Anda di halaman 1dari 4

B.

Sejarah Kelahiran Sosiologi Komunikasi

Asal mula kajian komunikasi di dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx. Karl
Marx merupakan salah satu pendiri sosiologi yang beraliran Jerman. Sementara Claude Henri Saint-
Simon, August Comte dan Emile Durkheim merupakan ahli sosiologi yang beraliran Perancis.

Gagasan awal Karl Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel memiliki
pengaruh yang kuat terhadap Karl Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi seorang idealisme justru
berasal dari pemikiran-pemikiran Hegel tentang idealisme. Karl marx tua kemudian menjadi seorang
materialisme.

Menurut Ritzer (Burhan Bungin, 18:20090, pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan
pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika
merupakan suatu cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan
pada cara berpikir yang lebih dinamis tentang arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan
kontradiksi. Pada sisi lain, dialektika adalah pandangan tentang dunia bukan tersusun dari struktur yang
statis, tetapi terdiri dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi.

Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental
daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme menegaskan bahwa hanya
konstruksi pikiran dan psikologi yang ada, idealisme adalah suatu proses yang kekal dalam kehidupan
manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan
fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme merupakan sebuah produk berpikir yang menekankan tidak saja
pada proses mental, namun juga gagasan-gagasan yang dihasilkan dari proses mental itu.

Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas sendiri


menamakan gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialism historis. Habermas bertolak dari
pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies makhluk dan aktivitas yang berperasaan. Habermas
mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda, yaitu
kerja dan interaksi. Antara kerja dan interaksi sosial, Marx hanya membahas kerja saja dan mengabaikan
interaksi sosial. Ritzer (Burhan Bungin,18:2009) mengutip bahwa Habermas berkata: “ ia hanya
mengambil perbedaan antara kerja dengan interaksi sosial sebagai titik awalnya”. Pada sepanjang
tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan
rasional purposive dan tindakan komunikatif (interaksi). Dalam The Theory of Communication
Action pun ia menyebut tindakan komunkatif ini sebagai bagian dari dasar-dasar ilmu sosial dan teori
komunikasi.

Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu-ilmu sosial dan
mulai menata ulang teori ktitik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari perkembangan initermuat
dalam kumpulan studi yang ditulis bersama Niklas Lukhmann, yakni Theori der Gesellchaft der
Sozialtechnologie (1971); Legitimations problem des Historischen Materialismus (1976); dan berbagai
kumpulan esai.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai the first
philosopher of communication itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan
bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan
materi, serta subjek dan objek. Gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan
ide harus tersampaikan dan memberikan kontribusi pada tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk
tindakan dan perilaku di lapangan.

Penjelasan tersebut juga menegaskan bahwa sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur.
Pemikiran Comte, Durkheim, Parsons dan Merton, merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi
kelahiran teori-teori komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Sementara sumbangan-
sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi kelahiran teori-
teori kritis dalam kajian komunikasi.

Sejak awal, sosiologi telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
interaksi sosial antara seseorang dan orang lain. Hal yang disebut oleh Comte sebagai “social dynamic”,
“kesadaran kolektif” oleh Durkheim , “interkasi sosial” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan
“teori komunikasi” oleh Habermas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi.

Selain yang disumbangkan oleh Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi,
sumbangan dari perspektif structural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh talcot Parsons
dengan teori sistem tindakan maupun dengan skema AGIL, serta kajian Robert K. Merton tentang
struktur-struktur fungsional, struktur sosial dan anomie merupakan sumbangan-sumbangan yang sangat
pentingterhadap lahirnya teori-teori komunikasi.

Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi
mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan kajian tersebut. Narwoko dan
Suyanto (Burhan Bungin, 20:2009) mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial mengisyaratkan
adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial terjadi bukan semata-mata tergantung tindakan, tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan
terhadap tindakan tersebut. Sementara aspek penting dari komunikasi adalah bila seseprang
memberikan tafsiran kepada sesuatu atau pada kelakuan orang. Dalam komunikasi, persoalan makna
juga menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan0 karena
makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan ditentukan
oleh konteks sosial ketika informasi disebar dan diterima.
C. Konseptualisasi dan Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi

Interaksi sosial dalam berkelompok dan bermasyarakat, yang oleh Habermas disebut sebagai tindakan
komunikasi, tidak lain merupakan persepektif sosiologi. Perspektif itu pula yang menjadi objek
pengamatan sosiologi komunikasi. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat dalam masyarakat adalah
komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, maka konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi
komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community, communication dan telematika. Konsep-
konsep tersebut yang kemudian melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga
melahirkan studi-studi interelasi sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi sosiologi komunikasi.

1) Sosiologi

Kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yang berarti bercocok tanam atau bertanam,
kemudian berkembang menjadi socius (Bahasa Latin) yang berarti teman atau kawan. Selanjutnya
berkembang lagi menjadi kata social yang berarti berteman, bersama atau berserikat.

Hasan Shadily (Burhan Bungin,27:2009), secara khusus kata sosial maksudnya adalah kata sosial
secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia
dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam
kehidupan bersama. Pengertian ini juga mengandung makna bahwa Sosiologi adalah ilmu masyarakat
atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya
(tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan
adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya,

Pitirim Sorokin (Soekanto,1:9200) mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:

Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala
ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan
politik).

Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya
gejala geografis dan biologis).
Roucek dan Warren (Soekanto,19:2003) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff
(Soekanto,19:2003) berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi
sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.

Selo Soermadjan dan Soelaman seomardi (Soekanto,20;2003) mengatakan bahwa, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sturktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah
sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, seperti pengaruh
hubungan timbal balik antara segi kehidupan hukum dengan kehidupan ekonomi. Salah satu proses
sosial yang bersifat tersendiri adalah dalam perubahan-perubahan di struktur sosial. Pembentukan
struktur sosial, terjadinya proses sosial dan perubahan-perubahan sosial tidak lepas dari adanya aktivitas
interaksi sosial yang menjadi salah satu ruang lingkup sosiologi. Berdasarkan berbagai pengertian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
timbal balik antar manusia, struktur sosial dan proses-proses sosial.

2) Community (Masyarakat)

Menurut Ralph linton (Soekanto:24:2003), masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Selo
Soemardjan (Soekanto,24:2003) menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.

Sementara menurut Mac Iver dan Page,masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata
cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan
tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah disebut masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu
berubah(http://dechyku.wordpress.com/2010/12/12/definisimasyarakat).

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan
manusia yang hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau
kumpulan manusia tersebut. Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak
mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia tersebut
hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara manusia, kemudian melahirkan keinginan,
kepentingan, perasaan, kesan dan penilaian. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat
tersebut. Dalam system hidup tersebut, maka muncul budaya yang mengikat antara satu manusia
dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai