
dan penyembuhan.
Catatat : obat harus
digunakan dengan
hati-hati karena
dapat menimbulkan
toksik megakolon.
b. Antikoline b. Menghilangkan
rgik spasme saluran gi
dan berlanjutnya
nyeri kolik.
c. Anodin c. Merilekskan otot
supositoria rektal, menurunkan
nyeri spasma.
13. Bantu dengan 13. Memberikan
mandi duduk kesejukan lokal dan
(rendam) kenyamanan untuk
sesuai area iritasi rektal.
indikasi.
Resiko Setelah 1. Bersihkan 1. Meminimalkan
infeksi pada dilakukan lingkungan risiko infeksi
orang lain intervensi setelah dipakai
berhubungan keperawatan

Keperawatan Medikal Bedah 1 33


dengan selama ... x 24 klien lain
terinfeksi jam diharapkan
2. Instruksikan 2. Meminimalkan
kuman diare, nyeri klien
pengunjung patogen yang ada di
kurangnya berkurang
untuk mencuci sekeliling pasien
pengetahuan dengan kriteria
tangan saat
tentang hasil :
berkunjung
pencegahan  Klien dan
dan setelah
penyebab keluarga
berkunjung.
penyakit. klien 3. Mengurangi
memahami 3. Gunakan mikroba bakteri
tata cara sabun anti yang dapat
mencegah mikroba untuk menyebabkan
infeksi. cuci tangan infeksi
 Pengunjung
4. Cuci tangan 4. Mencegah penularan
dapat
sebelum dan mikroba pada
mempraktikk
sesudah pasien, diri sendiri,
an mencuci
tindakan dan lingkungan.
tangan saat
keperawatan
sebelum dan
5. Mencegah kontak
sesudah 5. Gunakan
dengan patogen
berkunjung. universal
precaution dan
gunakan
sarung tangan
selama kontak
dengan kulit
yang tidak
utuh
6. Mencegah tubuh
6. Berikan terapi terkontaminasi oleh
antibiotik bila

Keperawatan Medikal Bedah 1 34


perlu patogen atau
mikroba
7. Observasi dan
7. Untuk dapat segera
laporkan tanda
diberikan tindakan
dan gejala
lanjutan
infeksi seperti
kemerahan,
panas, nyeri,
tumor
8. Melihat
8. Kaji
perkembangan suhu
temperatur
tubuh pasien
tiap 4 jam

9. Catat dan 9. Melihat


laporkan hasil perkembangan
laboratorium, kondisi imunitas
WBC pasien

10. Kaji warna


10. Melihat sejauh
kulit, turgor
mana perkembangan
dan tekstur,
tahap infeksi
cuci kulit
dengan hati-
hati

11. Ajarkan 11. Meningkatkan


keluarga kerjasama keluarga
bagaimana dalam penanganan
mencegah resiko infeksi
infeksi
Resiko shock Setelah 1. Kaji dan catat 1. melihat
hipovolemik dilakukan status perfusi perkembangan

Keperawatan Medikal Bedah 1 35


berhubungan tindakan / perifer. dampak dari
dengan penanganan sel Laporkan shock
kehilangan ama 1 temuan hipovolemik
cairan yang jam diharapkan bermakna :
berlebihan. klien ekstremitas
mempunyai dingin dan
perfusi yang pucat,
adekuat, dengan penurunan
criteria : amplitude nadi,
pengisian
Kriteria hasil : kapiler lambat.
 Tekanan darah 2. Pantau tekanan 2. melakukan
dalam rentang darah pada tindakan
normal interval sering ; lanjutan jika
 Frekuensi waspadai pada terjadi keadaan
jantung teratur pembacaan kritis
 Membran lebih dari 20
mukosa mmHg di
lembab bawah rentang

 Turgor kulit normal klien

normal atau indicator

 Kelopak mata lain dari

tidak cekung hipotensi :

 Tidak ada rasa pusing,

haus yang perubahan

sangat mental,
keluaran urin
menurun.
3. Bila hipotensi 3. meningkatkan
terjadi, aliran balik vena
tempatkan klien pasien

