Percobaan Vititrasi Kompleksometri
Percobaan Vititrasi Kompleksometri
III.1 Alat
Perangkat lunak yang digunakan untuk proses simulasi adalah AMBER (Assisted
Model Building and Energy Refinement) versi 9.0 (Case dkk., 2005) dan versi
10.0 (Case dkk., 2008) dan NAMD (Not just Another Molecular Dynamic) versi
2.6 (Philips dkk., 2005). Sedangkan analisis hasil simulasi sebagian besar
dilakukan dengan menggunakan program VMD (Visual Molecular Dynamics)
versi 1.8.6 (Humphrey dkk., 1996). Perhitungan potensial elektrostatik dilakukan
dengan perangkat lunak APBS (Adaptive Poisson-Boltzmann Solver).
III.2 Metode
Penelitian ini menggunakan 3 model struktur enzim Klenow-like DNA Pol I yang
berasal dari 3 kelompok mikroorganisme, yaitu KF DNA Pol I dari
mikroorganisme mesofilik E.coli, Klenow-like DNA Pol I ITB-1 dari
mikroorganisme termofilik G.thermoleovorans dan Klentaq dari mikroorganisme
termofilik T.aquaticus.
Struktur 3 dimensi dari Klenow Fragment (KF) diperoleh dari PDB (kode PDB
1KFD) (Beese dkk.,1993). Preparasi model molekul KF yang akan disimulasikan
dilakukan dengan menghilangkan dNTP dan PPi dari kompleks enzim dengan
menggunakan program VMD 1.8.6.
51
Struktur 3 dimensi dari Klenow-like DNA Pol I ITB-1 (Akhmaloka dkk., 2007)
diperoleh dengan melakukan pemodelan homologi menggunakan program Predict
Protein (Rost dkk., 2004) dan SWISS MODEL WORKSPACE yang disediakan
oleh SwissProt (Schwede dkk., 2003). Komparasi pemodelan dilakukan melalui
tiga tahapan utama meliputi pensejajaran urutan asam amino, prediksi struktur 3D
dan validasi/evaluasi struktur yang diperoleh. Cetakan (template) yang digunakan
untuk pemodelan adalah struktur kristal BF yang berasal dari
B.stearothermophilus (kode PDB 1XWL).
Adapun struktur 3 dimensi dari Klentaq didapatkan dari PDB (kode PDB 1QSS)
(Li dkk.,1998). Seperti halnya dengan KF, penyiapan model molekul Klentaq
yang akan disimulasi dilakukan dengan menggunakan program VMD 1.8.6. untuk
menghilangkan dNTP yang terdapat pada kompleks enzim.
III.2.2 Solvasi
Dalam penelitian ini dilakukan tiga jenis solvasi untuk keperluan simulasi yang
beragam. Untuk perhitungan simulasi menggunakan perangkat lunak AMBER,
dilakukan 2 macam solvasi yaitu secara implisit dan secara eksplisit. Sedangkan
perhitungan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak NAMD hanya
dilakukan solvasi secara eksplisit saja.
52
Selanjutnya dilakukan solvasi secara implisit menggunakan program tleap yang
terdapat pada perangkat lunak AMBER. Parameter yang mengkarakterisasi
berbagai tipe interaksi di dalam molekul model tersebut dibuat berdasarkan
parameter force field ff03 (Duan dkk., 2003).
tleap –s –f leaprcff03.
PROT = loadpdb Protein.protonate.pdb
set default PBradii mbondi2
saveAmberParm PROT PROT-implicit.top PROT-implicit.crd
quit
53
III.2.3 Kondisi Simulasi
Parameter simulasi model molekul dengan sistem pelarut implisit (igb = 5) hanya
dilakukan menggunakan perangkat lunak AMBER versi 9.0. Perhitungan energi
potensial termasuk energi van der Waals dilakukan hingga jarak 16 Å (cutoff).
