LP BBLR

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LATAR BELAKANG

Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight
baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.

Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986
adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73
% dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )

Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap
para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara
maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di
dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4.

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan
pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin
rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan
hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan
terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

A. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai
dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematur murni.

Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK).

2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(KMK).

B. Etiologi

a) Faktor Ibu

1. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan


antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

2. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-
35 tahun.

3. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata
lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.

4. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

b) Faktor Janin

Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

c) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.

C. Klasifikasi

1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram
tanpa memperhatikan usia gestasi.

2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem rendah: bayi
yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.

Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
3. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501 – 2500 gram

4. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir dengan BB berada
di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

5. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR): ditemukan


pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan
sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).

6. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90 pada kurva
perumbuhan intrauterine.

D. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa
faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;

1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua
lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8
minggu terakhir kehamilan.

2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap
dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum
berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan
lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang
diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas
akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

E. Pathway

F. Manifestasi klinik

a. Bayi Premature

• BB < 2500 gr

• PB < 45 cm

• LD < 30 cm
• LK < 33 cm

• Kepala > badan

• Kulit tipis transparan, lanugo banyak

• Ubun-ubun dan sutura lebar

• Genetalia immature

• Rambut halus, tipis, teranyam

• Elastisitas daun telinga kurang

• Tangis lemah

• Tonus otot leher lemah

 Reflek moro (memeluk) (+), reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna
 Bila lapar, menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini tidak tampak
bayi menderita infeksi / perdarahan intrakarnial
 Nafas belum teratur
 Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
 Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik

b. Bayi KMK, dibagi dalam stadium :

 I = Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering


 II = I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus
 III = I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat

G. Penatalaksanaan bayi BBLR

1. Pengaturan Suhu

o Pertahankan dalam suhu 36,5 – 37 ºC


o Luas permukaan tubuh > BB Ô Peningkatan kehilangan cairan & panas tubuh
melalui kulit
o Tipisnya lemak coklat (Brown Fat) Ôke-2 scapula
o Lemak subcutas tipis
o Letakkan pada tempat yang hangat (lampu), kering, dalam incubator, menunda
memandikan bayi & gunakan metode kanguru.
o Nutrisi
o Reflek menghisap dan menelan negatif
o Kapasitas lambung sedikit & enzim pencernaan (lipase) kurang
o Berikan ASI/PASI dengan dot/sendok sedikit demi sedikit ± 60 cc / Kg BB/ hari
pada hari I, dinaikkan setiap hari sampai 200 cc / Kg BB sehari pada minggu ke II
o Cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit ®Hipoglikemia
o Perhatikan cara memberikan ASI/PASI dengan benar!!
o Lakukan pijat bayi !!

3. Bayi BBLR mudah terkena infeksi, maka harus :

o Pisahkan bayi BBLR dengan bayi yang terinfeksi


o Cuci tangan sebelum & sesudah memegang bayi
o Jangan merawat bayi bila sedang menderita infeksi saluran nafas (gunakan masker)

4. Bayi BBLR bila terjadi kesulitan bernafas :

o Cegah terjadi kedinginan dan infeksi


o Beri ASI/PASI sedikit demi sedikit & sesering mungkin
o Bila terjadi sesak lakukan :
 Bersihkan jalan nafas
 Jaga suhu tubuh bayi
 Berikan oksigen jika tampak tanda-tanda cyanosis

H. Masalah yang mungkin muncul

Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ tubuh karena lahir
kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum matangnya organ-organ tersebut:

1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR membutuhkan


perawatan khusus dalam inkubator.
2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi sangat rentan
terhadap infeksi.

3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya perdarahan


peribentruker.

4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.

5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya hiperbiliribinemia.

6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi.

I. Faktor risiko BBLR

1. Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2. Anemia.

3. Malnutrisi.

4. Anak kembar.

J. Komplikasi prematuritas

1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).

2. Hipoglikemi simtomatik.

3. Asfiksis neonatorum

4. Penyakit membran hialin.

5. Hiperbilirubinemia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

1. Pengkajian

a) Aktivitas / istirahat

Bayi mungkin sadar 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.

b) Pernafasan

Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah persalinan SC atau presentasi bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen,
perhatikan adanya secret yang mengganggu pernafasan, mengorok dan pernafasan cuping
hidung.

c) Makanan dan cairan

Berat badan rata-rata 2500-4000 gram, kurang dari 2500 gram menunjukkan kecil untuk usia
gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri
minum dengan tetes ASI /sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan
cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/BB/hari.

d) Berat badan

Kurang dari 2500 gram

e) Suhu

BBLR mudah terjadi hipotermi, oleh karena itu suhu tubuh BBLR harus selalu di jaga dan di
pantau.

f) Integumen

Pada BBLR biasanya terdapat tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering

2. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan


2. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


ingest/digest/absorb

4. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas

5. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin


DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia

Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.


Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan

1 Pola nafas tidak NOC : NIC : · untuk mencegah


efektif berhubungan adanya penyempitan
v Respiratory status : Airway Management
dengan imaturitas jalan nafas.
Ventilation
organ pernafasan · Buka jalan nafas,
· posisi ini
v Respiratory status : Airway guanakan teknik chin lift
menghasilkan
patency atau jaw thrust bila perlu
perbaikan oksigenasi,
v Vital sign Status · Posisikan pasien pembrian makan
untuk memaksimalkan ditoleransi dengan lebih
Kriteria Hasil :
ventilasi baik, dan lebih
v Mendemonstrasikan batuk
· Identifikasi pasien mengatur pola tidur.
efektif dan suara nafas yang
perlunya pemasangan alat · Menentukan
bersih, tidak ada sianosis dan
jalan nafas buatan pentingnya pemasangan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu · Lakukan fisioterapi alat jalan nafas buatan

bernafas dengan mudah, tidak dada jika perlu · Mengeluarkan


ada pursed lips) sekret
· Keluarkan sekret
v Menunjukkan jalan nafas dengan batuk atau suction · Membersihkan
yang paten (klien tidak merasa jalan nafas
· Auskultasi suara
tercekik, irama nafas, frekuensi
nafas, catat adanya suara · Mengevaluasi
pernafasan dalam rentang
tambahan bersihan jalan nafas
normal, tidak ada suara nafas
abnormal) · Berikan · Mengencerkan
bronkodilator bila perlu sekret dan sputum
v Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah, · Berikan pelembab · Menjaga
nadi, pernafasan) udara Kassa basah NaCl kelembaban udara
Lembab pernafasan

· Atur intake untuk · Mengghyindari


cairan mengoptimalkan dehidrasi
keseimbangan.
· Monitor respirasi · Mengevaluasi
dan status O2 keadaan pernafasan dan
oksigenasi pasien
Oxygen Therapy
- Menjaga kebersihan
v Bersihkan mulut,
jalan nafas
hidung dan secret trakea
- Memastikan aliran
v Pertahankan jalan nafas
oksigen
yang paten
- Terjangkau dan
v Atur peralatan
memudahkan tindakan
oksigenasi
perawat
v Monitor aliran oksigen
- Menjaga kepatenan
v Pertahankan posisi pemberian
pasien
- Membantu
v Onservasi adanya tanda kepatenan jalan nafas
tanda hipoventilasi
- Mengetahui secara
v Monitor adanya dini kelainan
kecemasan pasien terhadap pernafasan
oksigenasi
- Mencegah
Vital sign Monitoring kecemasan pasien

 Monitor TD, nadi, terhadap tindakan

suhu, dan RR - Memonitor keadaan

 Catat adanya umum pasien

fluktuasi tekanan - Mengetahui keadaan


darah tekanan darah dan

 Monitor VS saat keadaan

pasien berbaring, - Mengetahui


duduk, atau berdiri perbedaan dan
 Auskultasi TD perubahan tekanan
pada kedua lengan darah
dan bandingkan
- Mengevaluasi
 Monitor TD, nadi, kepatenan pemeriksaan
RR, sebelum,
- Mengetahui
selama, dan setelah
pengaruh aktifitas
aktivitas
terhadap vital sign
 Monitor kualitas
- Mengetahui
dari nadi
kemampuan jantung
 Monitor frekuensi dalam memaompakan
dan irama darah
pernapasan
- Mengetahui keadaan
 Monitor suara paru pernafasan pasien

 Monitor pola - Mengetahui


pernapasan kelaianan pada paru
abnormal
- Mengetahui
 Monitor suhu, gangguan pernafasan
warna, dan pasien
kelembaban kulit
- Mengevaluasi
 Monitor sianosis oksigensai jaringan
perifer
- Mengevaluasi
oksigenasi jaringan
perifer