Keperawatan Medikal Bedah 1 36


pada posisi
telentang untuk
meningkatkan
aliran balik
vena. Ingat
bahwa tekanan
darah > atau =
80/60 mmHg
untuk perfusi
koroner dan
arteri ginjal
yang adekuat.
4. Pantau CVp 4. menentukan
(bila jalur keadekuatan
dipasang) untuk aliran balik vena
menentukan dan volume
keadekuatan darah
aliran balik
vena dan
volume darah;
5-10 cm H2O
biasanya
dianggap
rentang yang
adekuat. Nilai
mendekati 0
menunjukkan
hipovolemia,
khususnya bila
terkait dengan
keluaran urin

Keperawatan Medikal Bedah 1 37


menurun,
vasokonstriksi,
dan
peningkatan
frekuensi
jantung yang
ditemukan pada
hipovolemia.
5. Observasi 5. memantau
terhadap tingkat
indicator kesadaran klien
perfusi serebral
menurun :
gelisah,
konfusi,
penurunan
tingkat
kesadaran. Bila
indicator positif
terjadi, lindungi
klien dari cidera
dengan
meninggikan
pengaman
tempat tidur dan
menempatkan
tempat tidur
pada posisi
paling rendah.
Reorientasikan
klien sesuai

Keperawatan Medikal Bedah 1 38


indikasi.
6. Pantau terhadap 6. segera
indicator melakukan
perfusi arteri tindakan lebih
koroner lanjut
menurun : nyeri
dada, frekuensi
jantung tidak
teratur.
7. Berikan cairan 7. memberi asupan
sesuai program cairan dan
untuk elektrolit pada
meningkatkan pasien
volume
vaskuler. Jenis
dan jumlah
cairan
tergantung pada
jenis syok dan
situasi klinis
klien : RL,
Asering
8. Siapkan untuk 8. menyiapkan
pemindahan pasien jika
klien ke terjadi situasi
ICU/PICU kritis
Resiko injuri Setelah 1. Diskusikan dan 1. Kebersihan
kulit (area dilakukan jelaskan mencegah aktivitas
perianal) intervensi pentingnya kuman.
berhubungan keperawatan menjaga

Keperawatan Medikal Bedah 1 39


dengan selama 3 x 24 kebersihan di
peningkatan jam diharapkan tempat tidur.
frekuensi injuri kulit tidak 2. Libatkan dan 2. Kooperatif dan
diare terjadi dengan demonstrasikan partisipasi sangat
kriteria hasil : cara perawatan penting untuk
 Integritas perianal bila peningkatan dan
kulit utuh basah akibat pencegahan untuk
 Iritasi tidak diare atau mencegah terjadinya
terjadi kencing dengan disintegrasi kulit
 Kulit tidak mengeringkann yang tidak
hyperemia ya dan diharapkan.
atau iskemia mengganti

 Kebersihan pakaian bawah

perianal serta alasnya.


3. Kelembaban dan
terjaga dan 3. Menganjurkan
keasaman faeces
tetap bersih keluarga untuk
merupakan faktor
 Keluarga mengganti
pencetus timbulnya
dapat pakaian bawah
iritasi. Untuk itu
mendemonstr yang basah.
pengertian akan
asikan dan
mendorong keluarga
melaksanaka
untuk mengatasi
n perawatan
masalah tersebut.
perianal
dengan baik 4. Lindungi area 4. Mengurangi gesekan
dan benar perianal dari pada kulit yang dapat
iritasi dengan menimbulkan iritasi
pemberian
lotion.

5. Atur posisi 5. Posisi yang


klien selang 2-3 bergantian

Keperawatan Medikal Bedah 1 40


jam. berpengaruh pada
proses vaskularisasi
lancar dan
mengurangi
penekanan yang
lama, sehingga
mencegah ischemia
dan iritasi.
Gangguan Setelah 1. Identifikasi 1. Menentukan
tindakan mandiri
pola dilakukan faktor yang
dan kolaborasi yang
eliminasi tindakan mungkin me- tepat
BAB; diare perawatan nyebabkan
berhubungan selama … X 24 diare (bakteri,
dengan jam pasien tidak obat,
proses me-ngalami makanan,
inflamasi diare / diare selang
usus. berkurang, makanan, dll )
dengan criteria : 2. Ajari pasien
2. Agar obat bekerja
 Frekuensi bab menggunakan sesuai dengan fase
kerjanya
normal < 3 kali obat diare
/ hari dengan tepat
 Konsistensi (smekta
feses normal diberikan 1-2
(lunak dan jam setelah
berbentuk) minum obat
 Gerakan usus yang lain)
tidak me- 3. Anjurkan 3. Menganalisa tingkat
keparahan dan
ningkat (terjadi pasien /
kondisi diare yang
tiap 10 -30 keluarga untuk dialami pasien
detik) men-catat
warna,

