Anda di halaman 1dari 10

Tugas

AMDAL PERTAMBANGAN
(Pembersihan Lahan pada Penambangan Batubara Dekat Sungai)

OLEH :

AYU BUDI ARTI


R1D1 15 021

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
A. Deskripsi Kegiatan Pembersihan Lahan Pada Penambangan
Batubara(Dekat Sungai)
Pembersihan semak-semak atau pepohonan yang berukuran besar pada suatu
daerah tambang merupakan langkah awal yang di lakukan dalam pembersihan lahan
untuk daerah tambang. Terkhususnya pada daerah sungai yaitu biasanya terdapat
pepohonan yang besar di samping sungai, pembersihan ini biasa di lakukan dengan
pengoperasian fasilitas pendukung seperti bulldozer ripper dengan menggunakan
bantuan mesin pemotong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih
besar dari 30 cm.
B. Dampak Potensial
a. Perubahan iklim mikro
Kegiatan pembersihan lahan inni akan meningkatkan temperature udara,
menurunkan kelembabpan udara dan peningkatan kecepatan angin pada
lokasi tersebut,. Lahan yang akan menyebabkan refleksi panass dari tanah ke
udara sehingga akan meningkatkan suhu udara dari lokasi penambangan.
b. Penurunan kualitass udara
Kegiatan pembersihan lahan serta kegiatan pembangunan pabrik dan fasilitas
pendukungnya, akan menimbulkan dampak pada penurunan kualitas udara.
Penuruna kualitas udara ini di sebabkan oleh peningkatan gas-gas pencemar
dari gas buangan mesin alat-alat berat.
c. Peningkatan kebisingan
Kegiatan pembersihan lahan dengan menggunakan alat-alat berat dan
kendaraan (bulldozer, excavator, sensaw dan dump truck) akan menimbulkan
dampak kebisingan pada kegiatan pembersihan berlangsung, wilayah jalur
transportasi yang terkena dampak akibat kebisingan tersebut.
d. Potensi limbah paadat dan cair (B3 dan non B3)
Kegiatan pembersihan lahan serta kegiatan pembangunan pabrik dan fasilitas
pendukungnya berpotensi meningkatkan limbah padat ddan limbah cair.
Limbah ini berasal dari sisa-sisa bahan kontruksi pabrik dan fasilitas
pendukungnya. Limbah ini berasal dari filter-filter bekas, potongan waste,
besi kawat, lampu aki, daan oli bekass dari peralatan dan kendaraan kontruksi
pabrik dan fasilitas pendukungnya.
e. Penurunan debit aliran permukaan
Kegiatan pembersihan lahan dan fassilitass pendukung terutama pada
pengupasan tanah akan menyebabkan lahan terbuka dan menyebabkan
peningkatan debit aliran permukaan terutama saat hujan terjadi.
f. Penurunan kualitass air sungai
Dampak lanjut dari meningkatnnya debit aliran permukaan akibat kegiatan
pembersihan lahan dan pembangunan fasilitass pabrik yaitu dari menurunnya
kalitas air sungai.
C. Dampak Penting Hipotetik
a. Dampak perubahan iklim mikro
Dampak perubahan iklim pada kegiata pembersihan lahan dan pembangunan
fasilitas pendukung di nilai tidak penting karena luas lahan yang terbuka yaitu
10 Ha. Sehingga tidak membebani komponen lingkungan lain dan idak
melanggar terhadap peranan terhadap masyarakat sekitar.
b. Penurunan kualitas udara
Dampak ini di nilai penting karena dapat membebani komponen lingkungan
derajat kesehatan masyarakat. Peranan dampak terhadap masyarakat relative
besar, sehingga kekhawatiran masyarakat juga relative besar.
c. Peningkatan kebisingan
Dampak penigkatan kebisingan di nilai peting karena dapat membebani
komponen lingkungan dan derajat kesehatan masyaratkat. Meskipun
perananya terhadap masyarakat relative kecil dan kekhawatiran masyarakat
juga relative kecil, namun peningkatan kebisingan akibat semua kegiatan
pada tahap kontruksi dapat melampaui baku mutu yang di persyaratkan.
d. Potensi limbah padat dan cair (B3 dan non B3)
Dampak potensi terjadinya limbah padat dan cair baik limbah B3 dan non B3
pada kegiatan pembersihann lahan di nlai penting karena dapat membebani
lingkungan kesehatan lingkungan.
e. Peningkatan debit aliran permukaan
Dampak peningkatan debit aliran permukaan pada kagiatan ppembersihan
lahan di nilai penting karena dapat membebani komponen lingkungan
kesehatan lingkungan .
f. Penurunan kualitas air sungai
Dampak penuruna kualitas air sungai akibat kegiiatan pembersihan dinilai
pentig karena dapat membebani komponen lingkungan misalnya kesehatan
lingkungan sungai.
D. Prakiraan Dampak
1. Penurunan Kualitas Udara
Pada kegiatan pembersihan lahan menggunakan kendaraan dump truk dan alat
berat seperti bulldozer dan excavator yang berpotensi meningkatkan SO2, NO2,
dan CO yang diemisikan dari mesin alat berat tersebut serta sebaran debu (Tabel
1). Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara
menggunakan model Gaussian.

