Anda di halaman 1dari 3

Lingkar Pinggang,

Indikator yang digunakan untuk mengukur obesitas diantaranya adalah pengukuran lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) dan indeks massa tubuh (IMT). Pengukuran
lingkar pinggang dilakukan dengan pengukuran lingkar terkecil diatas panggul. Saat hanya
dilakukan pengukuran lingkar pinggang saja, WHO merekomendasikan cu-off point untuk Asia
yaitu ≥90 cm untuk laki-laki dan ≥ 80 cm untuk perempuan. ((Rokmah F.D, Handayani D, Al-
Rasyd. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa
plasma menggunakan tes toleransi glukosa oral. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol 12 No.1. Juli
2015. Hal.29) (Mayasari N, Wirawanni Y. Hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan
kadar glukosa darah puasa orang dewasa : studi kasus di SMA negeri 2 semarang dan SMP
negeri 9 semarang. Journal of Nasional College. Volume 3, No. 4, Tahun 2014. Hal. 474) )).
Pengukuran Lingkar pinggang lebih sensitif dalam menilai distribusi lemak dalam tubuh
terutama yang berada di dinding abdomen dan juga digunakan untuk mengidentifikasi 2 tipe
distribusi lemak, yaitu tipe android (pada bagian atas) dan (gynecoid) pada bagian bawah.
Beberapa penelitian menunjukan pengukuran lingkar pinggang memiliki korelasi yang lebih baik
dengan distribusi lemak pada abdomen dibandingkan dengan IMT. Rasio lingkar pinggang-
panggul dihitung dengan membagi ukuran lingkar pinggang dengan lingkar panggul. (Rokmah
F.D, Handayani D, Al-Rasyd. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul
terhadap kadar glukosa plasma menggunakan tes toleransi glukosa oral. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Vol 12 No.1. Juli 2015. Hal.29).

Penelitian disemarang menunjukan bahwa laki-laki dengan obesitas abdominal beresiko 4,85 kali
terkena DM tipe 2 dibandingkan laki-laki dengan lingkar pinggang < 90 cm, sedangkan pada
wanita dengan obesitas abdominal beresiko 6,5 kali terkena DM tipe 2 dibandingkan wanita
dengan lingkar pinggang < 80 cm. oleh sebab itu pengukuran obesitas sentral melalui lingkar
pinggang dapat digunakan sebagai salah satu screening dini pencegahan penyakit diabetes.
(Mayasari N, Wirawanni Y. Hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar glukosa
darah puasa orang dewasa : studi kasus di SMA negeri 2 semarang dan SMP negeri 9 semarang.
Journal of Nasional College. Volume 3, No. 4, Tahun 2014. Hal. 474) )

Korelasi lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah karena lingkar pinggang
mempersentasikan lemak visceral. Peningkatan lemak visceral yang berlebih dapat menurunkan
produksi adiponectin. Adiponektin adalah salah satu protein spesifik yang disekresikan oleh
jaringan lemak yang dapat dideteksi didalam sirkulasi dan mempunyai efek protektif sebagai anti
aterogenik. Penurunan adiponectin ini dapat meningkatkan resiko gangguan metabolic seperti
resistensi insulin yang dapat berdampak pada hiperglikemia. Selain itu korelasi lingkar pinggang
dengan resistensi insulin terjadi akibat efek langsung dari jaringan lemak omental dan mesenteric
pada perut. Jaringan lemak-lemak tersebut memiliki produk-produk metabolic yang dilepaskan
ke vena porta hepatica salah satunya asam lemak bebas. Peningkatan kadar asam lemak bebas
dalam plasma menyebabkan distribusi dalam system portal ke hati berlebih sehingga lebih
banyak asam lemak yang teroksidasi dan menghasilkan Acetyl CoA. Acetyl Coa mengaktivasi
enzim piruvat karboksilase di hati yang berperan untuk mengubah asam piruvat menjadi glukosa
pada proses gluconeogenesis sehingga terjadi peningkatan produksi dan pelepasan glukosa
dihati. Peningkatan gluconeogenesis dapat menghambat kerja insulin di hati, atau terjadilah
resistensi insulin. Pembakaran asam lemak bebas meningkatkan Acetyl CoA. Jumlah Asetyl
CoA yang berlebihan akan menghambat heksokinase yang merupakan enzim penting untuk
mengubah oksidasi glukosa menjadi glukosa-6-phospat (G-6-P). Sel otot membutuhkan lebih
banyak insulin agar glukosa masuk kedalam otot untuk meningkatkan ambilan glukosa, atau
dengan kata lain akan terjadi resistensi insulin. (Mayasari N, Wirawanni Y. Hubungan lingkar
leher dan lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa orang dewasa : studi kasus di
SMA negeri 2 semarang dan SMP negeri 9 semarang. Journal of Nasional College. Volume 3,
No. 4, Tahun 2014. Hal. 474)

Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) banyak digunakan untuk mengukur status gizi pasien
karena IMT dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi
lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja.disamping itu, pengukuran IMT lebih
banyak dilakukan saat ini karena orang yang kelebihan berat atau yang gemuk lebih beresiko
untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi, osteoatritis. Namun,
The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidny Disease mengingatkan bahwa
orang yang berotot dan bertulang besar dapat memiliki IMT yang tinggi tetapi tetap sehat.
Begitu pula orang yang berusia lanjut, orang dengan massa otot rendah dan pasien malnutrisi
bisa memiliki IMT yang normal tetapi tidak tepat.

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah rasio antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat, yaitu sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT =

[Tinggi Badan (m)]2

Nilai Standar yang diusulkan bagi orang asia :

< 18,5 : berat kurang

18,5-22,9 : berat normal

>23 : preobes

23-24,9 : obes ringan

25-29,9 : obes sedang

≥30 : obes berat

Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit, edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta.2006.hal.47

Anda mungkin juga menyukai