Keperawatan Medikal Bedah 1 41


 Warna feses volume,
normal frekuensi, bau,
 Tidak ada konsistensi
lendir, darah feses.
 Tidak ada 4. Dorong klien 4. Membantu
pemasukan nutrisi
nyeri makan sedikit
untuk pasien
 Tidak ada tapi sering

diare (tambah secara

 Bau feses bertahap)

normal (tidak 5. Anjurkan klien


5. Membantu proses
amis, bau menghindari penyembuhan dan
melindungi organ
busuk) makanan yang
pencernaan
berbumbu dan
menghasilkan
gas.
6. Monitor tanda
6. Melihat
dan gejala perkembangan
penyakit diare
diare
7. Anjurkan klien 7. Menghubungi
petugas kesehatan
untuk
setiap hendak diare.
menghubungi
pe-tugas setiap
episode diare
8. Observasi 8. Untuk mengetahui
turgor kulit tingkat dehidrasi pada
klien.
secara teratur.

9. Monitor area 9. Untuk mengetahui


keadaan kulit di area
kulit di daerah perianal.
perianal dari
iritasi dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 42


ulserasi.
10. Penimbangan berat
10. Timbang Berat
badan harian yang
Badan secara tepat dapat
mendeteksi
teratur
kehilangan cairan.

11. Untuk mengetahui


11. Kolaborasi
keadaan usus setalah
dokter jika ada klien melakukan
pengobatan.
peningkatan
suara usus
12. Makanan yang
12. Anjurkan diet
rendah serat mampu
rendah serat mengurangi masalah
pencernaan pada usus
(untuk penderita
diare)

Cemas Setelah 1. Dorong 1. Membantu


berhubungan dilakukan keluarga klien mengidentifikasi
dengan tindakan untuk penyebab
ketidaktahua perawatan membicarakan kecemasan dan
n orang tua selama … X 24 kecemasan dan alternatif pemecahan
tentang jam, rasa cemas berikan umpan masalah
penyakit pasien teratasi balik tentang
anaknya. dengan kriteria mekanisme
hasil : koping yang
 klien dan tepat.
keluarga 2. Tekankan 2. Membantu
klien tidak bahwa menurunkan stres

Keperawatan Medikal Bedah 1 43


merasa kecemasan dengan mengetahui
cemas adalah masalah bahwa klien bukan
 klien dan yang umum satu-satunya orang
keluarga terjadi pada yang mengalami
klien orang tua klien masalah yang
mengerti cara yang anaknya demikian
mekanisme mengalami
koping yang masalah yang
tepat sama
3. Ciptakan 3. Mengurangi
lingkungan rangsang eksternal
yang tenang, yang dapat memicu
tunjukkan sikap peningkatan
ramah tamah kecemasan
dan tulus dalam
membantu
klien.
Kurang Setelah MANDIRI
pengetahuan dilakukan 1. Tentukan 1. Membuat
berhubungan tindakan persepsi pengetahuan
dengan perawatan pasien dasar dan
perawatan selama … X 24 tentang memberikan
anak. jam, rasa cemas proses kesadaran
pasien teratasi penyakit kebutuhan
dengan kriteria belajar individu.
hasil : 2. Kaji ulang 2. Factor
 Klienme proses pencetus/pembe
mahamip penyakit, ratindividu;
enjelasan penyebap/e sehingga
tentang fek kebutuhan
hubungan pasien untuk

Keperawatan Medikal Bedah 1 44


proses paktor yang waspada
penyakit menimbulk terhadap
dari an gejala makanan, cairan
gastroent dan dan factor pola
eritis dan mengidentif hidup dapat
fungsiob ikasi cara mencetuskan
atnya menurunka gejala.
 Klien n factor Pengetahuan
memaha pendukun. dasar yang
mipentin Dorong akurat memberi
gnyapeng pertanyaan. kesempatan
obatanun pasien membuat
tukpenya keputusan
kit yang informasi/piliha
dialamikl ntentang masa
ien. depan dan
 Klien kontrol penyakit
berpartisi kronis.
pasidala Meskipun
m kebanyakan
program pasien tahu
pengobat tentang proses
annya. penyakitnya
sendiri, mereka
dapet
mengalami
informasi yang
telah tertinggal
atau salah
konsep.