Parameter mbondi2 radii dan parameter yang mengatur jarak maksimum di antara
pasangan atom (rgbmax) di set sebesar 16 Å untuk mengefektifkan perhitungan
jari-jari Born (Born radius). Karena model molekul protein bermuatan negatif,
maka garam NaCl 0.5 M ditambahkan ke dalam sistem.
54
III.2.4 Minimisasi
Minimisasi 2
&cntrl
imin = 1, maxcyc = 1000, ncyc = 200, ntmin = 1,
cut = 16.0,
ntpr = 50, ntb = 0,
igb = 5, saltcon = 0.5, rgbmax = 16
55
kekangan 50 kkal/mol.Ǻ2, sehingga minimisasi terbatas pada rantai samping saja.
Kemudian dilakukan pemanasan sistem secara bertahap hingga mencapai
temperatur tertentu. Selanjutnya dilakukan proses minimisasi berikutnya sebanyak
10 x 5000 tahap. Setiap tahap minimisasi dilakukan penurunan nilai kekangan
terhadap tulang punggung sebesar 5 kkal/mol.Ǻ2 dengan menggunakan metode
SD. Pada tahap minimisasi terakhir, atom-atom tulang punggung dibebaskan dari
kekangan sehingga seluruh bagian akan terminimisasi.
Minimisasi 1
&cntrl
ntx = 1, irest = 0, ntrx = 1, ntxo = 1,
ntpr = 500, ntwx = 0, ntwv = 0, ntwe = 0,
ntf = 1, ntb = 1, cut = 12.0, nsnb = 10,
ibelly = 0, ntr = 1, imin = 1,
maxcyc = 10000, ncyc = 5000, ntmin = 1,
dx0 = 0.1, dxm = 0.5, drms = 0.0001,
ntc = 1, tol = 0.00005,
&end
Constraints
50.0
RES 1 580
END
56
III.2.5 Pemanasan dan Ekulibrasi
Model molekul protein dengan sistem solvasi implisit dan telah mengalami proses
minimisasi dipanaskan dari 0 K hingga hingga 300 K secara bertahap dengan
kenaikan setiap 50 K selama masing-masing 5 pikodetik (ps). Nilai parameter
temperature referensi (TEMP0) diatur sama dengan temperatur yang diinginkan
dan konstanta koefisien Berendsen (tautp) bernilai 0.2 ps. Untuk menghindari
perubahan struktur yang drastis selama proses pemanasan, maka semua residu
asam amino penyusun protein dikekang dengan menggunakan gaya harmonis
dengan tetapan gaya sebesar 10 kkal/mol.Ǻ2. Setelah mencapai 300 K, temperatur
dipertahankan dengan menggunakan termostat dengan menetapkan tetapan
koefisien Berendsen sebesar 0.5 ps selama 65 ps. Setelah sistem stabil pada
temperatur 300 K, kemudian sistem diekulibrasi selama 20 ps pada temperatur
yang sama dengan menurunkan tetapan gaya kekang menjadi 1 kkal/mol.Ǻ2.
Selanjutnya sistem direlaksasi selama 2 ps pada temperatur yang sama dengan
melepas gaya harmonis yang mengekang gerakan atom-atom protein. Pada proses
ekulibrasi dan relaksasi, fluktuasi nilai-nilai variabel energi dan temperatur sistem
diamati untuk menentukan kondisi setimbang sistem. Sistem dikatakan telah
mencapai kondisi setimbang pada saat nilai-nilai variabel energi dan temperatur
berfluktuasi disekitar nilai tertentu (konvergen). Simulasi pada temperatur di atas