Tabel 1
Faktor Emisi Beberapa Jenis Kendaraan
CO NO2 SO2
N Daya
Jenis Kendaraan g/hp g/hp- g/hp-
o (HP)
-hr hr hr
1 Diesel Dump Truck 300 2,070 5,490 0,740
2 Diesel Excavator 300 1,300 4,600 0,740
3 Diesel Bull Dozers 300 1,380 4,760 0,740
Sumber : http://www.fema.gov/media-library-data/20130726-1711-25045-
6430/

Pada pekerjaan ini diperkirarkan akan melibatkan 5 (lima) unit bulldozer, 4


(empat) unit excavator, dan 9 (sembilan) unit dump truck berbahan bakar solar,
dengan factor emisi gas seperti pada Tabel 1. Bila diasumsikan ketiga alat berat
ini beroperasi secara bersamaan dan dengan kecepatan angin rata-rata di lokasi
kegiatan 2,25 m/det, kelas stabilitas atmosfir B, dan dengan menggunakan
modelGaussian maka konsentrasi total gas CO, SO2 dan NO2 serta sebaran debu
tanah berdasarkan jarak dari sumber disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Konsentrasi Gas Buang Yang Diemisikan Gabungan


Alat Berat saat Kegiatan Pembersihan Lahan (Sumber
: Olahan Data

E. Pengelolaan Dampak
1. Penurunan Kualitas Udara
a. Pendekatan Teknologi
 Kendaraan dan alat-alat berat, serta alat konstruksi lainnya yang
digunakan lolos uji emisi, telah di KIR, menggunakan filter pada
knalpotnya dan laik jalan, pemasangan peredam (silincer) serta
menggunakan BBM berkadar sulfur rendah.
 Melakukan perawatan mesin kendaraan angkut dan alat berat, secara
periodik
 Membersihkan bak dan roda kendaraan angkutan material saat keluar dari
lokasi tapak proyek dan menutup bahan material saat pengangkutan
dengan plastik/terpal saat melewati pemukiman.
 Tidak mengoperasikan alat berat saat angin bertiup kencang agar sebaran
debu tidak sampai ke pemukiman masyarakat.
 Mengatur jadwal aktivitas dalam setiap harinya dan tidak melakukan
aktivitas pada malam hari.
 Pekerja dianjurkan menggunakan helm pengaman, masker dan ear plug
b. Pendekatan Sosial-Budaya
 Memberikan penyuluhan pengemudi kendaraan dan operator alat berat
untuk memelihara kondisi kendaraan sehingga layak pakai
 Memberikan penyuluhan/ pekerja agar melakukan penyiraman pada
lokasi kegiatan pada tapak proyek sebelum melakukan pekerjaan
 Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja untuk tidak melakukan
aktivitas konstruksi pada jam istirahat/malam hari
 Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara rutin
2. Peningkatan limbah padat-cair (B3 dan non B3)
a. Pendekatan Teknologi
 Melakukan pemilah sampah organik dan anorganik
 Membuat TPS limbah B3 yang berizin dan sesuai dengan ketentuan
Teknis pada Keputusan Ka Bappedal 01 tahun 1995 dan dilengkapi
dengan izin
 Pengemasan limbah B3 yang dihasilkan dilakukan sesui dengan jenis,
bentuk, karakteristik, bebas karat LB3 dan kemasan yang disimpan di
TPS tidak meluber dan dilengkapi dengan simbol dan label LB3.
b. Pendekatan Institusional
 Perusahaan membuat SOP penanganan sampah domestik
 Membuat logbook/catatan keluar masuk nya Limbah B3 dari TPS
berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3.
 Membuat kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bertindak sebagai
pengelola lanjutan
 Memastikan Limbah B3 yang diserahkan kepada pihak ketiga yang
melakukan pengelolaan lanjutan sesuai dengan lingkup izin yang
dimilikinya atau memiliki kontrak kerjasama dengan pengolah atau
penimbun akhir
3. Peningatan debit aliran permukaan dan penurunan kualitas air laut
a. Pendekatan Teknologi
 Pembersihan lahan tidak dilakukan pada daerah tepi pantai Selat Tiworo
Palangga Selatan dengan radius minimal 200 meter
 Pembuatan saluran pengelak untuk menampung air limpasan permukaan
terutama air hujan agar tidak langsung masuk ke perairan Selat Tiworo Sekitar
lokasi pabrik atau membuat sarana pengendap sedimen yaitu berupa pocket
sedimentation pond.
 Membuat bangunan/tempat penyimpanan sementara (TPS) Limbah B3.
Bahan-bahan kima (sisa, kemasan) yang tergolong dalam Limbah B3 wajib
disimpan dalam TPS Limbah B3, Besi, kawat yang terkontaminasi dengan B3
yang disimpan dalam TPS.
 Pengerukan tanah pada saat pematangan lahan untuk pembangunan pabrik
dan sarana penunjang lainnya dilakukan dengan hati-hati agar dapat
meminimalisir peningkatan sedimentasi.
 Buangan limbah cair hasil pencucian kendaraan dan mesin/peralatan
konstruksi yang mengandung minyak dialirkan ke Oil Separator untuk
memisahkan minyak dari air.
 Analisis secara periodik atas buangan air yang dialirkan ke perairan laut Selat
Tiworountuk memastikan bahwa komponen polutan berada di bawah baku
mutu yang diijinkan
b. Pendekatan Sosial-Budaya
 Mengarahkan pekerja untuk membatasi bidang/area kegiatan konstruksi
pabrik dan sarana penunjang lainnya agar peningkatan kekeruhan dapat
diminimalisir.