Keperawatan Medikal Bedah 1 45


3. Kaji ulang 3. Meningkatakan
obat, pemahaman dan
tujuan, dapat
frekuensi, meningkatkan
dosis, dan kerja sama
kemungkin dalam program.
anefek
samping
4. Steroid dapat
4. Ingatkan
digunakan untuk
pasien
mengontrol
untuk
imflasis dan
mengobser
mempengaruhi
vasi efek
remisi penyakit
samping
;namun obat
bila steroid
dapat
diberikan
menurunkan
dalam
ketahanan
jangka
terhadap infeksi
panjang
dan
,mis,
menyebapkan
ulkus,edem
retensi cairan.
amuka
,kelemahan
obat.
5. Menurunkan
5. Tekankan
penyebap
pentingnya
bakteri dan
perwatan
resiko iritasi
kulit, mis.,
kulit/kerusakan,
ulkus,
infeksi.
teknik cuci
tangan

Keperawatan Medikal Bedah 1 46


dengan baik
dan rawat
perineal
yang baik.
6. Anjurkan 6. Dapat
menghentik meningkatkan
an motilitas usus,
merokok. meningkatkan
gejala.
7. Penuhi 7. Klien dengan
kebutuhan inflamasi
evaluasi penyakit usus
jangka berisiko untuk
panjang kangker
evaluasi kolon/rektal dan
ulang evaluasi
periodic. diagnostic
teratur dapat
diperlukan.

8. Rujuk 8. Klien mendapat


kesumber keuntungan dari
komunitas pelayanan agen
yang tepat, ini dalam
mis.,perawa koping dengan
kesehatan penyakit kronis
Masyarakat dan evaluasi
, ahli diet, pengoban.
kelompok
pendukung,
dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 47


pelayanan
social.

Keperawatan Medikal Bedah 1 48


4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat disesuaikan dengan intervensi
yang telah dibuat oleh perawat sendiri.
No Diagnosa Implementasi Paraf
Keperawatan
1 Ketidak Mandiri
seimbangan
7. Memantau tanda dan gejala
cairan dan
elektrolit kekurangan cairan (dehidrasi).
8. Memantau intake dan out put.
9. Menimbang BB setiap hari.
10. Penatalaksanaan rehidrasi :
c. Menganjurkan keluarga
bersama klien untuk
meminum yang banyak
(LGG, oralit atau pedyalit 10
cc/kr BB/ mencret).
d. Memberikan cairan parenteral
(IV line) sesuai dengan umur
dan penyulit (penyakit
penyerta).
Kolaborasi
11. Memeriksaan serum elektrolit
(Na, K, dan Ca serta BUN).

12. Obat-obatan (antisekresi,


antispasmolitik dan antibiotik)
2 Perubahan Mandiri
nutrisi kurang 1. Mendiskusikan dan jelaskan
dari
tentang pembatasan diet
kebutuhan
tubuh (makanan yang berserat
tinggi, berlemak dan air

Keperawatan Medikal Bedah 1 49


panas atau dingin).
2. Menimbang BB setiap hari.
3. Menciptakan lingkungan
yang menyenangkan selama
waktu makan dan bantu
sesuai dengan kebutuhan.
4. Mendiskusikan dan jelaskan
tentang pentingnya makanan
yang sesuai dengan kesehatan
dan peningkatan daya tahan
tubuh.
Kolaborasi
5. Dietetik
a. Anak, 1 tahun / > 1
tahun dengan BB < 7
kg diberi susu (ASI
atau formula rendah
laktosa), makan
setengah
padat/makanan padat.
b. Umur > 1 tahun
dengan BB > 7 kg
diberi makan susu/cair
dan padat
6. Melakukan rehidrasi
Parenteral (IV line).
7. Mensupportif (pemberian
vitamin A).
3 Gangguan Mandiri
rasa nyaman 1. Mendorong klien untuk
nyeri.
melaporkan nyeri.