300 K, dilakukan dengan memanaskan sistem secara bertahap hingga mencapai
temperatur yang diinginkan. Sistem kemudian diekulibrasi dan direlaksasi pada
temperatur tersebut dengan menggunakan parameter yang sama seperti pada
300 K.
Pemanasan sistem
&cntrl
imin = 0, nmropt = 1, ntx = 1, irest = 0,
ntpr = 50, ntwr = 500, ntwx = 500, ntwv = 500, ntwe = 500,
ntf = 2, ntb = 0, cut = 16,igb = 5, rgbmax = 16, saltcon = 0.5,
nstlim = 50000, t = 0.0, dt = 0.002,
tempi = 0, ntp = 0, ntc = 2, ntr = 1,
restraint_wt = nilai kekangan, restraintmask =':nomer residu'
/
&wt type='TEMP0',istep1=0,istep2=2500,value1=10.0,value2=50.0,/
&wt type='TEMP0',istep1=2501,istep2=5000,value1=50.0,value2=100.0,/
57
&wt type='TEMP0',istep1=5001,istep2=7500,value1=100.0,value2=150.0,/
&wt type='TEMP0',istep1=7501,istep2=10000,value1=150.0,value2=200.0,/
&wt type='TEMP0',istep1=10001,istep2=12500,value1=200.0,value2=250.0,/
&wt type='TEMP0',istep1=12501,istep2=15000,value1=250.0,value2=300.0,/
&wt type='TEMP0',istep1=15001,istep2=50000,value1=300.0,value2=300.0,/
&wt type='TAUTP',istep1=0,istep2=15000,value1=0.2,value2=0.2,/
&wt type='TAUTP',istep1=15001,istep2=50000,value1=0.5,value2=0.5,/
&wt type='END'/
LISOUT=POUT
DISANG=RST.f
Ekuilibrasi 1
&cntrl
imin = 0, nstlim = 10000, dt = 0.002,
ntx = 5, irest = 1,
ntpr = 10, ntwr = 500, ntwx = 500, ntwv = 500, ntwe = 500,
ntf = 2, ntb =0 , cut = 16.0,
igb = 5, rgbmax = 16, saltcon = 0.5,
temp0 = 300, tempi = 300, tautp = 0.5, ntc = 2, ntr = 1,
restraint_wt = nilai kekangan, restraintmask =':nomer residu',
Ekuilibrasi 2
&cntrl
imin = 0, nstlim = 1000, dt = 0.002,
ntx = 5, irest = 1, ntc = 2,
ntpr = 10, ntwr = 500, ntwx = 500, ntwv = 500, ntwe = 500,
ntf = 2, ntb = 0, cut = 16.0,
igb = 5, rgbmax = 16, saltcon = 0.5,
temp0 = 300, tempi = 300, tautp = 0.5
Proses pemanasan model molekul protein yang telah diminimisasi dengan sistem
solvasi eksplisit menggunakan perangkat lunak AMBER berlangsung secara
bertahap hingga mencapai temperatur 300 K dengan kenaikan setiap 5 K selama
masing-masing 10 pikodetik (ps). Nilai parameter temperatur referensi (TEMP0)
diatur sama dengan temperatur yang diinginkan dan konstanta koefisien
Berendsen (tautp) bernilai 2.0 ps. Untuk menghindari perubahan struktur yang
drastis selama proses pemanasan, maka semua residu asam amino penyusun
protein dikekang dengan menggunakan gaya harmonis dengan tetapan gaya
58
sebesar 50 kkal/mol.Ǻ2. Selanjutnya dilakukan proses minimisasi dengan
penurunan nilai kekangan sebesar 5 kkal/mol.Ǻ2 untuk setiap tahapnya. Sistem
kemudian diekulibrasi selama 50 ps dengan kondisi ansambel NPT. Selanjutnya
dilakukan ekulibrasi dalam ansambel NVT selama 10 x 50 ps. Simulasi sistem
pada temperatur di atas 300 K, dilakukan dengan memanaskan sistem secara
bertahap hingga mencapai temperatur yang diinginkan. Kemudian dilakukan
minimisasi dan ekulibrasi pada temperatur tersebut dengan menggunakan
parameter yang sama seperti pada 300 K.
