Anda di halaman 1dari 2

kebahagiaan itu merupakan hal yang subyektif, bergantung bagaimana masing-masing orang

memaknai dan merasakannya. Tapi sebenarnya pengertian dan pemahaman tentang bahagia dan
kebahagiaan itu ada dasar philosofis dan keilmuannya. Dan yang paling utama, kita harus
meyakini bahwa yang paling mengerti tentang makna kebahagiaan seorang manusia adalah DIA
yang menciptakan kita. Tuhan Yang Maha Esa dan utusannya yang diberikan cahaya ilmu
melalui wahyu. Namun sebelumnya penting untuk dijawab dulu dua pertanyaan " Untuk apa kita
hidup ?" dan "Mengapa kita hidup ?". Jika kita benar menjawab dan memahami kedua
pertanyaan itu, maka kita akan benar menjalani kehidupan dan akan bertemu dengan apa itu
kebahagiaan sejati. Apakah kita hidup hanya sekedar mencari makan, hidup sekedar untuk hidup,
bekerja sekedar untuk bekerja, hanya mencari materi duniawi, uang yang banyak, kendaraan
mewah, rumah bak istana dengan jumlah yang banyak, istri cantik ? Jika kita hidup sekedar
untuk hidup babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja, begitu
Buya Hamka berbicara. banyak orang yang sangat berlimpah secara materi, memiliki jabatan
tinggi, harta yang berlimpah, suami yang ganteng, istri yang cantik seakan serba serasi dan
terlihat seolah-0lah bahagia, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang hatinya kosong,
kering dan gersang. Semua harta yang mereka miliki tak mampu membuat mereka bahagia, itu
disebabkan karena mereka salah menentukan tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang benar mestilah
dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah
didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa
yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah
didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu,
korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah
untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan, dan memberi manfaat kepada orang banyak.
Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA, dan menjadikan dirinya
sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir. Orang yang
sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa
dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya
dengan tangannya sendiri tanpa ada peran "tangan Tuhan" dan juga manusia yang lainnya. Dia
juga tak akan mungkin berfikir hidup untuk hidup semata, tapi dia akan berfikir untuk meraih
hidup di dunia demi kehidupan yang kekal abadi nanti di akhirat.

ita sebenarnya akan mampu melihat manusia itu kedalam 4 golongan : Pertama, Manusia yang
termasuk "Sa'iidun fiddunyaa wa sa'iidun fil akhirat" orang yang bahagia di dunia dan bahagia di
akhirat itulah karakter orang yang menemukan 'hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat". jabatan
tinggi, harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi
kemanfaatan terhadap sesama. Kedua, Manusia yang termasuk "Sa'iidun fiddunya, saqiyyun fi
aakhirat" orang yang "bahagia" hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan
akhiratnya. Sengaja saya kasih tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaaan yang
dimaksud disana sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan
materi, tapi dia jauh dari Tuhannya, tak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama
manusia Ketiga, Manusia yang termasuk "Saqiyyun fiddunya, Wa Sa'iidun fil aakhirat" orang
yang tidak bahagia/sengsara hidup di dunianya, tapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh jadi
dia hidup dalam serba kekurangan, tidak bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin
papa, tapi dia rajin beribadah kepada Allah, memiliki perangai baik dalam menjalani kehidupan,
menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama manusia, banyak memberi
manfaat dengan apapun yang dimilikinya. Keempat, manusia yang tergolong " saqiyyun
Fiddunya wa Saqiyyun fil akhirat" orang yang tak bahagia di dunia dan tak bahagia juga
hidupnya di akherat kelak. Inilah paling sengsara dan celakanya manusia. Dia hidup miskin,
serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang musuhan mulu, jika meninggal, dalam
kehidupan akhirat kelak pasti akan lebih celaka. "Aku benci orang kaya yang sombong, tapi aku
lebih benci orang miskin yang sombong" begitu kata Rasulullah SAW. Tulisan ini tak
berpretensi mampu menjawab pertanyaan sahabat kompasianers La Rose tadi, tapi setidaknya
memberikan sedikit gambaran, apa itu kebahagiaan dan mengapa orang tidak bahagia..

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kusmanausman/menemukan-makna-kebahagiaan-
sesungguhnya_55127bae8133115d54bc68a6

Anda mungkin juga menyukai