Keperawatan Medikal Bedah 1 50


2. Menkaji laporan kram
abdomen atau nyeri, catat
lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0 - 10). Sedikit dan
laporkan perubahan
karakteristik nyeri.
3. Mencatat petunjuk non-
verbal, mis., gelisah, menolak
untuk bergerak, berhati-hati
dengan abdomen, menarik
diri, dan depresi. Selidiki
perbedaan petunjuk verbal
dan non-verbal.
4. Menkaji ulang faktor-faktor
yang meningkatkan atau
menghilangkan nyeri.
5. Mengizinkan pasien untuk
memulai posisi yang nyaman
mis., lutut flaksi.
6. Memberikan tindakan
nyaman (mis., pijatan
punggung, ubah posisi) dan
aktivitas senggang.
7. Menbersihkan area rektal
dengan sabun ringan dan
air/lap setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit, mis.,
salep A & D, salep sween,
jell karaya, desitin, jeli
minyak.
8. Memberikan rendam duduk

Keperawatan Medikal Bedah 1 51


dengan tepat.
9. Mengobservasi adanya
isiorektal dan fistula perianal.
10. Mengobservasi/catat distensi
abdomen, penigkatan suhu,
penurunan TD.
Kolaborasi
11. Melakukan modifikasi diet
sesuai resep, mis.,
memberikan cairan dan
meningkatkan makanan padat
sesuai toleransi.
12. Memberikan obat sesuai
indikasi:
a. Analgesik
b. Antikolinergik
c. Anodin supositoria
13. Membantu dengan mandi
duduk (rendam) sesuai
indikasi.
4 Resiko 1. Membersihkan lingkungan
infeksi pada
setelah dipakai klien lain
orang lain
2. Menginstruksikan
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
3. Mengunakan sabun anti
mikroba untuk cuci tangan
4. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan

Keperawatan Medikal Bedah 1 52


5. Mengunakan universal
precaution dan gunakan
sarung tangan selama kontak
dengan kulit yang tidak utuh
6. Memberikan terapi antibiotik
bila perlu
7. Mengobservasi dan laporkan
tanda dan gejala infeksi
seperti kemerahan, panas,
nyeri, tumor
8. Mengkaji temperatur tiap 4
jam
9. Mencatat dan laporkan hasil
laboratorium, WBC
10. Menkaji warna kulit, turgor
dan tekstur, cuci kulit dengan
hati-hati
11. Mengajarkan keluarga
bagaimana mencegah infeksi
5 Resiko shock 1. Menkaji dan catat status
hipovolemik
perfusi perifer. Laporkan
temuan bermakna :
ekstremitas dingin dan pucat,
penurunan amplitude nadi,
pengisian kapiler lambat.
2. Memantau tekanan darah
pada interval sering ;
waspadai pada pembacaan
lebih dari 20 mmHg di bawah
rentang normal klien atau
indicator lain dari hipotensi :

Keperawatan Medikal Bedah 1 53


pusing, perubahan mental,
keluaran urin menurun.
3. Bila hipotensi terjadi,
Menempatkan klien pada
posisi telentang untuk
meningkatkan aliran balik
vena. Ingat bahwa tekanan
darah > atau = 80/60 mmHg
untuk perfusi koroner dan
arteri ginjal yang adekuat.
4. Memantau CVp (bila jalur
dipasang) untuk menentukan
keadekuatan aliran balik vena
dan volume darah; 5-10 cm
H2O biasanya dianggap
rentang yang adekuat. Nilai
mendekati 0 menunjukkan
hipovolemia, khususnya bila
terkait dengan keluaran urin
menurun, vasokonstriksi, dan
peningkatan frekuensi jantung
yang ditemukan pada
hipovolemia.
5. Mengobservasi terhadap
indicator perfusi serebral
menurun : gelisah, konfusi,
penurunan tingkat kesadaran.
Bila indicator positif terjadi,
lindungi klien dari cidera
dengan meninggikan
pengaman tempat tidur dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 54


menempatkan tempat tidur
pada posisi paling rendah.
Reorientasikan klien sesuai
indikasi.
6. Memantau terhadap indicator
perfusi arteri koroner
menurun : nyeri dada,
frekuensi jantung tidak
teratur.
7. Memberikan cairan sesuai
program untuk meningkatkan
volume vaskuler. Jenis dan
jumlah cairan tergantung pada
jenis syok dan situasi klinis
klien : RL, Asering
8. Menyiiapkan untuk
pemindahan klien ke
ICU/PICU
6 Resiko injuri 1. Mendiskusikan dan jelaskan
kulit (area
pentingnya menjaga
perianal)
kebersihan di tempat tidur.
2. Melibatkan dan
demonstrasikan cara
perawatan perianal bila basah
akibat diare atau kencing
dengan mengeringkannya dan
mengganti pakaian bawah
serta alasnya.
3. Menganjurkan keluarga untuk
mengganti pakaian bawah
yang basah.

Keperawatan Medikal Bedah 1 55


4. Melindungi area perianal dari
iritasi dengan pemberian
lotion.

5. Mengatur posisi klien selang


2-3 jam.
7 Gangguan 1. Mengidentifikasi faktor yang
pola
mungkin me-nyebabkan diare
eliminasi
BAB (bakteri, obat, makanan,
selang makanan, dll )
2. Mengajari pasien
menggunakan obat diare
dengan tepat (smekta
diberikan 1-2 jam setelah
minum obat yang lain)
3. Menganjurkan pasien /
keluarga untuk men-catat
warna, volume, frekuensi,
bau, konsistensi feses.
4. Mendorong klien makan
sedikit tapi sering (tambah
secara bertahap)
5. Menganjurkan klien
menghindari makanan yang
berbumbu dan menghasilkan
gas.
6. Memonitoring tanda dan
gejala diare
7. Menganjurkan klien untuk
menghubungi petugas setiap

Keperawatan Medikal Bedah 1 56


episode diare
8. Mengobservasi turgor kulit
secara teratur
9. Memonitoring area kulit di
daerah perianal dari iritasi
dan ulserasi.
10. Menimbang Berat Badan
secara teratur
11. Mengkolaborasikan dengan
dokter jika ada peningkatan
suara usus
12. Menganjurkan diet rendah
serat
8 Cemas 1. Mendorong keluarga klien
berhubungan
untuk membicarakan
dengan
ketidaktahuan kecemasan dan berikan
orang tua
umpan balik tentang
tentang
penyakit mekanisme koping yang
anaknya.
tepat.
2. Menekankan bahwa
kecemasan adalah masalah
yang umum terjadi pada
orang tua klien yang anaknya
mengalami masalah yang
sama
3. Menciptakan lingkungan
yang tenang, tunjukkan sikap
ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
9 Kurang MANDIRI
pengetahuan 1. Menentukan persepsi pasien

Keperawatan Medikal Bedah 1 57


berhubungan tentang proses penyakit
dengan
2. Menkaji ulang proses
perawatan
anak. penyakit, penyebap/efek
hubungan paktor yang
menimbulkan gejala dan
mengidentifikasi cara
menurunkan factor pendukun.
Dorong pertanyaan.
3. Mengkaji ulang obat, tujuan,
frekuensi, dosis, dan
kemungkinanefek samping
4. Mengingatkan pasien untuk
mengobservasi efek samping
bila steroid diberikan dalam
jangka panjang ,mis, ulkus,
edemamuka ,kelemahanobat.
5. Menekankan pentingnya
perwatan kulit, mis., ulkus,
teknik cuci tangan dengan
baik dan rawat perineal yang
baik.
6. Menganjurkan menghentikan
merokok.
7. Memenuhi kebutuhan
evaluasi jangka panjang
evaluasi ulang periodic.
8. Merujuk kesumber komunitas
yang tepat,
mis.,perawakesehatan
Masyarakat, ahli diet,
kelompok pendukung, dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 58


pelayanan social.