F. Pemantauan Dampak
1. Penurunan Kualitas Udara
 Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui pengambilan
sampel di lapangan dengan menggunakan air pump sampler, dan selanjutnya
dianalisis di laboratorium. Metode analisis, waktu pengambilan dan
peralatan yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 2

Tabel 2.
Parameter kualitas udara, teknik pengujian dan peralatan yang digunakan
Paramete Waktu
No Analisis Peralatan
r Pengambilan
1 SO2 1 jam Pararosaniline Spektrofotomete
r
2 NOx 1 jam Grietz Spektrofotomete
Saltzmann r
3 CO 1 jam Kalium Iodida Spektrofotomete
r
4 Debu 1 jam Gravimetri Hi. Vol Sampler
 Analisis Data : membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu
kualitas udara ambien (PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional)
 Menentukan Indeks pencemaran udara (Air Pollution Index= API) dihitung
berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Anjaneyulu dan Manickam,
2007 (Environmental Impact Assessment Methodologies) berdasarkan
persamaan :
𝑛
1 𝐶𝑖
API= ∑ ( × 100)
𝑛 𝑆𝑖
1=1

dimana: Ci : konsentrasi gas terukur, Si : standar kualitas udara


2. Peningkatan Kebisingan
2. Pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter, dengan
pengukuran tingkat tekanan bunyi db (A) selama 10 (sepuluh) menit.
Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik (sesuai dengan Kepmen LH
Nomor 48 tahun 1996). Tingkat kebisingan untuk pengukuran 10
menit ini, ditentukan dengan persamaan :
120
LpAi
1 ( )
LAeq,T (10 menit)=10 log10 [ ∑ 10 10 ]
120
i=1

Dimana:
LAeq,T adalah tingkat kebisingan sinambung setara dalam waktu 10 menit

L pAi adalah tingkat kebisingan sesaat rata-rata dalam interval 5 detik

3. Peningkatan limbah padat-cair (B3 dan non B3)


 Data dikumpulkan dari refernsi terkait dan referensi standar volume sampah
per orang per hari, serta pemakaian oli dan aki per alat/ kendaraan konstruksi
per satuan waktu.
 Analisis data dengan dengan mengalikan standar volume sampah per orang per
hari dengan jumlah tenaga kerja konstruksi yang akan dipekerjakan serta
pemakaian oli dan aki per alat/kendaraan konstruksi dan operasi per satuan
waktu dengan jumlah alat/kendaraan kontruksi yang akan digunakan

Anda mungkin juga menyukai