Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Universal precaution merupakan upaya untuk mmproteksi diri dan orang lain
terhadap resiko keselamatan dan keamanan baik yang terjadi arena faktor fisiologis
maupun karena kelalaian. Ada standar pencegahan yang menggambarkan universal
precaution sebagai petunjuk keselamatan dan keamanan petugas kesehatan yang
dikeluarkan oleh Centers for Disease Control (CDC). Misalnya, adanya petunjuk
proteksi dan pencegahan penularan berbagai infeksi khususnya HIV, tuberkulosis
paru (TBC), dan hepatitis.
Perawat harus dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan
menjadi ancaman keamanan dan keselamatan, baik bagi dirinya, pasien, dan orang-
orang yang berhubungan dengan pasien. Pasien bisa saja mengalami infeksi sekunder
akibat kontak dengan pasien lain, pengunjung, petugas kesehatan, ataupun karena
penggunaan alat kesehatan yang tidak steril. Demikian juga keluarga atau
pengunjung, perawat, dan petugas kesehatan lainnya dapat tertular penyakit oleh
pasien.
Masalah yang paling sering menjadi perhatian serius dari perawatan pasien di
rumah sakit adalah masalah resiko infeksi (infeksi nosokomial). Berbagai upaya
dilakukan untuk menekan angka kejadian infeksi nosokomial, misalnya dengan
perubahan perilaku pemberi pelayanan kesehatan dan sikap pasien atau keluarga.
Perawat bertanggung jawab terhadap proteksi pasien dan dirinya sendiri dalam
mengontrol infeksi. Perawat dan pasien harus mengetahui bagaimana tipe infeksi,
model penyebaran, sumber infeksi, dan bagaimana pencegahan resiko infeksi
(Tarwoto, Wartonah, 2015).
Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi,
perawat dan pasien dapat mengontrol atau meminimalisir adanya resiko infeksi.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infeksi?
2. Apa saja jenis-jenis infeksi?
3. Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial?
4. Bagaimana rantai proses terjadinya infeksi?
5. Bagaimana cara penularan mikroorganisme?
6. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses infeksi?
7. Apa saja faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi?
8. Apa saja tanda-tanda infeksi?
9. Bagaimana tahapan proses terjadinya infeksi?
10. Apa saja pedoman pencegahan infeksi?
11. Bagaimana tindakan pengendalian infeksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis infeksi.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial.
4. Untuk mengetahui rantai proses terjadinya infeksi.
5. Untuk mengetahui cara penularan mikroorganisme.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi proses infeksi.
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi.
8. Untuk mengetahui tanda-tanda adanya infeksi.
9. Untuk mengetahui tahapan proses terjadinya infeksi.
10. Untuk mengetahui pedoman pencegahan infeksi.
11. Untuk mengetahui tindakan pengendalian infeksi.

D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mencegah dan mengendalikan atau meminimalisir
terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial pada klien.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman patogen atau
mikroorganisme lain ke dalam tubuh atau ke tubuh sehingga menimbulkan gejala
tertentu. Apabila pada suatu jaringan terdapat jejas akibat trauma, bakteri, panas,
ataupun bahan kimia, pada jaringan tersebut akan terjadi perubahan sekunder
yang disebut peradangan. Kondisi ini ditandai dengan vasodilatasi pembuluh
darah lokal, peningkatan permeabilitas kapiler, pembekuan cairan dalam ruang
interstisial, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan
pembengkakan sel (Mubarak, Chayatin, 2007).

B. Jenis Infeksi
Berdasarkan jenisnya infeksi dapat dikelompokkan menjadi infeksi lokal,
infeksi sistemik, infeksi oportunistik, infeksi nosokomial, infeksi akut, infeksi
kronis, dan infeksi sekunder (Tarwoto, Wartonah, 2015).
a. Infeksi lokal, yaitu infeksi ynag terjadi pada lokasi tertentu, areanya terbatas,
dan general atau tidak sistemik. Misalnya infeksi pada luka operasi, infeksi
akibat pemasangan, kateter, dan infus. Infeksi lokal ditandai adanya nyeri,
kemerahan, bengkak, adanya pus, pembesaran kelenjar limfe, dan
leukositosis.
b. Infeksi sistemik atau global, yaitu infeksi bersifat menyeluruh atau sistemik
yang dapat menyebar satu atau lebih organ tubuh. Infeksi sistemik yang berat
disebut sepsis yang ditandai adanya demam (suhu tubuh lebih dari 38° C) atau
suhu yang rendah (kurang dari 36° C), pernapasan lebih dari 20 kali/menit
atau PaCO2 kurang dari 32 mmHg dan jumlah leukosit lebih dari 12.000
sel/mm³.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 3


c. Infeksi oportunitis, merupakan infeksi yang disebabkan karena penurunan
daya tahan tubuh. Misalnya, infeksi jamur pada mulut, infeksi saluran
pencernaan, dan pneumonia pneumositis carinii pada pasien dengan AIDS.
d. Infeksi akut, yaitu infeksi yang terjadi secara mendadak dan cepat, misalnya
pada apendisitis.
e. Infeksi kronis, yaitu infeksi yang terjadi dalam jangka yang lama dan
membutuhkan pengobatan yang lama, seperti penyakit bronkhitis, apendisitis
kronis.
f. Infeksi sekunder, merupakan infeksi yang terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi awal atau pertama seperti infeksi sekunder pada luka bakar (Tarwoto,
Wartonah, 2015).

C. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam
sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lainnya (Hidayat, 2009).

Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:

a. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi


kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat
kesehatan lainnya.
b. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui
kontak langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar
ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang didapat dari dalam
rumah sakit ke luar rumah sakit.
d. Sumber lain. Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah
sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit,

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 4


atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas
kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya (Hidayat, 2009).

D. Rantai Proses Infeksi


Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam
tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut
melibatkan beberapa unsur, di antaranya :
a. Reservoir, merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
b. Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat
penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan,
kulit, dan lain-lain.
c. Inang (host), merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang
dapat didukung oleh ketahanan kuman.
d. Jalan keluar, merupakan tempat keluar mikroorgsnisme dari reservoir, seperti
sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain.
e. Jalur penyebaran, merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikrooganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain
(Hidayat, 2009).

E. Cara Penularan Mikroorganisme


Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia
maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
a. Kontak tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui
sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda
yang terkontaminasi kuman.
b. Makanan dan minuman. Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis,
penyakit infeksi cacing, dan lain-lain.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 5


c. Serangga. Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah
penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan
beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan oleh lalat.
e. Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada
penyebaran penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkulosis)
atau sejenisnya (Hidayat, 2009).

F. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Proses Infeksi


Faktor-faktor yang memengaruhi proses infeksi adalah:
a. Sumber penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi
berjalan cepat atau lambat.
b. Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah
mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan
virulensinya.
c. Cara membebaskan sumber dari kuman. Cara membebaskan kuman dapat
menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti
tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
d. Cara penularan. Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan
atau udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
e. Cara masuknya kuman. Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari
sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan, kulit, dan lain-lain.
f. Daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses
infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya,
daya tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi (Hidayat, 2009).

G. Faktor yang Meningkatkan Kerentanan terhadap Infeksi


Salah satu faktor yang paling memengaruhi proses timbunya infeksi adalah
hospes yang rentan. Kerentanan hospes sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu :

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 6


a. Usia. Bayi baru lahir dan lansia memiliki pertahanan tubuh rendah terhadap
infeksi. Bayi baru lahir memilki sistem imun yang imatur dan hanya
dilindungi oleh immunoglobulin pasif (IgG) yang diperoleh dari ibu pada 2-3
bulan pertama kehidupannya. Sedangkan lansia mengalami pelemahan system
imun akibat proses penuaan.
b. Hereditas. Pada sebagian orang, faktor hereditas berpengaruh terhadap
perkembangan infeksi. Kelainan bawaan berupa rendahnya immunoglobulin
serum menyebabkan seseorang rentan terhadap jenis infeksi tertentu.
c. Status imunisasi. Lengkap tidaknya status imunisasi seseorang berpengaruh
terhadap perkembangan infeksi.
d. Terapi yang dijalani. Sejumlah terapi medis dapat menyebabkan infeksi pada
pasien. Sebagai contoh, terapi radiasi atau kemoterapi tidak hanya bekerja
menghancurkan sel kanker, tetapi juga sel yang normal. Akibatnya individu
semakin rentan terhadap infeksi.
e. Status nutrisi. Kekebalan tubuh terhadap infeksi bergantung pada status
nutrisi yang baik. Karena antibodi merupakan protein, maka status nutrisi
yang buruk dapat mengganggu kemampuan tubuh menyintesis antibodi.
f. Kelelahan. Kondisi lelah dapat menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya,
individu akan semakin rentan terhadap infeksi.
g. Stres. Kondisi stres menyebabkan peningkatan kadar kortison dalam darah.
Peningkatan kortison dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan
respons anti-inflamasi, kelelahan, dan penurunan daya tahan tubuh (Mubarak,
Chayatin, 2007).

H. Tanda-Tanda Infeksi
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respons klien, baik lokal
maupun sistemik. Tanda infeksi lokal meliputi:
a. Rubor atau kemerahan, biasanya merupakan tanda yang pertama terlihat
pada daerah yang mengalami infeksi.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 7


b. Kalor atau panas merupakan sifat dari reaksi infeksi yang hanya terjadi
pada permukaan tubuh.
c. Dolor atau rasa sakit/nyeri, ini terjadi akibat perubahan pH lokal atau
konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung
saraf.
d. Tumor atau bengkak disebabkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
e. Fungsio laesa atau perubahan fungsi/keterbatasan anggota gerak
(Mubarak, Chayatin, 2007).
Sedangkan tanda infeksi sistemik meliputi:
a. Demam,
b. Malaise,
c. Anoreksia,
d. Mual,
e. Muntah,
f. Sakit kepala, dan
g. Diare (Mubarak, Chayatin, 2007).

I. Tahapan Proses Infeksi


Di dalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu, yaitu:
a. Periode Inkubasi
Periode sejak masuknya kuman ke dalam tubuh sampai dengan munculnya
gejala. Lamanya waktu yang dibutuhkan sampai gejala muncul bervariasi,
bergantung pada penyakitnya
b. Periode Prodromal
Periode sejak munculnya gejala umum sampai munculnya gejala spesifik.
Pada masa ini, individu sangat infeksius, yaitu mudah menularkan atau
menyebarkan kuman kepada orang lain.
c. Periode Sakit
Pada periode ini, ejala spesifik terus berkembang dan menimbulkan

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 8


manifestasi pada organ yang terinfeksi dan seluruh tubuh. Lamanya waktu
yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi individu dan patogenitas kuman.
d. Periode Konvalensi
Periode ini berlangsung sejak menurunnya gejala sampai individu kembali
sehat. Lamanya waktu yang dibutuhkan bergantung pada jenis penyakit dan
kondisi individu (Mubarak, Chayatin, 2007).

J. Pedoman Pencegahan Infeksi


Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau
dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara
mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini
dapat berupa fisik, mekanik, ataupun kimia, meliputi:
a. Pencucian tangan.
b. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan
tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat
kesehatan/alat tenun bekas pakai).
c. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
d. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi
tingkat tinggi, atau sterilisasi).
e. Pembuangan sampah (Hidayat, 2009).

K. Tindakan Pencegahan Infeksi


Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Aseptik
yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada
permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 9


b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
c. Dekontaminasi, yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan
medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,
alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
d. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran .
e. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati.
f. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi
dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan ini
dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri
endospora (Hidayat, 2009).

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 10


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera
yang serius terhadap sel atau jaringan.
 Tindakan pengendalian infeksi yang dapat dilakukan yaitu, aseptik, antiseptik,
dekontaminasi, pencucian, desinfeksi, dan sterilisasi.
B. Saran
 Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
 Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
 Tangani dengan benar limbah rumah sakit.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 11


DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, Wartonah.2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Jakarta:


Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :


Teori & Aplikasi dalam Praktik.Jakarta: EGC.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 12

Anda mungkin juga menyukai