Keperawatan Medikal Bedah 1 59


5. Evaluasi
Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Ketidak S :Klien mengatakan bahwa saat buang air besar
seimbangan
bentuknya sudah tidak encer lagi (lembek/liat) dan
cairan dan
elektrolit buang air besar 1 kali dalamsehari.
O : Turgor kulit klien bagus, mukosa bibir klien
tidak kering, hasil pemeriksaan laboratorium
serum elektrolit dalam batas normal dan BGA
dalam batas normal.
A : Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan.
Perubahan S :Klien mengatakan nafsu makannya sudah lebih
nutrisi kurang
baik dari saat keadaan sakit.
dari
kebutuhan O :Klien sudah tidak lemas, Berat Badanklien
tubuh
normal sesuai usianya, dan hasil pemeriksaan
laboratorium protein dalam batas normal yaitu 3 –
5 mg.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
Gangguan S :Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah
rasa
hilang, nilai skala nyerinya dari 3 menjadi 0.
nyamannyeri.
O :Klien tidak meringis kesakitan.
A :Masalah teratasi.
P :Intervensi dihentikan.
Resiko S :Klien dan keluarga klien memahami tata cara
infeksi pada
mencegah infeksi.
orang lain.
O :Pengunjung terlihat selalu mencuci tangan saat
sebelum dan sesudah berkunjung.
A :Masalah teratasi.
P :Intervensi dihentikan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 60


Resiko syok S :Klien mengatakan sudah tidak merasa haus
hipovolemik
yang berlebihan.
O : Tekanan darah klien normal, frekuensi jantung
teratur, turgor kulit normal, membrane mukosa
bibir tidak kering, tidak ada demam dan kelopak
mata tidak cekung.
A : Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan.
Resiko injuri S :Klien mengatakan tidak terjadi iritasi pada
kulit
kulitnya.
O :Integritas kulit klien utuh, tidak ada iskemia
pada kulit, kelurga klien terlihat mampu
mendemonstrasikan dan melaksanakan perawatan
parineal dengan baik sehingga tampak tetapbersih.
A :Masalah teratasi.
I :Intervensi dihentikan.
Gangguan S :Klien mengatakan buang air besar 1 – 2 kali
eliminas
dalam sehari dan tidak merasakan nyeri saat buang
air besar.
O :Konsistensi BAB klien normal (lembek),
gerakan usus tidak meningkat (terjaditiap 10-30
detik), warna fases normal, tidak ada lender atau
darah, dan bau fases normal (tidak amis/bau
busuk).
A :Masalah teratasi.
P :Intervensi dihentikan.
Cemas S : Keluarga klien mengatakan sudah tidak merasa
berhubungan cemas lagi karena semakin merasa cemas itu bisa
dengan memperburuk keadaan.
ketidaktahua O : Keluarga klien tarlihat tenang dan selalu
n orang tua menjaga lingkungan tetap tenang dan nyaman
tentang untuk klien.
penyakit A : Masalah teratasi

Keperawatan Medikal Bedah 1 61


anaknya. P : Intervensi dihentikan
Kekurangan S :Klien memahami penjelasan tentang proses
pengetahuan
penyakit dari gastroenteritis, fungsi obatnya dan
memahami pentingnya pengobatan untuk penyakit
yang dialami klien.
O :Klien tampak berpartisipasi dalam program
pengobatannya.
A :Masalah teratasi.
P :Intervensi dihentika.

Keperawatan Medikal Bedah 1 62


C. Checklist Kumbah Lambung

Nama : ……………………………………
NIM : …………………………………….
ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
Definisi :
 Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan
cara memasukkan dan mengeluarkan air ke/dari lambung
dengan menggunakan NGT (Naso Gastric Tube)
 Kumbah lambung merupakan metode alternative yang
umum pengosongan lambung, dimana cairan dimasukkan
ke dalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik
dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam
upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung
toksik

Tujuan :
 Membuang racun yang tidak terabsorpsi setelah racun
masuk saluran pencernaan
 Mendiagnosa perdarahan lambung
 Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
 Membuang cairan atau partikel dari lambung

Indikasi :
 Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
 Persiapan operasi lambung
 Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
 Tidak ada reflex muntah
 Gagal dengan terapi emesis
 Pasien dalam keadaan sadar