2 Risiko NOC : NIC : - Untuk memonitor


ketidakseimbangan suhu tbuh
v Hydration Temperature Regulation
temperatur tubuh
(pengaturan suhu)
berhubungan dengan v Adherence Behavior
BBLR, usia v Immune Status § Monitor suhu minimal - Mengetahui keadaan
kehamilan kurang, tiap 2 jam umum pasien
v Infection status
paparan lingkungan
§ Monitor TD, nadi, dan - Mengetahui keadaan
dingin/panas v Risk control
RR suhu dengan visual
v Risk detection kulit
§ Monitor warna dan suhu
kulit - Untuk mncegah
dehidrasi evaporasi
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi - Membantu
mencegah keletihan
§ Tingkatkan intake
pada pasien
cairan dan nutrisi
- Memberikan
§ Ajarkan pada pasien
pemahaman kepada
cara mencegah keletihan
pasien
akibat panas
- Menurunkan suhu
§ Beritahukan tentang
tubuh.
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan

§ Berikan anti piretik jika


perlu

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC : - Mencegah dan


nutrisi kurang dari mensuplay kalori
v Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh
- Mensuplai
berhubungan dengan v Nutritional Status : food and § Berikan substansi gula
asupan gizi
ketidakmampuan Fluid Intake
§ Berikan makanan yang
ingest/digest/absorb - Mengetahui
v Nutritional Status : nutrient terpilih (sudah
masukan nutrisi pasien
Intake
v Weight control dikonsultasikan dengan - Kelaurga
ahli gizi) mampu berperan serta
Kriteria Hasil :
aktif dalam
§ Monitor jumlah nutrisi
v Adanya peningkatan berat keperawatan
dan kandungan kalori
badan sesuai dengan tujuan
- Mengevaluasi
§ Berikan informasi
v Beratbadan ideal sesuai masukan nutridsi
tentang kebutuhan nutrisi
dengan tinggi badan
§ Kaji kemampuan pasien
v Mampumengidentifikasi
untuk mendapatkan nutrisi
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan
v Tidk ada tanda tanda
malnutrisi

v Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan

v Tidak terjadi penurunan


berat badan yang berarti

4 Ketidakefektifan pola NOC : NIC : - Mengenalkan


minum bayi bayi kepada ibunya
· Breastfeeding Breastfeeding assistance
berhubungan dengan
Estabilshment : infant - Meningkatkan
prematuritas v Fasilitasi kontak ibu
nyaman akan
· Knowledge : dengan bayi seawal
meningkatkan motivasi
breastfeeding mungkin (maksimal 2 jam
menyusui
setelah lahir )
· Breastfeeding
- Menentukan
Maintenance v Sediakan kenyamanan
tindakan lanjutan bila
dan privasi selama
Kriteria Hasil : bayi tidak bisa
menyusui
v Klien dapat menyusui menyusui

dengan efektif
v Memverbalisasikan tehnik v Monitor kemampuan - Ibu mengetahui
untk mengatasi masalah bayi untuk menggapai kebutuhan bayi
menyusui putting menyusui

v Bayi menandakan kepuasan v Dorong ibu untuk tidak - Meningkatkan


menyusu membatasi bayi menyusu kenyamanan bayi dan
ibu dalam menyusui
v Ibu menunjukkan harga diri v Instruksikan perawatan
yang positif dengan menyusui putting untuk mencegah - Membantu
lecet mengeluarkan ASI

v Diskusikan penggunaan - Mensuplai


pompa ASI kalau bayi masukan cairan untuk
tidakmampu menyusu memproduksi susu

v Dorong ibu untuk


minum jika sudah merasa
haus

5 Hipotermi NOC : NIC : - Mengevaluasi


berhubungan dengan suhu tubuh pasien
v Thermoregulation Temperature regulation
paparan lingkungan
- Mengetahui
dingin v Thermoregulation : neonate § Monitor suhu minimal
keadaan suhu pasien
tiap 2 jam
Kriteria Hasil :
- Mengevaluasi
§ Monitor TD, nadi, dan
v Suhu tubuh dalam rentang sedini mungkin adanya
RR
normal kelaianan suhu
§ Monitor tanda-tanda
v Nadi dan RR dalam rentang - Mencegah
hipertermi dan hipotermi
normal kehilangan kehangatan
§ Tingkatkan intake lewat kulit
cairan dan nutrisi
- Menurunkan
§ Selimuti pasien untuk suhu tubuh
mencegah hilangnya
§ Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan

§ Berikan anti piretik jika


perlu

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification


(NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
RENCANA KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai