PROPOSAL Edit
PROPOSAL Edit
PROPOSAL PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIAN
III. PENDAHULAUN
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kejadian di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000
orang meninggal karena penyakit demam tifoid dan 70% kematiannya terjadi
tifoid tersebar diseluruh wilayah dengan jumlah yang tidak berbedah jauh
rawat inap di rumah sakit yaitu 7,3% (1.451 kasus) dari 19.856 kasus.
2008, jumlah kasus demam tifoid rawat inap yaitu 1.321 kasus (Nasrah Sitti,
2015).
terakhir terdapat penderita demam tifoid dengan jumlah yaitu pada tahun
2011 tercatat sebanyak 260 pasien. Pada tahun 2012 mulai januari sampai
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar pada tahun 2015 ada 200 orang
orang (puskesmas,2016) dan pada tahun 2017 tercatat sudah 383 orang yang
awal pada penderita yang pernah mengalami demam tifoid didapati mereka
tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
penyebab penyakit. Mencuci tangan sesudah buang air besar, mencuci tangan
tifoid (Rakhman,2009).
Jumriani Ansar pada tahun 2013 dengan judul “ Hubungan Personal Hygine
anak. .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitn
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
demam tifoid
c. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
demam tifoid.
1. Pengertian
typhi yang termasuk dalam golongan bakteri gram negative yang di diagnosis
oleh dokter berdasarkan gejala klinis demam terutama pada sore dan malam
hari, lidah kotor, gejala lain berupa sakit kepala dan gangguan saluran cerna
selaput lendir usus dan jika tidak diobati secara progresif menyerang jaringan
keseluruh tubuh.
2. Etiologi.
termolabil.
masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik
pada waktu memasak atau pun melalui tangan dan alat masak yang kurang
3. Patogenesis
Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ketubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. (Padila,
2013).
7
4. Manifestasi Klinik
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
penurunan kesadaran.
c. Komplikasi
1) Komplikasi Extraintestinal
a) Komplikasi Hematologi
b) Hepatitis Tifosa
dengan demam tifoid dan lebih banyak di jumpai karena S. Typhi dari pada
8
dilihat pada hasil tes laboratorium. Pada demam tifoid kenaikan enzim
dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan sistem imun berkurang.
c) Miokarditis
keluhan sakit dada, gagal ginjal kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik.
d) Neuropsikiatrik/Tifoid Toksin
kejang, sindrom otak akut, dan menigitis. Terkadang gejala demam tifoid
diikuti suatu sindrom klinis berupa gangguan atau penurunan kesadaran akut
2013).
5. Pemeriksaan Diagnostik
menyokong diagnostic klinis demam thypoid. Peningkatan titer uji widal tes 4
kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam thypoid. Reaksi
widal tes tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau titer antibody H 1/640
yabg khas. Pada beberapa pasien, Uji widal tes tetap negative pada
Sampai saat ini widal tes merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk
Nilai sensitifitas, Spesifisitas serta ramal reaksi widal tes sangat bervariasi
karena adanya sejumlah penderita dengan hasil biakan positif tetapi tidak
pernah dideteksi adanya antibody dengan tes ini, bila dapat di deteksi adanya
titer antibody sering titer naik sebelum timbul gejala klinis, Sehingga sulit
dalam waktu sesudah infeksi. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat,
widal tes sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu satu
seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai standar
a) Jika hasil titer widal tes pada antigen O (+) Positif > 1/200 Maka
sedang aktif.
b) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 (+) Positif
6. Penatalaksanaan
makanan ,minuman, mandi ,buang air kecil dan buang air besar akan
di jaga.
keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perporasi usus. Hal ini
c. Pemberian antibiotic
1) Klorampenikol
berikan peroral atau intravena, Diberikan sampai dengan 7 hari bebas demam.
2) Tiampenikol
bebas demam.
3) Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2x2 tablet dan diberikan selama 2 minggu.
Hingga saat ini golongan Sefalosporin generasi ketiga yang terbukti efektif
untuk demam thypoid adalah sefalosporin, Dosis yang di anjurkan adalah 3-4
gram salam dekstrose 100cc di berikan selama ½ jam perinfus sekali sehari
7. Komplikasi
a. Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
b. Komplikasi Ekstraintestinal
8. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan
makanan, hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urine dari penderita. Lalat dapat
(muntah), fly (lalat) dan feses. Apabila orang tersebut tidak memperhatikan
kuman salmonella thypi masuk ketubuh orang yang sehat melalui mulut.
Sumber penyebab penyakit tidak terlihat oleh mata secara langsung dan
bias berasal dari mana saja. Tangan merupakan media penghantar utama
Menjaga kebersihan kuku merupakan suatu hal yang sangat penting, agar
kuku kita tidak membawa penyakit dan menimbulkan efek yang tidak
mengendap dan masuk akan lebih besar. Yang akan membuat penyakit dan
kita. Ada banyak jenis penyakit yang muncul dan sumber utamanya adalah
ujung jari hingga siku dan lengan atas. Mencuci tangan mencegah terjadinya
Kusyanti,2016)
4) Supaya tidak terjadi agen penular bibit penyakit kepada orang lain
5) Gosok punggung jari-jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan
6) Genggam ibu jari tangan kanan dengan tangan kiri. Gosokkan dengan
7) Gosokkan ujung- ujung jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dengan
kedalam tubuh melalui kuku, seharusnya kuku tetap dalam keadaan sehat dan
1) Mencuci tangan
2) Merendam kuku di kedua tangan dalam baskom yang berisi air hangat
Tabel 1
Pelajar/
Mahasiswa 49,7%
Status Tidak
Kawin 68,1%
,Proporsi
Tertinggi Dengan
Gejala Demam
100% Lama
Rawatan Rata-
Rata 4,03 Hari
Dan Pulang
Berobat Jalan
/Sembuh Klinis
93,5% Penderita
Demam Tifoid
Yang Meninggal
Tidak Dijumpai.
4 Muh Zul Hubungan Desain Yang Hasil Penelitian
Azhri Karakteristik Digunakana Menunjukkan
Rustam , Penderita Dalam Bahwa Umur,
( 2010 ) Dengan Penelitian Ini Jenis Kelamin,
Kejadian Adalah Cross Pendidikan,
Demam Tifoid Sectional Status, Dan
Pada Pasien Melakukan Memiliki
Rawat Inap Di Penelitian Hubungan
RSUD Dengan Dengan Kejadian
Salewangan Mengukur Dan Demam Tifoid
Maros Mengamati Dengan Nilai P
Variable – 0.000> 0,05
Variabel Yaitu Sedangkan Status
Variable Ketenagakerjaan
Independen Dan Tidak
Dependent Yang Berhubungan
Terjadi Yang Dengan Kejadian
Terjadi Pada Demam
Objek Penelitian Tifoiddengan
Diukur Atau Nilai P 0,707>
Dikumpulkan 0,05.
Secara Simultan.
5 Rani.F Karakteristik Penelitian Ini Ditemukan
Nainggolan Penderita Bersifat Proporsi Demam
, ( 2009 ) Demam Tifoid Deskriktif Tifoid
Rawat Inap Di Dengan Desain Berdasarkan
Rumah Sakit Case Series Waktu (Bulan )
Tentara Tk- IV Yang Bertujuan Tertinggi Pada
01.07.01 Untuk Bulan Januari
19
V. KERANGKA KONSEP
maka dapat ditentukan variable dalam penelitian ini adalah variable tunggal
20
kebiasaan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan cuci tangan setelah buang
penelitian adalah :
Personal Hygine
Kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan
Kebersihan kuku
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
dikategorikan menjadi :
b) Tidak
3. Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar adalah keterangan yang
dikategorikan menjadi :
b) Tidak
b) Tidak
Hipotesis Penilitian
Hipotesis Alterntif(Ha)
1. Adanya gambaran cuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam tifoid
2. Adanya gambaran cuci tangan setelah buang air besar dengan kejadian demam
tifoid
Hipotesis Nol(Ho)
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftip dengan desain case study.
1. Lokasi Penelitian
Makassar tersedia data penderita demam tifoid yang dibutuhkan. Selain itu
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami demam
2. Sampel
penelitian adalah seluruh pasien yang menderita demam tifoid yang ada di
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi :
a) Pasien yang mengalami demam dengan diagnosis medis tifoid yang mendapat
2) Kriteria Ekslusi :
a). Pasien yang tidak mengalami demam dengan diagnosis medis tifoid yang
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu :
langsung
2. Data sekunder adalah data yang diambil dari rekam medik pasien
responden. Lembar kuesioner di isi oleh penderita demam tifoid yang dijadikan
terhadap pertanyaan. Bila jawaban “Ya atau melakukan ” maka diberi skor 1 dan
E. Pengelohan Data
1. Editing
sampel.
2. Coding
25
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti kode dari sesuatu
variabel
3. Processing
Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah memproses
data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara mengentri data
4. Cleaning
F. Analisis Data
Analisis Univariat :
G. Penyajian Data
Data yang disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan narasi.
H. Etika Penelitian
responden.
2. Tanpa nama(Anominity)
memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode
3. Kerahasiaan(Confidentiality)