Pemanasan
&cntrl
ntx = 1, irest = 0, ntrx = 1, ntxo = 1, ntf = 2, ntb = 2,
ntpr = 5, ntwx = 0, ntwv = 0, ntwe = 0, ibelly = 0, ntr = 1,
nstlim = 5000, t = 0.0, dt = 0.002, ntt = 1, tautp = 2.0,
temp0 = 105.0, tempi = 100.0, ntp = 1, taup = 2.0,
ntc= 2, tol = 0.00005,
&end
Constraints
50.0
RES 1 580
END
Ekulibrasi NPT
&cntrl
ntx = 1, irest = 0, ntrx = 1, ntxo = 1,
ntpr = 100, ntwx = 500, ntwv =500, ntwe = 500,
ntf=2, ntb=2, nsnb=5, nstlim = 25000,
cut = 12.0, dt = 0.002, temp0 = 300, tempi = 300,
ntt = 1, tautp = 2.0, ntp = 1, taup = 2.0,
ntc = 2, tol = 0.00005,
&end
Ekulibrasi NVT
&cntrl
ntx = 5, irest = 1, ntrx = 1, ntxo = 1,
ntpr = 100, ntwx = 500, ntwv = 500, ntwe = 500,
ntf = 2, ntb = 1, cut = 12.0, nsnb = 5,
dt = 0.002, nstlim = 25000, temp0 = 300, tempi = 300,
59
ntt = 1, tautp = 2.0, vlimit = 20.0,
ntp = 0, ntc = 2, tol = 0.00005,
&end
Adapun proses pemanasan model molekul protein yang telah diminimisasi dengan
sistem solvasi eksplisit menggunakan perangkat lunak NAMD dilakukan secara
bertahap dari 0 K hingga 300 K dengan mengatur nilai parameter langevinTemp
sama dengan temperatur yang diinginkan dan koefisien dinamik langevin bernilai
5 ps-1.
paraTypeCharmm on
exclude scaled1-4
1-4scaling 1.0
cutoff 8.
switching on
switchdist 6.
pairlistdist 9.5
timestep 2.0
rigidBonds all
nonbondedFreq 1
fullElectFrequency 2
stepspercycle 10
langevin on
langevinDamping 5
langevinTemp $temperature
langevinHydrogen off
cellBasisVector1 100. 0. 0.
cellBasisVector2 0. 100. 0.
cellBasisVector3 0. 0 100.
cellOrigin 0. 0. 0.
wrapAll on
PME yes
PMEGridSizeX 128
PMEGridSizeY 128
PMEGridSizeZ 128
langevinPiston on
langevinPistonTarget 1.01325
langevinPistonPeriod 100.
langevinPistonDecay 50.
langevinPistonTemp $temperature
60
III.2.6 Simulasi Dinamika Molekul
Setelah model molekul enzim terekuilibrasi dengan baik maka tahap produksi
(Production Run) yaitu proses simulasi termal dengan sistem pelarut implisit
maupun eksplisit pada berbagai temperatur dapat dilakukan. Untuk melihat secara
visual semua pergerakan atom selama proses simulasi digunakan program VMD.
Proses Dinamika Molekul sistem pelarut implisit
&cntrl
imin = 0, nstlim = 1000000, dt = 0.002,
ntx = 5, irest = 1,
ntpr = 10, ntwr = 500, ntwx = 500, ntwv = 500, ntwe = 500,
ntf = 2, ntb = 0, cut = 16.0,
igb = 5, rgbmax = 16, saltcon = 0.5,
temp0 = 300, tempi = 300, tautp = 0.5,
ntc = 2,ntr = 0,
III.3 Analisis
61
III.3.1 Root-mean-square deviation (RMSD)
∑ (r (t ) − r (t ))
N atoms 2
i 1 i 2
RMSD = i =1
N atoms
dengan N adalah jumlah total atom C-α yang terdapat pada protein sedangkan
ri(t2) dan ri(t1) adalah koordinat atom C-α pada waktu t2 dan pada waktu t1. untuk
mendapatkan gambaran profil kestabilan sistem yang disimulasikan serta tahap-
tahap transisi pada proses simulasi termal protein, maka hasil analisis RMSD
tersebut akan di plot dalam bentuk grafik antara RMSD terhadap waktu simulasi.
62
Richards, 1971). Nilai SASA memberikan gambaran terhadap struktur tersier
protein. Pada umumnya, protein mengemas struktur tersiernya sedemikian rupa
sehingga gugus-gugus yang bersifat hidrofob akan berada di bagian dalam
sedangkan gugus-gugus asam amino yang bersifat hidrofil akan terdapat di bagian
luar. Ketika proses simulasi termal berlangsung, kestabilan struktur tersier protein
dan derajat keeksposuran dapat diamati dengan melakukan perhitungan SASA.
Struktur sekunder protein tersusun atas interaksi lokal inter-residu yang pada
umumnya dimediasi oleh ikatan hidrogen. Struktur sekunder yang paling umum
adalah α-helix dan β-sheet. Analisis struktur sekunder dilakukan untuk melihat
kestabilan struktur sekunder selama proses simulasi berlangsung yang
dikarakterisasi dengan perubahan komposisi α-helix, β-sheet, turn dan coil.
Perhitungan struktur sekunder dilakukan dengan menggunakan plug-in yang
terdapat pada perangkat lunak VMD yang didasarkan atas algoritma STRIDE
(Structural identification) (Frishman dan Argos, 1995). Sebuah α-helix dibentuk
setidaknya melalui interaksi ikatan hidrogen antara residu k dengan k+4
(Gambar III.1) yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
Gambar III.1 Pola dasar α-helix (digambarkan dalam bentuk batang) yang
terbentuk akibat interaksi hidrogen (garis putih putus-putus) antara
atom H yang terikat pada atom N (k+4) dengan residu karbonil (k)
(Frishman dan Argos, 1995).
63
Gambar III.2 Pola dasar β-sheet (digambarkan dalam bentuk batang) yang
melibatkan dua ikatan hidrogen (garis putih terputus-putus). (a)
jembatan antiparalel tipe I; (b) jembatan antiparalel tipe II; (c)
jembatan antiparalel tipe III; (d) jembatan antiparalel tipe III
dengan tambahan ikatan hidrogen yang dibentuk oleh gugus NH
bebas dan (e) jembatan paralel tipe IV (Frishman dan Argos, 1995).
64
III.3.5 Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya intermolekul yang terjadi antara atom yang
memiliki keelektronegatifan tinggi dengan atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada suatu atom elektronegatif. Energi ikatan hidrogen didefinisikan
dengan mempertimbangkan jarak antara donor elektron dengan akseptornya
kurang lebih 3 Å dan sudut yang dibentuk sekitar 20o (Stickle dkk., 1992) dan
dituliskan sebagai berikut :
A' B' m
U hb = i − j cos (θ A− H − D ) × cos n (ω H − D − LP )
rH − D rH − D
Gambar III.3 Ilustrasi ikatan hidrogen yang dibentuk oleh atom akseptor (atom
O), H dan donor (atom N) dengan sudut ω dan θ.
65
PQR tersebut dibuka di jendela VMD dengan memilih analisis APBS
electrostatic. Keseluruhan atom penyusun protein digunakan untuk perhitungan
ini. Konstanta terlarut dan pelarut diatur sebesar 1.0 dan 78.54. Ion monovalen
dengan konsentrasi 0.15 M dan jari-jari ion exclusion sebesar 2.0 Å digunakan
untuk kondisi batasan (boundary). Untuk mendeskripsikan batasan dielektrik
antara terlarut dengan pelarut digunakan jari-jari probe sphere sebesar 1.4 Å.
∆ri .∆rj
( )
C(i,j) =
∆ri2 . ∆rj2
66
trajektori dihilangkan dengan cara menerjemahkan pusat rata-rata geometri
molekul dan melakukan superposisi kepada struktur referensi melalui analisis
least squares. Konfigurasi ruang dikonstruksi menggunakan transformasi linier
dalam koordinat Cartesian sehingga dihasilkan matriks kovarian 3N x 3N.
Diagonalisasi matriks tersebut akan menghasilkan suatu seri eigenvector yang
memberikan nilai dan juga arah vektor untuk setiap pergerakan komponen/residu.
67