Keperawatan Medikal Bedah 1 63


Kontra Indikasi :
 Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam
penatalaksaan pasien dengan keracunan. Kumbah lambung
dilakukan ketika pasien menelan substansi toksik yang
dapat mengancam nyawa, dan prosedur dilakukan selama
60 menit setelah tertelan.
 Pasien kejang
 Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam
duodenum selain mengeluarkan tablet tersebut
 Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan
toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal). Kumbah lambung tidak dilakukan untuk
bahan toksik hidrokarbon (resiko aspirasi), misalnya :
camphor, hidrokarbon, halogen, hidrokarbon aromatic,
pestisida
 Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang
menelan benda asing yang tajam dan besar
 Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak
sadar) membutuhkan intubasi sebelum kumbah lambung
untuk mencegah inspirasi.
Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien :
 Memperkenalkan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah prosedur yang akan di lakukan
2. Persiapan alat dan bahan :
 Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan
ukuran yang dibutuhkan
 Ukuran NGT :

Keperawatan Medikal Bedah 1 64


a. No. 14-20 untuk ukuran dewasa
b. No. 8-16 untuk anak-anak
c. No. 5-7 untuk bayi
 2 buah baskom
 Perlak dan handuk sebagai pengalas
 Stetoskop
 Spuit 10 cc
 Plester
 Piala ginjal dan kom penampung
 Air hangat 1 sampai 2 liter
 Kassa/tissue
 Jelly
 Susu hangat
Tahap pre interaksi
1. Membaca status pasien
2. Mempersiapkan diri
3. Siapkan alat-alat
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Perawat memakai skort
3. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
4. NGT diukur dari epigastrium sampai pertengahan dahi

Keperawatan Medikal Bedah 1 65


kemudian diberi tanda
5. Ujung atas NGT diolesi jelly, bagian ujung bawah diklem.
6. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien
sambil disuruh menelannya (bila pasien sadar).
7. Periksa apakah NGT betul-betul masuk lambung dengan
cara :
a. Masukkan ujung NGT kedalam baskom yang berisi
air, jika tidak ada gelembung maka NGT sudah masuk
ke dalam lambung
b. Masukkan udara dengan spuit 10 cc dan di dengarkan
pada daerah lambung dengan menggunakan stetoskop.
Setelah yakin pasang plester pada hidung untuk
memfiksasi NGT
8. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan bantal posisi
miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah selanjutnya
klem dibuka.
9. Corong dipasang diujung bawah NGT, air/susu dituangkan
ke dalam corong jumlah cairan sesuai kebutuhan. Cairan
yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam
baskom.
10. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air
yang keluar dari lambung sudah jernih.
11. Jika air yang keluar sudah jernih. Selang NGT dicabut
secara pelan-pelan dan diletakkan dalam baki.
12. Setelah selesai pasien dirapikan, mulut dan sekitarnya
dibersihkan dengan tissue. Jelaskan pada pasien bahwa
prosedur yang dilakukan telah selesai.
13. Alat-alat dikemas dan dibersihkan.
14. Perawat mencuci tangan.
15. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada status
pasien.

Keperawatan Medikal Bedah 1 66


Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

Keperawatan Medikal Bedah 1 67


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan teori yang sudah tuliskan, dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83). Yang mampu
menyebabkan kekurangan volume cairan pada penderita gastroenteritis yang
ditandai dengan pengeluaran feses yang berlebihan dalam bentuk cair dan
frekuensinya melebihi 3 kali dalam sehari.
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit(
jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan
diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium dan
kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat juga terjadi
cairan atau dehidrasi ( Setiati, 2009).
Terapi yang tepat untuk penyakit ini adalah terapi yang diberikan oleh
dokter seperti obat-obatan, terapi yang diberikan oleh perawat seperti
menghitung cairan dan elektrolit yang dibutuhkan oleh klien dan memenuhi
kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual selama klien ada di rumah sakit, dan
terapi dari ahli gizi untuk mengatur diet yang diperbolehkan untuk klien
dengan penyakit gastroenteritis.

B. Saran
Kami memahami makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu pembaca bisa memberi saran dan kritik kepada kami untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.

Keperawatan Medikal Bedah 1 68

Anda mungkin juga menyukai